Menurut penulis, Hakikat Matematika adalah kumpulan unsur-unsur atau konsepkonsep abstrak yang berhubungan dan bersifat deduktif. Penalaran deduktif, yaitu
kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh akibat logis dari kebenaran
sebelumya, sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika
bersifat konsisten. Matematika disusun atas dasar aksioma atau postulat
yangkemudian dikembangkan menjadi dalil dalil. Matematika berkenan dengan
ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya diatur menurut urutan yang
logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Apabila
matematika dipandang sebagai struktur dari hubungan-hubungan maka simbolsimbol formal diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang
beroperasi di dalam struktur-struktur. Matematika adalah sarana berpikir ilmiah
dalam rangka melaksanakan metode ilmiah. Matematika timbul karena olah pikir
manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran matematika yang
terdiri atas 4 kawasan yang luas yaitu, aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.
Soedjadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian
matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan
bilangan.
4. Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang
ruang dan
bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic.
6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Matematika mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat menerangkan
pengertian matematika secara umum. Menurut Soedjadi (2000:13), karakteristik
matematika adalah:
a) Memiliki objek kajian abstrak.
b) Bertumpu pada kesepakatan.
c) Berpola pikir deduktif.
d) Memiliki simbol yang kosong dari arti.
e) Memperhatikan semesta pembicaraan.
f) Konsisten dalam sistemnya.
c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan
memberi keyakinan pada diri sendiri.
d. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
e. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang
diharapkan
f. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas
g. Rewarder, yang memberi penhargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka
peningkatan semangat heuristik pada siswa supaya guru dapat melakukan
perananya
secara efektif maka pengenalan kemampuan siswa sangat diperlukan, terutama cara
berpikirnya, cara mereka menanggapi, dan sebagainya.
2. Strategi Penyelesaian Masalah (PROBLEM SOLVING)
Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah memberi tekanan pada
terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Proses ini berlangsung secara
bertahap, mulai dari menerima stimulus dari lingkungan sampai pada memberi
respons yang tepat terhadapnya. Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain :
a. Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau, dalam hal ini
penyelesaian masalah kurang (tidak) rasional.
b. Penyelesaian masalah secara intuitif masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal,
tetapi berdasarkan intuisi atau firasat.
c. Penyelesaian masalah dengan cara trial error, penyelesaian masalah dilakukan
dengan coba-coba ,percobaan yang dlakukan tidak berdasar hipotesis tetapi secara
acak.
d. Penyelesaian masalah secara otoritas. Penyelesaian masalah dilakukan
berdasarkan kewenangan seseorang.
e. Penyelesaian masalah secara meta fisik. Masalah-masalah yang dihadapi dalam
dunia empirik diselesaikan dengan prinsip-prinsip yang bersumber pada dunia
supranatural/dunia mistik/dunia gaib.
f. Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional
melalui proses deduksi dan induksi.
Penyelesaian masalah dalam strategi belajar mengajar disini ialah penyelesaian
masalah secara ilmiah atau semi ilmiah. Guru memilih bahan pelajaran yang
memiliki permasalahan, materi pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks
disekolah tetapi dapat diambil dari sumber-sumber lingkungan yang ada. Pemilihan
materi seperti itu memerlukan beberapa criteria sebagai berikut:
a. Bahan yang dipilih bersifat conflict issue atau controversial. Bahan seperti itu
dapat direkam dari peristiwa-peristiwa konkret dalam bentuk audo visual atau
kliping atau disusun sendiri oleh guru.
b. Bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa.
c. Bahan tersebut mencakup kepentingan orang banyak dalam masyarakat.
d. Bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan dalam
kurikulum sekolah.
e. Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yang
dikehendaki.
f. Bahan tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa.
C. Penggolongan Strategi Belajar Mengajar
1. Berdasarkan Bentuk dan Pendekatan:
a. Expository
Exposition (ekspositorik) yang berarti guru hanya memberikan informasi yang
berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti bukti yang mendukung.
Siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah
diolah oleh guru sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan siswa diharapkan
belajar dari informasi yang diterimanya. Hampir tidak ada unsur discovery
(penemuan). Dalam suatu pengajaran, pada umumnya guru menggunakan dua
kutub strategi serta metode mengajar yang lebih dari dua macam, bahkan
menggunakan metode campuran. Guru dapat memilih metode ceramah, ia hanya
akan menyampaikan pesan berturut-turut sampai pada pemecahan
masalah/eksperimen bila guru ingin banyak melibatkan siswa secara aktif. Contoh
strategi ekspositorik : Pada Taman kanak-kanak, guru menjelaskan kepada anakanak, aturan untuk menyeberang jalan dengan menggunakan gambar untuk
menunjukkan aturan : berdiri pada jalur penyeberangan, menanti lampu lintas
sesuai dengan urutan wa rna, dan sebagainya. Ia mengemukakan aturan umum dan
mengharap anak-anak akan mengikuti/mentaati aturan tersebut.
b. Discovery dan Inquiry
Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry
(penyelidikan). Discovery (penemuan) adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya;
mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya.
Sedangkan konsep, misalnya; bundar, segitiga, kubus dan balok. Inquiry, merupakan
perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam) Artinya,
inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya;
merumuskan problema, merancang eksperi men, melaksanakan eksperimen,
itu menunjukkan pada suatu konsep yang nyata (concrete concept). Gagne
mengatakan bahwa selain konsep konkret yang bisa kita pelajari melalui
pengamatan, mungkin juga ditunjukkan melalui definisi/batasan, karena merupakan
sesuatu yang abstrak. Misalnya iklim, massa, bahasa atau konsep matematis. Bila
seseorang telah mengenal suatu konsep, maka konsep yang telah diperoleh tersebut
dapat digunakan untuk mengorganisasikan gejala-gejala yang ada di dalam
kehidupan. Proses menghubung-hubungkan dan mengorganisasikan konsep yang
satu dengan yang lain dilakukan melalui kemampuan kognitif.
d. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan ini sebenamya telah ada sejak dulu, bahwa di dalam kelas mesti terdapat
kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa (melibatkan siswa secara aktif). Hanya
saja siswa itulah yang berbeda. Kalau dahulu guru lebih banyak menjejalkan fakta,
informasi atau konsep kepada siswa, akan tetapi saat ini dikembangkan suatu
keterampilan untuk memproses perolehan siswa. Siswa pada hakekatnya memiliki
potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban
gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu, meskipun
sederhana. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa
sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep.
Dengan mengembangkan keterampilan keterampilan memproses perolehan, siswa
akan mampu menemukan dan mengembangkan sendi fakta dan konsep serta
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti
inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.
Hakekat pada CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam
kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya.
2. Berdasarkan Pertimbangan Proses Pengolahan Pesan.
a. Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran diolah
dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau
bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi Deduktif
dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep
terdefinisi.
b. Strategi Induktif. Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah
mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau
rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik
konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
3. Berdasarkan Pertimbangan Pihak Pengolah Pesan.
a. Strategi Ekspositorik. Dengan Strategi Ekspositorik bahan atau materi pelajaran
diolah oleh guru. Siswa tinggal terima jadi dari guru. Dengan Strategi Ekspositorik