Djamilah DKK
Djamilah DKK
1:39- 43
Biological control could be an alternative to pesticide in managing plants pest. One of natural enemy used
for biological control is insect pathogenic nematode.The research treatments consisted of two factors. The first
factors was Steinernema sp. Isolates, consisting of nine isolates: 3 isolates from Seluma(S.SM- Semidang Alas
Maras rubber plantation, S.TA Talo oil palm plantation), S.SK Sukaraja corn field), 3 isolates from Bengkulu
Selatan (Bs.PN Pinoraya rubber plantation), Bs.SG (Seginim oil palm plantation), Bs.KR Kedurang corn
plantation), and 3 isolates from Kaur (K.TB Tanjung Bulan rubber plantation, K.TK Tanjung Kemuning oil
palm plantation and K.TI Tanjung Iman corn plantation). The second factor was Steinernema sp. density, i.e. 200
IJ. ml-1, 400 IJ. ml-1 and control without inoculation. Treatments were arranged in a Randomized Complete Design
with three replications. Termites Coptotermes curvignathus were used as model. Results demonstrate that
Steinernema sp. Isolated from three plant ecosystems (rubber, oil palm and corn) from three districts (Seluma, South
Bengkulu and Kaur) could infect and kill the tested C. curvignathus at 200 IJ. ml-1 and 400 IJ. ml-1 . The highest
mortality of C. curvignathus was found in treatment with isolate from Seluma, Semidang Alas Maras from rubber
ecosystem at 400 IJ. ml-1 , which reduced eating capacity, killed 100% termites, and fasten the killing 45,46 hours
(i.e. 72 hours after inoculation). The symptoms of infected C. curvignathus were reduced body movement, reduced
power, changing body color from white to brownie black, and damaged internal body.
Key word: Steinernema sp., termites, Coptotermes curvignathus
PENDAHULUAN
Nematoda Patogen Serangga (NPS)
potensinya sebagai agen pengendali hayati sangat
besar untuk dikembangkan karena dapat dengan
mudah dikulturkan secara massal, mempunyai
kemampuan mencari inangnya, dapat membunuh
inangnya dengan cepat dan bersifat broad spectrum
(Rosmana et al.,1998). Dari beberapa laporan, NPS
dapat menyerang serangga tanah di antaranya dari
ordo Coleoptera, Lepidoptera, Hymenoptera, Diptera
dan Isoptera (Begley, 1990), Orthoptera (Nguyen,
1999) dan Homoptera (Septiani, 2006).
NPS tersebar di seluruh Indonesia dan telah
diuji efektifitasnya terhadap berbagai spesies
serangga di rumah kaca maupun di lapangan. Bakti
(2004) melaporkan bahwa nematoda Steinernema
carpocapsae Weiser pada kerapatan 250-300 JI/ml
dapat mengendalikan hama rayap Coptotermes
curvignathus Holmgren di perkebunan kelapa sawit
hingga 95 % . Mannion dan Gibb (2000) melaporkan
bahwa uji efektifitas nematoda dari genus
Steinernema dan Heterorhabditis dengan insektisida
(holofenolide) terhadap larva kumbang jepang
(Popilla japonica) didapatkan kematian larva
kumbang jepang oleh nematoda sebesar 100%,
sedangkan perlakuan pestisida kimia hanya
menyebabkan kematian sebesar 60 %. Ini
menunjukkan bahwa patogenesitas NPS lebih tinggi
jika dibandingkan daya racun pestisida kimia.
Instar ketiga dari nematoda ini disebut
juvenil infektif (JI) yang merupakan satu-satunya
stadium yang hidup bebas di luar inang dan mampu
menginfeksi di dalam tubuh serangga 7-10 hari
hingga muncul JI generasi baru (Bedding, 1990).
40
hingga jumlah nematoda yang dibutuhkan terpenuhi.
Serangga uji untuk perlakuan adalah rayap kasta
pekerja diperoleh dari perkebunan karet dan sawit di
Kecamatan Semidang Alas Maras Kabupaten
Seluma.
Uji patogenisitas Isolat Steinernema sp. terhadap
Rayap Kasta Pekerja
Rancangan
yang
digunakan
adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor
dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah daerah atau
tempat pengambilan sampel yaitu Seluma, Bengkulu
selatan dan Kaur. Faktor kedua adalah kerapatan NPS
yang terdiri dari 200 JI/ml, 400JI/ml aquades dan
kontrol. Setiap perlakuan kerapatan digunakan 20
ekor Coptotermes curvignathus kasta pekerja per
ulangan. Petridish berdiameter 15 cm diberi agar
setebal 0,5 cm, diatasnya diberi kertas saring dua
lapis, serangga uji yang telah dilaparkan selama 3
jam dimasukkan dan diberi pakan pelepah sawit
seberat 5 gr. JI Steinernema sp. karton hitam untuk
penyesuaian seperti habitat aslinya, rayap hidup di
tempat gelap. Pengamatan dilakukan setiap 12 jam
setelah inokulasi, sekaligus menganti pakan.
Variabel Pengamatan:
Konsumsi pakan : Berat makanan awal (5
g) dikurangi berat sisa makanan setelah 12 jam setiap
pengamatan Gejala rayap yang terinfeksi:
Pengamatan dilakukan 12 jam sekali dengan melihat
perubahan yang terjadi pada rayapsetelah diinokulasi
NPS. Perubahan yang diamati diantaranya adalah
perubahan gerak atau aktifitas rayap dan warna
tubuhnya. Waktu yang dibutuhkan NPS dalam
menyebabkan mortalitas rayap: dihitung mulai
dari inokulasi sampai rayap mati dalam setiap
ulangan. Persentase Kematian rayap: Pengamatan
dilakukan 12 jam sekali sampai rayap salah satu
perlakuan mati 100%. Jumlah NPS per individu
rayap: Setelah rayap pada perlakuan mati maka
dilakukan pengamatan jumlah NPS yang menginfeksi
rayap dan NPS yang terdapat dalam medium agar.
Rayap yang mati dibedah dalam petridish dan
ditambah 1-2 tetes aquades, dihitung dibawah
mikroskop stereo. Analisis data: dianalisis
menggunakan anava dan apabila berbeda nyata
dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%.
Tabel 1. Rataan total pakan yang dikonsumsiC. curvignathus setelah 72 jam pengamatan
Lokasi asal Isolat
Kontrol
Semidang Alas Maras
Seluma Talo
Seluma Sukaraja
Bengkulu Selatan Pino
Bengkulu Selatan Seginim
Bengkulu Selatan Kedurang
Kaur T. Kemuning
Kaur T. Bulan
Kaur T. Iman
Ekosistem
Karet
Sawit
Jagung
Karet
Sawit
Jagung
Karet
Sawit
Jagung
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata (BNT; = 0.05)
41
Ekosistem
Karet
Sawit
Jagung
Karet
Sawit
Jagung
Karet
Sawit
Jagung
42
Rataan persentase mortalitas C. Curvignathus kasta pekerja yang terinfeksi NPS dari berbagai isolat
jam ke- 72 setelah inokulasi
Ekosistem
Karet
Sawit
Jagung
Karet
Sawit
Jagung
Karet
Sawit
Jagung
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata (BNT; = 0.05
Tabel 4. Rataan Steinernema sp. per individu C. curvignathus kasta pekerja yang terinfeksi NPS dari berbagai isolat.
Lokasi asal Isolat
Semidang Alas Maras
Seluma Talo
Seluma Sukaraja
Bengkulu Selatan Pino
Bengkulu Selatan Seginim
Bengkulu Selatan Kedurang
Kaur T. Kemuning
Kaur T. Bulan
Kaur T. Iman
Ekosistem
Karet
Sawit
Jagung
Karet
Sawit
Jagung
Karet
Sawit
Jagung
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata (BNT; = 0.05)
43
Manion CM, Gibb T. 2000. Interaction between
holofenolide and the entomophatogenic
nematode Heterorhabditis morelatus for
control of Japanese beetle (Coleoptera :
Scarabaedae) larvae. J. of Econ Entomol 93(1)
: 48-53.
Nguyen KB. 1999. Mole cricket nematode,
Steinernema scapterisci Nguyen and Smart .
(Nematode
:
Steinernematidae)
http://www.creatures.ifas.edu/nematode/molec
ricket nematode.htm. [9 Agustus 2005].
Prawirosoekarto S, Sipayung , Dermier de chenon R.
1991. Serangga Rayap pada Tanaman
Perkebunan.
Medan:
Pusat
Penelitian
Perkebunan Marihat.
Ridwanti B. 2002. Biologi Serangga Penggerek
Kayu. http://www.deptan.go.id/ditlihori/0408/
18 /ilpeng/1209399,htm. [14 Januari 2008].
Rosmana A, Syam S, Alias, Sjamsiar. 1998. Evaluasi
penggunaan
nematodo
entomopatogen
Steinernema carpocapsae isolat Sulawesi
Selatan sebagai biosida untuk mengendalikan
hama kubis Crocidolomia binotalis. . Ujung
Pandang: Fak. Pertanian dan Kehutanan,
Universitas Hasanuddin.
Septiani N. 2006. Eksplorasi Nematoda Patogen
Serangga Dari Tiga Ekosistem Di Bengkulu
Bagian Selatan
dan Patogenisitasnya
terhadap Aphis gossypii Glover Di
Laboratorium. [Skripsi]. Bengkulu: Program
Studi Hama Penyakit Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu.