Anda di halaman 1dari 3

Tata Cara Mengkafani Jenazah

A. Kain Kafan Harus sudah Siap setelah Memandikan Jenazah

Mengkafani jenazah hukumnya wajib dan hendaklah kain kafan tersebut dibeli dari harta si
mayit. Hendaklah didahulukan membeli kain kafannya dari melunaskan hutangnya,
menunaikan wasiatnya dan membagi harta warisannya. Jika si mayit tidak memiliki harta,
maka keluarganya boleh menanggungnya.
B. Mengkafani Jenazah

Dibentangkan tiga lembar


kain kafan,
sebagiannya di atas
sebagian
yang lain. Kemudian
didatangkan
jenazah yang sudah
dimandikan lalu diletakkan di atas lembaran-lembaran kain kafan itu dengan posisi telentang.
Kemudian didatangkan hanuth yaitu minyak wangi (parfum) dan kapas. Lalu kapas tersebut
dibubuhi parfum dan diletakkan di antara kedua pantat jenazah, serta dikencangkan dengan
secarik kain di atasnya (seperti melilit popok bayi).
Kemudian sisa kapas yang lain yang sudah diberi parfum diletakkan di atas kedua matanya,
kedua lubang hidungnya, mulutnya, kedua telinganya dan di atas tempat-tempat sujudnya,
yaitu dahinya, hidungnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya, ujung-ujung jari kedua
telapak kakinya, dan juga pada kedua lipatan ketiaknya, kedua lipatan lututnya, serta
pusarnya. Dan diberi parfum pula antara kafan-kafan tersebut, juga kepala jenazah.

Selanjutnya lembaran pertama kain kafan dilipat dari sebelah kanan dahulu, baru kemudian
yang sebelah kiri sambil mengambil handuk/kain penutup auratnya. Menyusul kemudian
lembaran kedua dan ketiga, seperti halnya lembaran pertama. Kemudian menambatkan talitali pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulunglah lebihan kain kafan pada ujung
kepala dan kakinya agar tidak lepas ikatannya dan dilipat ke atas wajahnya dan ke atas
kakinya (ke arah atas). Hendaklah ikatan tali tersebut dibuka saat dimakamkan. Dibolehkan
mengikat kain kafan tersebut dengan enam utas tali atau kurang dari itu, sebab maksud
pengikatan itu sendiri agar kain kafan tersebut tidak mudah lepas (terbuka).

Faedah :

untuk jenazah laki-laki dikafani tiga lapis kain putih (satu untuk menutupi bagian
bawah -semacam sarung- satu lagi untuk bagian atas -semacam baju- dan yang
terakhir kain untuk pembungkusnya). Tidak perlu gamis (baju panjang) dan surban.
Hal ini, sama seperti apa yang dilakukan terhadap jenazah Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam. Tapi, tidak mengapa jika dikafani dengan gamis (baju panjang), izar
(sema-cam sarung untuk menutupi bagian bawah) dan kain pembungkus.

Adapun jenazah perempuan, dikafani dengan lima lapis: Baju, kerudung, sarung
untuk bagian bawah dan dua kain pembungkus.

Dan yang wajib, baik bagi jenazah laki-laki atau perempuan adalah menutupinya
dengan satu lapis kain yang dapat menu-tupinya secara sempurna. Tetapi, bila ada
jenazah laki-laki yang meninggal dalam keadaan ihram, maka dia cukup dimandikan
dengan air dan daun bidara. Kemudian dikafani dengan sarung dan baju yang dipakai
atau yang lainnya dan tidak perlu menutup kepala dan wajahnya, juga tidak usah
diberi parfum. Karena pada hari Kiamat nanti dia akan dibangkitkan dalam keadaan
membaca talbiyah: "Labbaik allahumma labbaik" seperti yang diriwayatkan dalam
hadits shahih dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Bila yang meninggal
dalam keadaan ihram tadi seorang perem-puan maka dia dikafani seperti perempuan
yang lain, hanya tidak perlu diberi wewangian, wajahnya tidak perlu ditutup dengan
cadar, begitu pula tangannya tidak usah dipakaikan sarung tangan, tetapi cukup

ditutup dengan kafan yang membungkusnya, seperti yang disebutkan dalam cara
mengkafani jenazah perempuan.

Dan anak kecil laki-laki, dikafani dengan satu lapis sampai tiga lapis, sementara anak
kecil perempuan dikafani dengan satu gamis (baju panjang) dan dua kain
pembungkus.

Doa Setelah Memandikan Jenazah



,
,










Artinya:
Ya Allah,sucikanlah simayat ini dari dosa sebagaimana sucinya kain kafan
ini, dan berilah ia pakaian dengan pakaian taqwa, dan indahkan ia dengan
pakaian yang aku pakaikan kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai