Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1.
2.1.1.1.

Konsep Perilaku
Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2011).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2011),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus
Organisme Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua (Notoatmodjo, 2011) :
1

Perilaku tertutup (convert behavior)


Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.

Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau


terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.1.1.2.

Klasifikasi Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2011) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya.

2.1.1.3.

Domain Perilaku
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun
1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang
berhubungan dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun
1967, TRA mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk
mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi
sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi
yang rendah di antara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang
bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku.

Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab


yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan
keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah
laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan
hubungan sebab musabab di antara komponen yang ditentukan dengan jelas.
Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan
tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan
kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atau sarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan
metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :


a Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya.
b Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
3

d Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada
kaitannya dengan yang lain.
e Sintesa
Sintesa menunjukan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
f Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b) Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai
praktik tingkat tiga.
d) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari
atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,
yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2011),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri
orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
Di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek)
2. Tertarik (interest)
Di mana orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi


dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Di mana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Di mana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.1.4.

Asumsi Determinan Perilaku


Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang
dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan
tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan,
sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah
dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku
khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain:
1

Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu


adalah :
a) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap
objek (objek kesehatan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain.
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.


Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling
dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau
objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu
terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap
akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap
diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau

sedikitnya pengalaman seseorang.


b) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya,
maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
c) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.
d) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber di
dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life)
yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam
waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan
peradapan umat manusia
2

Theory of Reasoned Action (TRA)


Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih

memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku


& norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami
perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/ memahami
hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini
yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah di antara sikap-sikap
dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai
sebuah factor yang mendasari perilaku.
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang
menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan
norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui
sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab

musabab di antara komponen yang ditentukan dengan jelas. Semua tipe ukuran
menggunakan 5 atau 7 titik skala.
3

Teori Lawrence Green (1980)


Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat

kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu


faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior
causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
a) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
c) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
4

Teori Snehandu B. Kar (1983)


Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku

merupakan fungsi dari :


a) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention).
b) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
c) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information).
d) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
keputusan (personal autonomy).
e) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
2.1.2.

Teori Mencuci Tangan yang Baik dan Benar


Cara mencuci tangan yang benar yang dengan cara mencuci tangan
menggunankan sabun Mencuci tangan menggunakan sabun adalah salah satu
8

tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air


dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai
kuman. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan
penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering menjadi agen yang membawa
kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik
dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan
permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas). Tangan yang bersentuhan
langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti
ingus) dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun
dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar
bahwa dirinya sedang ditulari.
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk
mencegah penyakit diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian
anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak di seluruh dunia meninggal
sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci
tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, kecacingan, dan flu
burung. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebaiknya dilakukan pada lima waktu
penting, yaitu: (1) sebelum memulai pekerjaan; (2)sesudah menggunakan toilet;
(3) sebelum memegang bayi; (4) sesudah menceboki anak; (5) sebelum
menyiapkan makanan dan sesudah makan. Mencuci tangan menggunakan sabun
dan air mengalir dapat memutuskan mata rantai kuman yang melekat di jarijemari. Masyarakat termasuk anak sering mengabaikan mencuci tangan memakai
sabun dengan air mengalir karena kurangnya pemahaman tentang kesehatan.
Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai
dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan.
Perilaku cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting.
Mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama
seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di
bawah air yang mengalir.
Cuci tangan menggunakan air saja tidaklah cukup untuk melindungi seseorang
dari kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Dari berbagai riset,
9

risiko penularan penyakit dapat berkurang dengan adanya peningkatan perilaku


hidup bersih dan sehat, perilaku kebersihan, seperti cuci tangan pakai sabun.
Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling
murah dan efektif dibandingkan dengan intervensi kesehatan dengan cara lain.
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari
kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan
kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme
penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta mengurangikontaminasi
silang. Cuci tangan dianggap merupakan salah satu langkah yang paling penting
untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi selama lebih
dari 150 tahun. Kesehatan kebersihan tangan yang baik dapat mencegah
penularan mikroorganisme dan mengurangi frekuensi infeksi nosokomial.
2.1.2.1

Syarat-syarat kualitas air bersih, antara lain:


1. Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air bersih, antara lain: airnya jernih tidak keruh, tidak berwarna,
rasanya tawar, tidak berbau, suhunya normal (20-260C), tidak mengandung zat padatan.
2. Syarat Kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia, antara lain: pH netral, tidak
mengandung zat kimia beracun, tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam,
kesadahan rendah, tidak mengandung bahan kimia anorganik.
3. Syarat Biologis
Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah
terkontaminasi

dengan

kotoran

manusia.

Berdasarkan

PERMENKES

RI

No.

416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologis air bersih adalah dilihat dari


Coliform tinja per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50.
2.1.2.2

Waktu cuci tangan yang tepat


Di Indonesia (Kemenkes, 2010) diperkenalkan lima waktu penting dimana
seseorang harus melakukan cuci tangan yaitu:
1) Setelah buang air besar (BAB).
2) Setelah membersihkan anak yang buang air besar (BAB).
3) Sebelum menyiapkan makanan.
4) Sebelum makan.
10

5) Setelah memegang atau menyentuh hewan.


Selain itu, waktu lain yang tepat untuk melakukan cuci tangan yang benar yaitu di
saat setiap kali tangan kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, dan
berkebun), sebelum memegang makanan dan menyuapi anak, sebelum menyusui
bayi, setelah bersin atau batuk, setelah membuang ingus, setelah bepergian,
setelah bermain, dsb
2.1.2.3

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan


Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku cuci tangan antara lain.
1) Umur
Umur atau satuan usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau zat makhluk yang hidup maupun mati, semakin banyak
pengalaman yang diperoleh seseorang dapat membuat keputusan yang
bijaksana dalam bertindak. Umur seseorang akan berpengaruh pada
pengetahuan dan sikap hingga akhirnya mempengaruhi dalam perilaku cuci
tangan.
2) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah
dicapai ibu balita. Pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga
perilaku positif akan meningkat. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal
maka akan semakin mudah menyerap informasi termasuk juga informasi
kesehatan dan akan semakin tinggi pula kesadaran untuk berperilaku hidup
sehat.
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan rutin yang dilakukan responden sehingga
menghasilkan imbalan materi ataupun uang. Bekerja atau tidaknya seseorang
akan berpengaruh terhadap peminatan atau perilaku kesehatan seseorang.
4) Kemudahan mendapat air bersih
Kemudahan mendapat air bersih adalah kemudahan dalam memperoleh air
untuk kebutuhan hidup sehari-hari, khususnya untuk kebutuhan cuci tangan.
Ketersediaan sarana sanitasi seperti sumber air bersih akan berpengaruh
terhadap perilaku kebersihan seseorang termasuk memudahkan seseorang
dalam memiliki kebiasaan cuci tangan.
5) Sumber informasi
Sumber informasi adalah keterpaparan terhadap berbagai sumber informasi
mengenai cuci tangan yang benar baik dari surat kabar, poster, radio, televisi,
11

penyuluhan posyandu, anggota keluarga, ataupun tetangga. Melalui berbagai


sumber informasi, seseorang dapat meningkatkan pengetahuannya sehingga
dapat mengubah perilaku kesehatan ke arah yang lebih positif.
2.1.2.4

Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan menggunakan sabun.


1. Diare
Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anakanak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait
menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat menurunkan angka kejadian
diare hingga 50%. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air,
namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran
manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab
diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat
manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh
tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan
yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi. Tingkat keefektifan
mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam
persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah: Mencuci tangan dengan sabun
(44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan
(28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%).
2. Infeksi saluran pernafasan.
Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab kematian utama anak-anak balita.
Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan ini
dengan dua langkah : 1) dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang
terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan, 2) dengan menghilangkan
patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi
penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernafasan lainnya.
Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan
kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/buang air
besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25%. Penelitian lain di
Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi
saluran pernafasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak balita hingga
lebih dari 50 %.
12

3. Infeksi cacing, infeksi mata, dan infeksi kulit.


Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran
pernafasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian
penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk
ascariasis dan trichuriasis. (Depkes, 2014)

JF
C
L
ae
Pencegahan
plirs
Transmisi
1
arie
nta-s
gnj
ae
nm
a
/r
li
a
n
t
a
i

Pencegahan
Transmisi 2

Makanan

Induk
Baru

Gambar 2.1 Transmisi Penyakit Keterkaitan BAB (feses) dengan Pencegahan melalui CTPS
2.1.2.2.

Teknik mencuci tangan yang baik dan benar dan penggunaan sabun
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah
dengan air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan
gayung, menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan dengan handuk
bersih atau menggunakan tisu. Untuk penggunaan jenis sabun dapat menggunakan
semua jenis sabun karena semua sabun sebenarnya cukup efektif dalam
membunuh kuman penyebab penyakit. Penggunaan sabun dan air tetap penting
pada kedua tangan untuk kesehatan dan kebersihan tangan rutin, walaupun tangan
terlihat tanpa kotoran atau debu. Penggunaan sabun dan dengan menggosok
jemari tangan bertujuan untuk menghilangkan kuman yang tidak tampak, minyak,
lemak, dan kotoran di permukaan kulit. Cara yang tepat untuk cuci tangan
menurut WHO 2013 (40-60 detik) yaitu :

13

a)
b)
c)
d)
e)
f)

Basahi kedua tangan dengan air mengalir


Gunakan sabun secukupnya.
Gosokkan kedua telapak tangan dan punggung tangan.
Gosok sela-sela jari tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
Gosok kedua telapak tangan dengan jari-jari rapat.
Jari-jari tangan dirapatkan sambil digosokkan ke telapak tangan, jari-jari sisi

dalam dari kedua tangan saling mengunci.


g) Gosok ibu jari kiri berputar dengan genggaman tangan kanan dan lakukan
h)
i)
j)
k)

sebaliknya.
Gosokkan kuku jari kanan memutar ke telapak tangan kanan dan sebaliknya.
Basuh tangan dengan air mengalir.
Keringkan tangan dengan handuk yang bersih.
Matikan kran air dengan handuk.

Gambar 2.2 Langkah-langkah Mencuci Tangan

14

Karena mikroorganisme tumbuh berkembang biak di tempat basah dan di air


yang menggenang, maka apabila menggunakan sabun batangan sediakan sabun
batangan yang berukuran yang kecil dalam tempat sabun yang kering. Hindari
mencuci tangan di waskom yang berisi air walaupun telah ditambahkan bahan
antiseptik, karena mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak pada
larutan ini. Apabila menggunakan sabun cair jangan menambahkan sabun apabila
terdapat sisa sabun pada tempatnya, penambahan dapat menyebabkan
kontaminasi bakteri pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air
mengalir, gunakan ember dengan kran yang dapat dimatikan sementara
menyabuni kedua tangan dan buka kembali untuk membilas atau gunakan ember
dan kendi/teko.(WHO, 2009)
2.2 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan teori dari Lawrence
Green, perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku dibentuk oleh faktor predisposisi
(predisposing factor), faktor pendorong (enabling factor), faktor pendukung (reinforcing factor).

Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Keyakinan
Nilai-nilai, dsb

Faktor Pendorong
Perilaku

Lingkungan fisik
Sarana kesehatan (puskesmas,
obat-obatan, alat-alat steril, dsb)

Faktor Pendukung
Sikap dan perilaku petugas
kesehatan

15

Bagan 2.1 Kerangka teori


2.3 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang berhubungan
dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di RT/RW 03/04 Kampung Suka
Sari, Desa Pangkalan, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang
dihubungkan dengan area permasalahan.
VARIABEL INDEPENDEN

VARIABEL DEPENDEN

Faktor Predisposisi

Pengetahuan

Faktor Pendorong

Lingkungan fisik

Sarana kesehatan

PERILAKU
MENCUCI
TANGAN
DENGAN AIR
MENGALIR DAN
SABUN

Faktor Pendukung

Sikap dan perilaku


petugas kesehatan

16

Bagan 2.2 Kerangka konsep

2,4 Definisi Operasional


Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau
diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional ialah suatu
definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang
didefinisikan atau Mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan
kebenarannya oleh orang lain.
Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamanan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta mengembangkan instrumen
(alat ukur) (Notoatmodjo, 2011). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai
berikut :

17

Tabel 2.1 Tabel Definisi Operasional Diagnosis dan Intervensi Komunitas Area Masalah
Perilaku Mencuci Tangan yang Baik dan Benar pada Daerah Keluarga Binaan RT/RW 03/04
Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.
No

Variabel

Alat

Cara Ukur
Hasil Ukur
Ukur
Aktivitas atau tindakan Kuesione Wawancara Baik bila Median

Nomina

mencuci

responden

tangan

mencuci

.
1. Perilaku

Definisi Operasional

dalam
tangan

Skala

yang

baik dan benar yang


diikuti

oleh

seluruh

anggota keluarga yaitu


dengan

menggunakan

air bersih yang mengalir


dan sabun serta waktu
yang

tepat

untuk

mencuci tangan seperti


sebelum

dan

melakukan
sesudah

sesudah
pekerjaan,

menggunakan

toilet, sesudah buang air


kecil dan besar, sebelum
dan sesudah makan.
2. Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesione Wawancara Baik bila Median
diketahui

responden

mengenai syarat air yang


baik

digunakan

(tidak

berbau, tidak berasa dan

18

Ordinal

tidak

berwarna)

untuk

mencuci tangan adalah air


bersih yang mengalir dan
sabun

yang

digunakan

untuk

mencuci

tangan

adalah

sabun

khusus

untuk

mencuci

tangan

serta cara mencuci tangan


pakai

sabun,

menurut

WHO :
a) Basahi kedua tangan
dengan air mengalir
b) Gunakan
sabun
secukupnya.
c) Gosokkan

kedua

telapak tangan dan


punggung tangan.
d) Gosok sela-sela jari
tangan kanan dengan
tangan

kiri

dan

sebaliknya.
e) Gosok kedua telapak
tangan dengan jarijari rapat.
f) Jari-jari
dirapatkan
digosokkan

tangan
sambil
ke

telapak tangan, jarijari sisi dalam dari


kedua tangan saling
mengunci.
g) Gosok ibu jari kiri
berputar

dengan
19

genggaman
kanan

tangan

dan lakukan

sebaliknya.
h) Gosokkan kuku jari
kanan

memutar

ke

telapak tangan kanan


dan sebaliknya.
i) Basuh tangan dengan
air mengalir.
j) Keringkan

tangan

dengan handuk yang


bersih.
k) Matikan

kran

air

dengan handuk.
kesadaran

akan

pentingnya

mencuci

tangan dan dampak jika


tidak

mencuci

tangan

seperti diare, ISPA dan


cacingan.
3. Lingkungan Adanya ketersediaan air Kuesione Wawancara Tersedia apabila
Fisik

bersih dimana air tidak

terdapat air bersih

berbau, tidak berwarna

dan air mengalir

dan tidak berasa serta

untuk mencuci

adanya air bersih yang

tangan

mengalir untuk mencuci

Tidak tersedia

tangan.

apabila tidak terdapat

Nomina
l

air bersih dan air


mengalir untuk
4. Sarana
Kesehatan

Adanya

sarana

mencuci tangan
untuk Kuesione Wawancara Tersedia apabila

mencuci tangan berupa

sabun cuci tangan untuk

terdapat sabun cair


untuk mencuci

20

Nomina
l

mencuci tangan di rumah.

tangan
Tidak tersedia
apabila tidak terdapat
sabun cair untuk

5. Sikap dan

Adanya

mencuci tangan
penyuluhan Kuesione Wawancara Ada apabila pernah

perilaku

disertai simulasi tentang

petugas

mencuci tangan yang baik

serta simulasi tentang

kesehatan

dan benar oleh petugas

mencuci tangan yang

kesehatan

baik dan benar oleh

Ordinal

terdapat penyuluhan

petugas kesehatan
Tidak ada apabila
tidak pernah terdapat
penyuluhan sertai
simulasi tentang
mencuci tangan yang
baik dan benar oleh
petugas kesehatan

KUISIONER
PERILAKU MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR DENGAN AIR
MENGALIR DAN SABUN
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden

Umur

Alamat

:
21

Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan

I. PERILAKU MENCUCI TANGAN


1. Kapan saja biasanya anda mencuci tangan?
a. Sebelum dan sesudah makan
b. Sebelum makan
c. Sesudah makan
2. Apakah anda mencuci tangan setelah buang air kecil dan buang air besar?
a. Ya

b. Tidak

3. Apakah seluruh anggota keluarga sudah menerapkan cuci tangan dengan baik dan benar?
a. Ya

b. Tidak

4. Apakah anda sering mencuci tangan dengan menggunakan sabun?


a. Ya

b. Tidak

II. PENGETAHUAN MENGENAI MENCUCI TANGAN


1. Apakah sabun yang anda gunakan adalah sabun khusus untuk mencuci tangan?
a. Ya

b. Tidak

2. Selain sabun cuci tangan, menurut anda sabun apa yang baik digunakan untuk mencuci
tangan?
a. Sabun cuci piring
b. Deterjen
c. Tidak ada yang benar
3.

Apakah anda mengetahui tentang pentingnya mencuci tangan?


a. Ya

4.

b. Tidak

Dengan apakah anda mengeringkan tangan setelah anda mencuci tangan?


a. Dibiarkan kering sendiri
b. Daun
c. Handuk atau tisu

5.

Apakah anda mengetahui tahap-tahap dalam melakukan cuci tangan yang baik dan benar?
22

a. Ya
6.

b. Tidak

Apa saja dampak yang anda ketahui dari tidak mencuci tangan?
a. Diare
b. Hipertensi
c. Penyakit jantung

III.LINGKUNGAN FISIK
1. Apakah syarat air bersih menurut anda?
a. Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
b. Tidak berbau, berasa dan tidak berwarna
c. Tidak berbau tidak berasa dan berwarna
2. Apakah ada air mengalir dirumah anda?
a. Ya

b. Tidak

3. Dengan menggunakan air apakah anda mencuci tangan?


a. Air mengalir
b. Air tidak mengalir
c. Lap basah
4. Apakah air dirumah anda tidak berbau?
a. Ya

b. Tidak

5. Apakah air dirumah anda tidak berasa?


a. Ya

b. Tidak

6. Apakah air dirumah anda tidak berubah warna?


a. Ya

b. Tidak

7. Apakah terdapat kesulitan untuk mendapatkan air bersih di rumah anda?


a. Ya

b. Tidak

IV. SARANA KESEHATAN


1. Apakah tersedia sabun untuk mencuci tangan?
a. Ya

b. Tidak

V. SIKAP DAN PERILAKU PETUGAS KESEHATAN


23

1. Apakah anda pernah mendapatkan penyuluhan mengenai cara mencuci tangan yang baik
dan benar?
a. Ya

b. Tidak

2. Apakah informasi yang diberikan mengenai cuci tangan yang baik dan benar sudah cukup
dimengerti?
a. Ya

b. Tidak

3. Apakah penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan yang disertai simulasi cuci tangan
dengan baik dan benar dapat dimengerti?
a. Ya

b. Tidak

4. Jika saat anda ingin makan sudah tersedia sendok, apakah anda akan tetap mencuci tangan
sebelum makan?
a. Ya

b. Tidak

24

Anda mungkin juga menyukai