Anda di halaman 1dari 6

Setiap hari Senin, biasanya dua minggu sekali di tempat saya mengajar mengadakan upacara

bendera. Demikian pula pada peringatan hari-hari besar nasional, biasanya dilaksanakan pula
kegiatan upacara bendera. Tujuan dilaksanakannya upacara bendera adalah mendisiplinkan
warga sekolah, khususnya siswa dalam suatu kegiatan bersama. Sekaligus menjadi sarana
untuk menginformasikan hal-hal yang ada di sekolah. Seperti pengumuman-pengumuman,
pemberian prestasi kepada siswa yang berprestasi, dan lain-lain. Penekanan upacara tetap ada
pada disiplin. Bila disiplin itu telah dapat ditegakkan, maka hal-hal lainnya akan mengikuti.
Namun, sangat disayangkan bahwa upacara bendera saat ini sepertinya menjadi kegiatan
yang bersifat rutinitas belaka. Makna dan pesan yang akan melalui kegiatan upacara ini
semakin pudar. Kedisiplinan dan rasa nasionalisme yang ingin ditanamkan melalui upacara
nampaknya semakin sulit ditegakkan. Sebagai contoh, masih ada saja siswa (termasuk guru)
yang datang terlambat pada saat upacara bendera. Belum lagi kelengkapan upacara seperti
topi dan dasi yang sering tidak dipakai dengan alasan tertinggal di rumah. Nampaknya
disiplin memang harus ditegakkan dengan serius dan penuh konsistensi. Siapa saja yang
melanggar harus dikenakan sanksi. Bukan hanya siswa, tetapi gurupun harus diberikan sanksi
bila guru melanggar disiplin.
Sanksi adalah hukuman yang diberikan kepada anak, agar di lain waktu tak melanggar
lagi. Sanksi itupun haruslah mendidik dan tidak berupa kekerasan fisik. Sebab bukan
jamannya lagi hukuman harus dengan cara fisik. Kelihatannya memang sulit menegakkan
disiplin ini, seperti menegakkan benang basah. Perlu kerjasama dan usaha keras dari para
guru. Guru pun harus kreatif dalam memberikan sanksi kepada siswa sehingga menyadarkan
pada mereka agar tak melakukan itu lagi. Kalau segala sesuatu dilakukan dengan kesadaran
dan tanpa paksaan tentu akan berdampak positif pada diri siswa yang bersangkutan.
Tak ada cara efektif mendisiplinkan siswa selain memberikan keteladanan. Memberikan
contoh bagaimana melaksanakan disiplin itu sendiri. Bila para guru paham bahwa dirinya
adalah public figure untuk para siswanya, tentu para guru akan berusaha tepat waktu dan
tidak terlambat datang ke sekolah. Apalagi bila ada upacara bendera. Tentu akan malu bila
guru sampai datang terlambat. Ingatlah pepatah, guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
Dalam upacara bendera sederet acara di gelar yang semuanya bermuara pada kedisiplinan dan
jiwa nasionalisme. Mulai dari anak-anak dibariskan dengan sangat rapi, sampai pembubaran
barisan setelah selesai upacara bendera. Para guru yang bertugas menanganinya memerlukan
keterampilan khusus. Bila tidak tegas dan mampu bersuara keras, maka sulit bagi guru itu
membariskan barisan siswa dengan cepat dan rapih. Seperti pasukan militer yang siap
bertempur dan menunggu komandannya bicara memberikan pengarahan untuk melakukan
penyerangan.
Upacara bendera juga mengajak kita untuk berjiwa nasionalis. Berdiri dan menghormat
kepada bendera sang saka merah putih dengan diiringi lagu Indonesia Raya. Bila anda
mampu berdisiplin, maka pada saat pengibaran bendera itu, hati anda akan bergetar sekaligus
bangga karena sang merah putih berkibar dengan gagahnya. Di sanalah terlihat bahwa kita

adalah bangsa yang telah merdeka dan berdaulat. Merdeka karena jasa para pahlawan kita
yang gagah berani mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Alangkah miris hati kita ketika
beberapa waktu lalu ramai diberitakan ada sekolah yang menolak melaksanakan upacara
bendera dengan alasan tidak dapat menerima adanya penghormatan terhadap bendera merah
putih.
Upacara bendera juga mengajarkan pada kita untuk mengenang jasa para pahlawan,
mendoakannya, dan menyanyikan lagu-lagu nasional yang membuat peserta didik tahu
sejarah bangsa Indonesia, mengingatkan betapa patriotiknya para pahlawan dalam
memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan negara ini dan sekaligus menanamkan
jiwa patriotisme tersebut di kalangan anak muda.
Upacara bendera harus terus dilakukan disekolah-sekolah kita. Kehadirannya harus terus
semakin disempurnakan agar anak bangsa ini menghargai pentingnya disiplin, menghargai
jasa para pahlawannya, dan yang paling penting mengajak siswa untuk senantiasa bangga
akan bangsanya. Bangsa Indonesia.
Alangkah indahnya bila pelajaran tentang upacara bendera ini melekat dalam keseharian kita.
Memiliki jiwa kebangsaan, tepat waktu, disiplin, rapih dalam berpakaian, menjaga
kebersihan, dan menjaga kekompakan.
Alangah indahnya, bila masing-masing kita yang pernah bersekolah berdiri dengan khidmat
dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bangunlah jiwanya,dan bangunlah badannya untuk
Indonesia Raya. Itulah sederet baris lagu Indonesia Raya yang sering kita temui pada saat
upacara bendera. Ya, alangkah indahnya. Namun kenyataannya, Indonesia Raya sebagai lagu
kebangsaan dinyanyikan tak ubahnya seperti lagu-lagu kebanyakan. Lagu yang dapat
membakar jiwa patriotik dan cinta bangsa ini dinyanyikan layaknya lagu-lagu mellow. Ini
yang harus kita perbaiki.
Upacara bendera selain mengajarkan siswa untuk dapat baris berbaris dengan sempurna,
mereka pun dididik untuk mengingat kembali pembukaan UUD 1945, membacakan
pancasila, dan mendengarkan amanat dari pembina upacara dalam posisi siap mendengar.
Keterampilan mendengar sudah harus diajarkan oleh guru kepada anak didiknya. Sebab bila
mereka dewasa nanti dan menjadi pemimpin, mereka telah terbiasa mendengar dan bukan
untuk di dengar. Mereka harus mendengarkan dengan baik informasi-informasi yang
disampaikan dalam upacara bendera.
Sekolah harus mempersiapkan pemimpin masa depan yang bertakwa, berintegritas tinggi,
mempunyai daya juang yang kuat, mempunyai kepribadian yang utuh, berbudi pekerti luhur,
mandiri serta mempunyai kemampuan intektual yang tinggi. Semua visi itu akan terwujud
bila pelaksanaan upacara di sekolah telah terbina dengan baik. Di sinilah kultur sekolah
berperan.

Akhirnya, upacara bendera telah mengajarkan kepada kita untuk selalu disiplin, tepat waktu,
rapih dalam berpakaian, rapih dalam barisan, memiliki kemampuan mendengarkan,
mengenang jasa para pahlawan, membaca pancasila untuk diamalkan dalam keseharian dan
bernyanyi lagu-lagu nasional yang membangkitkan jiwa patriotisme, seperti satu nusa, satu
bangsa, dan satu bahasa kita. Kitapun menyadari bahwa kita adalah bangsa yang besar yang
tidak mudah terpecah belah oleh hasutan para penjajah gaya baru di era globalisasi ini.
Semoga kita semua mampu menerapkan pelajaran upacara bendera ini dalam kehidupannya
sehari-hari. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu mengatur dirinya sendiri,
mandiri, dan mempunyai disiplin yang tinggi. Kita harus belajar dari para negara besar itu

Upacara sebenarnya juga bagian dari interaksi edukatif dan instrument/alat yang
cukup efektif untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai tertentu serta upaya
mengaktualkan potensi-potensi insan didik. Nilai-nilai tersebut diantaranya :
1. Potensi Kepemimpinan
Setiap siswa secara bergilir diberi kesempatan untuk tampil memimpin upacara.
Sebagai pemimpin upacara dituntut untuk melakukan aba-aba/tindakan-tindakan
tertentu, dalam satu tahun ajaran seorang siswa dapat memperoleh 2 3 kali
memimpim teman-temannya
2. Tertib Sosial Normatif lmperatif
Ada aba-aba dan tata cara yang baku yang memimpin maupun yang dipimpin.
Ketika seseorang berperan memimpin harus bisa memainkan peran sesuai
posisinya. Begitu juga yang berposisi yang dipimpin. Dari sini diharapkan tumbuh
kesadaran bahwa pada setiap kelompok sosial demi tertib sosial terdapat aturanaturan/norma-norma yang bersifat imperative/memaksa sebagai konsekuensi
seseorang memasuki suatu kelompok sosial.
3. Rasa Percaya Diri
Pengalaman membuktikan sebagian siswa masih mengalami demam
tampil/ndredeg ketika harus tampil memimpin. Namun, umumnya hilang ketika
giliran kedua atau seterusnya.
4. Kebersamaan/Jiwa Korsa/Esprit de Carps
Dalam posisi upacara, untuk melanjutkan ke gerakan/aba-aba berikutnya
ditempuh jika aba-aba/perintah sebelumnya telah sepenuhnya dilaksanakan.
Manakala ada satu/sebagian siswa lalai/tidak mematuhi aba-aba, maka
tersanderalah seluruhnya. Melalui pembiasaan yang demikian, diharapkan
tumbuh kesadaran akan kebersamaan. Diri seseorang adalah bagian dari
kelompok-(nya).
5. Tanggungjawab
Ada sejumlah hal yang harus dilaporkan seperti jumlah, kurang, hadir, dan
keterangan masing-masing yang berhalangan hadir. Pemimpin harus secara
akurat melaporkannya kepada guru. Yang demikian dimaksudkan untuk
menumbuh-kembangkan sikap koreksi dan tanggungjawab
6. Tenggang Rasa

Sekali lagi pengalaman membuktikan meski seseorang sebelumnya sudah


mempersiapkan diri namun ketika tampil memimpin acapkali masih melakukan
kekeliruan. Temyata berperan sebagai pemimpin tak semudah yang
menerima/melaksanakan aba-aba. Pengalaman-pengalaman seperti ini akan
menumbuh-kembangkan kesadaran tenggang rasa.
7. Loyalitas Kritis Berjiwa Merdeka
Ketika sang pemimpin melakukan kesalahan (misal : dalam memberi aba-aba,
laporan, gerakan tertentu) maka anak buah (teman-teman sekelasnya) yang
dalam posisi dipimpin wajib memberikan koreksi dengan ucapan ulangi
pernyataan korektif tersebut dilakukan sebanyak kesalahan yang dilakukan
pemimpin dan baru tidak dilakukan lagi manakala sudah benar.
Dari tradisi yang demikian diharapkan tertanam kesadaran sikap loyal sekaligus
kritis bukan mentalitas yes man atau loyalitas tanpa reserves. Anak buah
dan/atau staf yang loyal adalah yang bisa mendukung sekaligus
mengingatkan/mengoreksi. Loyalitas yang benar adalah loyalitas kepada
person/pribadi orang yang kebetulan menjabat. Kepatuhan yang sehat dan
rasional adalah kepatuhan bersyarat yaitu selama perintah/kebijakan pimpinan
tidak keluar dan merusak misi organisasi dan secara hakiki bisa
dipertanggungjawabkan secara horisontal (kepada sesama manusia) maupun
vertikal (kepada Tuhan).
Karena itu kita juga harus bisa membedakan wilayah kedinasan/wilayah publik
dengan wilayah privat/pribadi. Jika ini terwujud maka tidak hanya oleh negara
secara formal melainkan juga secara riil dimiliki setiap masyarakat. Setiap warga
negara dalam kondisi seperti ini secara teoritik kesalahan-kesalahan kolektif
dapat dihindarkan, baik dalam konteks organisasi yang kecil maupun besar
(negara).

Tinnajer - Upacara bendera, kegiatan yang sudah anda kenal sejak lama, utamanya ketika
masih menginjak bangku pendidikan, tentunya dengan pengetahuan tersebut memunculkan
tanda tanya besar yang mungkin belum bisa terjawab dengan benar yakni apakah manfaat
Upacara Bendera itu sebenarnya ? apalagi jika kegiatan ini dihubungkan dengan masa
modern seperti sekarang, kita melihat upacara bendera hanya menjadi kegiatan biasa yang
tidak memberikan nilai plus bagi anak-anak remaja, bahkan sering anak-anak kita mengeluh
karena sistem upacara bendera hanya memberikan efek lelah berdiri lama-lama, disamping

panasnya yang minta ampun jika dilakukan di lapangan, berdasarkan hal itu Tinnajer coba
sharingkan beberapa tinjauan ulang mengenai hal ini.

Upacara sendiri, merupakan kegiatan yang boleh dibilang banyak dilakukan di negara-negara
lain, kegiatan ini memberikan manfaat seperti menumbuhkan rasa percaya diri,
menumbuhkan potensi kepemimpinan, membiasakan hidup tertib dan disiplin serta belajar
bersosialisasi dengan lingkungan, menumbuhkan semangat kebersamaan, membangun sikap
tenggang rasa, dan belajar bertanggung jawab (Sumber
http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/29/tidak-manfaatnya-upacara-bendera-523808.html)
untuk memulai uraian ini ada baiknya kita bahas beberapa manfaat upacara itu dan kaitannya
dengan masa sekarang.
1. Potensi Kepemimpinan
benarkah dengan upacara akan tercipta potensi kepemimpinan ? bisa ya, bisa tidak,
mengapa ? apabila kita mengacu dengan yang terjadi saat ini, kepemimpinan sendiri hanyalah
bagian dari tugas seorang pemimpin upacara ataupun bawahan lainnya, kepemimpinan
memang ada dalam upacara tapi, tidak serta merta membuat potensi itu tumbuh pesat
2. Disiplin dalam upacara ?
tentu tapi, hanya sekedar mengikuti aturan pada saat itu, artinya insidensil, kedisiplinan
sendiri bukan sesuatu yang insidensil, ia harus ditumbuhkan dan dibiasakan
3. Adakah sosialisasi dalam upacara ?
berkumpul ya tapi, sosialisasi justru tidak ada, anggota upacara hanya berdiri, mengikuti
pergerakan upacara dan semua waktu yang terjadi saat itu tidak sedikitpun memiliki relasi
dengan sosialisasi, hanya berkumpul dan melaksanankan upacara, menghabiskan waktu siasia
4. Tenggang Rasa ?
manfaat ini sebenarnya kurang dan patut dipertanyakan dalam kegiatan upacara, yang ada
adalah benci karena waktu berdiri yang lama, sebagian besar anggota upacara hanya terpaku
pada kegiatannya, juga kurangnya unsur sosial, terlebih sifat diskriminasi yang terjadi, lihat
saja dalam konteks sekolah yang melakukan upacara, siswa memiliki tempat yang sungguh
kurang tepat, di bawah terik sinar matahari sedangkan, guru-guru berada di tempat khusus
yang teduh, apa ini tidak menimbulkan kekesalan dalam diri siswa ?
itulah tadi beberapa manfaat Upacara dari segi negatifnya, seperti yang dikutip dari situs
kompasiana http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/29/tidak-manfaatnya-upacara-bendera523808.html, kembali ke pertanyaan atau judul artikel ini , pentingkah upacara tersebut ? jika
menengadah ke artikel yang ada di kompasiana tadi, akan muncul jawaban bahwa ''Upacara
tidak memiliki manfaat apapun'' namun, segala hal harus diamati dengan baik, jangan terlalu
cepat mengambil dugaan dan opini jika tidak berlandaskan pada apa yang sebenarnya terjadi.

manfaat diatas memang negatif, itu jika kita bercermin pada sistem indonesia dalam
menerapkan kegiatan upacara, upacara memiliki banyak manfaat antara lain sebagai ajang
pengarahan, ajang komunikasi antara atasan dengan bawahan, pimpinan dengan yang
dipimpin, kepala sekolah dengan sekolah (Siswa, pengajar), upacara bendera juga menjadi
alat untuk menamankan nasionalisme dan membangun karakter, ini bisa terjadi jika sistem
upacara berubah.
''sistem'' disini bukan ujudnya tapi, bagaimana orang-orang memberikan penanaman bahwa
upacara itu penting, baik, bermanfaat dan men-setting kearah itu (utamanya pengajar
indonesia memberikan pemahaman ke anak didiknya), jika kita berbicara remaja indonesia
sekarang, bisa dibilang pemahaman mereka terhadap upacara bendera hanya sebatas
mengenang jasa pahlawan saja tapi, manfaat lain seperti menumbuhkan nasionalisme dan
manfaat baik lainnya yang diperoleh dari upacara tidak ditanamkan, oleh sebab itu bisa jadi
indonesia akan lupa sejarahnya, akan lupa pahlawannya, akan lupa bagaimana pahit getirnya
pahlawan indonesia membangun negara ini jika pemahaman akan pentingnya upacara
tidak ada.
manfaat negatif diatas hanyalah pembuka dari suatu pertanyaan ''jika hari ini kita tidak
menghargai pahlawan kita, menghargai negara kita, maka akan jadi apa negara kita ini ?
karena yang pantas mencintai negara ini hanya kita, kalau bukan kita (anda, saya, generasi
muda indonesia) siapa lagi ?''

Anda mungkin juga menyukai