Isi
Isi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan, tampaknya saat ini merupakan hal wajib yang harus dimiliki oleh
setiap orang. Namun, masih lemahnya pendidikan di Indonesia menyebabkan
timbulnya beberapa masalah. Masalah kemiskinan, pengangguran, kriminal dan
banyak lagi masalah sosial yang terjadi belakangan ini tidak pernah lepas dari
pengaruh dunia pendidikan, karena faktor pendidikan merupakan syarat dalam
membentuk kepribadian dan jati diri manusia baik sebagai mahluk pribadi
maupun sosial. Di era globalisasi saat ini manusia dituntut untuk memiliki sumber
daya manusia (SDM) yang memadai, karena dalam era yang tidak mengenal batas
negara ini, identik dengan persaingan di segala bidang. Oleh karena itu, kunci
untuk memenangkan setiap persaingan hidup adalah penguasaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang mendalam. Pendidikan adalah jalan
bagi penguasaan IPTEK sehingga jelaslah bahwa pendidikan dan kualitas
pendidikan menjadi aspek penting saat ini..
Pertemuan sembilan menteri pendidikan berpenduduk terbesar di dunia (The
Seventh E-9 Ministrial Review Meeting) yang diiukuti oleh China, India,
Indonesia, Brazil, Mesir, Bangladesh, Pakistan, Meksiko, dan Nigeria di Nusa
Dua Bali, dari tanggal 10 s.d 12 Maret 2008 telah menghasilkan Deklarasi Bali.
Salah satu poin penting dalam deklarasi ini adalah menekankan pada peningkatan
kualitas guru. Hal ini dikarenakan di lima negara E-9, jumlah guru yang belum
berpendidikan formal sebesar 50% sementara sebagiannya berpendidikan strata
satu (primary education training). Ironisnya, Indonesia termasuk salah satu
negara yang memiliki jumlah guru berpendidikan primer setara S1 kurang dari
50%. Ini berarti dari jumlah 2,7 juta guru, sebanyak 1,35 juta orang guru belum
mencapai kualifikasi S1. Pada tahun 2012 ini, dari sisi kualifikasi pendidikan, dari
2,92 juta guru, baru sekitar 51% yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan
sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu pun dari persyaratan sertifikasi, hanya
2,06 juta guru atau sekitar 70,5% guru yang memenuhi syarat sertifikasi. Adapun
861.67 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi, yakni sertifikat yang
menunjukkan guru tersebut profesional. Sementara itu, dari uji kompetensi
1
yang
dimiliki,
Secara Umum
Adapun manfaat yang didapatkan secara umum adalah :
1. Dapat mengkondisikan diri sebagai calon guru dengan seluruh
perikehidupan sekolah secara nyata.
1.4.2
Secara Khusus
Sedangkan manfaat khusus yang didapatkan antara lain :
1. Dapat mengenal secara langsung kondisi fisik dan non fisik di sekolah
yang nantinya akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran di
sekolah.
2. Dapat mengetahui informasi mengenai rencana pembelajaran, program
pembelajaran, program persemester dan program tahunan, dan
sebagainya.
3. Dapat mengetahui karakteristik siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar.
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN SELAMA ORIENTASI
2.1 Kegiatan yang Dirancang
Kegiatan PPL-Awal ini dilakukan di SMA Negeri 1 Woha, selama 2 minggu
penuh dari tanggal 9 Juli 2012 sampai 21 Juli 2012. Kegiatan yang dilaksanakan
saat PPL-Awal sesuai dengan petunjuk dan instrumen-instrumen yang ada antara
lain pengenalan lingkungan fisik dan non-fisik sekolah, serta pembelajaran kimia
khususnya dan pola tingkah laku siswa pada umumnya.
Dalam melakukan kegiatan PPL-Awal ini terdapat tiga tahapan yang dilalui
yaitu,
1. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan kegiatan pengambilan data
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penjajakan dan penetapan sekolah latihan tempat PPL-Awal
dilaksanakan. Penjajagan dan penetapan sekolah latihan dilakukan pada
tanggal 8 Juli 2013 dengan datang langsung ke sekolah bersangkutan dan
membawa surat pengantar.
b. Menyusun program kerja dengan format yang telah ada berdasarkan
arahan, materi pembekalan, serta tuntutan instrumen.
c. Melapor kepada Kepala Sekolah akan melaksanakan PPL-Awal di sekolah
bersangkutan dan memperkenalkan diri kepada guru pembimbing
kemudian menjelaskan maksud dan tujuan dlaksanakan PPL-Awal disertai
dengan penyerahan surat-surat dan instrumen PPL-Awal (dilaksanakan
pada tanggal 15 Juli 2013).
d. Mengkonsultasikan program kerja dengan guru pembimbing dan Kepala
Sekolah untuk mendapatkan persetujuan (dilaksanakan pada tanggal 16
Juli 2013).
2. Tahap Pengumpulan Data
Pada tanggal 15 Juli sampai dengan 27 Juli 2013 melakukan pencarian
data dan pengalaman berupa:
a. Pengenalan Lingkungan Fisik Dan Non Fisik Sekolah.
Metode Observasi
Metode observasi di sini adalah pengumpulan data atau informasi melalui
pengamatan secara langsung dan sistematis mengenai keadaan lingkungan
fisik maupun nonfisik SMA Negeri 1 Woha
2.
Metode Wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui tanya jawab
dengan narasumber atau informasi disertai dengan pencatatan secara
sistematis dengan tetap berpegangan pada pedoman wawancara, dimana salah
satunya memberikan pertanyaan yang sifatnya terbuka.
3.
Metode Diskusi
Selain melakukan wawancara, penulis juga melakukan diskusi dengan guru
pembimbing atau pihak lain yang dapat membantu, saat mendapatkan
penemuan-penemuan baru agar bisa diyakini kebenarannya.
4.
Kajian Pustaka
Selain mengadakan pengamatan langsung (observasi) dan wawancara,
pengumpulan data dapat diperoleh dari arsip- arsip, seperti daftar nama guru,
pegawai, tata tertib, dan daftar nama siswa.
BAB III
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Keadaan Fisik dan Non-fisik SMA Negeri 1 Woha
Di dalam pelaksanaan PPL-Awal ini, mahasiswa dan mahasiswi
sebagai calon pendidik dituntut untuk mengenal lingkungan fisik dan non-fisik
sekolah yang harus dipahami dan dialami secara dini, sebagai calon guru yang
profesional.
Data-data yang diperoleh berasal dari pengamatan langsung dan ada
juga yang berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber atau personil
sekolah secara khusus. Adapun hasil observasi selama orientasi, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Nama Sekolah
2. Alamat
3. Status Sekolah
: Negeri
4.
Luas Tanah
: 30.360 m2
: 27 ruangan
: 90 m2
:
1)
: Luasnya 40 m2
2)
Ruang Guru/Wakasek
: Luasnya 150 m2
3)
: Luasnya 80 m2
4)
Perpustakaan
: Luasnya 90 m2
5)
Ruang BK/BP
: Luasnya 40 m2
6)
Ruang Tamu
: Luasnya 35 m2
7)
Laboratorium IPA
: Luasnya 187 m2
8)
Laboratorium Komputer
: Luasnya 90 m2
9)
Laboratorium Bahasa
: Luasnya 128 m2
10)
Kamar Mandi/WC
: Luasnya 3,75 m2
11)
Parkir Guru
: Luasnya 60 m2
12)
Parkir Siswa
: Luasnya 420 m2
13)
Musholla/Tempat Ibadah
: Luasnya 100 m2
14)
Gudang
: Luasnya 27 m2
15)
Ruang Musik
: Luasnya 27 m2
16)
Kantin
: Luasnya 80 m2
17)
Koperasi
: Luasnya 36 m2
18)
Ruang OSIS
: Luasnya 56 m2
19)
Aula Sekolah
: Luasnya 106 m2
20)
Unit Produksi
: Luasnya 38 m2
8. Lapangan Olahraga
Khusus untuk lapangan olahraga, SMA Negeri 1 Woha memiliki
beberapa jenis lapangan olahraga, yaitu dua buah lapangan volly dengan
ukuran masing-masing 20 m x 10 m, lapangan basket dengan luas 420 m 2
dan lapangan lompat jauh dengan ukuran panjang sekitar 54 m dan lebar
sekitar 2,75 m. Di sebelah timur lapangan volly dan basket terdapat
perpustakaan dan 2 buah kantin, di sebelah selatan lapangan terdapat ruang
guru, sementara di sebelah barat langsung berhadapan dengan jalan raya
yang dibatasi oleh gerbang sekolah, dan sebelah utara berbatasan dengan
jalan setapak dan rumah-rumah penduduk namun tentunya dibatasi oleh
tembok setinggi 2 meter.
Sedangkan lapangan lompat jauh terdapat di sebelah timur
lapangan upacara. Jadi, kurang lebih total luas seluruh lapangan yang ada
di sekolah ini adalah 950 m2.
9. Lapangan Upacara
SMA Negeri
Woha
memiliki
lapangan
khusus
untuk
: Rumah-rumah penduduk
- Sebelah Barat
- Sebelah Selatan
: Tempat photocopy
- Sebelah Timur
kelas
: Aswad
3. Pegawai
: 1. Siti Ratnah
2. Muslim
ditingkatkan untuk
1.
2)
3)
Menginventarisasi alat dan bahan yang habis pakai dan atau rusak
4)
5)
6)
b. Laboran kegiatannya :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Mengecek
keadaan
alat/bahan
praktikum
yang
ada
dan
yang
ekstrakurikuler.
Namun,
sejak
adanya
perubahan
Laboratorium
Komputer.
Pengaturan
penggunaan
white-board,
spidol
kelas
sekolah
adalah
yang
dilakukan
sekolah
atau
petugas
BK
dalam
: 7 Buah
2. Kursi Guru
: 7 Buah
3. Papan
: 8 Buah
4. Almari/Rak
: 1 Buah
5. Jam Dinding
: 1 Buah
6. Gambar Pancasila
: 1 Buah
7. Gambar Presiden
: 1 Buah
Misi
9. Kursi Tamu
: 1 Set
: 1 Set
11. Printer
: 1 Buah
: 1 Buah
: 1 Buah
: 1 Buah
15. Divan
: 1 Buah
yang
diemban
dalam
program
BK
adalah
memfasilitasii
2.
3.
4.
5.
Undiksa
Singaraja
(TU)
digunakan
sebagai
ruangan
tempat
menangani
administrasi
dengan
baik
sehingga
sering
dimanfaatkan
Fasilitas yang terdapat di ruangan ini antara lain: kotak P3K, tempat
tidur kayu, tempat sampah, kasur, kursi siswa, bantal, sapu, dan keset.
f. Ruang Koperasi
Di SMA Negeri 1 Woha terdapat sebuah koperasi sekolah, yang
menyediakan barang keperluan siswa. Koperasi ini dikelola oleh guru
dan pegawai.
g. Ruang Musik
Ruang Musik merupakan suatu tempat yang
dimanfaatkan
menyelesaikan
urusan
dengan
Pembagian
tugas
pegawai
juga
disesuaikan
dengan
pejabat/petugas,
disertai
keterangan
yang
ditanganinya
terlampir.
19. Keadaan Siswa
a. Secara keseluruhan, siswa SMA Negeri 1 Woha berjumlah 873 orang
terdiri dari 380 laki-laki dan 493 perempuan. Berikut jumlah siswa
menurut umur, tingkat, dan jenis kelamin:
Umur
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jumlah
Tingkat I
Tingkat II
36
95
12
75
122
10
143
207
9
96
10
18
106
16
115
140
Tingkat III
L
Jumlah
L+ P
15
95
12
28
108
10
36
104
123
105
12
75
140
144
124
10
111
244
267
229
22
122
146
380
493
873
- Gelombang II
= DaftarWawancaraDiterimaDaftar Kembali
c. Kualitas akademis siswa SMA Negeri 1 Woha sangat baik. Hal ini
terlihat ketika ada perlombaan-perlombaan baik dalam
bidang
hari
4. Sepak Bola
2. Basket
5. Atletik
3. Volly
b. Kegiatan pengembangan diri mata pelajaran antara lain :
1. Matematika
6. Astronomi
2. Fisika
7. Akuntansi
3. Kimia
8. Ekonomi
4. Biologi
9. Bahasa Inggris
5. Kebumian
10. TIK
4. Teater
2. Modeling
5. Marching band
6.
Sastra
3. KIR
2. PMR
4. Pramuka
pengelolaannya
3) Muhtar
2) Baharuddin
4) Taamin
komponen
sekolah
ini
memiliki
komitmen
dan
Hadir ke sekolah tepat pada waktunya atau sebelum bel masuk kelas
berbunyi, yaitu pukul 07.00 WITA.
Apabila
berhalangan
hadir,
guru/pegawai
bersangkutan
harus
kepala sekolah dengan para guru juga tampak saling menghargai dan
mengerti dengan kedudukan masing-masing. Walaupun terkadang terjadi
konflik pribadi di antara warga sekolah, tetapi hal tersebut tidak akan
berlangsung lama karena dapat diatasi dengan cepat.
Kepala sekolah membina dan memilihara kultur kehidupan sekolah
yang kondusif yaitu dengan cara-cara mematuhi semua tata tertib yang
berlaku baik atasan (kepsek), bawahan, pegawai, guru dan siswa sehingga
terjadi keselarasan. Di samping itu juga perlu adanya hubungan kerjasama
dan kekeluargaan antara kepala sekolah, staf guru, pegawai dan siswa
sehingga kultur kehidupan sekolah juga akan mejadi selaras, serasi dan
seimbang.
2. Kegiatan di Dalam Kelas
Dalam pengenalan sikap dan pola tingkah laku siswa di dalam kelas,
penulis melakukan pengamatan di dalam kelas dengan guru pembimbing
dan dengan guru contoh. Adapun yang penulis ambil dari kegiatan di
dalam kelas dapat penulis rangkum secara umum sebagai berikut :
A. Membuka dan Menutup Pelajaran
Setelah bel masuk berbunyi semua siswa segera
memasuki
seluruh
siswa
diwajibkan
berdoa
sesuai
dengan
kepercayaannya masing-masing.
Pada saat guru memasuki ruangan kelas, guru pun mengucapkan
salam serta dijawab serentak oleh siswa. Sebelum guru akan memulai
pelajaran, biasanya guru mengisi buku absen dan jurnal harian, serta
menanyakan apakah ada siswa yang tidak mengikuti pelajaran.
Pada saat guru akan memulai pelajaran, siswa sudah
menyiapkan diri dengan baik, seperti menyiapkan alat tulis dan buku
penunjang atau buku paket dan siap untuk memulai pelajaran. Dari
pihak guru sendiri juga sudah memiliki persiapan yakni sebelum
memulai pelajaran dan akan memulai pelajaran guru sudah memiliki
dan mempersiapkan materi yang akan dibahas.
sebagian
besar
siswa
mengangkat
tangan
untuk
terjadi saat siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dimana
siswa yang memiliki kemampuan lebih rendah bertanya kepada
temannya yang memiliki kemampuan lebih tinggi, begitu pula siswa
yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi mau membantu temannya
yang kesulitan. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa saat
pembelajaran berlangsung juga sangat baik. Siswa tidak malu bertanya
kepada guru apabila siswa mengalami kesulitan. Apabila terjadi salah
satu dari siswa atau guru melakukan kesalahan maka antara siswa dan
guru akan saling mengingatkan. Siswa akan mengingatkan kepada
guru tanpa mengurangi rasa hormat, begitu pula guru akan menerima
saran dan kritik dari siswa. Hal ini yang menyebabkan terjadi
keakraban antara siswa dan guru.
Respon siswa dalam mengerjakan tugas/pekerjaan rumah sangat
baik. Hal itu terlihat dari keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas
yang diberikan. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh keseriusan guru
dalam memeriksa segala tugas/pekerjaan rumah yang diberikan.
Dalam proses pembelajaran ada beberapa siswa yang berperilaku
khusus yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Menaggapi
hal tersebut, guru mengambil tindakan dengan mengatur langsung
siswa tersebut. Tapi untuk menghadapi siswa yang berperilaku khusus
karena lelah, mengantuk, bosan, biasanya guru menyelipkan humor di
sela-sela pelajaran sehingga kelas menjadi lebih hidup.
Mengenai masalah fasilitas belajar, umumnya seluruh
siswa
sudah memiliki fasilitas belajar berupa buku catatan, alat tulis, buku
ajar, buku penunjang, dan fasilitas penunjang lainnya. Fasilitasfasilitas tersebut didapat dari membeli, meminjam ke kakak kelasnya,
maupun memfotokopi sendiri. Di sekolah juga sudah memiliki
perpustakaan yang mampu memberikan pinjaman buku paket. Apabila
ada siswa yang tidak membawa perlengkapan yang memadai di dalam
mengikuti proses belajar mengajar guru pada umumnya menyarankan
kepada siswa untuk meminjam kepada temannya atau bergabung
dengan teman yang memiliki kelengkapan tersebut.
ditunjukkan oleh para siswa, maka kita dapat mencari perbedaan dari
masing-masing pengelolaan kelas. Secara spesifik perbedaan yang
tampak dari adanya pengelolaan kelas secara klasikal, kelompok
maupun individual adalah sebagai berikut :
1. Secara Klasikal
Pengelolaan dengan cara klasikal dilakukan jika materi pelajaran yang
akan dibahas cukup banyak. Jika dikelola secara klasikal, siswa
cenderung kurang disiplin. Siswa sering tidak memperhatikan
pelajaran karena berbagai sebab dan tidak jarang siswa tersebut malah
mengganggu teman-temannya yang sedang serius belajar entah dengan
melempar sesuatu ataupun dengan mengajak ngobrol.
2. Secara Individual
Perilaku siswa yang dikelola secara individual adalah dengan cara
memberi tugas individu dan pertanyaan-pertanyaan langsung di dalam
kelas. Maka siswa akan mengerjakan tugasnya secara mandiri serta
mengerjakan soal dengan baik dan disiplin sesuai dengan kemampuan
mereka masing-masing. Namun, perilaku siswa yang dikelola secara
individual dapat pula mengakibatkan siswa kurang pergaulan dan
cenderung menutup diri terhadap lingkungannya. Di satu sisi, memang
siswa akan lebih dapat dikontrol dan dibina secara intensif, namun di
sisi lain siswa cenderung enggan untuk bergaul dengan sesamanya.
Pengelolan secara individual ini secara umum kurang efektif dilakukan
mengingat jumlah siswa di sekolah sangat banyak.
3. Secara Kelompok
Pengelolaan dengan cara ini akan menyebabkan siswa lebih serius
dalam menerima pelajaran karena siswa dituntut untuk menemukan
sesuatu. Dengan berkelompok lebih banyak interaksi yang terjadi
antara siswa sehingga siswa yang mampu bisa mengajari yang kurang
mampu. Interaksi yang terjadi adalah interaksi antara teman-teman satu
kelompoknya. Namun selain itu, sering juga terjadi interaksi yang
terjadi dalam kelompok tersebut bukan mengenai pelajaran. Yang
terjadi adalah siswa saling mengobrol satu sama lain mengenai
hal-
hal di luar pelajaran. Hal ini menyebabkan PBM menjadi tidak efektif.
Selain itu seringkali dalam kelompok siswa yang belajar ataupun
melakukan percobaan (jika pengelompokan tersebut untuk melakukan
praktikum) hanya beberapa orang. Yang lainnya hanya menonton.
Namun di sisi lain, pengelompokan ini akan memotivasi gairah belajar
siswa karena adanya kompetisi antar kelompok yang disebabkan oleh
keinginan untuk memperoleh sambutan terbaik dari guru dan temantemannya.
Jika ada guru terlambat atau berhalangan hadir, siswa melakukan
aktivitas yang beragam. Ada yang membaca buku, ada yang berbicara
dengan temannya, ada pula yang bermain dengan temannya, pergi ke
kantin maupun ke perpustakaan. Namun biasanya jika guru
berhalangan hadir, guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan pada jam pelajaran tersebut. Hal ini untuk mengantisipasi
agar siswa tidak bercanda dan mengganggu kelas lain yang sedang
belajar. Jika tidak ada tugas dari guru yang berhalangan hadir tersebut,
ketua kelas menghubungi guru mata pelajaran berikutnya agar jam
pelajaran yang seharusnya dijadwalkan setelah pelajaran saat guru
mata pelajaran berhalangan dapat dimajukan untuk mengisi jam
pelajaran kosong tersebut. Selain itu jam pelajaran kosong merupakan
kesempatan bagi guru BK untuk memberikan arahan-arahan yang
berkaitan dengan kedisiplinan di sekolah.
Di SMA Negeri 1 Woha cara penanganan siswa terlambat tidak
dilakukan oleh guru kelas tetapi oleh Wakasek kesiswaan yang bekerja
sama dengan guru BK. Siswa yang terlambat tidak diberikan masuk
kelas, tetapi diberi hukuman seperti membersihkan halaman,
membersihkan kaca, dan lain-lain. Tujuan dari kegiatan ini agar siswa
menjadi sadar untuk tidak terlambat lagi.
Pada saat siswa mengerjakan tugas tanpa pengawasan guru
bersangkutan, siswa cenderung gaduh dan ribut. Siswa tidak tertib,
berpindah-pindah tempat duduk, beberapa siswa menyontek pekerjaan
teman karena kebanyakan siswa hanya mengandalkan pekerjaan teman
yang pintar, dan beberapa siswa yang telah selesai mengerjakan tugas
melakukan kegiatan lain. Namun, jika diawasi guru piket, kelas
menjadi tertib dan tidak ribut.
3. Kegiatan di Luar Kelas
a) Perilaku Siswa di Luar
Kegiatan yang dilakukan siswa di luar kelas pada saat usai
pelajaran dan tidak ada kegiatan belajar mengajar sangat bervariasi,
ada yang pergi ke kantin, ada yang tetap di kelas berdiskusi, ada yang
duduk-duduk di depan kelas sambil bercanda dengan teman-temannya,
ada juga yang pergi ke perpustakaan, dan masih banyak lagi kegiatankegiatan yang dilakukan oleh siswa. Terkadang walaupun bel masuk
sudah berbunyi, ada sebagian siswa yang masih duduk-duduk di depan
kelasnya sambil menunggu gurunya datang.
Namun secara umum tidak ada siswa yang berperilaku ekstrim
atau berbuat sesuatu yang jauh dari perilaku wajar seorang anak SMA
pada waktu jam istirahat. Kalaupun ada siswa yang mengganggu
teman-temannya itu pun masih dalam batas kewajaran.
Hubungan antar siswa pada saat apapun termasuk pada waktu
istirahat tampak sangat akrab. Tidak terlihat adanya permusuhan antar
teman. Begitu pula hubungan siswa dengan guru selalu tampak akrab
selalu begitu juga pada waktu istirahat. Siswa yang ingin berdiskusi
dengan guru memanfaatkan waktu istirahat tersebut. Keakraban juga
tampak dengan membaurnya siswa dengan guru baik di perpustakaan,
di kantin, maupun di sudut-sudut lain sekolah ini.
Waktu istirahat telah dimanfaatkan secara efektif dan efesien.
Siswa yang lapar memanfaatkan waktu ini untuk makan. Sedangkan
siswa lain yang tidak lapar melakukan interaksi dengan temantemannya sehingga menambah erat persahabatan dan menambah
jumlah teman. Siswa yang lain pergi ke perpustakaan untuk meminjam
buku, membaca buku, maupun membaca koran yang pada intinya
untuk menambah pengetahuan dan informasi.
b) Aktivitas BK
Dalam menangani perilaku siswa yang bermasalah di dalam dan
di luar kelas, petugas BK melakukan berbagai tindakan. Secara umum
petugas BK melakukan Aksi Mendadak atau yang biasa dikenal dengan
Sidak yaitu aksi pemeriksaan kedisiplinan siswa secara mendadak.
Aturan sekolah mengenai kedisiplinan siswa telah diatur dan ditulis
dalam buku saku yang dibagikan kepada seluruh siswa. Kutipan
aturan-aturan dalam buku saku terlampir. Jika dalam Sidak tersebut
ditemukan siswa yang melanggar aturan tersebut maka siswa tersebut
langsung ditindak sesuai dengan aturan yang berlaku. Jika masalah
yang dialami siswa bersifat khusus dan tidak diatur dalam buku saku
siswa maka petugas BK menempuh jalan secara bertahap. Pertamatama BK melakukan penyelidikan terhadap latar belakang masalah
yang dialami ataupun diperbuat oleh siswa, kemudian mendata laporan
yang ada mengenai masalah-masalah yang telah dibuat oleh siswa baik
itu melalui siswa lain, guru bidang studi yang mengajar di kelas siswa
tersebut ataupun dari orang tuanya sendiri. Setelah mendapat data-data
yang akurat mengenai masalah-masalah yang dibuat oleh siswa maka
guru BK akan melakukan pendekatan terhadap siswa yang bermasalah
tadi yakni dengan jalan memanggil siswa yang bersangkutan,
kemudian mengadakan dialog tentang masalah yang dihadapi oleh
siswa yang bermasalah tersebut. Dalam hal ini, BK juga memberikan
masukan-masukan atau nasihat kepada siswa mengenai masalah
tersebut. Jika masalah tersebut belum terselesaikan, maka BK akan
melakukan dialog dengan orang tua siswa yang bermasalah tersebut
untuk mencari jalan keluar secara bersama-sama.
Ada beberapa tindakan yang dilakukan BK dalam upaya
memotivasi anak dalam belajar dan pengembangan karir. Pertamatama dilakukan tes-tes untuk mengetahui potensi anak seperti test IQ,
test bakat dan test minat, serta tes-tes lainnya. Dari test-test tersebut
diketahui bakat dan minat siswa yang kemudian disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki siswa tersebut untuk kemudian diarahkan
dan dimotivasi untuk belajar dan mendalami karir yang sesuai dengan
hal tersebut. Selain itu dilakukan juga diskusi terhadap siswa mengenai
kesulitan belajar yang dialami siswa yang umumnya sangat beragam
kemudian diberikan nasehat dan pemecahan yang sesuai. Diskusidiskusi lain yang berhubungan dengan hal ini juga dilakukan oleh BK.
Untuk menjaga hubungan sekolah dengan orang tua siswa, BK
memberikan layanan yang bersangkutan dengan keadaan siswa di
sekolah maupun dirumah. Bila orang tua siswa menanyakan keadaan
anaknya di sekolah atau juga orang tua siswa memiliki masalah dengan
anaknya di rumah, BK akan memberikan layanan dan memberikan
solusi-solusi yang mungkin dapat membantu orang tua siswa dalam
menangani anaknya yang bermasalah.
Permasalahan
Mengapa dalam pengaturan posisi tempat duduk siswa pada kelas
akselerasi dan kelas reguler berbeda?
3.3 Pengenalan Kegiatan Pembelajaran
Dalam mengenali dan memahami proses belajar mengajar, penulis
melakukan observasi pada saat terjadinya PBM di kelas. Adapun hasil
yang didapatkan setelah melakukan orientasi tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Informasi Umum
Pada Selasa, 16 Juli 2013, jam 3-4 penulis masuk ke kelas dengan
salah satu guru SMA Negeri 1 Woha sekaligus guru pamong penulis.
a. Nama
: Yusuf, SE, Ak
b. Mata pelajaran
: TIK
c. Topik bahasan
d. Kelas
: XI IPA 1
e. Waktu
: 2 x 45 menit
a. Nama
: Syafruddin, SE
b. Mata pelajaran
: TIK
c. Topik bahasan
d. Kelas
: XI IPA 2
e. Waktu
: 2 x 45 menit
: Yusuf, SE, Ak
b. Mata pelajaran
: TIK
c. Topik bahasan
: XI Akselerasi
e. Waktu
: 2 x 45 menit
6. Perencanaan Pembelajaran
Dalam
penyusunan
perencanaan
pengajaran,
penulis
tema
materi
yang
membuat
kegiatan
berjalan
secara
sistematis
dan
siswa. Hal itu dilakukan agar siswa lebih memahami materi yang
akan didapatkannya.
Waktu yang diperlukan untuk membuka pelajaran 15 menit
sebelum guru narasumber memulai menjelaskan pelajaran inti.
Alat bantu pelajaran yang digunakan siswa sangat beragam.
Secara umum, alat bantu yang digunakan adalah buku paket, LKS
dan buku penunjang lainnya yang dimilki oleh siswa serta alat
tulis yang sangat berperan dalam proses belajar mengajar. Kadangkadang terdapat juga guru yang membawa wacana atau teks yang
berkaitan dengan materi saat itu agar bisa dibaca dan dipahami
oleh siswa. Bahkan pada pelajaran tertentu terdapat juga guru yang
memanfaatkan LCD untuk menyampaikan materi kepada siswa.
Cara guru menyatakan peralihan dari pembuka ke pelajaran inti
adalah memberikan pertanyaan seputar materi pelajaran pertemuan
sebelumnya untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman
siswa kemudian menginformasikan secara
sudah
sesuai
karena
sebelum
kegiatan
PBM
masalah
di
rumah
karena
guru tidak
ingin
serta
disampaikan
menanyakan
kepada
siswa
kembali
dengan
materi
yang
memberikan
telah
beberapa
waktu
istirahat
siswa
dipakai
beberapa
menit.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil observasi atas kegiatan yang telah dilaksanakan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi fisik dan non fisik yang ada di SMA Negeri 1 Woha juga sudah
memadai, berbagai sarana dan prasarana serta fasilitas lain yang
mendukung Pelaksanaan Belajar Mengajar (PBM) sudah tersedia.
Walaupun begitu, perlu ditingkatkan agar PBM dapat berlangsung lebih
baik lagi terutama dalam hal yang dianggap kendala.
2. Secara umum pola tingkah laku siswa baik di dalam kelas selama
mengikuti PBM maupun di luar kelas menunjukkan sikap yang baik dan
secara umum sudah mengikuti dan menaati tata tertib yang ada di sekolah
ini. Hubungan seluruh warga sekolah dalam kehidupan sehari-hari di
sekolah terjalin dengan baik dan harmonis.
3. Peranan unsur-unsur sekolah dalam mengembangkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Woha sudah sangat baik. Pimpinan sekolah, guru-guru, siswa
maupun pegawai sudah berkomitmen penuh dalam memajukan pendidikan
di SMA Negeri 1 Woha.
4. PBM berlangsung dengan baik tanpa terlepas dari dukungan berbagai
pihak, baik siswa yang berantusias menghadapi pelajaran, guru mata
pelajaran yang sudah melakukan hal yang terbaik mulai dari perencanaan
dan pelaksanaan guna terjadinya PBM yang baik serta fasilitas dan sarana
prasarana yang mendukung berlangsungnya PBM.
4.2 Tindak Lanjut
Sejalan dengan latar belakang, permasalahan, dan tujuan maka
temuan/permasalahan selama orientasi yang dilaporkan seperti di atas perlu
ditindaklanjuti sebagai berikut:
1. Temuan ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan bahan diskusi mata kuliahmata kuliah kependidikan yang relevan yang membahas mengenai
kehidupan sekolah khususnya Sekolah Menengah Atas. Mahasiswa perlu
mengkaji mengenai hal penguasaan dan pemahaman materi dalam
pembelajaran
SBM
(Strategi Belajar
Mengajar)
dengan
harapan
suasana
belajar
yang
nyaman
dan
menyenangkan.