PENDAHULUAN
Tanaman cabai (Capsicum spp.) sebagai salah
satu komoditas sayuran yang bernilai ekonomi
tinggi dan mempunyai prospek cukup cerah
dalam upaya meningkatkan taraf hidup petani.
Jenis cabai yang umum diusahakan petani
adalah cabai merah (Capsicum annum L.) dan
cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Kultivar
cabai rawit yang populer ditanam petani di
Sumatera Barat adalah cabai merah keriting.
Akhir-akhir ini kebutuhan akan komoditas
buah cabai cenderung meningkat seiring dengan
banyaknya industri makanan, obat-obatan dan
kosmetika yang memanfaatkannya (Nawangsih
et al., 1994). Menurut laporan BPS (1996) luas
daerah penanaman cabai di Indonesia adalah
182.000 ha dengan rata-rata produksi 2,6 ton/ha.
Menurut laporan FAO (1995) Indonesia merupakan negara dengan daerah penanaman terluas di
dunia, tetapi produktivitasnya masih jauh di
bawah rata-rata produksi dunia yang mencapai
9,5 ton/ha. Rendahnya produktivitas cabai di
Indonesia disebabkan oleh kualitas benih yang
masih rendah, teknik budidaya yang diterapkan
belum optimal, dan gangguan hama serta
penyakit (Hening, 1999).
*)
ISSN 0853-3776
42
Stigma Volume XII No.3, Juli September 2004
Tabel 1. Respon kecambah cabai merah keriting dan cabai rawit pada berbagai perlakuan konsentrasi kolkisin
0,01%
Konsentrasi kolkisin
0,025%
0,005%
Merah keriting
80,91
0
n=110
90,82
0
n=98
85,0
13,0
n=100
Rawit
75,93
0
n=54
89,47
0
n=18
75,36
21,74
n=69
Jenis cabai
Respon kecambah
Kromosom sel-sel ujung akar dari semua kecambah yang ujung akarnya membengkak hasil
perlakuan 0,01%, 0,025% dan 0,005% kolkisin
ternyata mengalami tertraploidisasi (Tabel 2;
Gambar 2.A). Pembengkakan ujung akar kecambah pada kedua jenis cabai setelah perlakuan
Tabel 2. Tingkat ploidi sel ujung akar kecambah cabai merah keriting dan cabai rawit yang ujung akarnya membengkak
Jenis cabai
Tingkat ploidi
Merah keriting
2n=24
2n=48
0%
100%
n=12
0%
100%
n=12
0%
100%
n=9
Rawit
2n=24
0%
0%
0%
ISSN 0853-3776
43
Stigma Volume XII No.3, Juli September 2004
2n=48
100%
n=10
100%
n=11
100%
n=10
Jumlah tanaman
yang diperiksa
24
14
Tanaman
tetraploid (%)
95,83
100
Tabel 4. Perbandingan bebrapa karakter morfologi tanaman cabai merah keriting dan cabai rawit diploid pada tingkat
diploid dan tetraploid
Karakter morfologi
Tinggi tanaman (cm)
Diameter batang
Panjang daun (mm)
Lebar daun (mm)
Umur pertama berbunga (hst)
Panjang korola (mm)
Lebar korola (mm)
Keterangan: hst = hari setelah tanam
Cabai rawit
Diploid
Tetraploid
120,50
59,65*
10,85
11,70ns
58,00
80,50*
25,90
46,60*
103,20
161,20*
8,34
9,95*
4,57
5,22*
(*) = berbeda nyata antara tetraploid dan diploid pada jenis cabai yang sama berdasarkan uji rata-rata (t) pada taraf 5%
ISSN 0853-3776
44
Stigma Volume XII No.3, Juli September 2004
(ns) = tidak berbeda nyata antara tetraploid dan diploid pada jenis cabai yang sama berdasarkan uji rata-rata (t) pada taraf 5%
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 1996. Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-buahan
1995. Biro Pusat Statistik, Jakarta.
Brewbaker, J.L. 1984. Genetika Pertanian. Seri Lembaga
Genetika Modern. Penerbit Gede Jaya. Jakarta.
Evans, D.A. and S.M. Reed. 1981. Cytogenetics Techniques, in:
Plant Tissue Methods and Applications in Agricultur. T.A.
Thorpe (Editor). Academic Press. New York. 213-240.
FAO. 1995. Yearbook: Production 1995. Food and Agriculture
Organization (FAO) of The United Nations. Rome.
Harahap, F. 1996. Analisis sitologi tanaman kacang hijau
(Vigna radiata (L.) Wilczek). Majalah Pendidikan
Science. 20(10): 92-99.
Hening, F.M.S. 1999. Bertanam cabai. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Kallo, D.R. 1996. Vegetable Breeding. Vol. 1. CRC Press Inc.
Florida.
Kurniawati, T. 2002. Kajian aspek pertumbuhan dan produksi
tanaman melon tetraploid hasil induksi kolkisin. Tesis
Pascasarjana Universitas Andalas, Padang
Mansyurdin. 2000. Penggandaan kromosom tanaman cabai
keriting dan cabai rawit. Artikel Penelitian Doktor Muda.
SPP/DPP Universitas Andalas Tahun 1999/2000.
Mindari W.S., S. Tjondro W. dan P. Bambang. 1998. Pengaruh
konsentrasi colchisine dan lama perendaman ujung-ujung
batang kecambah terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.). MIP UPN
Veteran, Jawa Timur. 8(18): 91-97.
Nawangsih, A.A., H.P. Imdad dan A. wahyudi. 1994. Cabai
Hot Beauty. Penebar Swadaya, Jakarta.
Puspita, E., D. Salbiah dan R.P.E. Murni. 1992. Pengaruh
konsentrasi colchiicne dan waktu perendaman benih
terhadap pertumbuhan dan jumlah kromosom tanaman
melon (Cucumis melo L.). Jurnal penelitian Universitas
Riau, Edisi10: 33-38.
Santosa, R. dan S. Anggorowati. 1993. Pengaruh pemberian
perlakuan colchisine terhadap pertumbuhan dan produksi
buah tomat. Majalah Ilmiah Universitas Sudirman, No. 4,
Th. XIX: 24-31.
Stebbins, G.L. 1971. Chromosomal Evolution in higher Plants.
Edward Arnold (Publishers) Ltd., London.
Sumarni, N. 1996. Budidaya Tanaman Cabai Merah, dalam:
Teknologi Produksi Tanaman Cabai Merah. A.S. Duriat,
A.W.W.H. Soeganda, T.A. Soetioso dan L. Proboningrum
(Editors). Puslitbang Hortikultura, Balitthor: 36-45.
q------------------------------oo0oo------------------------------
ISSN 0853-3776