I I m sin t
V Vm sin t
Vef
Vm
I ef
2
Im
2
0,707 Vm
0,707 I m
2Vm
0,637 Vm
2I
I r m 0,637 I m
Vr
VR Vm sin t
I R I m sin t
Vm I m R
Vef I ef R
Sudut fase arus sama dengan sudut fase tegangan diagram fasor
tampak segaris.
2. Rangkaian Induktif
Rangkaian yang terdiri dari induktor dan sumber tegangan bolak-balik.
XL
Reaktansi Induktif (
X L L
V Vm sin t
2
I I m sin t
90 o
Vm I m X L
Vef I ef X L
V I XL
3. Rangkaian Kapasitif
Rangkaian yang terdiri dari kapasitor dan sumber tegangan bolak-balik.
Reaktansi Kapasitif (
XC
XC
1
C
V Vm sin t
2
I I m sin t
Vm I m X C
Vef I ef X C
VC I X C
4. Rangkaian Seri R dan L
Impedansi (Hambatan Total) Rangkaian
Z R2 X L
V VR VL
Z R2 X C
V V R VC
90 o
Z X L XC
V V L VC
V=
2
Diagram
2+Phasor
( V L V c )
Hubungan antara R, L, C, dan Z dapat dinyatakan dalam
suatu diagram yang dinamakan diagram phasor. Hubungan R,
XL, dan XC dapat digambarkan dalam suatu system sumbu
koordinat seperti gambar di bawah ini :
Dengan:
XL
Z
XL - XC
Z=
R +(X X )
Dan
tan
XC
=
Resonansi
Kondisi dimana XL = XC dapat dibuat dengan mengatur frekuensi
dari sumber tegangan bolak-balik. Frekuensi ini disebut
frekuensi resonansi. Jadi,
XL = X C
1
C
L =
1
LC
1
1
2 LC
f=
2 =
atau :
PR = (Ief)2 Z cos