PENDAHULUAN
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko
yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu
bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak
serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, maka
kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Ini memang
bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negaranegara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah
(BBLR), sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200900.000 bayi (Depkes RI 2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta kematian
neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah
BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta
persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara
berkembang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan lahir
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). BBLR adalah bayi yang lahir
dengan berat badan lahir kurang 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus
dengan berat badan kelahiran kurang dari 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 menurut
WHO semua bayi baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Infant.
Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat lahir dibawah 2500 gram pada waktu
lahir bayi premature.1
Secara umum bayi BBLR dihubungkan dengan usia kehamilan yang kurang (prematur)
disamping itu juga disebabkan dismaturitas, yaitu bayi lahir cukup bulan, tapi berat badan
lahirnya lebih kecil dibandingkan masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram.1
2.2 Klasifikasi BBLR
Secara khusus BBLR memiliki pengelompokan tersendiri. Ada beberapa cara yang bisa
dilakukan dalam pengelompokan BBLR, yaitu :
1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram
2. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR),berat lahir 1000-1500 gram
3. Bayi berat badan ekstrim rendah (BBLER),berat lahir kurang dari 1000 gram
Menurut masa gestasinya :
a. Prematuritas murni, masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonates kurang bulan
sesuai masa kehamilan.
b. Dismaturitas, bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuha intra uterin atau lebih dikenal
Intra Uterine Growth Retardation (IURG) dan merupan bayi yang kecil utnuk masa
kehamilannya.
2.3 Etiologi
2
komplikasi
langsung
dari
kehamilan
seperti
anemia,
pendarahan,
preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini dan kelainan lainnya, keadaan tersebut mengganggu
kesehatan ibu dan janin dalam kandungan sehingga meningkatkan resiko kelahiran bayi dengan
berat badan rendah.
Pendarahan antepartum pendarahan pervaginama pada kehamilan di atas 28 minggu atau
lebih, disebut juga pendarahan pada trimester ketiga. Komplikasi dari pendarahan antepartum
adalah kelahiran premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian karena tindakan
terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan yang belum aterm.4
Anemia pada wanita hamil yaitu apabila kadar hemoglobin kurang dari 11g/dl pada
trimester 1 dan 3, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester ke 2. Anemia pada saat kehamilan
dapat mengakibatkan efek buruuk bagi bayi dan ibu. Anemia mengurangi suplai oksigen pada
4
metabolism ibu karena kurang nya hemoglobin yang mengikat oksigen dan mnegakibatkan efek
tidak langsung pada ibu dan bayi antara lain, kerentanan terhadap infeksi, kematian janin,
kelahiran premature dan BBLR.4
Ketuban pecah dini, adalah pecahnya selaput ketuban sebelum proses persalinan. Selaput
ketuban pecah dikarenakan ketidakseimbangan antara sintesis dan degradasi ektraselular matriks,
perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen. Salah satu komplikasi dari ketuban
pecah dini adalah meningktanya faktro resiko persalinan premature dan melahirnkan bayi dengan
BBLR. Ketuban pecah dini juga menyebabkan oligohidramnion yang akan menekan tali pusat
sehingga terjadi afiksia dan hipoksia pada janin dan membuat nutrisi ke janin berkurang serta
pertumbuhannya terganggu.
Preeklamsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat
vasospasme dan aktifitas endotel. Eklamsia adalah terjadinya kejang pada wanita dengan
preeklamsia yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Keadaan ini mempunya pengaruh
langsung terhadap kualitas janin karena terjadi penurunan aliran darah ke plasenta menyebabkan
janin kekurangan nutrisi. Normalnya pada saat proses nidasi terjadi remodeling arteri spiralis
yaitu terjadinya invasi trofoblas kedalam lapisan otot ateri spiralis, invasi juga memasuki jaringa
sekitar arteri spiralis sehingga memudahkan terjadinya distensi dan silatasi. Distensi dan dilatasi
lumen arteri memebrikan dapak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vascular dan
peningkatan aliran darah uteroplasenta. Namun pada preeklamsia invasi trofoblas tidak terjadi
secar optimal sehingga terjadi vasospasme arteri spiralis dan membuat aliran uteroplasenta tidak
adekuat.
Hipertensi pada kehamilan ada yang bersifat kronik, sudah mengalami hipertensi
sebelumnya dan hipertensi gestasional, dimana timbul pada kehamilan dan menghilang setelah 3
bulan pasca persalinan, efek hipertensi ini pada janin adalah menghambat pertumbuhna janin
disebabkan menurunya perfusi uteroplasenta, sehingga menimbulkan insufisiensi plasenta.
Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS, TORCH.
Malaria merupakan penykait infeksi yang menyebabkan penghancuran sel darah merah.
Penghancuran tersebut menyebabkan anemia sehingga menggangu pertumbuhan dan
berkembangan janin dalam lahir karena penyaluran oksigen yang berkurang.
Infeksi menular seksual adalah indeksi yang disebebkan oleh bakteri, visur, jamur yang
penularnaya terutama melalui hubungan skesual dengan orang yang terinfeksi. Dampak pada
kehamilan bergantung pada organisme penyebab, lamanya infeksi, dan usia kehamilan pada saat
terkena infeksi. Sebagian mikroorganisme dapat masuk ke dalam plasenta melalui peredaran
darah janin dan menyebar ke seluruh jaringan. Kemudian berkembang biak dan menyebabkan
respon peradangan selular yang akan merusak janin. Kelainan yang timbul dapat bersifat fatal
sehingga terjadi abortus atau lahir mati atau terjadi gangguan pertumbuhna pada bebagai tingkat
kehidupan intrauterine maupun ekstra uterin.
Infeksi HIV dapat terjadi pada ibu dan janin, penularan pada bayi dapat terjadi melalui
ASI dari ibu yang terinfeksi, sewaktu persalinan karena terkenan darah atau cairan ibu yang
terinfeksi dan juga bias melalui tranplasenta sewaktu janin dalam kandungan karena adanya
kerusakan plasenta akibat infeksi (malaria, TBC). Penurunan fungsi imunitas yang menyebabkan
kerusakan sel-sel tubuh khususnya plasenta yang akan menggangu aliran darah ke janin sehingga
pertumbuhan janin terhambat.4
Infeksi lain yang jug adapt menghambat pertumbuhan janin adalah TORCH. Infeksi
menyebabkan gangguan pada pertumbuhan jika pada infeksi akut tidak mendapatkan pengobatan
yangadekuat, infeksi tersebut dapat menjalar ke plasenta dan menyebabkan kerusakan plasenta
yang membuat gangguan aliran nutrisi ke janin melalui darah. Dari kerusakan plasenta infeksi
dapat menyebar sampai ke sirkulasi janin langsung yang merusak sel-sel tubuh janin sehingga
pertumbuhan terhambat.
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan kembar
memeberikan resiko tinggi terhadap bayi dan ibu, karena itu memerlukan pengawasan hamil
yang lebih intensif. Pertumbuhan janin kehamilan kembar bergantung pada faktor plasenta,
apakah menjadi satu atau bagaimana lokasi impalntasi plasentanya. Kedua faktor tersebuat
menyebabkan aliran darah ke janin lebih kuat dari yang lain, sehingga janin yangaliran darahnya
lemahmendapat nutrisi yang kurang dan menyebabkan pertumbuhan janin terhambat sampai
kematian janin dalam Rahim. Bentuk kelainan pertumbuhan tersebut secara umum ditunjukan
dengan berat janin hamil kembar lebih rendah 700 sampai 1000 gram dari hamil tunggal dan
pertumbuhan bersain dari janin kembar sehingga dapat terjadi selisih berat badan sekitar 50
sampai 150 gram atau lebih.
6
2. Faktor Janin
Tirsomi 18 lebih dikenal sebagain sindrom Edward terjadi pada 1 dari 8000 neonatus.
Janin dan neonatus trisomy 18 biasanya mengalami hambatan pertumbuhan dengan rata-rata
berat lahir 2340 gram. Penampakan wajah yang mencolok adalah oksiput menonjol, daun telinga
terpuntir, fisura palpebral memendek dan mulut kecil. Hampir semua system organ dapat terkena
trisomy 18. Hampir 95% mengidap cacat jantung, terutama defek septum ventrikel atau atrium.
Kelainan ginjal, aplasia radial, jari tumpang tindih. Melihat banyaknya cacat bawaan yang
didapat hasil akhirnya biasannya sangat buruk.
3. Faktro Plasenta
Faktor plasenta juga memepengaruhi pertumbbuhan janin yaitu besar dan berat palsenta,
tempata melekat pada uterus, tempat insersi talipusat, kelainan plasenta. Kelianan plasenta terjadi
karena tidak berfungsinya plasenta dengan baik sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi
oksigen dalam plasenta. Lepasnya sebagian plasenta dari perlekatanya dan posisi tali pusat yang
tidak sesuai dengan lokasi pembuluh darah yang ada di plasenta dapt mengakibatkan terjadinya
gangguan aliran darah plasenta ke janin sehingga pertumbuhan janin terhambat.
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan junga memepngaruhi untuk menjadi faktor resiko melahirkan bayi BBLR.
Faktor lingkungan yaitu bila ibu bertempatinggal di dataran tinggi seperti pegunungan, hal ini
dapat menyebebkan rendahnya kadar okesigen sehingga suplai oksigen terhadap janin menjadi
terganggu. Ibu yang tempat tinggalnya di dataran tinggi beresiko utnuk mengalami hipoksia janin
yang menyebabkan asfiksia neonatorum. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadapa janin
oleh karena ganguan oksigenisasi atau kadar oksigen udara lebih rendah dan dapat menyebabkan
lahirnya bayi BBLR.
Radiasi dan paparan zat-zat racun juga berpengaruh, kondisi tersebut dikhawatirkan
terjadi mutasi gen sehingga menimbulkan kelainan kongenital pada janin.
Umur ibu
Riwayat haid pertama haid terakhir
Riwayat persalinan sebelumnya
Kenaikan berat badan selama hamil
Aktivitas
Penyakit yang diderita selama hamil
Obat yang diminum selama hamil
8
Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain :
1. Berat badan kuran dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 43 cm, lingkar dada
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian
neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel
to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara,
mata/telinga, dan genitalia.
1. Penilaian Maturitas Neuromuskular
a. Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya tahanan saat
otot diregangkan (Gambar II.3). Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin
mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitas bawah
sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan hanya pergelangan kaki yang
fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian
diikuti dengan abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak
mendapat perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan
tonus fleksi pasif yang progresif. Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan
pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan
terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika
ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar
kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.
b. Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor
memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan
menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut antara telapak
tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga posterm diperkirakan berturut-turut > 90 , 90
, 60 , 45 , 30 , dan 0 .
c. Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut
mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan cara
evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh
mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat
lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 ,
Skor 2: fleksi parsial 110-140 , Skor 3: fleksi parsial 90-100 , dan Skor 4: kembali ke fleksi
penuh.
d. Popliteal Angle 3,4,6
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji resistensi
ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok, paha
ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi
ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara
mendukung sisi paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang,
karena hal ini dapat mengganggu interpretasi. Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti
terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu
diingat bahwa pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum
melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver ini untuk 24
hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor berkepanjangan
intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi.
10
e. Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring telentang,
pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi melalui
dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada
siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap
menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan
bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila
kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3);
dan garis aksila ipsilateral (4).
f. Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan
fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi
terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan
kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati jarak
antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja).
Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi
tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah
pusar (3); dan lipatan femoralis (4).
2. Penilaian Maturitas Fisik
a. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan
dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu
kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam
selama pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada
masing-masing janin tergantung pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum
perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket
ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal dan
menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan. pada keadaan
11
matur dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini dapat
mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi,
sepetir sebuah perkamen.
b. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme prematurity kulit
janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25
minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki
minggu ke 28. Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang tidak
ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di
daerah lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo. Variasi
jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan,
keadaan hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes
mempunyai lanugo yang sangat banyak. Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai
pada daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari
punggung bayi.
c. Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan berkaitan
dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit
garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan terdapat
percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis pada telapak kaki tidak
mengalami penurunan. Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak
didasarkan atas ras atau etnis tertentu. Bayi very premature dan extremely immature tidak
mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut
berdasarkan permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk
jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor
-1. Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan skor di tabel.
d. Payudara
12
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi esterogen
ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin. Pemeriksa menilai
ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan papila
Montgomery (Gambar II.11). Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola
dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam milimeter 9.
e. Mata/Telinga
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring perkembangannya
menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan kartilago kemudian
pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati
kecepatan kembalinya daun telinga ketika dilepaskan ke posisi semulanya. Pada bayi prematur
daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya
menilai kematangan berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan
memisahkan palpebra superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada
bayi extremelypremature palpebara akan menempel erat satu sama lain. Dengan bertambahnya
maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan meningggalkan sisi
lainnya tetap pada posisinya. Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan skor
dalam tabel. Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada individu
dengan usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakan terdapat faktor seperti stres intrauterin dan
faktor humoral yang mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra.
f. Genital Pria
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang lebih pada
minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke 32.
Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau bawah pada
minggu ke 33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan
membentuk rugae. Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona
berugae. Pada nenonatus extremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa
dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum
biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring. Pada cryptorchidismus
13
scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit jika
dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan yang sama.
g. Genital Wanita
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan
telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45o dari garis horisontal. Abduksi yang
berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan
aduksi menyebabkan keduanya tertutupi oleh labia majora. Pada neonatus extremely premature
labia datar dan klitoris sangat menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya
maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol.
Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi
oleh labia majora yang membesar. Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya
bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan labia majora
menjadi besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia majora
cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan labia minora serta
klitoris cenderung lebih menonjol.
3. Interpretasi Hasil
Masing-masing hasil penilaian baik maturitas neuromuskular maupun fisik disesuaikan
dengan skor di dalam tabel dan dijumlahkan hasilnya. Interpretasi hasil dapat dilihat pada tabel
skor.
TANDA
-1
SKOR
14
Lengket,
KULIT
rapuh,
transparan
LANUGO
PERMUKAAN
PLANTAR
KAKI
PAYUDARA
Tidak ad
Tumit-ibu
jari 4050mm: -1,
<40 mm:-2
Tidak
teraba
Kelopak
DAUN
menyatu
TELINGA
longgar: -1
Ketat : -2
KELAMIN
(laki-laki)
Skrotum
datar,
halus
Merah
seprti
agar,
transparan
Jarang
>50 mm
tidak ada
lipatan
(perempuan)
halus, vena
tampak
Banyak
sekali
terlipat
Skrotum
kosong,
rugas
samar
Klitoris
menonjol,
menonjol
labia
labia datar
minora
kecil
menipis
Pinna
sedikit
melengkung
, lunak,
recoil
lambat
Testis kanal
bagian atas,
rugas jarang
Klitoris
menonjol,
labia minora
membesar
daerah
pucat, vena
menghilang
Lipatan
anterior
puncak
pecah,
jarang
pada bagian
teraba
datar
jarang
merah tipis
tidak ada
pinna
ruam, vena
melintang
tidak
terbuka:
mengelupas,
Garis-garis
Aerola datar
Kelopak
Permukaan
Lipatan
Hamper
Klitoris
KELAMIN
Merah muda
Pecah-
pada 2/3
anterior
Seperti
kertas,
pecahpecah
dalam, vena
Lipatan
pada
seluruh
telapak kaki
Aerola
berbintil
terangkat
penuh
puncak 1-2
puncak 3-4
puncak 5-
mm
mm
10 mm
Keras
Kartilago
berbentuk;
tebal;
recoil
telinga
segera
kaku
Testis
Testis
dibawah,
bergantung,
rugas jelas
rugas dalam
Labia
Labia
Labia
mayora dan
mayora
mayor
minora
besar, labia
menutupi
sama-sama
minora
clitoris dan
menonjol
kecil
labia minor
penuh;
lunak;sudah
rekoil
Testis
menuju
kebawah,
rugas sedikit
keriput
tidak ada
Aerola
memutar
pecah,
(-)
Umumnya
Aerola
Pinna
Pecah-
Jumlah
SKOR
Minggu
SKOR
minggu
15
-10
20
25
34
-5
22
30
36
24
35
38
26
40
40
10
28
45
42
15
30
50
44
20
32
Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak dapat bernafas sponyan dan teratur, sehingga dapat
menurunkan oksigen dan meningkatkan karbon diokisda yang dapat menimbulakn akibat buruk
dalam kehidupan yang lebih lanjut. Semua tipe BBLR mempunay dampak apda proses daptasi
pernafasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir. Bayi BBLR membutuhkan kecepatan
dan keterampilan resusitasi
Aspirasi Mekonium
Ini adalah penyakit paru berat yang ditandai dengan pneumonitis kimiawi dan pbstruksi
jalan nafas. Penyakit ini terjadi akibat inhalasi cairan amnion yang tercemar meconium
peripartum sehingga peradangan jaringan paru dan hipoksia. Pada keadaan yang lebih berat,
proses patologis berkembang biak menjadi hipertensi pulmonal persisten, morbiditas lain dan
kematian.
Retolenta Fibroplasia
Penyakit ini ditemukan pada bayi premature dimana disebabkan oleh gangguan oksiegn
yang berlebihan. Pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi (> 115 mmHg) maka akan terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bernafas kembali dengan udara normal,
pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi yang selanjutnya akan diikudengan proliferasi
kapiler secara tidak teratur. Stadium akut dapt terlihat pada umur 3-6 minggu dalam bentuk
dilatasi artei dan vena retina, kemudia diikuti pertumbuhan caliper secara teratur pada ujung vena
yang terlihat sperti perdarahan dan kapiler baru ini tumbuh kea rah korpus viterus dan lensa
sehingga menyebabkan edema retina dan retina dapat terlepas dari dasarnya. Keadaan ini terjadi
bilateral dengan tanda COA mengecil, pupil mengecil dan tidka teratur dan visus menghilang.
Pengobatan diberikan ACTH atau kortikoteroid.
B. Gangguan Metabolik
Hipotermia
17
Bayi premature dan BBLR akan dengan cepat kehilangan panas tubuh dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungis dengan baik, metabolism yang
rendah dan luas permukaan tubuh yang relative luas dan lapisan lemak yang masih tipis.2
Hipotermi ditandai dengan akral dingin, bayi tidak mau minum, kurang aktif, kutis
marmorata, pucat, takipnea, atau takikardi, bila berkepanjangan, akan menyebabkan terjadinya
peningkatan oksigen, distress fetal persisten, gagal ginjal akut, enterokolitis nekrotikan. Pada
keadaan berat dapat menyebabkan kematian.2
Table 2 : Klasifikasi suhu tubuh abnormal
Anamnesis
Pemeriksaan
Bayi terpapar suhu lingkungan Suhu tubuh 32oC 36oC
yang rendah
Klasifikasi
Hipotermia Sedang
Gangguan nafas
Malas minum
Letargi
Bayi terpapar suhu lingkungan Suhu tubuh < 32oC
yang rendah
Hipotermia Berat
berada
tidak
stabil
tubuh
Hipertermia
matahari,
RR > 60 kali/menit
HR > 160 kali/menit
Letargi, Irritable
Hipoglikemia
Glukosa berfungsi sebgai makanan otak pada tahun pertama kelahiran pertumbuhan otak
sangat cepat sehingga sebagia besar glukosa dam darah digunakan untuk metbolisme di otak.
Jika asupan glukosa ini kurang, akibatnya sel-sel saraf di otak mati dan mempengaruhi
18
kecerdasan di masa depan. Pada BBLR hipoglikemia terjadi Karen acadangan glukosa yang
rendah dan aktivitas hormonal untuk gluconeogenesis yang belum sempurna
Masalah pemberian ASI
Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi yang kecil, kurang
energy, lemah, ukuran labung kecil, dan reflex hisap kurang. Bayi dengan BBLR sering
mendpaatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih
sedikit tapi sering, bayi BBLR dengan kehamilan > 35 minggu dan berat lahir > 2000 gram
umumnya bias langsung menyusui.
C. Ganguan Imunitas
Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh berkurang karena rendahnya kadar immunoglobulin G (IgG) maupun
gamma globulin. IgG pada saat awal kelahiran sebagian besar didapat dari ibu dimulai sekitar
minggu ke 16 dan yang palingtinggi 4 minggu sebelum kelahiran. Dengan demikian bayi BBLR
relative kurangmendapatkan antibody ibu, belumsanggup membentuk antibody dan daya tahan
fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik, karena system kekebalan tubuh bayi juga
belum matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat lahir. Keluarga dan tenaga medis yang
merawat bayi harus melakukan tindakan pencegahan infeksi dan menjaga kebersihan dan
mencuci tangan dengan baik.
Ikterus
Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lendir, dan berbagai jaringan
karena tingginya zat warna empedu. Ikterus neonatal adalah suatu gejala yang sering ditemukan
pada bayi baru lahir, biasanya bersifat fisiologis, tapi dapat juga patologis, dikarenakan fungsi
hati
yang
belum
matang
menyebabkan
pemecahan
bilirubin
dan
menyebabkan
hiperbilirubinemia. Icterus fisologis umumnya terjadi pada bayi baru lahir,, kadar bilirubin tak
terkonjugasi pada minggu pertama > 2 mg/dL. Pada bayi kurang bulan yang mendapatkan susu
formula juga akn mengalami peningkatan dengan puncak yang lebih tinggi dan lebih lama,
begitu juga dengan penurunnya. Peningkatan sampai 10-12 mg/dL masih dalam batasan kisaran
19
fisiologis, bahkan hingga 15 mg/dL tanpa disertai kelainan metabolisme bilirubin. Bayi yang
mengalami ikterus patologis memerlukan tindakan dan penanganan lebih lanjut. Ikterus yang
patologis ditandai sebagai berikut :4
Gangguan Jantung
Paten Ductus Arteriosus (PDA) sejenis masalah jantung, biasnya dicatat dalam beberapa
minggu pertama atau bulan kelahiran. PDA yang menetap sampai bayi berumur 3 hari sering
ditemui pada bayi BBLR, terutama pada bayi dengan penyakit mebran hialin. Defek septum
ventrikel, frekuensi kejadian paling tinggi pada bayi dengan berat kurang dari 2500 gram dan
20
masa gestasi kurang dari 34 minggu dibandingkan dengan bayi lebih besar dengan masa gestasi
yang cukup.
Gangguan pada Otak
Pendarahan intracranial pada neonatus dapat menyebabkan masalah neurolgis, seprti
gangguan mengendalikan otot, keterlambatan perkembangan dan kejang.
yang dikeluarkan ginjal dan pengeluaran cairan oleh sebab lain. Kehilangan cairan insensible
meningkat di tempat dengan udara panas, selama terapi sinar, dan pada kenaikan suhu tubuh.
sebelumnya, bila mungkin. Gunakan incubator atau ruangan hangat, bila perlu.
Ganti baju yang dingin dan basah, pakaikan topi dan selimut yang hangat.
Hindari paparan panas berlebihan dan posisi bayi yang sering diubah.
Bila bayi dengan gangguna nafas (frekuensi nafas lebih 60 atau kurang 30x/menit,
tarikan dinding daad, dan merintih saat ekspirasi), lakukan manajemen gangguan
nafas.
Pasang IV dan berikan cairan sesuai dosis rumatan.
Periksa kadar glukosa, bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl, tangani
hipoglikemia.
Nilai tanda kegawatan pada bayi (gangguan jalan nafas, kejanng atau tidak sadar)
tiap jam dan kemampuan minum tiap 4 jam sampai suhu kembali normal.
Ambil sampel darah dan beri antibiotik yang sesuai bila terdapat sepsis.
Anjurkan ibu utnuk menysusi segera setelah bayi siap :
Bila tidak dapat menyusu, beri ASI peras. Bila tidak bisa menyusu sama sekali,
pasang pipa lambung dan beri ASI peras begitu suhu bayi mencapai 35oC.
Periksa suhu tubuh tiap jam, bila suhu naik paling tidak 0,5 oC/ jam, berate upaya
penghangatan berhasil, lanjutkan dengan memeriksa suhu tiap 2 jam.
Ganti baju yang dingin dan basah, pakaikan topi dan selimut yang hangat.
Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan kontak kulit
dengan kulit (PMK : Perawatn Metode Kanguru)
22
pengatur suhu.
Anjurkan ibu utnuk nyusui lebih sering.
Bila bayi dengan gangguna nafas (frekuensi nafas lebih 60 atau kurang 30x/menit,
tarikan dinding dada, dan merintih saat ekspirasi), lakukan manajemen gangguan
nafas.
Periksa kadar glukosa, bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl, tangani
hipoglikemia.
Nilai tanda kegawatan pada bayi (gangguan jalan nafas, kejanng atau tidak sadar)
tiap jam dan kemampuan minum tiap 4 jam sampai suhu kembali normal.
Periksa suhu tubuh tiap jam, bila suhu naik paling tidak 0,5 oC/ jam, berate upaya
Inkubator dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan kelembapan agar bayi dapat menjaga
dan memeprtahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen dapat diatur, serta mengurangi
kontaminasi dari lingkungan luar. Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang
hilang dan konsumsi oksigen cukup sehingga bayi walapun dalam keadaan telanjang dapat
mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5-37 C. tingginya suhu lingkunga bergantung tingkat
lingkungan bayi.
Prosedur dapat dilakukan dengan sebelumnya inkubator dihangatkan terlebih dahulu
sampai sekitar 24,9 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 C untuk bayi yang lebih kecil.
Bayi dirawat dalam keadaan tenajang, hal ini untuk memungkinkan pernafasan yang adekuat,
bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
Di Indonesia perawatan BBLR masih memprioritaskan pada penggunaan incubator, tetapi
keberadaaanya masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan mortilitas dan morbiditas BBLR
menjadi sangat tinggi, bukan hanya akibat kondisi prematuritasnya, tetapi juga diperberat oleh
23
hipotermia dan infeksi nosocomial. Di sisi lain penggunaan incubator memiliki banyak
keterbatasan. Selain jumlah yang terbatas, incubator membutuhkan biaya perawatan yang tinggi,
serta memerlukan tenaga terampil, bayidipisahkan dari ibunya, hal ini akan menghalangi kontak
lansgung antara ibu dan bayi yang sangat diperlukan bagi tumbuh kembang bayi. Salah satu
alternative masalh tersebut adalah menggunakan perawatan metode kangguru.
Perawatan metode kangguru (PMK) adalah perawatan utnuk BBLR dengan melakukan
kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu. Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan
guna mendukung kesehatan dan keselamatan BBLR.
PMK dilakukan dalam 2 cara, yaitu :
1. PMK intermiten : PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu
mengunjungi bayiny yang masih berada dalam perawatan di incubator dengan durasi
minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari.
2. PMK kontinu : PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat dilakukan di unti
gawat rawat gabungan atau ruangan yang dipergunakan utnuk perawatan metode
kangguru.
Pemberian Makanan
Cara pemberian makan bpada bayi BBLR harus secara sendiri-sendiri. Penting untuk
menghindari kelelahan dan aspirasi makanan karna regurgitasi atau karna proses pemberian
makan. Pemberian oral harus dihentikan pada bayi dengan kegawatan pernafasan, hipoksia,
insufisiensi sirkulasi, sekresi yang berlebihan, penyumbatan mulut, sepsis, depresi system syaraf
pusat, imaturitas, tanda-tanda penyakit serius. Bayi-bayi ini memerlukan pemberian makan
secara parenteral atau melalui sonde untuk pemasukan cairan, kalori, dan elektrolit.
Bayi premature yang besar sering diberi susu botol atau air susu ibu. Dalam keadaan
khusus bila perlu ASI dimasukkan dalam botol susu. Dengan susu botol, usaha bayi untuk
menghisap berkurang karena sifat dot yang kecil lunak dengan lubang yang besar akan
mempermudah pengisapan. Proses pemberian makanan melalui mulut memerlukan pengisapan
yang kuat, kerjasama antara menelan dengan penutupan epiglottis dan uvula dari laring maupun
24
dengan saluran hidung serta gerak esofagus yang normal. Proses yang sinkron ini biasanya baru
timbul pada bayi dengan masa gestasi lebih dari 34 minggu.2,4
Bayi yang lebih kecil dan lemah harus diberi minum melalui pipa lambung, biasanya
dipakai pipa plastic lunak no 5 French dengan ukuran luarnya dan diameter dalamnya kira-kira
0,05 cm dengan ujung yang bulat dan tidak menyebabkan luka, disertai dengan 2 lubang pada
kedua sisinya.
Pipa dimasukkan melalui hidung atau mulut sehingga ujung pipa yang
panjangnya 2,5 cm ada dilambung. Ujung pipa yang bebas kemudian diletakkan dalam air.
Apabila timbul gelembung pada setiap ekspirasi berarti pipa ada ditrakea dan harus diperbaiki,
kemudian dimasukkan kembali ketempat yang sebenarnya. Ujung pipa yang bebas dihubungkan
dengan tabung suntik kemudian susu yang telah ditentukan banyaknya dimasukkan ke dalam
tabung suntik tersebut dan dibiarkan turun perlahan menurut gaya berat. Pipa tersebut diganti
setiap 2-4 hari dengan pipa steril lainnya melalui lubang hidung sebelahnya atau melalui mulut.
Kadang-kadang pipa yang menetap dilambung dapat menimbulkan iritasi dan pipa lambung
hanya boleh dimasukkan melalui mulut dan pipa tersebut harus dikeluarkan segera sesudah bayi
minum. 2
Perubahan minum dengan botol atau ASI dilakukan bertahap, selanjutnya diberikan
sepenuhnya susu botol atau ASI bila bayi cukup kuat mengisap dan tidak tampak lelah.
Pemberian makanan melalui pipa ke lambung atau ke jejunum hanya dianjurkan pada bayi berat
lahir rendah bila kebutuhan kalori melalui botol/ASI tidak terpenuhi karena daya isap lemah,
tidak ada koordinasi antara mengisap dengan menelan, dan lambatnya pengosongan lambung.
Komplikasi pemberian makanan dengan pipa ke jejunum adalah perforasi usus.
Kesiapan saluran usus untuk menerima makanan mungkin dapat ditentukan melalui suara
usus yang aktif, keluarnya meconium, tidak adanya kembung atau tanda peritonitis, tidak ada
aspirasi atau muntah.
Bayi berat kurang dari 1500 gr pemberian makan mula-mula dapat diberikan adalah 1 mL
dekstrosa 5% atau 10 kal/ons formula prematur. Jika berhasil makanan berikutnya diberikan
setiap 2 jam dan kekuatan (kekentalan) ditambah menjadi 15-20 kal/ons. Sesudahnya
penambahan volume susu 1 ml sesudah 12 kali pemberian makanan pada volume sebelumnya
berhasil. Penambahan volume susu tidak melebihi 20 ml/kg/24 jam. Bila volume 150 ml/kg/hari
telah dicapai, kandungan kalori dapat ditambah sampai 24 atau 27 kkal/ons.
25
Pada bayi dengan berat lebih dari 1500 gr, dimulai dengan menambah kadar susu, mulai
dari 4 ml untuk 3 kali makan yang diberikan setiap 3 jam sampai kadar telah bertambah dari 10
menjadi 20 kal/ons. Penambahan volume susu formula harian total tidak melebihi 20 ml/kg/24
jam.
Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan pada bayi bervariasi menurut umur kehamilan, keadaan lingkungan,
dan status penyakit. Bayi preterm yang amat imatur (<1000 gr) mungkin memerlukan sebanyak
2-3 mL/kg/jam. Pada bayi cukup bulan biasanya dimulai dari 60-70 mL/kg pada hari pertama
dan dinaikkan sampai 100-120 mL/kg pada hari ke-2 dan ke -3. Bayi lebih premature, dan lebih
kecil mungkin perlu dimulai dengan 70-100 mL/kg pada hari pertama dan dilanjutkan sampai
150 mL/kg/24 jam pada hari ke-3 dan ke-4.2
26
Sesudah memasukan kalori lebih besar dari 100 kkal/kg/24 jam dicapai melalui nutrisi
intravena parenteral total, bayi BBLR dapat diharapkan bertambah sekitar 15 g/kg/24 jam.
PEMERIKSAAN
SKOR 0
SKOR 1
SKOR 2
< 60 x/menit
60-80 x/menit
>80 x/menit
Retraksi
Retraksi ringan
Sianosis hilang
Retraksi berat
Sianosis menetap
Sianosis
dengan pemberian O2
Penurunan ringan
dengan pemberian O2
Tidak ada udara
Air entery
Udara masuk
udara masuk
Udara masuk dapat
masuk
Dapat didengar tanpa
Merintih
Tidak merintih
didengar
alat bantu
Frekuensi nafas
Evaluasi
Total
Diagnosis
1-3
4-5
27
berat dan sianosis sentral menetap walaupun diberi O2 100%, diberi ventilator
mekanik.
Jika gangguan nafas menetap setelah 2 jam, pasang pipa lambung untuk
kemungkinan sepsis.
Bila bayi menunjukan tanda-tanda perbaikan (frekuensi nafas menurun, tarikan
dinding dada berkurang, suara merintih), kurang O2 secara bertahap.
Pemberian oksigen pada neonatus dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan
cara non-invasif menggunakan inkubator, headbox, masker, menaruh sumber oksigen dekat
wajah bayi; semi invasive menggunakan kanula nasal, kateter nasal, kateter nasofaring.2,4
Apnea
Bayi dengan resiko apnea harus dimonitor dengan monitor apnea. Rangsang kulit yang
lembut sering merupakan terapi yang adekuat untuk bayi neonatus yang mengalami episode
28
ringan dan intermiten. Bayi yang mengalami apnea berulang dan lama memerlukan ventilasi
kantong dan masker segera. O2 diberikan untuk mengobati hipoksia. Apnea yang bukan
disebabkan pencetus yang jelas harus diobati dengan teofilin atau kafein. Dosis pembebanan
teofilin 5mg /kg harus diikuti dengan dosis 1-2 mg/kg diberikan setiap 8-12 jam melalui oral atau
intravena. Dosis ini harus dipantau dengan pengamatan tanda vital, respon klinis, dan kadar obat
dalam serum. CPAP (continuous positive airway pressure, 3-5cm H2O) merupakan terapi efektif
unutk apnea campuran atau obstruktif. CPAP dapat membantu saluran pernafasan atas, mencegah
obstruksi.
Penanganan Hiperbilirubinemia
Tanpa memandang etiologi, tujuan terapi adalah mencegah kadar bilirubin indirek dalam
darah mencapai kadar yang memungkinkan terjadinya neurotoksisitas; dianjurkan fototerapi, dan
jika tidak berhasil, transfuse tukar dilakukan untuk mempertahankan kadar maksimum bilirubin
total dalam serum di bawah kadar yang disarankan.
Tabel 4. Kadar Bilirubin serum indirek maksimum yang disarankan pada bayi preterm
Berat Badan Lahir
Tidak Ada Komplikasi
Ada Komplikasi
<1000
12-13
10-12
1000-1250
12-14
10-12
1251-1499
14-16
12-14
1500-1999
16-20
15-17
2000-2500
20-22
18-20
*komplikasi meliputi asfiksia perinatal, asidosis, hipoksia, hipotermia, hipoalbuminemia,
meningitis, PIV, hemolysis, hipoglikemia, atau tanda kernicterus.
Icterus klinis dan hiperbilirubinemia indirek berkurang pada pajanan cahaya
berintensitas- tinggi pada spectrum yang dapat dilihat. Bilirubin menyerap cahaya secara
maksimal pada kisaran biru (420-470nm). Bayi premature yang tanpa hemolysis berarti biasanya
bilirubin serumnya turun 1-3 mg/dL sesudah menjalani 12-24 jam fototerapi konvensional. Dan
kadar puncak yang dicapai dapat diturunkan 3-6 mg/dL. Pengaruh terapeutik bergantung pada
energy cahaya yang dipancarkan pada kisaran panjang gelombang yang efektif, jarak antara
29
cahaya dan bayi, jumlah kulit yang terpajan, kecepatan hemolysis, metabolism in vivo, serta
ekskresi bilirubin.
Fototerapi konvensional dipakai secara terus-menerus, dan bayi sering dibolak-balik
untuk mendapatkan pemajanan kulit yang maksimal.
Penggunaan fenobarbital memperbesar konjugasi dan ekskresi bilirubin, dapat diberikan
pada bayi saat lahir dengan dosis 10 mg/kg/24 jam.
Penanganan Anemia
Anemia prematuritas terjadi pad BBLR 1-3 bulan sesudah lahir, disertai dengan kadar
hemoglobin dibawah 7-10 g/dL, dan muncul dengan manifestasi klinis seprti apnea, penembahan
berat badan yang jelek, pucat, aktivitas berkurang, takipnea, takikardi, dan masalah makan.
Flebotomi ulang untuk uji darah, pendek masa ketahanan hidup sel darah merah,
pertumbuhan yang cepat, dan pengaruh transisi fisiologis dari kehidupan janin (rendah PaO2 dan
saturasi hemoglobin) sampai kehidupan neonatus (tinggi PaO2 dan saturasi hemoglobin) turut
menyebabkan anemia prematuritas.
Pengobatan anemia dengan transfuse darah bergantung pada keparahan gejala, kadar
hemoglobin, dan adanya penyakit komorbid yang menggangu hantaran oksigen. Bayi preterm
yang mengalami episode apnea dan bradikardi berulang walaupun dengan terapi teofilin dan
kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dL mendapat manfaat yang baik melalui transfusi darah.
Trasnfusi sel darah merah (10-15 mL/kg) diberikan dengan kecepatan 2-3mL/kg/jam utnuk
menaikkan kadar hemoglobin; 2mL/kg menaikkan kadar hemoglobin 0,5-1 g/dL.
Penanganan Hipoglikemia
Bila tidak ada serangan kejang, bolus glukosa 10% intravena 200 mg/kg (2 mL/kg)
efektif untuk menaikkan kadar glukosa darah. Bila terdapat kejang, 4 mL/kg injeksi bolus
glukosa 10% terindikasi. Pasca terapi pertama harus diberikan infus glukosa 8 mg/kg/menit. Jika
30
hipoglikemia lagi, kecepatn infus harus ditambah sampai menggunakan glukosa 15-20%. Jika
hipoglikemia masih menetap, dapat ditambahkan hidrokortison (2,5 mg/kg/6jam) atau
prednisone (1mg/kg/24 jam). Glukosa serum diukur tiap 2 jam setelah terapi dimulai sampai
beberapa pengukuran diatas 40 mg/dL. Selanjutnya, pengukuran kadar glukosa diperiksa 4-6 jam
dan pengobatan dihentikan secara bertahap bila glukosa tetepa berada dalam batas normal selama
24-48 jam.
Bayi dengan resiko hipoglikemia diukur glukosa serumnya dalam 1 jam kelahiran dan
selanjutnya setiap 1-2 jam selama 6-8 jam pertama, kemudian setiap 4-6 jam sampai usia 24 jam.
Pencegahan Infeksi
BBLR sangat rentan terhadap infeksi.
berikut :1
1.
mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit sebelum
masuk ke tempat rawat bayi
2.
mencuci tangan dengan zat antiseptic/sabun setiap sebelum dan sesudah memegang
seorang bayi
3.
melakukan tindakan untuk mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua
benda yang berhubungan langsung dengan bayi
4.
5.
6.
membatasi kontak langsung dan tidak langsung dengan petugas ruangan dan bayi lainnya
7.
tidak terganggu. Sedangkan bahaya infeksi dapat dikurangi dengan cara mematuhi peraturan
pencegahan infeksi.
Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi dan erat kaitannya dengan
daya tahan tubuh, oleh sebab itu pemantauan dan monitoring harus dilakukan dengan ketat.
31
Biasanya berat badan bayi akan menurun 7-10 hari pertama namun akan kembali seperti semula
dalam 14 hari. Setelah berat badan tercapai kembali, kemudai dipantau kenaikan berat badan
dalam tiga bulan dengan perkiraan :
150-200 gram seminggu untuk bayi <1500 gram (20-30 gram per hari)
200-250 gram seminggu untuk bayi 1500-2500 gram (20-35 gram per hari)
Memulangkan Bayi
Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupun
dengan putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10-30 g/hr dan suhu
tubuh tetap normal diruang biasa. Bayi harus tidak menderita apnea atau bradikardia dan tidak
memerlukan oksigen atau obat yang diberikan melaui pembuluh darah.
mendapat oksigen harus diperiksa untuk melihat ada tidaknya fibroplasia retrolental dan tekanan
darah bayi yang dimasukkan kateter ke dalam tali pusatnya harus diperiksa untuk mengetahui
ada tidaknya hipertensi vascular ginjal.
haemoglobin dan hematokrit harus diperiksa. Biasanya bayi prematur dipulangkan bila berat
badannya mendekati 1800-2100gr dan semua masalah yang berat sudah diatasi. Selanjutnya
bayi harus dipantau secara teratur untuk melihat pertumbuhan dan perkembangannya serta
menemukan
kelainan
yang
mungkin
baru
timbul
kemudian
dan
kalau
mungkin
2.7 Prognosis
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501-2500 gram adalah 95% tetapi bayi
berat kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian lebih tinggi. Perawatan bayi
dengan berat badan yang sangat rendah di ruang gawat darurat neonatus telah dapat
memperpanjang umurnya, kematiannya diduga karena diplasia bronkopulmonal, enterokolitis
nekrotikans atau infeksi sekunder.
dipulangkan dari rumah sakit selama 2 tahun pertama lebih tinggi dari bayi cukup bulan.
Kebanyakan sebab kematiannya diduga karena infeksi yang pada hakekatnya dapat dicega.
32
Selain itu terdapat peninggian kejadian gagal tumbuh, sindrom kematian bayi mendadak, anak
terlantar, ikatan antara ibu bayi (terutama bayi premature) yang tidak memuaskan.
Kelainan anatomic bawaan yang didapat pada bayi BBLR kira-kira 3-7%. Bayi berat
lahir rendah yang tidak mempunyai cacat bawaan, kerusakan susunan saraf pusat, berat lahir
yang sangat rendah atau retardasi pertumbuhan intrauterine, selama tahun kedua akan mengalami
pertumbuhan fisis yang mendekati pertumbuhan bayi cukup bulan dengan berat sesuai dengan
masa gestasi. Keadaan inirine, selama tahun kedua akan mengalami pertumbuhan fisis yang
mendekati pertumbuhan bayi cukup bulan dengan berat sesuai dengan masa gestasi. Keadaan ini
terjadi lebih dahulu pada bayi premature dengan ukuran yang lebih besar.
Selama tahun kedua bayi BBLSR tidak akan mampu mencapai pertumbuhan seperti bayi
dengan berat badan yang mendekati bayi cukup bulan, terutama yang menderita penyakir kronis
berat, jumlah makanan yang diberikan tidak mencukupi, atau bila perawatannya tidak memadai.
Pada umumnya makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan
terjadinya kecerdasan yang kurang dan gangguan neurologik. Lingkaran kepala yang kecil
waktu lahir mungkin berhubungan dengan ciri neurologik yang buruk.
Kejadian retardasi
perkembangan neurologik dan mental pada bayi dengan berat lahir yang sangat rendah berkisar
antara 10-20% termasuk serebral palsi 3-5% cacat pendengaran dan penglihatan yang sedang
sampai berat 1-4% dan kesukaran belajar 20% IQ global rata-rata sebesar 90-97 dan 76% di
antaranya dapat mengikuti sekolah normal.
Ibu golongan social ekonomi yang rendah cenderung melahirkan bayi berat lahir rendah
yang perkembangannya kurang baik walaupun ada di lingkungan yang baik. Bayi berat lahir
rendah yang cukup bulan jarang menderita cacat neurologik berat. Walaupun demikian kejadian
disfungsi serebral ringan meningkat (hiperaktif, perhatian terhadap sesuatu berkurang, kesukaran
belajar) gambaran elektroensefalografi abnormal dan kemampuan berbicara tidak sempurna bila
dibandingkan dengan bayi cukup bulan sesuai masa gestasi.
kepribadian mungkin lebih sering ditemukan pada anak yang lahir premature dari pada yang
lahir cukup bulan. Berapa besar pengaruh lingkungan yang mengganggu pertumbuhan abnormal
neonatus yang disebabkan oleh perawatan terpisah, kurang baiknya hubungan ibu-bayi serta
kekhawatiran orang tua dengan sikap memberi perlindungan yang berlebihan, belum diketahui
dengan pasti. Walaupun demikian bila bayi sudah dianggap tidak memerlukan perawatan lebih
33
lanjut di Rumah Sakit, bayi harus dipulangkan secepatnya. Bila masih perlu dirawat disarankan
agar orang tua mengunjungi bayinya lebih sering.
2.9 Pencegahan
Salah satu langkah terpenting dalam mencegah prematuritas adalah mulai melakukan
pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan terus melakukan pemeriksaan selama kehamilan.
Statistik menunjukkan bahwa perawatan kehamilan yang dini dan baik bisa mengurangi angka
kejadian prematuritas, kecil untuk kehamilan dan angka kesakitan akibat persalinan dan pada
masa baru lahir.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang rawan
karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik. Pada periodeperiode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit
dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan
masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko
yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu
bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Markum, A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jilid I,
Gaya Baru, Jakarta, 1999, hal 224-237.
2. Behrman, R., M.D., Vaughn III. V.C., M.D., Prematuritas da retardasi pertumbuhan
intrauteri : dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bag. I, EGC, Jakarta, 1992, hal 561-572.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Perinatologi dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak, Buku 3, Infomedika, Jakarta, 2000, hal 1051-1054.
4. Kosim M.S., dkk., Buku ajar neonatologi. Edisi pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;
2008.
35
36