Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan, tampaknya saat ini merupakan hal wajib yang harus dimiliki oleh
setiap orang. Namun, masih lemahnya pendidikan di Indonesia menyebabkan
timbulnya beberapa masalah. Masalah kemiskinan, pengangguran, kriminal dan
banyak lagi masalah sosial yang terjadi belakangan ini tidak pernah lepas dari
pengaruh dunia pendidikan, karena faktor pendidikan merupakan syarat dalam
membentuk kepribadian dan jati diri manusia baik sebagai mahluk pribadi
maupun sosial. Di era globalisasi saat ini manusia dituntut untuk memiliki sumber
daya manusia (SDM) yang memadai, karena dalam era yang tidak mengenal batas
negara ini, identik dengan persaingan di segala bidang. Oleh karena itu, kunci
untuk memenangkan setiap persaingan hidup adalah penguasaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang mendalam. Pendidikan adalah jalan
bagi penguasaan IPTEK sehingga jelaslah bahwa pendidikan dan kualitas
pendidikan menjadi aspek penting saat ini..
Pertemuan sembilan menteri pendidikan berpenduduk terbesar di dunia (The
Seventh E-9 Ministrial Review Meeting) yang diiukuti oleh China, India,
Indonesia, Brazil, Mesir, Bangladesh, Pakistan, Meksiko, dan Nigeria di Nusa
Dua Bali, dari tanggal 10 s.d 12 Maret 2008 telah menghasilkan Deklarasi Bali.
Salah satu poin penting dalam deklarasi ini adalah menekankan pada peningkatan
kualitas guru. Hal ini dikarenakan di lima negara E-9, jumlah guru yang belum
berpendidikan formal sebesar 50% sementara sebagiannya berpendidikan strata
satu (primary education training). Ironisnya, Indonesia termasuk salah satu
negara yang memiliki jumlah guru berpendidikan primer setara S1 kurang dari
50%. Ini berarti dari jumlah 2,7 juta guru, sebanyak 1,35 juta orang guru belum
mencapai kualifikasi S1. Pada tahun 2012 ini, dari sisi kualifikasi pendidikan, dari
2,92 juta guru, baru sekitar 51% yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan
sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu pun dari persyaratan sertifikasi, hanya
2,06 juta guru atau sekitar 70,5% guru yang memenuhi syarat sertifikasi. Adapun
861.67 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi, yakni sertifikat yang
menunjukkan guru tersebut profesional. Sementara itu, dari uji kompetensi
1

yang

dilakukan Kemendikbud terhadap 285.000 guru, nilai rata-rata mereka ternyata


42,25% masih dibawah harapan.
Dalam hal ini, khusus untuk guru selaku tenaga pendidik harus betul-betul
profesional dalam bidangnya, karena dia mempunyai peran yang sangat vital bagi
keberhasilan proses pendidikan. Oleh karena itu, guru diharuskan memiliki suatu
kompetensi yang disebut dengan kompetensi guru. Kompetensi guru merupakan
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki,

dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas


keprofesionalan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007
tentang Guru, dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi
guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama
lain saling berhubungan dan saling mendukung.
Oleh karenanya, diperlukan strategi khusus dalam menyikapi problem di atas.
Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja sebagai salah satu
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang berfungsi untuk menghasilkan tenaga
pendidik telah melakukan berbagai cara untuk menghasilkan guru yang memiliki
kompetensi seperti di atas. Undiksha Singaraja benar-benar mempersiapkan
mahasiswanya untuk menjadi guru yang profesional dan memiliki kompetensi
begitu menamatkan pendidikannya. Salah satunya, melalui Program Pengalaman
Lapangan Awal (PPL-Awal).
PPL-Awal adalah serangkaian kegiatan yang diprogramkan Lembaga
Pengembangan Pengalaman Lapangan (LPPL) yang memungkinkan mahasiswa
mengenal lingkungan fisik dan non fisik sekolah (aspek administratif, akademik,
dan sosial dalam kehidupan sekolah) yang harus mereka pahami dan alami secara
dini, sebagai calon guru yang profesional. Secara umum, mereka juga harus
mengetahui unsur-unsur yang ada dalam suatu sekolah, sehingga mereka bisa
mengetahui gambaran sekolah secara umum dan mendetail. Dengan mengetahui
gambaran sekolah secara umum, tentu akan memudahkan mereka ketika mereka
terjun ke lapangan menjadi seorang pendidik. Selain itu, program ini sekaligus
menjadi persyaratan untuk mengambil mata kuliah Micro Teaching dan PPL-Real.

Penulis sendiri melakukan kegiatan PPL-Awal di SMA Negeri 1 Woha


selama dua minggu. Sekolah ini terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat tepatnya
di Kecamatan Woha Kabupaten Bima wilayah timur Pulau Sumbawa. Dalam
kegiatan ini penulis mampu memenuhi kewajiban dalam kegiatan PPL dan dapat
memenuhi tujuan pelaksanaan PPL itu sendiri, yaitu memperoleh pengalaman
langsung tentang dunia kependidikan dengan mengenal lingkungan fisik dan nonfisik sekolah (aspek administratif, akademik, dan sosial dalam kehidupan sekolah)
dalam rangka mempersiapkan diri menjadi seorang guru yang profesional dan
nantinya akan bermanfaat sebagai pedoman dalam mengikuti tahap belajar
selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas perlu diketahui dan dilaporkan beberapa hal
tentang sekolah latihan yang dirangkum dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana lingkungan fisik dan non fisik di SMA Negeri 1 Woha?
2. Bagaimana uraian kehidupan warga sekolah di SMA Negeri 1 Woha baik
itu siswa, staf pengajar, pegawai, maupun warga sekolah yang lainnya?
3. Bagaimana proses belajar mengajar (PBM) siswa SMA Negeri 1 Woha?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari dilaksanakannya PPL-Awal
ini adalah :.
1. Untuk mangetahui lingkungan fisik dan non fisik di SMA Negeri 1 Woha.
2. Untuk mengetahui kehidupan warga sekolah di SMA Negeri 1 Woha baik
itu siswa, staf pengajar, pegawai, maupun warga sekolah yang lainnya.
3. Untuk mengetahui proses belajar mengajar (PBM) siswa SMA Negeri 1
Woha.
1.4 Manfaat
1.4.1

Secara Umum
Adapun manfaat yang didapatkan secara umum adalah :
1. Dapat mengkondisikan diri sebagai calon guru dengan seluruh
perikehidupan sekolah secara nyata.

1.4.2

Secara Khusus
Sedangkan manfaat khusus yang didapatkan antara lain :
1. Dapat mengenal secara langsung kondisi fisik dan non fisik di sekolah
yang nantinya akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran di
sekolah.
2. Dapat mengetahui informasi mengenai rencana pembelajaran, program
pembelajaran, program persemester dan program tahunan, dan
sebagainya.
3. Dapat mengetahui karakteristik siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar.

BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN SELAMA ORIENTASI
2.1 Kegiatan yang Dirancang
Kegiatan PPL-Awal ini dilakukan di SMA Negeri 1 Woha, selama 2 minggu
penuh dari tanggal 9 Juli 2012 sampai 21 Juli 2012. Kegiatan yang dilaksanakan
saat PPL-Awal sesuai dengan petunjuk dan instrumen-instrumen yang ada antara
lain pengenalan lingkungan fisik dan non-fisik sekolah, serta pembelajaran kimia
khususnya dan pola tingkah laku siswa pada umumnya.
Dalam melakukan kegiatan PPL-Awal ini terdapat tiga tahapan yang dilalui
yaitu,
1. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan kegiatan pengambilan data
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penjajakan dan penetapan sekolah latihan tempat PPL-Awal
dilaksanakan. Penjajagan dan penetapan sekolah latihan dilakukan pada
tanggal 8 Juli 2013 dengan datang langsung ke sekolah bersangkutan dan
membawa surat pengantar.
b. Menyusun program kerja dengan format yang telah ada berdasarkan
arahan, materi pembekalan, serta tuntutan instrumen.
c. Melapor kepada Kepala Sekolah akan melaksanakan PPL-Awal di sekolah
bersangkutan dan memperkenalkan diri kepada guru pembimbing
kemudian menjelaskan maksud dan tujuan dlaksanakan PPL-Awal disertai
dengan penyerahan surat-surat dan instrumen PPL-Awal (dilaksanakan
pada tanggal 15 Juli 2013).
d. Mengkonsultasikan program kerja dengan guru pembimbing dan Kepala
Sekolah untuk mendapatkan persetujuan (dilaksanakan pada tanggal 16
Juli 2013).
2. Tahap Pengumpulan Data
Pada tanggal 15 Juli sampai dengan 27 Juli 2013 melakukan pencarian
data dan pengalaman berupa:
a. Pengenalan Lingkungan Fisik Dan Non Fisik Sekolah.

Hal-hal yang menyangkut pengenalan lingkungan fisik dan non fisik


sekolah yaitu:
Nama Sekolah
Alamat Sekolah
Status Sekolah
Luas Tanah
Jumlah Ruang Kelas
Ukuran Rerata Ruang Kelas
Bangunan yang ada di Lingkungan Sekolah
Lapangan Olah Raga
Keadaan Lingkungan di Sekitar Sekolah
Fasilitas Penunjang Proses Belajar Mengajar
Keadaan Guru dan Petugas Administrasi Sekolah
Keadaan Siswa
Kegiatan Ekstra Kurikuler
b. Pengenalan Pola Tingkah Laku Siswa.
Pengenalan Umum
Kegiatan di Dalam Kelas
Kegiatan di Luar Kelas
Pengenalan Proses Belajar Mengajar.
c. Pengenalan Proses Belajar Mengajar
Informasi Umum
Perencanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pencarian dan pengambilan data, rancangan kegiatan di atas
berlaku tidak baku karena dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi di
SMA Negeri 1 Woha. Data yang dicari adalah data pada saat melakukan
observasi. Adapun rincian waktu secara terstruktur dalam pengambilan data di
sekolah dapat dilihat dalam program kerja PPL-Awal dan jurnal kegiatan
harian pelaksanaan kegiatan orientasi PPL-Awal dalam lampiran.

3. Tahap Penyusunan Laporan


Laporan ini disusun secara bertahap berdasarkan atas data yang ditemukan
di lapangan dan data tersebut berdasarkan pada instrumen yang ada. Saat
mendapatkan penemuan-penemuan baru penulis tetap melakukan klarifikasi,
diskusi, pendalaman, dan pemahaman atas temuan tersebut. Sehingga data yang
didapat bisa diyakini kebenarannya. Selain itu, juga dilakukan konsultasi dengan
guru pembimbing mengenai kekurangan maupun hal-hal yang perlu diperbaiki
dalam laporan tersebut. Akhir dari penyusunan laporan ini ditandai dengan
pengesahan dari Kepala SMA Negeri 1 Woha dan guru pembimbing.
2.2 Cara Mengumpulkan Data
Adapun metode yang dipergunakan selama kegiatan orientasi adalah sebagai
berikut :
1.

Metode Observasi
Metode observasi di sini adalah pengumpulan data atau informasi melalui
pengamatan secara langsung dan sistematis mengenai keadaan lingkungan
fisik maupun nonfisik SMA Negeri 1 Woha

2.

Metode Wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui tanya jawab
dengan narasumber atau informasi disertai dengan pencatatan secara
sistematis dengan tetap berpegangan pada pedoman wawancara, dimana salah
satunya memberikan pertanyaan yang sifatnya terbuka.

3.

Metode Diskusi
Selain melakukan wawancara, penulis juga melakukan diskusi dengan guru
pembimbing atau pihak lain yang dapat membantu, saat mendapatkan
penemuan-penemuan baru agar bisa diyakini kebenarannya.

4.

Kajian Pustaka
Selain mengadakan pengamatan langsung (observasi) dan wawancara,
pengumpulan data dapat diperoleh dari arsip- arsip, seperti daftar nama guru,
pegawai, tata tertib, dan daftar nama siswa.

BAB III
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Keadaan Fisik dan Non-fisik SMA Negeri 1 Woha
Di dalam pelaksanaan PPL-Awal ini, mahasiswa dan mahasiswi
sebagai calon pendidik dituntut untuk mengenal lingkungan fisik dan non-fisik
sekolah yang harus dipahami dan dialami secara dini, sebagai calon guru yang
profesional.
Data-data yang diperoleh berasal dari pengamatan langsung dan ada
juga yang berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber atau personil
sekolah secara khusus. Adapun hasil observasi selama orientasi, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Nama Sekolah

: SMA Negeri 1 Woha

2. Alamat

: Jalan Raya Tente Bima Kec. Woha

3. Status Sekolah

: Negeri

4.

Luas Tanah

5. Jumlah Ruang Kelas


6.

Ukuran Ruang Kelas

7. Bangunan lain yang ada

: 30.360 m2
: 27 ruangan
: 90 m2
:

1)

Ruang Kepala Sekolah

: Luasnya 40 m2

2)

Ruang Guru/Wakasek

: Luasnya 150 m2

3)

Ruang Tata Usaha

: Luasnya 80 m2

4)

Perpustakaan

: Luasnya 90 m2

5)

Ruang BK/BP

: Luasnya 40 m2

6)

Ruang Tamu

: Luasnya 35 m2

7)

Laboratorium IPA

: Luasnya 187 m2

8)

Laboratorium Komputer

: Luasnya 90 m2

9)

Laboratorium Bahasa

: Luasnya 128 m2

10)

Kamar Mandi/WC

: Luasnya 3,75 m2

11)

Parkir Guru

: Luasnya 60 m2

12)

Parkir Siswa

: Luasnya 420 m2

13)

Musholla/Tempat Ibadah

: Luasnya 100 m2

14)

Gudang

: Luasnya 27 m2

15)

Ruang Musik

: Luasnya 27 m2

16)

Kantin

: Luasnya 80 m2

17)

Koperasi

: Luasnya 36 m2

18)

Ruang OSIS

: Luasnya 56 m2

19)

Aula Sekolah

: Luasnya 106 m2

20)

Unit Produksi

: Luasnya 38 m2

8. Lapangan Olahraga
Khusus untuk lapangan olahraga, SMA Negeri 1 Woha memiliki
beberapa jenis lapangan olahraga, yaitu dua buah lapangan volly dengan
ukuran masing-masing 20 m x 10 m, lapangan basket dengan luas 420 m 2
dan lapangan lompat jauh dengan ukuran panjang sekitar 54 m dan lebar
sekitar 2,75 m. Di sebelah timur lapangan volly dan basket terdapat
perpustakaan dan 2 buah kantin, di sebelah selatan lapangan terdapat ruang
guru, sementara di sebelah barat langsung berhadapan dengan jalan raya
yang dibatasi oleh gerbang sekolah, dan sebelah utara berbatasan dengan
jalan setapak dan rumah-rumah penduduk namun tentunya dibatasi oleh
tembok setinggi 2 meter.
Sedangkan lapangan lompat jauh terdapat di sebelah timur
lapangan upacara. Jadi, kurang lebih total luas seluruh lapangan yang ada
di sekolah ini adalah 950 m2.

9. Lapangan Upacara
SMA Negeri

Woha

memiliki

lapangan

khusus

untuk

melaksanakan upacara bendera dengan luas 600 m 2. Lapangan ini terletak


di tengah-tengah sekolah atau dikelilingi oleh bangunan-bangunan sekolah
serta pepohonan-pepohonan yang rindang.

10. Tanah Persawahan


Sekolah ini juga memiliki tanah dengan luas 229 m 2 yang terletak
di sebelah timur lapangan lompat jauh. Sementara di sebelah utara dan
selatannya adalah ruangan-ruangan kelas. Biasanya, tanah ini ditanami
berbagai tanaman pangan seperti padi dan kedelai. Hasil produksinya
masuk dalam anggaran sekolah yang kemudian dimanfaatkan oleh sekolah
untuk membangun gedung-gedung sekolah dan sebagainya.
11. Lingkungan Sekolah
a. Jenis bangunan sekitar sekolah:
Jenis bangunan yang ada di sekitar lingkungan SMA Negeri 1 Woha
adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara

: Rumah-rumah penduduk

- Sebelah Barat

: Jalan Raya Tente-Bima

- Sebelah Selatan

: Tempat photocopy

- Sebelah Timur

: Tanah tegalan milik warga

b. Kondisi Lingkungan Sekolah


Sekolah SMA Negeri 1 Woha ini terletak di depan jalan utama
provinsi. Letak yang cukup strategis ini dapat memudahkan berbagai
macam pihak atau departemen menjangkau sekolah ini ketika
melakukan pengawasan dan pemeriksaan. SMA Negeri 1 Woha ini
terletak di perbatasan antara 2 desa yang strategis yaitu Desa Tente dan
Desa Rabakodo. Dikatakan strategis karena kedua desa ini dipusatkan
sebagai tempat pembangunan ibukota Kabupaten Bima yang baru saja
dialihkan ke Kecamatan Woha. Di samping itu juga terdapat beberapa
tempat photocopy yang mempermudah siswa atau guru untuk
memperbanyak lampiran-lampiran yang akan dikopi, walaupun di
sekolah juga terdapat tempat photocopy yang dikelola oleh petugas
khusus. Jadi, fasilitas yang diperlukan oleh siswa semua berdekatan
dengan sekolah.
Kondisi lingkungan SMA Negeri 1 Woha pada umumnya
tergolong baik dan sangat mendukung dalam pelaksanaan proses

pembelajaran. Kondisi lingkungan yang kondusif ini didukung


sepenuhnya oleh warga sekolah, baik kepala sekolah, guru dan
pegawai, serta siswa-siswi itu tersendiri. Kebersihan sekolah dan
kebun sudah cukup bersih dan rindang. Hal ini didukung oleh petugas
kebersihan dan peran serta siswa dalam upaya menjaga kebersihan
sekolah. Kebersihan menjadi tanggung jawab seluruh warga sekolah
SMA Negeri 1 Woha. Siswa berusaha menjaga kebersihan kelas
melalui pembagian tugas piket. Dengan kondisi sekolah yang bersih,
proses pembelajaran juga akan berlangsung secara kondusif.
Selain hal tersebut, SMA Negeri 1 Woha juga dipercaya oleh
Dinas mewakili Kabupaten Bima ketika ada penghelatan seminarseminar di luar daerah. Ketika Dinas Dikpora kekurangan biaya dalam
menseleksi wakil kabupatennya, maka penunjukkan secara langsung
adalah sebuah pilihan. Sehingga, tidak heran kalau sekolah yang
terletak di Kecamatan Woha ini menjadi sekolah terpandang. Hal ini
juga dibuktikan dengan prestasi akademik dan non akademik. Tata
tertib yang diperuntukkan bagi guru dan siswa dijadikan pedoman
dalam berperilaku ataupun bersikap. Dengan demikian, suasana
lingkungan sekolah serta hubungan sosial antara siswa dengan siswa,
guru dengan siswa, guru dengan guru, guru dengan pegawai, dan
kepala sekolah dengan bawahannya dalam keseharian tetap terjaga
dengan baik dan harmonis. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya,
semua pihak berkoordinasi dengan baik.
12. Denah lingkungan fisik sekolah dan keterangannya tercantum dalam
lampiran.
13. Ruang kelas
SMA Negeri 1 Woha memiliki 28 kelas dengan pembagian, kelas X
terdiri dari 10 kelas (Kelas X1-X10), kelas XI terdiri dari 9 kelas (1 Kelas
IPB, 5 kelas PSIA, 3 Kelas PSIS), kelas XII terdiri dari 7 kelas (1 kelas
IPB, 4 kelas PSIA, 2 Kelas PSIS), dan ditambah dengan 2
percepatan (kelas akselerasi).

kelas

Setiap ruang kelas di sekolah ini sudah memiliki kelengkapan dan


fasilitas yang memadai. Fasilitas tersebut merupakan fasilitas mutlak yang
harus ada di kelas, yang disediakan oleh sekolah. Peralatan lain, seperti
vas bunga, taplak meja, motto kelas dan lain sebagainya disediakan oleh
siswa kelas yang bersangkutan dengan berkoordinasi dengan guru wali.
Perlengkapan tersebut merupakan fasilitas penunjang agar membantu
kelancaran proses belajar mengajar. Secara lebih rinci, perlengkapan yang
ada di kelas beserta fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Meja dan kursi siswa untuk tempat belajar siswa
b. Meja dan kursi untuk guru
c. Papan tulis putih yang digunakan guru dan siswa untuk menulis
merupakan sarana pembelajaran di dalam kelas
d. Peralatan tulis seperti spidol boardmarker dan penghapus papan
e. Papan putih untuk menempelkan tata tertib siswa, struktur organisasi
kelas, dan daftar piket
f. Papan pengumuman untuk pengumuman harian
g. Denah kelas agar guru lebih mudah mengenal siswanya, denah ini
berisi nama dan foto siswa
h. Absensi siswa untuk mengabsen pada hari tersebut
i. Papan absen digunakan untuk mencantumkan nama-nama siswa
yang tidak hadir
j. Buku jurnal, fungsinya untuk mengetahui apakah guru mengajar atau
tidak dan di buku jurnal berisi pokok-pokok bahasan yang diberikan
guru saat belajar
k. Gambar Presiden dan Wakil Presiden untuk mengingatkan siswa
siapa pemimpin negaranya
l. Gambar burung garuda untuk mengingatkan siswa akan lambang
negara RI
m. Gambar-gambar pahlawan agar para siswa selalu mengenal dan
selalu mengenang jasa-jasa para pahlawan dalam memperjuangkan
kemerdekaan

n. Gambar hiasan dan slogan-slogan sebagai media untuk memacu dan


membangkitkan semangat belajar siswa
o. Kalender untuk mengingatkan siswa akan hari, tanggal, bulan dan
tahun
p. Sapu, sapu bulu, serbet dan baskom untuk pembersihan di kelas
q. Lampu-lampu sebagai penerang di dalam ruangan apabila keadaan
gelap;
r. LCD (tidak permanen) sebagai penunjang pembelajaran. Tergantung
mata pelajaran dan keinginan gurunya, apakah dia menggunakan
LCD saat mengajar atau tidak.
14. Perpustakaan Sekolah
SMA Negeri 1 Woha memiliki sebuah perpustakaan yang luasnya
96m2. Perpustakaan ini dikelola oleh petugas khusus tetapi belum ahli
pustakawan. Petugas perpustakaan terdiri 4 orang yaitu :
1. Kepala perpustakaan : Siti Khadijah, S.Pd.
2. Koordinator

: Aswad

3. Pegawai

: 1. Siti Ratnah
2. Muslim

Petugas perpustakaan bertugas mengatur ruang perpustakaan,


melayani siswa dalam pinjaman buku atau mengurus sesuatu yang ada di
perpustakaan seperti buku-buku, majalah, koran, dsb. Dengan adanya
petugas perpustakaan ini maka pustaka-pustaka yang terdapat di
perpustakaan dapat terkelola dengan baik.
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah buku yang ada di
perpustakaan dilihat dari jumlah judul, jumlah eksemplar, pengelompokan
buku, serta jumlah dan jenis harian atau majalah jurnal yang ada
terlampir.
Perpustakaan di SMA Negeri 1 Woha sangat bermanfaat baik bagi
para siswa maupun guru-guru dalam menunjang proses belajar mengajar.
Para siswa biasanya memanfaatkan perpustakaan pada saat jam isitrahat,
pada jam-jam pelajaran kosong, atau pada saat ada guru yang memberikan
tugas untuk mencari bahan-bahan pelajaran. Untuk memacu minat baca

pengunjung di SMA Negeri 1 Woha, pengelola perpustakaan mendesain


ruang sedemikian rupa sehingga dapat menambah kenyamanan para
pengunjung.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis terhadap


petugas perpustakaan, rerata jumlah kehadiran siswa per minggu ke
perpustakaan + 150 orang. Rerata guru + 100 orang perminggu, dan
jumlah buku yang dipinjamkan selama satu minggu + 50 eksemplar. Dan
upaya sekolah SMA Negeri 1 Woha dalam menambah buku perpustakaan
diambil dari dana komite siswa perbulan yaitu sebesar Rp. 1.000,- per
siswa, setelah akhir ujian setiap siswa juga membayar biaya sebesar Rp
5.000,-, juga ada siswa yang menyumbang buku-buku yang sudah tidak
digunakannya namun masih layak dipakai. Meski tidak banyak namun, hal
ini bisa menambah koleksi buku-buku perpustakaan. Kadang-kadang,
perpustakaan juga mendapatkan sumbangan buku dari Badan Perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi. Hal ini semakin menambahkan keberagaman
buku yang tersedia di perpustakaan.
Penilaian penulis tentang fasilitas dan pemanfaatan perpustakaan
dalam menunjang pembelajaran bagi siswa ataupun guru sudah berjalan
cukup baik. Hal ini terlihat pada cukup seringnya telihat siswa dan guru
yang melakukan aktivitas di perpustakaan. Fasilitas penunjang yang
terdapat di perpustakaan SMA Negeri 1 Woha cukup memadai dan dapat
menunjang kelancaran kegiataan atau aktivitas yang berlangsung di
perpustakaan tersebut. Namun seiring berkembang IPTEK, kualitas dan
kuantitas

buku di perpustakaan tentu harus

ditingkatkan untuk

menyesuaikan dengan perkembangan yang ada.(Program kerja, tata tertib,


inventaris, rekapitulasi koleksi buku, terlampir).
15. Laboratorium
Laboratorium di SMA Negeri 1 Woha dikelola oleh para guru mata
pelajaran. SMA Negeri 1 Woha memiliki tiga buah laboratorium yang
dipakai oleh siswa dan guru dalam rangka menunjang proses belajar
mengajar. Laboratorium tersebut antara lain :

1.

Laboratorium IPA (Fisika, Kimia, Biologi)


Ruang laboratorium ini digunakan untuk praktikum bidang studi IPA

(Biologi, Fisika, Kimia). Laboratorium ini digunakan secara bergilir antara


kelas yang satu dengan kelas yang lainnya, sesuai dengan jadwal
penggunaan laboratorium yang telah disusun. Ruang laboratorium ini
dikelola oleh petugas khusus yakni kepala laboratorium dan laboran.
Petugas-petugas inilah yang bertugas mengelola laboratorium. Uraian
tugas pokoknya antara lain :
a. Kepala Laboratorium, kegiatannya :
1)

Menyusun program kerja

2)

Menyiapkan administrasi laboratorium

3)

Menginventarisasi alat dan bahan yang habis pakai dan atau rusak

4)

Membuat daftar amprah/pengadaan alat dan bahan baru serta


habis pakai

5)

Menata tata letak alat-alat dan bahan praktikum sesuai denganjenis


dan kelompok alat

6)

Memonitor /mengevaluasi kinerja laboran

b. Laboran kegiatannya :
1)

Melayani peminjaman alat dan permintaan bahan

2)

Membantu guru bidang studi menyiapkan alat dan bahan

3)

Menjaga kebersihan ruang Lab

4)

Menyiapkan dan mengembalikan alat/bahan

5)

Membantu Kepala Lab di dalam menata, mengecek, menginventaris


keadaan alat/bahan yang ada di Lab

6)

Mengecek pengisian buku harian penggunaan Lab oleh guru bidang


studi

7)

Mengumpulkan catatan hasil kegiatan praktikum yang ada di Lab

8)

Menginventaris alat/bahan praktikum yang ada di Lab

9)

Mengecek

keadaan

alat/bahan

praktikum

menginventaris (datanya dilampirkan)


10) Mencatat keadaan alat/bahan yang ada di Lab

yang

ada

dan

Fasilitas penunjang ruang laboratorium ini sudah dapat dikatakan


lengkap dan memadai. Apabila dilihat dari jenis serta jumlah
alat/bahan yang ada sudah sepadan dan mencukupi kebutuhan para
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Walaupun ada beberapa alat yang
mengalami kerusakan dan jumlah bahan yang terbatas, hal itu dapat
ditangani dengan mengadakan praktikum secara berkelompok dan
menginstruksikan pada siswa untuk membawa bahan yang tidak
disediakan di laboratorium sekolah. Untuk pengaturan dan pengelolaan
alat/bahan yang tersedia di laboratorium ditangani sepenuhnya oleh
kepala laboratorium dan laboran.
Dalam kegiatan pembelajaran, interaksi antara guru dengan siswa
berlangsung dengan baik. Para siswa melakukan kegiatan praktikum
dengan dibimbing oleh guru pengajar, setelah itu siswa ditugaskan
untuk membuat laporan hasil kegiatan praktikum. Kegiatan praktek
sangat membantu para siswa lebih memahami materi

yang

disampaikan sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung


secara optimal.
Dalam menambah atau menanggulangi fasilitas laboratorium
yang kurang, pihak sekolah berupaya untuk menambah alat/bahan
praktikum dengan mengajukan daftar usulan alat/bahan praktikum
yang diperlukan kepada pihak sekolah atau yayasan. (tata tertib
laboratorium terlampir).
2. Laboratorium Bahasa
Laboratorium Bahasa merupakan tempat yang digunakan untuk
melakukan pengetahuan bahasa yang terdapat dalam kurikulum dan
materi sekolah. Enam tahun yang lalu, fasilitas di laboratorium ini
sangatlah lengkap. Namun, karena adanya bencana banjir, maka
laboratorium bahasa rusak dan sudah tidak berfungsi lagi. Sekarang
ruang laboratorium ini sudah dijadikan ruang kelas sebagai tempat
belajar siswa.
3. Laboratorium Komputer

SMA Negeri 1 Woha mempunyai sebuah Laboratorium


Komputer sejak tahun 2005. Pada tahun-tahun sebelumnya, sekolah
ini hanya memiliki beberapa buah komputer yang digunakan untuk
pengajaran

ekstrakurikuler.

Namun,

sejak

adanya

perubahan

kurikulum, yaitu dari kurikulum 1994 menuju kurikulum berbasis


kompetensi (KBK), dimana untuk jenjang SMA terdapat mata
pelajaran yang ditambahkan yaitu pengajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Hingga saat ini, sekolah memiliki komputer
berjumlah 20 set.
Komputer tersebut ditempatkan dalam sebuah ruang kemudian
dijadikan

Laboratorium

Komputer.

Pengaturan

penggunaan

Laboratorium Komputer diatur sedemikian rupa sehingga semua siswa


dapat menggunakannya. Ruangan ini biasanya digunakan secara
bergilir oleh kelas yang mendapatkan mata pelajaran TIK. Dengan
adanya fasilitas komputer yang memadai maka siswa dapat
memaksimalkan penggunaan dan pemanfaatan fasilitas komputer
dalam proses belajar mengajar. Fasilitas lain yang tersedia di
laboratorium komputer ini diantaranya: AC,

white-board,

spidol

beserta penghapus dan tempat sepatu.


Secara umum, kondisi laboratorium komputer sudah cukup
memadai. Hal ini dapat dilihat dengan adanya karpet yang melapisi
lantai dimana setiap siswa yang masuk harus menanggalkan sepatunya.
Selain itu adanya AC (air conditioner), sudah cukup nyaman untuk
mendukung suasana belajar siswa. Untuk tata tertib laboratorium
komputer selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
16. Ruang BK
SMA Negeri 1 Woha memiliki sebuah ruang BK tepatnya sebelah
selatan ruang perpustakaan. Di ruang BK terdapat tenaga ahli di bidang
konseling terdiri dari 8 orang, yaitu :
a. Dra. Samindara
b. H. M. Saleh, BA.
c. Astuti, SPd.

d. Wiwik Supartiwi, S.Pd.


e. Suharni, S.Pd.
f. Salimah, S.Pd.
g. Nining Sundari, S.Pd.
h. Ayu Lestari, S.Pd.
Dalam menjalankan tugasnya tenaga BK bekerja sama dengan wali
kelas dan guru pengajar.
Ruang BK sering dimanfaatkan oleh siswa sebagai tempat
bimbingan dan konseling bagi siswa yang bermasalah, baik yang
bermasalah karena melanggar aturan yang berlaku maupun bermasalah
karena lain hal yang bersifat pribadi. Pengadaan ruang BK ini sangat
menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah karena siswa yang
bermasalah dapat ditangani secara efektif di tempat ini.
Dalam menangani siswa yang bermasalah, BK SMA Negeri 1 Woha
menggunakan berbagai fasilitas penunjang yaitu absensi sebagai bukti
nyata yang tertulis, selain itu digunakan juga buku saku. Narasumber yang
digunakan untuk mengetahui siswa tersebut telah melanggar aturan adalah
guru pengajar dan wali kelas. Ketika ada siswa yang melanggar tata tertib
yang pertama kali menangani siswa tersebut adalah wali

kelas

(berdasarkan laporan dari guru pengajar) kemudian disampaikan kepada


petugas BK jika pelanggaran terus dilakukan maka akan disampaikan
kepada kepala sekolah.
Permasalahaan yang sering dihadapi oleh BK

sekolah

adalah

masalah kedisiplinan seperti keterlambatan, penampilan yang acak-acakan


(model rambut serta pakaian). Sementara, persentase yang tinggi adalah
permasalahan keterlambatan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah
siswa yang dihukum terutama pada hari Senin.
Selain itu, hal-hal yang dapat menggangu konsentrasi belajar siswa
adalah ketika ada permasalahan di keluarganya. Untuk menanggulangi
permasalahan tersebut diadakanlah pembinaan biasanya memanggil orang
tua siswa/wali siswa tersebut.

Pemanfaatan ruang BK beserta fasilitas penunjang dalam menangani


anak bermasalah sudah digunakan semaksimal mungkin. Namun
kendalanya adalah ruang masih relatif sempit atau belum memadai
dibanding dengan jumlah siswa yang banyak, terutama pada saat ada
pemanggilan orang tua siswa sehingga sering harus mengantri.
Penambahan fasilitas ruang BK dan administrasi lainnya, didanai oleh
sekolah berdasarkan anggaran + Rp 500.000,- per tahun.
Upaya

yang

dilakukan

sekolah

atau

petugas

BK

dalam

mengadakan/mengatasi fasilitas yang kurang adalah setiap mulai tahun


ajaran baru hal-hal yang menjadi prioritas dalam menunjang kegiatan BK
diusulkan kepada pihak yang berwenang agar dapat dipenuhi meskipun
tidak sepenuhnya dapat terpenuhi. Adapun sarana penunjang yang terdapat
di ruang BK tersebut adalah :
1. Meja Guru

: 7 Buah

2. Kursi Guru

: 7 Buah

3. Papan

: 8 Buah

4. Almari/Rak

: 1 Buah

5. Jam Dinding

: 1 Buah

6. Gambar Pancasila

: 1 Buah

7. Gambar Presiden

: 1 Buah

8. Gambar Wakil Presiden : 1 Buah

Misi

9. Kursi Tamu

: 1 Set

10. Komputer & CPU

: 1 Set

11. Printer

: 1 Buah

12. Meja Komputer

: 1 Buah

13. Kaca Cermin

: 1 Buah

14. Vas Bunga

: 1 Buah

15. Divan

: 1 Buah

yang

diemban

dalam

program

BK

adalah

memfasilitasii

perkembangan siswa agar memiliki kecakapan dalam:


1.

Menjalankan perintah dan meninggalkan larangan agama.

2.

Memahami kelebihan dan kelemahan diri sendiri.

3.

Mampu menyesuaikan diri di sekolah dan lingkungannya.

4.

Belajar efektif dan efisien.

5.

Merecanakan pendidikan lanjutan dan pekerjan sesuai dengan bakat,


minat dan kemampuannya.

Visi yang diemban dalam pengembangan program bimbingan konseling


adalah pengembangan potensial dan kemampuan yang dimiliki siswa
seoptimal mungkin.
17. Bangunan/ruang fasilitas lain
SMA Negeri 1 Woha memiliki beberapa bangunan atau fasilitas lain
yang menunjang kegiatan pendidikan. Fasilitas tersebut, antara lain :
a. Ruang Kepala Sekolah
Ruangan ini merupakan ruangan pribadi kepala sekolah dan
difungsikan pula sebagai ruang pertemuan kepala sekolah dengan
tamu-tamunya. Dalam menjalankan tugasnya, kepala sekolah sering
dibantu oleh para wakil kepala sekolah.
b. Ruang Tata Usaha
Ruang Tata Usaha SMA Laboratorium

Undiksa

Singaraja

berada di atap yang sama dengan ruang guru. Tepatnya terletak di


sebelah utara Lapangan Upacara SMA Negeri 1 Woha. Ruang Tata
Usaha

(TU)

digunakan

sebagai

ruangan

tempat

menangani

administrasi sekolah, seperti pembayaran uang komite, surat-menyurat


sekolah, dan lain-lain yang berhubungan dengan administrasi sekolah.
Ruang Tata Usaha tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang
dapat menunjang kegiatan administrasi sekolah baik

administrasi

yang berhubungan dengan Kepala Sekolah, Guru, Pegawai, maupun


siswa. Fasilitas-fasilitas tersebut dimanfaatkan semaksimal mungkin
sesuai fungsinya dan telah dikelola

dengan

baik

sehingga

administarsi dapat berjalan dengan lancar. Adapun fasilitas yang


menunjang pada ruang Tata Usaha (TU) dapat dilihat pada lampiran.
c. Ruang Guru

Ruang guru digunakan oleh para guru untuk melaksanakan


segala tugasnya termasuk persiapan mengajar. Setiap guru memiliki
meja dan tempat duduk sendiri-sendiri.
d. Ruang OSIS
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan organisasi
kesiswaan yang terdapat di sekolah ini. Untuk mendukung dan
melancarkan kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi ini, sekolah
menyediakan satu ruangan untuk organisasi tersebut. Ruang OSIS
SMA Negeri 1 Woha dikelola oleh pegurus OSIS dibawah bimbingan
pembina OSIS.
Salah satu contoh kegiatan OSIS yang merupakan bagian
pemanfaatan dari fasilitas ruangan dalam rangka menunjang
kesiswaan, penulis peroleh dari penuturan salah seorang pengurus
OSIS bahwa ruang ini sering digunakan untuk rapat agenda setelah
habis jam pelajaran, serta rapat untuk membahas pelaksanaan program
kerja OSIS yang berkaitan dengan sekolah seperti kegiatan
ekstrakurikuler, masa orientasi siswa dan lain sebagainya. Dalam
pengelolaan fasilitas, apabila terdapat kekurangan, kehilangan atau
kerusakan, maka akan diselesaikan bersama dengan Pembina OSIS
dengan sekolah sebagai pengajuan terakhir.
Adapun fasilitas yang terdapat diruang tersebut adalah meja,
kursi, lemari dan kelengkapan administrasi OSIS. Fasilitas tersebut
dikelola dengan baik untuk menunjang kegiatan siswa serta sebagai
sarana siswa belajar berorganisasi.
(tugas dan kewajiban pengurus OSIS tertera dalam lampiran).
e. Ruang UKS
Ruang UKS SMA Negeri 1 Woha merupakan ruangan di dalam
ruangan yang terletak di dalam ruang BK. Ruang ini hanya dibatasi
oleh tripleks dan lemari besar. Ruang UKS

sering

dimanfaatkan

untuk memberikan pertolongan pertama bagi siswa yang sakit.

Fasilitas yang terdapat di ruangan ini antara lain: kotak P3K, tempat
tidur kayu, tempat sampah, kasur, kursi siswa, bantal, sapu, dan keset.
f. Ruang Koperasi
Di SMA Negeri 1 Woha terdapat sebuah koperasi sekolah, yang
menyediakan barang keperluan siswa. Koperasi ini dikelola oleh guru
dan pegawai.
g. Ruang Musik
Ruang Musik merupakan suatu tempat yang

dimanfaatkan

sebagai kegiatan ekstrakurikuler musik, adapun fasilitas yang


menunjang kegiataan ekstrakurikuler musik, yaitu : gitar electric, gitar
bass, pengeras suara (sound system) dan drum. Selain itu, SMA Negeri
1 Woha memiliki marching band yang biasanya mengisi setiap acara
di tingkat kecamatan yang diberi nama Remaja Mahardika Drum
Band. Tentunya, fasilitasnya sangat lengkap dan masih dalam
keadaan baik, sebab baru terbentuk pada tahun 2009 lalu.

18. Keadaan Guru dan Petugas Administrasi Sekolah


a. SMA Negeri 1 Woha memiliki 128 orang guru yang terdiri dari 64
guru tetap 9 orang guru HONDA (Honor Daerah), dan 55 orang guru
sukarela. Selain itu, terdapat juga pegawai khusus yang menangani
masalah administrasi sekolah. Pegawai SMA Negeri 1 Woha
berjumlah 35 orang.
b. Rasio jumlah siswa-guru di SMA Negeri 1 Woha adalah 873 : 128
jika disederhanakan 7 : 1. Ini artinya 1 orang guru harus mengajar
minimal 7 orang siswa. Sedangkan rasio jumlah siswa-pegawai
administrasi adalah 873 : 35 jika disederhanakan 25 : 1. Ini artinya
setiap 1 orang pegawai harus dapat

menyelesaikan

urusan

c. Pembagian tugas guru oleh Kepala Sekolah disesuaikan

dengan

administrasi siswa minimal 25 orang.


bidang studi yang dipelajari oleh guru, keterampilan dan kemampuan
guru.

Pembagian

tugas

pegawai

juga

disesuaikan

dengan

keterampilan dan kemampuan yang dimiliki. Pemberian tugas atau

tanggung jawab khusus kepada guru dan pegawai sering diputuskan


melalui rapat.
d. Tugas guru tidak semata-mata untuk memberikan materi di dalam
kelas saja. Namun, banyak juga guru-guru yang dipercaya dan
diberikan tugas khusus untuk menjadi Wakasek, Wali Kelas, ataupun
Pembina OSIS dan juga pembina ekstrakurikuler.
e. Bagan struktur organisasi sekolah yang menggambarkan aliran kerja
antar

pejabat/petugas,

disertai

keterangan

yang

ditanganinya

terlampir.
19. Keadaan Siswa
a. Secara keseluruhan, siswa SMA Negeri 1 Woha berjumlah 873 orang
terdiri dari 380 laki-laki dan 493 perempuan. Berikut jumlah siswa
menurut umur, tingkat, dan jenis kelamin:
Umur
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jumlah

Tingkat I

Tingkat II

36
95
12

75
122
10

143

207

9
96
10

18
106
16

115

140

Tingkat III
L

Jumlah

L+ P

15
95
12

28
108
10

36
104
123
105
12

75
140
144
124
10

111
244
267
229
22

122

146

380

493

873

b. Siswa baru SMA Negeri 1 Woha penerimaan siswa baru berbeda


seperti tahun-tahun sebelumnya. Dengan cara menerapkan sistem
sebagai berikut :
- Gelombang I

= Daftar Test Pengumuman Diterima/Lulus


Daftar Kembali

- Gelombang II

= DaftarWawancaraDiterimaDaftar Kembali

c. Kualitas akademis siswa SMA Negeri 1 Woha sangat baik. Hal ini
terlihat ketika ada perlombaan-perlombaan baik dalam

bidang

akademis maupun non akademis, SMA Negeri 1 Woha sering


mendapatkan juara. Selain itu, siswa yang diterima di SMA Negeri 1
Woha juga merupakan siswa-siswi teladan yang mempunyai
kemampuan dan disiplin yang baik. Sehingga SMA Negeri 1 Woha
dikatakan sebagai SMA terbaik di Kecamatan Woha. (Prestasi yang
pernah dicapai oleh sekolah terlampir).
d. Secara umum, perimbangan jumlah kelompok siswa putra dan putri
SMA Negeri 1 Woha adalah 63 : 82, sedangkan jumlah siswa
berdasarkan penjurusannya yakni jurusan Bahasa berbanding jurusan
Ilmu Alam berbanding jurusan Ilmu Sosial adalah untuk kelas XI dan
kelas XII sama-sama berbanding 1 : 5 : 2. Penjurusan siswa menuju
kelas XI dan XII dilakukan dengan berorientasi pada nilai raport dan
atau test penjurusan yang dipandang perlu sehingga didapatlah kelas
IPA. Untuk penjurusan IPS dan Bahasa berdasarkan nilai raport.
e. Secara umum, dilihat dari latar belakang sosial ekonomi siswa SMA
Negeri 1 Woha sangat beragam. Ada siswa SMA Negeri 1 Woha
memiliki latar belakang ekonomi menengah ke atas dan golongan
ekonomi menengah ke bawah. Pekerjaan orang tua siswa SMA Negeri
1 Woha beragam pula seperti wiraswasta/pedagang, pegawai negeri,
dan juga petani. Di sisi lain, siswa SMA Negeri 1 Woha memiliki
kehidupan sosial yang cukup mendukung kelancaran dan keberhasilan
pembelajaran di sekolah dan juga di luar sekolah.
20. Kegiataan Ekstrakurikuler
SMA Negeri 1 Woha memiliki beberapa Kegiatan ekstrakulikuler
atau dikenal dengan istilah Kegiatan Pengembangan Diri. Kegiatan
ekstrakurikuler (pengembangan diri) merupakan suatu wadah dimana para
siswa menentukan minat dan bakatnya bukan hanya bidang akademis
melainkan juga dalam bidang non akademis. SMA Negeri 1 Woha
merupakan sekolah yang sangat memperhatikan masalah pengembangan
diri siswa-siswanya. Kegiatan ekstrakurikuler (pengembangan diri) ini
biasanya dijadwalkan sesuai dengan keputusan guru pembina masingmasing ekstrakurikuler yang dilaksanakan pada sore hari. Pada

hari

tersebut proses belajar mengajar ditiadakan dimana siswa itu dibimbing


dan dilatih sesuai pengembangan diri yang diminatinya. Melalui program
kegiatan ini dirancang oleh SMA Negeri 1 Woha begitu banyak prestasi
yang diraih baik akademis dan non akademis yang membawa nama harum
SMA Negeri 1 Woha sebagai sekolah yang sangat unggul dibandingkan
dengan sekolah lain sehingga mampu bersaing dengan sekolah negeri
lainnya. Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang secara nyata diprogramkan
dan dilaksanakan SMA Negeri 1 Woha antara lain sebagai berikut.
a. Kegiatan pengembangan diri bidang olahraga antara lain :
1. Bulutangkis

4. Sepak Bola

2. Basket

5. Atletik

3. Volly
b. Kegiatan pengembangan diri mata pelajaran antara lain :
1. Matematika

6. Astronomi

2. Fisika

7. Akuntansi

3. Kimia

8. Ekonomi

4. Biologi

9. Bahasa Inggris

5. Kebumian

10. TIK

c. Kegiatan pengembangan diri bidang seni antara lain :


1. Tari Bima

4. Teater

2. Modeling

5. Marching band

3. Musik dan Suara

6.

Sastra

d. Kegiatan pengembangan diri yang lain antara lain :


1. Jurnalistik

3. KIR

5. Dai dan Daiah

2. PMR

4. Pramuka

6. Qori dan Qoriah

Kegiatan ekstrakurikuler (pengembangan diri) SMA Negeri 1


Woha
dilaksanakan sungguh-sungguh guna menyaring kreativitas dan bakat
siswa. Hal ini terlihat dari kebijakan sekolah dalam menyaring peserta,
membiayai, dan membina kegiatan-kegiatan ini. Program sekolah
mengharuskan setiap siswa mengikuti kegiataan ekstrakurikuler, kecuali
untuk kelas XII sudah dibatasi, mengingat mereka akan berhadapan
dengan ujian akhir baik UAN maupun UAS. Dalam

pengelolaannya

masing-masing pengembangan diri dibina oleh satu atau lebih guru


pembina. Dalam proses pembinaan tersebut, telah dilakukan dengan sangat
baik dan terarah karena pihak sekolah memilih guru-guru yang berpotensi
untuk menjadi pembimbing kegiatan pengembangan diri, sehingga
kegiatan dapat berjalan secara kondusif.
Sebaran jumlah siswa pada masing- masing bidang yang diminati
sudah cukup merata sesuai dengan jenis kegiatan ektrakurikuler
(pengembangan diri) yang ada. Kendala-kendala yang dihadapi sekolah
(Pembina) dalam menangani kegiataan ektrakurikuler diantaranya masalah
fasilitas yang menunjang dan masalah dana. Upaya penanggulangan yang
dilakukan oleh pihak sekolah yaitu dengan cara:
-

Berusaha memanfaatkan dana yang sudah dialokasikan secara cermat


dan maksimal.

Berusaha memperbaiki kesalahan yang ada secara bertahap.

Berusaha menjaga dan merawat fasilitas yang ada.

21. Musholla/Tempat Ibadah


SMA Negeri 1 Woha memiliki Musholla/tempat ibadah yang terletak
di sebelah selatan ruang-ruang kelas, serta berdampigan dengan kantinkantin sekolah. Luas Musholla tersebut yaitu 100 m 2. Musholla ini
difungsikan sebagai tempat solat siswa, staf guru, dan pegawai yang
beragama Islam. Pemanfaatan Musholla siswa dalam proses pendidikan
siswa secara utuh dimanfaatkan dengan baik, yakni dengan melaksanakan
sholat secara berjamaah baik itu sholat Dzuhur maupun sholat Jumat.
Musholla juga dikelola oleh para siswa dengan dibimbing oleh guru
Agama Islam. Biasanya, musholla dikelola oleh para siswa yang
dipercayakan sebagai Remaja Masjid Sekolah untuk kegiatan ceramah,
mengaji, IMTAQ, dan Khutbah Jumat. Musholla juga dimanfaatkan oleh
guru Agama Islam sebagai tempat KBM ketika guru dan siswa jenuh
dalam kelas.
Adapun beberapa fasilitas yang terdapat di Musholla SMA Negeri 1
Woha yaitu: Al Quran 5 buah, lemari beserta buku-buku agama Islam,

mimbar, audio speaker, microphone, sajadah 2 buah, sajadah panjang 2


set, karpet 3 buah, mukenah dan sarung 3 buah, kopiah 2 buah, sebuah jam
dinding, serta satu lembar kain hijab.
22. UKS, Kantin dan Koperasi Sekolah
a) UKS
SMA Negeri 1 Woha memiliki Ruang UKS sebagai tempat untuk
melayani kesehatan bagi warga sekolah. Dalam menjalankan fungsinya
tersebut UKS telah diberikan ruangan, walaupun hanya bagian kecil dari
ruang BK. UKS sekolah ini dikelola oleh petugas piket yang dalam hal ini
diperankan oleh OSIS Bidang kesehatan dengan tetap melakukan
koordinasi dan diawasi oleh wasbimbri bidang kesehatan yakni Astuti,
SPd. dan Wiwik Supartiwi, S.Pd. Adapun fasilitas yang dimanfaatkan
guna menunjang kinerja petugas UKS antara lain: kotak P3K, tempat
tidur kayu, tempat sampah, kasur, kursi siswa, bantal, sapu, dan keset.
Fasilitas ruang UKS ini telah didanai oleh pihak sekolah dari alokasi
dana OSIS.
b) Kantin
Kantin SMA Negeri 1 Woha terdiri dari 5 tempat yang dikelola
melalui sistem kontrak. Untuk sewa satu bangunan kantin per tahunnya
adalah Rp 2.000.000. Jenis makanan dan minuman yang dijual di kantin
sekolah ini bermacam-macam.
c) Koperasi Sekolah
SMA Negeri 1 Woha memiliki sebuah ruangan yang dimafaatkan
sebagai ruang koperasi. Biasanya, ruangan ini disebut kopsis (koperasi
siswa) yang sebenarnya guru dan siswa memanfaatkan koperasi ini. Jadi
dapat dikatakan bahwa ini merupakan satu-satunya koperasi yang ada di
seklah ini. Adapun barang-barang yang yang dijual di koperasi antara lain
makanan, minuman, sampai peralatan sekolah dijual di kedua koperasi
tersebut. Koperasi ini dikelola oleh dua orang petugas yang memanfaatkan
insentif dari keuntungan tiap tahun yang didapat dari pengelolaan
koperasi. Modal koperasi berasal dari hasil keuntungan koperasi itu

sendiri. Adapun fasilitas yang terdapat di dalam koperasi siswa yaitu:


lemari barang, meja, kursi, dan lemari es.

23. Pengelolaan Pertamanan, Kolam Sekolah dan Kebersihan Sekolah


Pertamanan, kerindangan dan kebersihan SMA Negeri 1 Woha sudah
dikelola dengan baik oleh pihak sekolah dengan menempatkan empat
orang petugas kebersihan sekolah yang ditugaskan untuk membersihan
lingkungan sekolah setiap harinya secara kontinu. Petugas kebersihan
sekolah ditugaskan untuk merawat pertamanan, kolam teratai sekolah,
serta kerindangan sekolah agar tetap asri yang dilakukan dengan
memotong rumput yang panjang dan pohon-pohon yang lebat, menyapu
halaman, menguras kolam teratai setiap 6 bulan sekali, menyiram tanaman
dan menanam berbagai jenis tanaman.
Selain petugas kebersihan, siswa-siswi SMA Negeri 1 Woha juga
menjaga pertamanan, kerindangan dan kebersihan sekolah dengan
menyapu di dalam kelas dan sekitar kelas. Bahkan, setiap tahun digelar
lomba antar kelas khusus untuk kebersihan dan keindahan pertamanan
kelas. Hal itu dilakukan untuk menumbuhkembangkan jiwa sosial dan
kepedulian siswa akan lingkungannya. Sehingga keadaan pertamanan,
kerindangan dan kebersihan sekolah tetap tertata dengan baik serta terlihat
indah dan asri.
SMA Negeri 1 Woha terkenal dengan kolam teratai yang sudah
menjadi ikon sekolah ini. Tentunya, kolam ini juga dimanfaatkan untuk
memelihara beberapa jenis ikan air tawar. Jadi, selain mendapatkan
keindahan darinya, sekolah juga dapat membudidayakan ikan air tawar.

24. Unsur-unsur yang Belum Diungkapkan


Masalah keamanan sekolah yang belum diungkapkan disini. SMA
Negeri 1 Woha telah memiliki 4 satpam yang bertugas menjaga keamanan
sekolah dan parkir. Setiap hari satpam berkerja ke dalam 2 shift pagi dan
siang.

Adapun nama satpam yang bertugas mengamankan SMA Negeri 1


Woha adalah:
1) Junaidin

3) Muhtar

2) Baharuddin

4) Taamin

25. Standar Pelayanan Minimal (SPM) SMA Negeri 1 Woha


SPM merupakan standar pelayanan minimal yang ditetapkan masingmasing sekolah sesuai dengan kondisi sekolah yang bersangkutan. Secara
umum, Standar Pelayanan Minimal ( SPM ) di SMA Negeri 1 Woha sudah
dapat berjalan dengan baik dan sudah sesuai untuk dijadikan proses belajar
mengajar.
3.2 Pengenalan Sikap dan Pola Tingkah Laku Siswa
1. Umum
SMA Negeri 1 Woha sebagai lembaga sekolah negeri memiliki tata
tertib untuk guru, pegawai dan siswa yang selama ini dijadikan pedoman
dan penuntun di dalam bersikap dan berperilaku serta dalam menjalankan
tugas dan kewajiban yang berkaitan dengan aktivitas yang ada di sekolah.
Untuk tata tertib siswa biasanya di tempelkan pada masing-masing papan
pengumuman yang ada di kelas, tata tertib guru ditempelkan pada papan
pengumuman yang ada di ruang guru, dan tata tertib pegawai ditempelkan
pada papan pengumuman pegawai yang terletak di ruang tata usaha. Selain
itu untuk tata tertib siswa juga ditempelkan pada papan pengumuman
umum. Tujuan dari penempatan tata tertib ini yang berbeda-beda agar
masing-masing

komponen

sekolah

ini

memiliki

komitmen

dan

kedisiplinan dalam menjalankan tata tertib sekolah. Disamping itu juga


siswa telah diberikan buku saku oleh pihak sekolah pada saat siswa baru
pertama kali bersekolah di SMA Negeri 1 Woha ini. Buku saku tersebut
telah dijelaskan secara terperinci tentang tata tertib yang harus
dilaksanakan oleh siswa. Adapun Tata tertib tersebut secara garis besar
dapat dinyatakan sebagai berikut :
-

Hadir ke sekolah tepat pada waktunya atau sebelum bel masuk kelas
berbunyi, yaitu pukul 07.00 WITA.

Berpakaian rapi dan sopan tanpa menggunakan perhiasan yang


berlebihan.

Apabila

berhalangan

hadir,

guru/pegawai

bersangkutan

harus

melapor/meminta izin kepada kepala sekolah/piket. Dan apabila siswa


yang berhalangan hadir, wajib memberitahukan pihak sekolah baik
melalui surat, telepon, atau orang tua siswa bersangkutan datang ke
sekolah untuk meminta izin kepada guru piket.
-

Guru dan pegawai harus dapat bersikap sebagai pendidik, pengayom,


pembimbing sehingga dapat dijadikan panutan berperilaku bagi para
siswa.

Selama jam sekolah para siswa dilarang membawa handphone.


Sedangkan guru-guru yang membawa handphone harus menonaktifkannya selama proses belajar mengajar di dalam kelas.
(Tata Tertib dan kode etik Siswa dan Guru selengkapnya terlampir).
Hubungan sosial yang terjadi di sekolah ini bejalan dengan baik. Ini

dapat dilihat dari keseharian para warga sekolah di dalam menjalankan


tugasnya masing-masing, seperi hubungan sosial antara siswa dengan
siswa lainnya tampak sangat akrab terutama siswa yang berada dalam satu
kelas. Siswa di dalam bergaul tidak pernah membedakan perbedaan jenis
kelamin, suku, agama dan lain sebagainya. Hubungan antara siswa dengan
guru juga tampak harmonis dan akrab, apalagi guru-guru yang ada di
SMA Negeri 1 Woha sering mengadakan kegiatan yang sifatnya
mengakrabkan siswa dengan guru. Hal ini tidak hanya nampak di dalam
kelas pada saat mengikuti proses belajar mengajar saja tetapi pada saat ada
waktu istirahat terlihat beberapa siswa mendiskusikan sesuatu bersama
dengan guru. Hubungan antara guru dengan guru yang lain juga tampak
harmonis tanpa membedakan bidang studi yang dipegangnya. Antara satu
guru dengan guru yang lain biasanya saling berbagi pengalaman. Begitu
pula hubungan antara siswa dengan pegawai yang ada juga berjalan
harmonis, karena tampak dari keseharian mereka yang begitu seringnya
mengadakan interaksi dalam masalah administrasi sekolah dan para
pegawai dengan senangnya melayani para siswa tersebut. Hubungan antara

kepala sekolah dengan para guru juga tampak saling menghargai dan
mengerti dengan kedudukan masing-masing. Walaupun terkadang terjadi
konflik pribadi di antara warga sekolah, tetapi hal tersebut tidak akan
berlangsung lama karena dapat diatasi dengan cepat.
Kepala sekolah membina dan memilihara kultur kehidupan sekolah
yang kondusif yaitu dengan cara-cara mematuhi semua tata tertib yang
berlaku baik atasan (kepsek), bawahan, pegawai, guru dan siswa sehingga
terjadi keselarasan. Di samping itu juga perlu adanya hubungan kerjasama
dan kekeluargaan antara kepala sekolah, staf guru, pegawai dan siswa
sehingga kultur kehidupan sekolah juga akan mejadi selaras, serasi dan
seimbang.
2. Kegiatan di Dalam Kelas
Dalam pengenalan sikap dan pola tingkah laku siswa di dalam kelas,
penulis melakukan pengamatan di dalam kelas dengan guru pembimbing
dan dengan guru contoh. Adapun yang penulis ambil dari kegiatan di
dalam kelas dapat penulis rangkum secara umum sebagai berikut :
A. Membuka dan Menutup Pelajaran
Setelah bel masuk berbunyi semua siswa segera

memasuki

ruang kelasnya masing-masing. Sebelum mulai pelajaran, pada jam


pertama

seluruh

siswa

diwajibkan

berdoa

sesuai

dengan

kepercayaannya masing-masing.
Pada saat guru memasuki ruangan kelas, guru pun mengucapkan
salam serta dijawab serentak oleh siswa. Sebelum guru akan memulai
pelajaran, biasanya guru mengisi buku absen dan jurnal harian, serta
menanyakan apakah ada siswa yang tidak mengikuti pelajaran.
Pada saat guru akan memulai pelajaran, siswa sudah
menyiapkan diri dengan baik, seperti menyiapkan alat tulis dan buku
penunjang atau buku paket dan siap untuk memulai pelajaran. Dari
pihak guru sendiri juga sudah memiliki persiapan yakni sebelum
memulai pelajaran dan akan memulai pelajaran guru sudah memiliki
dan mempersiapkan materi yang akan dibahas.

Saat guru sudah memulai pelajaran, umumnya di awali dulu


dengan pertanyaan yang sifatnya humoris agar siswa tidak tegang
dalam menerima pelajaran. Hal ini dilakukan kurang lebih selama 15
menit. Setelah itu dilakukan pembahasan pelajaran inti. Pada kegiatan
ini, siswa memerhatikan apa yang dijelaskan oleh guru tersebut serta
mencatat hal-hal penting yang dijelaskan dan dituliskan oleh guru di
papan. Tetapi tidak dapat dipungkiri masih ada beberapa siswa yang
terlihat berbicara dengan teman sebangkunya.
Pada saat jam pelajaran telah selesai, dan guru mengakhiri
pelajaran, perilaku siswa pada umumnya sebagian besar merasa senang
dan terdengar sedikit ribut karena mereka telah selesai mengikuti
pelajaran tersebut. Selain itu, ada juga beberapa siswa yang masih
ingin menanyakan sesuatu yang belum dimengerti dan setelah jelas
maka guru meninggalkan ruangan dan diikuti oleh siswa yang mulai
meninggalkan tempat duduknya keluar kelas. Ada siswa yang menuju
ke kantin dan ada juga beberapa siswa yang menuju perpustakaan.
B. Interaksi Belajar Mengajar
Dalam Proses Belajar Mengajar, interaksi yang terjadi sangat
reaktif dalam merespon pelajaran yang disampaikan oleh guru. Saat
guru menyampaikan pelajaran, biasanya siswa memerhatikan dengan
seksama materi pelajaran tersebut. Ketika guru memberikan suatu
pertanyaan

sebagian

besar

siswa

mengangkat

tangan

untuk

menanggapi pertanyaan yang dilontarkan oleh guru tersebut. Selain itu


dilihat dari keberanian siswa di dalam mengajukan pertanyaan atau
pendapat terhadap suatu permasalahan juga sudah tampak sangat baik.
Namun dalam hal ini ada juga beberapa orang siswa yang sedikit malas
mengaktifkan diri di dalam kegiatan proses belajar mengajar. Hal ini
mungkin disebabkan karena siswa tersebut belum berani atau siswa
tersebut tidak berani salah.
Interaksi yang terjadi antar siswa saat pembelajaran berlangsung
sangat baik. Itu terlihat apabila guru memberikan tugas kelompok yang
harus siswa kerjakan bersama. Selain itu interaksi antar siswa
juga

terjadi saat siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dimana
siswa yang memiliki kemampuan lebih rendah bertanya kepada
temannya yang memiliki kemampuan lebih tinggi, begitu pula siswa
yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi mau membantu temannya
yang kesulitan. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa saat
pembelajaran berlangsung juga sangat baik. Siswa tidak malu bertanya
kepada guru apabila siswa mengalami kesulitan. Apabila terjadi salah
satu dari siswa atau guru melakukan kesalahan maka antara siswa dan
guru akan saling mengingatkan. Siswa akan mengingatkan kepada
guru tanpa mengurangi rasa hormat, begitu pula guru akan menerima
saran dan kritik dari siswa. Hal ini yang menyebabkan terjadi
keakraban antara siswa dan guru.
Respon siswa dalam mengerjakan tugas/pekerjaan rumah sangat
baik. Hal itu terlihat dari keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas
yang diberikan. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh keseriusan guru
dalam memeriksa segala tugas/pekerjaan rumah yang diberikan.
Dalam proses pembelajaran ada beberapa siswa yang berperilaku
khusus yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Menaggapi
hal tersebut, guru mengambil tindakan dengan mengatur langsung
siswa tersebut. Tapi untuk menghadapi siswa yang berperilaku khusus
karena lelah, mengantuk, bosan, biasanya guru menyelipkan humor di
sela-sela pelajaran sehingga kelas menjadi lebih hidup.
Mengenai masalah fasilitas belajar, umumnya seluruh

siswa

sudah memiliki fasilitas belajar berupa buku catatan, alat tulis, buku
ajar, buku penunjang, dan fasilitas penunjang lainnya. Fasilitasfasilitas tersebut didapat dari membeli, meminjam ke kakak kelasnya,
maupun memfotokopi sendiri. Di sekolah juga sudah memiliki
perpustakaan yang mampu memberikan pinjaman buku paket. Apabila
ada siswa yang tidak membawa perlengkapan yang memadai di dalam
mengikuti proses belajar mengajar guru pada umumnya menyarankan
kepada siswa untuk meminjam kepada temannya atau bergabung
dengan teman yang memiliki kelengkapan tersebut.

Perilaku siswa sangat mempengaruhi interaksi siswa dengan guru


penyaji. Karena bagaimanapun juga PBM akan berhasil jika dua
komponen utama yaitu siswa dan guru mendukung. Jika salah satu
siswa saja berperilaku kurang baik dalam PBM, maka akan
mengganggu berlangsungnya PBM tersebut. Jika siswa sudah
mengantuk atau bosan terhadap pelajaran yang sedang berlangsung
PBM tersebut gagal. Tidak ada gunanya guru mendidik kalau yang
dididik tidak memperhatikan. Begitu juga mata pelajaran yang
disajikan dan waktu penyajiannya mempengaruhi perilaku siswa.
Ketidaksenangan siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu atau
kekurangtepatan waktu berlangsungnya mata pelajaran tertentu, pada
akhirnya menyebabkan perilaku siswa kurang berminat terhadap PBM
tersebut.
C. Pengelolaan Kelas
Dalam proses belajar mengajar, tempat duduk siswa akan
disesuaikan dengan jumlah siswa dan diatur dengan rapi untuk
memudahkan guru maupun siswa dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Secara umum, posisi pengaturan tempat duduk siswa di
dalam proses belajar mengajar (PBM) di SMA Negeri 1 Woha
dilakukan secara klasikal, dimana dalam pengaturan bangku siswa
disusun rata-rata tiap kelas 5 (lima) ke belakang dan 8 (delapan) ke
samping, dimana setiap siswa mendapatkan 1 meja dan 1 kursi.
Pengaturan bangku seperti ini dilakukan karena melihat situasi yang
ada dimana jumlah siswa rata-rata tiap kelas sekitar 40 orang.
Walaupun pengaturan bangkunya secara klasikal, namun tidak
menghalangi jika dalam PBM terjadi pengelompokan. Apabila dirasa
perlu, guru dapat mengatur posisi tempat duduk siswa sesuai keperluan
misalnya melingkar jika mengharuskan siswa berdiskusi.
Secara umum perilaku siswa yang dikelola secara klasikal,
kelompok, atau individual adalah beragam. Siswa yang memang serius
belajar, sangat memperhatikan gurunya, siswa yang bosan, bermainmain, dan lain sebagainya. Dengan

beragamnya perilaku yang

ditunjukkan oleh para siswa, maka kita dapat mencari perbedaan dari
masing-masing pengelolaan kelas. Secara spesifik perbedaan yang
tampak dari adanya pengelolaan kelas secara klasikal, kelompok
maupun individual adalah sebagai berikut :
1. Secara Klasikal
Pengelolaan dengan cara klasikal dilakukan jika materi pelajaran yang
akan dibahas cukup banyak. Jika dikelola secara klasikal, siswa
cenderung kurang disiplin. Siswa sering tidak memperhatikan
pelajaran karena berbagai sebab dan tidak jarang siswa tersebut malah
mengganggu teman-temannya yang sedang serius belajar entah dengan
melempar sesuatu ataupun dengan mengajak ngobrol.
2. Secara Individual
Perilaku siswa yang dikelola secara individual adalah dengan cara
memberi tugas individu dan pertanyaan-pertanyaan langsung di dalam
kelas. Maka siswa akan mengerjakan tugasnya secara mandiri serta
mengerjakan soal dengan baik dan disiplin sesuai dengan kemampuan
mereka masing-masing. Namun, perilaku siswa yang dikelola secara
individual dapat pula mengakibatkan siswa kurang pergaulan dan
cenderung menutup diri terhadap lingkungannya. Di satu sisi, memang
siswa akan lebih dapat dikontrol dan dibina secara intensif, namun di
sisi lain siswa cenderung enggan untuk bergaul dengan sesamanya.
Pengelolan secara individual ini secara umum kurang efektif dilakukan
mengingat jumlah siswa di sekolah sangat banyak.
3. Secara Kelompok
Pengelolaan dengan cara ini akan menyebabkan siswa lebih serius
dalam menerima pelajaran karena siswa dituntut untuk menemukan
sesuatu. Dengan berkelompok lebih banyak interaksi yang terjadi
antara siswa sehingga siswa yang mampu bisa mengajari yang kurang
mampu. Interaksi yang terjadi adalah interaksi antara teman-teman satu
kelompoknya. Namun selain itu, sering juga terjadi interaksi yang
terjadi dalam kelompok tersebut bukan mengenai pelajaran. Yang
terjadi adalah siswa saling mengobrol satu sama lain mengenai

hal-

hal di luar pelajaran. Hal ini menyebabkan PBM menjadi tidak efektif.
Selain itu seringkali dalam kelompok siswa yang belajar ataupun
melakukan percobaan (jika pengelompokan tersebut untuk melakukan
praktikum) hanya beberapa orang. Yang lainnya hanya menonton.
Namun di sisi lain, pengelompokan ini akan memotivasi gairah belajar
siswa karena adanya kompetisi antar kelompok yang disebabkan oleh
keinginan untuk memperoleh sambutan terbaik dari guru dan temantemannya.
Jika ada guru terlambat atau berhalangan hadir, siswa melakukan
aktivitas yang beragam. Ada yang membaca buku, ada yang berbicara
dengan temannya, ada pula yang bermain dengan temannya, pergi ke
kantin maupun ke perpustakaan. Namun biasanya jika guru
berhalangan hadir, guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan pada jam pelajaran tersebut. Hal ini untuk mengantisipasi
agar siswa tidak bercanda dan mengganggu kelas lain yang sedang
belajar. Jika tidak ada tugas dari guru yang berhalangan hadir tersebut,
ketua kelas menghubungi guru mata pelajaran berikutnya agar jam
pelajaran yang seharusnya dijadwalkan setelah pelajaran saat guru
mata pelajaran berhalangan dapat dimajukan untuk mengisi jam
pelajaran kosong tersebut. Selain itu jam pelajaran kosong merupakan
kesempatan bagi guru BK untuk memberikan arahan-arahan yang
berkaitan dengan kedisiplinan di sekolah.
Di SMA Negeri 1 Woha cara penanganan siswa terlambat tidak
dilakukan oleh guru kelas tetapi oleh Wakasek kesiswaan yang bekerja
sama dengan guru BK. Siswa yang terlambat tidak diberikan masuk
kelas, tetapi diberi hukuman seperti membersihkan halaman,
membersihkan kaca, dan lain-lain. Tujuan dari kegiatan ini agar siswa
menjadi sadar untuk tidak terlambat lagi.
Pada saat siswa mengerjakan tugas tanpa pengawasan guru
bersangkutan, siswa cenderung gaduh dan ribut. Siswa tidak tertib,
berpindah-pindah tempat duduk, beberapa siswa menyontek pekerjaan
teman karena kebanyakan siswa hanya mengandalkan pekerjaan teman

yang pintar, dan beberapa siswa yang telah selesai mengerjakan tugas
melakukan kegiatan lain. Namun, jika diawasi guru piket, kelas
menjadi tertib dan tidak ribut.
3. Kegiatan di Luar Kelas
a) Perilaku Siswa di Luar
Kegiatan yang dilakukan siswa di luar kelas pada saat usai
pelajaran dan tidak ada kegiatan belajar mengajar sangat bervariasi,
ada yang pergi ke kantin, ada yang tetap di kelas berdiskusi, ada yang
duduk-duduk di depan kelas sambil bercanda dengan teman-temannya,
ada juga yang pergi ke perpustakaan, dan masih banyak lagi kegiatankegiatan yang dilakukan oleh siswa. Terkadang walaupun bel masuk
sudah berbunyi, ada sebagian siswa yang masih duduk-duduk di depan
kelasnya sambil menunggu gurunya datang.
Namun secara umum tidak ada siswa yang berperilaku ekstrim
atau berbuat sesuatu yang jauh dari perilaku wajar seorang anak SMA
pada waktu jam istirahat. Kalaupun ada siswa yang mengganggu
teman-temannya itu pun masih dalam batas kewajaran.
Hubungan antar siswa pada saat apapun termasuk pada waktu
istirahat tampak sangat akrab. Tidak terlihat adanya permusuhan antar
teman. Begitu pula hubungan siswa dengan guru selalu tampak akrab
selalu begitu juga pada waktu istirahat. Siswa yang ingin berdiskusi
dengan guru memanfaatkan waktu istirahat tersebut. Keakraban juga
tampak dengan membaurnya siswa dengan guru baik di perpustakaan,
di kantin, maupun di sudut-sudut lain sekolah ini.
Waktu istirahat telah dimanfaatkan secara efektif dan efesien.
Siswa yang lapar memanfaatkan waktu ini untuk makan. Sedangkan
siswa lain yang tidak lapar melakukan interaksi dengan temantemannya sehingga menambah erat persahabatan dan menambah
jumlah teman. Siswa yang lain pergi ke perpustakaan untuk meminjam
buku, membaca buku, maupun membaca koran yang pada intinya
untuk menambah pengetahuan dan informasi.

b) Aktivitas BK
Dalam menangani perilaku siswa yang bermasalah di dalam dan
di luar kelas, petugas BK melakukan berbagai tindakan. Secara umum
petugas BK melakukan Aksi Mendadak atau yang biasa dikenal dengan
Sidak yaitu aksi pemeriksaan kedisiplinan siswa secara mendadak.
Aturan sekolah mengenai kedisiplinan siswa telah diatur dan ditulis
dalam buku saku yang dibagikan kepada seluruh siswa. Kutipan
aturan-aturan dalam buku saku terlampir. Jika dalam Sidak tersebut
ditemukan siswa yang melanggar aturan tersebut maka siswa tersebut
langsung ditindak sesuai dengan aturan yang berlaku. Jika masalah
yang dialami siswa bersifat khusus dan tidak diatur dalam buku saku
siswa maka petugas BK menempuh jalan secara bertahap. Pertamatama BK melakukan penyelidikan terhadap latar belakang masalah
yang dialami ataupun diperbuat oleh siswa, kemudian mendata laporan
yang ada mengenai masalah-masalah yang telah dibuat oleh siswa baik
itu melalui siswa lain, guru bidang studi yang mengajar di kelas siswa
tersebut ataupun dari orang tuanya sendiri. Setelah mendapat data-data
yang akurat mengenai masalah-masalah yang dibuat oleh siswa maka
guru BK akan melakukan pendekatan terhadap siswa yang bermasalah
tadi yakni dengan jalan memanggil siswa yang bersangkutan,
kemudian mengadakan dialog tentang masalah yang dihadapi oleh
siswa yang bermasalah tersebut. Dalam hal ini, BK juga memberikan
masukan-masukan atau nasihat kepada siswa mengenai masalah
tersebut. Jika masalah tersebut belum terselesaikan, maka BK akan
melakukan dialog dengan orang tua siswa yang bermasalah tersebut
untuk mencari jalan keluar secara bersama-sama.
Ada beberapa tindakan yang dilakukan BK dalam upaya
memotivasi anak dalam belajar dan pengembangan karir. Pertamatama dilakukan tes-tes untuk mengetahui potensi anak seperti test IQ,
test bakat dan test minat, serta tes-tes lainnya. Dari test-test tersebut
diketahui bakat dan minat siswa yang kemudian disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki siswa tersebut untuk kemudian diarahkan

dan dimotivasi untuk belajar dan mendalami karir yang sesuai dengan
hal tersebut. Selain itu dilakukan juga diskusi terhadap siswa mengenai
kesulitan belajar yang dialami siswa yang umumnya sangat beragam
kemudian diberikan nasehat dan pemecahan yang sesuai. Diskusidiskusi lain yang berhubungan dengan hal ini juga dilakukan oleh BK.
Untuk menjaga hubungan sekolah dengan orang tua siswa, BK
memberikan layanan yang bersangkutan dengan keadaan siswa di
sekolah maupun dirumah. Bila orang tua siswa menanyakan keadaan
anaknya di sekolah atau juga orang tua siswa memiliki masalah dengan
anaknya di rumah, BK akan memberikan layanan dan memberikan
solusi-solusi yang mungkin dapat membantu orang tua siswa dalam
menangani anaknya yang bermasalah.
Permasalahan
Mengapa dalam pengaturan posisi tempat duduk siswa pada kelas
akselerasi dan kelas reguler berbeda?
3.3 Pengenalan Kegiatan Pembelajaran
Dalam mengenali dan memahami proses belajar mengajar, penulis
melakukan observasi pada saat terjadinya PBM di kelas. Adapun hasil
yang didapatkan setelah melakukan orientasi tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Informasi Umum
Pada Selasa, 16 Juli 2013, jam 3-4 penulis masuk ke kelas dengan
salah satu guru SMA Negeri 1 Woha sekaligus guru pamong penulis.
a. Nama

: Yusuf, SE, Ak

b. Mata pelajaran

: TIK

c. Topik bahasan

: Menu dan ikon aplikasi pengolah angka

d. Kelas

: XI IPA 1

e. Waktu

: 2 x 45 menit

Pada Selasa, juga jam 5-6 penulis melakukan observasi di dalam


kelas untuk yang kedua kalinya bersama dengan guru SMA Negeri 1
Woha.

a. Nama

: Syafruddin, SE

b. Mata pelajaran

: TIK

c. Topik bahasan

: Fungsi menu dan aplikasi pengolah angka

d. Kelas

: XI IPA 2

e. Waktu

: 2 x 45 menit

Selanjutnya, penulis melakukan observasi di dalam kelas untuk


ketiga kalinya pada hari Senin, 22 Juli 2013 juga jam 7-8 bersama
dengan guru pembimbing.
a. Nama

: Yusuf, SE, Ak

b. Mata pelajaran

: TIK

c. Topik bahasan

: Menggunakan perangkat lunak pengolah

angka untuk menghasilkan informasi


d. Kelas

: XI Akselerasi

e. Waktu

: 2 x 45 menit

6. Perencanaan Pembelajaran
Dalam

penyusunan

perencanaan

pengajaran,

penulis

mendapatkan hal-hal penting dari nara sumber diantaranya :


a. Dalam analisis dan pengembangan materi pelajaran, narasumber
menggunakan banyak sumber buku acuan yang relevan dengan
mata pelajaran yang diajarkan. Analisis dan pengembangan materi
pelajaran ini menyangkut penjabaran materi, penyusunan metode,
sarana dan waktu yang tersedia untuk masing-masing

tema

tersebut. Dalam analisis dan pengembangan materi pelajaran,


narasumber berpatokan pada silabus yang telah disusun dan selalu
berpedoman pada kurikulum yang berlaku secara sah disekolah
yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
b. Penyusunan program tahunan, semesteran dan harian berdasarkan
pada kalender akademik atau pendidikan dan disesuaikan dengan
pedoman dan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Kalender pendidikan berguna untuk mengetahui jumlah
minggu belajar efektif.

c. Pembuatan silabus mengacu pada program tahunan yang telah


disusun serta sesuai dengan pengalokasian pada minggu efektif.
Cara penyusunan silabus berpatokan pada unit

materi

yang

disusun, di mana semua materi itu berpedoman pada KTSP yang


kemudian disesuaikan dengan kalender pendidikan. Guru akan
menghitung jumlah ulangan harian yang akan dilaksanakan serta
menentukan hari cadangan terlebih dahulu. Alokasi waktu yang
tersedia dikurangi dengan jumlah ulangan harian dan hari cadangan
yang telah ditentukan sebelumnya. Perhitungan tersebut akan
menghasilkan jumlah waktu kegiatan pembelajaran efektif yang
kemudian waktu pembelajaran efektif tersebut dibagi ke dalam
beberapa indikator sehingga dapat menentukan pokok pembahasan
yang akan dilakukan pada alokasi waktu tertentu.
Guru narasumber menyusun silabus seperti tersebut di atas
untuk

membuat

kegiatan

berjalan

secara

sistematis

dan

menghindari penyimpangan dan kesenjangan materi pokok,


kurikulum dan tujuan belajar dengan kegiatan pembelajaran atau
pengalaman belajar. Dengan demikian, siswa dapat mengerti
pelajaran dengan baik dan semua dapat sesuai dengan yang
seharusnya.
7. Pelaksanaan Pembelajaran
a) Membuka Pelajaran
Aktivitas guru dalam membuka pelajaran dilihat dari :
Strategi yang digunakan guru dalam membuka pelajaran
yaitu dengan mengucapkan salam kepada semua siswa serta
memimpin doa. Setelah itu guru mengadakan pengabsenan untuk
mengecek siswa siapa saja yang tidak hadir dan melanjutkan
dengan membuka pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan
untuk menunjang proses pembelajaran adalah buku paket dan LKS
yang diberikan pihak sekolah. Sebelum masuk ke materi inti, guru
terlebih dahulu memberikan pengantar dan catatan kecil untuk

siswa. Hal itu dilakukan agar siswa lebih memahami materi yang
akan didapatkannya.
Waktu yang diperlukan untuk membuka pelajaran 15 menit
sebelum guru narasumber memulai menjelaskan pelajaran inti.
Alat bantu pelajaran yang digunakan siswa sangat beragam.
Secara umum, alat bantu yang digunakan adalah buku paket, LKS
dan buku penunjang lainnya yang dimilki oleh siswa serta alat
tulis yang sangat berperan dalam proses belajar mengajar. Kadangkadang terdapat juga guru yang membawa wacana atau teks yang
berkaitan dengan materi saat itu agar bisa dibaca dan dipahami
oleh siswa. Bahkan pada pelajaran tertentu terdapat juga guru yang
memanfaatkan LCD untuk menyampaikan materi kepada siswa.
Cara guru menyatakan peralihan dari pembuka ke pelajaran inti
adalah memberikan pertanyaan seputar materi pelajaran pertemuan
sebelumnya untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman
siswa kemudian menginformasikan secara

garis besar tentang

materi yang akan dipelajari. Menguji pengetahuan siswa tentang


materi yang akan dipelajari dengan cara menanyakan contohcontoh di sekitar kita yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan. Setelah itu barulah guru memulai pelajaran inti
dengan menjelaskan materi yang disampaikan. Sehingga antara
pembukaan dan pelajaran inti menjadi berhubungan dan relevan
dengan apa yang akan dibahas di pelajaran inti.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti yang disusun oleh guru dalam pelaksanaan
pengajaran

sudah

sesuai

karena

sebelum

kegiatan

PBM

berlangsung guru sudah menyiapkan materi pelajaran yang sesuai


dengan buku pedoman. Selain itu, perencanaan pengajaran juga
telah disesuaikan dengan alokasi waktu pelaksanaan yang
disediakan agar dalam penyampaian materi bahan ajar tidak
kekurangan waktu.

Dalam penyampaian materi bahan ajar, metode yang


digunakan yaitu dengan cara lisan maupun ditulis di papan tulis.
Selain itu, kadang-kadang guru juga memberikan catatan singkat
kepada siswa dengan cara mendiktekan materi tersebut secara
singkat dan siswa pun mencatatnya dengan tertib. Pengelolaan
kelas yang dilakukan oleh guru dalam proses kegiatan belajar
mengajar yaitu selalu menciptakan suasana kondusif, suasana yang
santai dan tidak tegang dengan diselingi humor yang masih
berkaitan dengan pelajaran.
Usaha dan cara yang dilakukan oleh guru SMA Negeri 1
Woha mengaktifkan siswa dalam pembelajaran yaitu memberikan
latihan-latihan soal yang menarik sehingga dapat memberikan
semangat siswa dalam pembelajaran.
Cara yang digunakan guru dalam memberikan balikan dan
menanggapi pertanyaan yang dilontarkan siswa, guru akan menguji
keaktifan siswa lainnya dalam menanggapi pertanyaan dengan
melontarkan kembali pertanyaan tersebut kepada siswa lain dan
apabila tidak mampu, maka guru akan menjawab serta menjelaskan
secara detail.
Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, guru
memiliki kiat-kiat khusus yaitu dalam menjelaskan materi diselingi
dengan humor dan saling berbagi pengalaman agar siswa tidak
cepat bosan dalam mengikuti PBM. Pemanfaatan waktu dalam
proses belajar mengajar yaitu sudah efektif dan seefisien mungkin
dengan tetap mengacu pada kalender pendidikan dan perencanaan
pengajaran yang telah dirancang. Dan terakhir, kegiatan lain yang
layak dikaji dan ditiru pada saat mengajar yaitu guru sama sekali
tidak memperlihatkan muka yang pucat, walaupun mungkin
menghadapi

masalah

di

rumah

karena

guru tidak

ingin

mencampuradukkan masalah pribadi dengan urusan sekolah


sehingga saat berada di depan kelas, guru masih mampu untuk

menampilkan atau memperlihatkan muka yang cerah, penuh


energik, dan penuh senyum.
Hal yang paling berkesan saat melakukan observasi tersebut
adalah adanya antusiasme siswa untuk mengikuti pelajaran. Selain
itu, cara mengajar guru tersebut menyebabkan PBM berlangsung
baik dan sesuai dengan rencana yang telah dirancang.
c) Menutup Pelajaran
Strategi yang digunakan guru dalam menutup pelajaran yaitu
dengan memberikan simpulan atas materi yang telah dibahas dan
dipelajari

serta

disampaikan

menanyakan

kepada

siswa

kembali
dengan

materi

yang

memberikan

telah

beberapa

pertanyaan dan menanyakan apakah mereka sudah mengerti dan


memahami materi yang sudah dijelaskan atau belum. Apabila
siswa belum mengerti, maka guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya dan apabila tidak ada siswa yang bertanya,
maka guru akan memberikan tugas kepada siswa, baik yang
langsung dikumpul ataupun dikerjakan di rumah agar siswa mau
mengulangi kembali materi yang telah dipelajari di sekolah untuk
meningkatkan daya ingat dan pemahaman siswa terhadap materi
yang dipelajari.
Efisiensi penggunaan waktu dalam kegiatan PBM sudah
sangat baik. Dalam mengakhiri atau menutup pelajaran guru
mempunyai waktu sekitar 5-10 menit. Tetapi kadang-kadang guru
kekurangan waktu pada saat menutup materi pembelajaran,
sehingga

waktu

istirahat

siswa

dipakai

beberapa

menit.

Keberhasilan siswa dalam memahami materi sangat dipengaruhi


oleh peran serta guru dalam pembelajaran dan hasil pembelajaran
tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi yang telah dilakukan serta
dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa di depan kelas, tugas, dan
pekerjaan rumah yang baik dan benar.
Kesan penulis secara umum mengenai kegiatan mengajar
yang telah diikuti selama orientasi adalah sangat baik, dimana

selama PBM berlangsung siswa-siswa di kelas sangat tertib dalam


mengikuti pelajaran serta sangat antusias terhadap materi pelajaran
yang diberikan. Selain itu, siswa juga sangat ramah terhadap
penulis yang mengadakan observasi di sekolah ini.
Masalah yang Perlu Diangkat dalam Perkuliahan
Dalam temuan-temuan di lapangan tentunya banyak masalah yang
terjadi dan melalui kegiatan observasi ini mungkin penulis hanya menemukan
sebagian kecil dari masalah itu. Walaupun demikian penulis mencoba untuk
mengangkat masalah itu agar nantinya dapat dibahas dan diangkat di dalam
mata kuliah yang relevan di kampus. Masalah tersebut antara lain:
Bagaimana cara seorang guru bersertifikasi memenuhi tuntutan jam
mengajarnya dalam sehari? (catatan: Jumlah jam mengajar dalam sehari
adalah 24 jam).

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil observasi atas kegiatan yang telah dilaksanakan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi fisik dan non fisik yang ada di SMA Negeri 1 Woha juga sudah
memadai, berbagai sarana dan prasarana serta fasilitas lain yang
mendukung Pelaksanaan Belajar Mengajar (PBM) sudah tersedia.
Walaupun begitu, perlu ditingkatkan agar PBM dapat berlangsung lebih
baik lagi terutama dalam hal yang dianggap kendala.
2. Secara umum pola tingkah laku siswa baik di dalam kelas selama
mengikuti PBM maupun di luar kelas menunjukkan sikap yang baik dan
secara umum sudah mengikuti dan menaati tata tertib yang ada di sekolah
ini. Hubungan seluruh warga sekolah dalam kehidupan sehari-hari di
sekolah terjalin dengan baik dan harmonis.
3. Peranan unsur-unsur sekolah dalam mengembangkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Woha sudah sangat baik. Pimpinan sekolah, guru-guru, siswa
maupun pegawai sudah berkomitmen penuh dalam memajukan pendidikan
di SMA Negeri 1 Woha.
4. PBM berlangsung dengan baik tanpa terlepas dari dukungan berbagai
pihak, baik siswa yang berantusias menghadapi pelajaran, guru mata
pelajaran yang sudah melakukan hal yang terbaik mulai dari perencanaan
dan pelaksanaan guna terjadinya PBM yang baik serta fasilitas dan sarana
prasarana yang mendukung berlangsungnya PBM.
4.2 Tindak Lanjut
Sejalan dengan latar belakang, permasalahan, dan tujuan maka
temuan/permasalahan selama orientasi yang dilaporkan seperti di atas perlu
ditindaklanjuti sebagai berikut:
1. Temuan ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan bahan diskusi mata kuliahmata kuliah kependidikan yang relevan yang membahas mengenai
kehidupan sekolah khususnya Sekolah Menengah Atas. Mahasiswa perlu
mengkaji mengenai hal penguasaan dan pemahaman materi dalam
pembelajaran

SBM

(Strategi Belajar

Mengajar)

dengan

harapan

mahasiswa dapat menjadi seorang guru yang profesional di bidangnya


masing-masing.
2. Khusus untuk sekolah latihan, yaitu SMA Negeri 1 Woha, kondisi fisik
maupun non fisik hendaknya dijaga serta dipelihara agar dapat
menciptakan

suasana

belajar

yang

nyaman

dan

menyenangkan.

Kedisiplinan siswa harap dijaga dan ditingkatkan. Kerjasama seluruh


pihak sekolah sangat berperan dalam menciptakan suasana pendidikan
yang kondusif sehingga proses pembelajaran dapat mencapai hasil yang
maksimal.
3. Dalam perkuliahan kegiatan orientasi lapangan ini juga perlu mendapat
perhatian dan dijadikan suatu pengalaman awal bagi mahasiswa dalam
mengambil mata kuliah selanjutnya terutama mata kuliah yang
menempatkan PPL-Awal sebagai suatu syarat dalam pengambilan mata
kuliah tersebut seperti mata kuliah Micro Teaching serta PPL-Real.

Anda mungkin juga menyukai