Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
Hemoroid dikenal di masyarakat sebagai penyakit wasir atau ambeien
merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak jaman dahulu. Namun
masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejalagejala yang timbul dari penyakit ini.
Hemoroid juga merupakan salah satu penyakit yang paling sering dijumpai.
Sulit untuk memperoleh angka insidensi dari penyakit ini. Dikatakan bahwa baik pria
maupun wanita mempunyai peluang yang sama untuk terkena hemoroid.
Insidensi hemoroid meningkat dengan bertambahnya usia. Mungkin sekurangkurangnya 50% orang yang berusia lebih dari 50 tahun menderita hemoroid dalam
berbagai derajat. Hemoroid dapat mengenai segala usia,terutama usia degeneratif.
Walaupun hemoroid tidak mengancam keselamatan jiwa, tetapi dapat menyebabkan
perasaan yang tidak nyaman. Hanya apabila hemoroid menyebabkan keluhan atau
penyulit, maka dilakukan tindakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Anus Dan Rektum


Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ectoderm,
sedangkan rectum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini,
maka pendarahan, persarafan, serta aliran vena dan limfee berbeda, demikian pula
epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus, sedangkan
kanalis analis oleh endoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit
luar. Daerah batas rektum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel.
Kanalis analis dan kulit luar sekitarnya kaya akan persarafan sensorik somatik dan
peka terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rektum mempunyai persarafan
ototnom dan tidak peka terhadap nyeri. Daerah vena diatas garis anorektum mengalir
melalui sistem porta, sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke sistem cava
melalui cabang vena iliaka. Sistem limfee dari rektum mengalirkan isisnya melalui
pembuluh limfee sepanjang pembuluh hemoroidalis superior kearah kelenjar limfee
paraaorta melalui kelenjar limfee iliaka interna, sedangkan limfee yang berasal dari
kanalis anals mengalir kearah kelenjar inguinal.
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. sumbunya mengarah ke
ventrokranial yaitu kearah umbilicus dan membentuk sudut ke dorsal dengan rektum
dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi, sudut ini menjadi lebih besar. Batas atas
kanalis analis disebut garis anorektum, garis mukokuta, linea pektinata, dan linea
dentata. Di daerah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna
rektum. Infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat
membentuk fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba didalam kanalis analis
2

sewaktu melakukan rectal toucher, dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan
sfingter eksterna (garis Hilton).
Cincin sfingter anus melingkari sfingter analis dan terdiri dari sfingter interna
dan sfingter eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter
interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator (puborektalis), dan
komponen m.sfingter eksternus. M.sfingter internus terdiri dari serabut otot polos,
sedangkan m.sfingter eksterna terdiri dari serabut otot lurik.

Pendarahan arteri
Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.mesenterika
inferior. Arteri ini membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan. Cabang
yang kanan akan bercabang kembali. Letak ketiga cabang terakkhir ini mungkin
dapat menjelaskan letak hemoroid sebelah kanan dan sebuah di perempat lateral kiri.
Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka interna,
sedangkan a.hemoroidalis inferior adalah cabang a.pudenda interna. Anastomosis
antara arcade pembuluh inferior dan superior merupakan sirkulasi kolateral yang
mempunyai makna penting pada tindak bedah atau sumbatan aterosklerotik di daerah
percabangan aorta dan a.iliaka. Anastomosis tersebut ke pembuluh kolateral
hemoroid inferior dapat menjamin pendarahan di kedua ekstremitas bawah.
Pendarahan pleksus hemoroidalis merupakan kolateral luasdan kaya sekali darah
sehingga perdarahan dari hemoroid interna menghasilkan darah segar yang berwarna
merah dan buka darah vena warna kebiruan.
Pendarahan vena
Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan
berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui
vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut
menntukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rectum dapat menyebar sebagai embolus
vena ke dalam hati, sedangkan embolus septic dapat menyebabkan pileflebitis. Vena
hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna dan ke dalam
vena iliaka interna dan system kava. Pembesaran vena hemoroidalis dapat
menimbulkan keluahan hemoroid.
Penyaluran limfe
Pembuluh limfe dari kanalis analis membentuk pleksus halus yang
menyalirkan isinya menuju ke kelnjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan
4

limfe terus mengalir sampai ke kelanjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas di
daerah anus dapat mengakibatkan limfeadenopati inguinal. Pembuluh limfe dari
rectum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan vena hemoroidalis superior
dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk
eradikasi karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfe ini.
Persarafan
Persarafan rectum terdiri atas system simpatik dan parasimpatik. Serabut
simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari system parasakral yang
terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga dan keempat. Unsure
simpatis pleksus ini menuju kea rah struktus genital dan serabut otot polos yang
mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatik (nervi
erigentes) berasal dari sacral kedua, ketiga dan keempat. Serabut saraf ini menuju ke
jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara mengatur
aliran darah ke dalam jaringan ini. Oleh karena itu, cedera saraf yang terjadi pada
waktu operasi radikal panggul seperti ekstirpasi radikal rectum atau uterus dapat
menyebabkan gangguan fungsi vesika urinaria dan gangguan fungsi seksual.

2.1.1.Fisiologi Rektum Dan Anus.


Fungsi

utama

dari rektum dan kanalis

anal adalah

untuk

menghantarkan massa feses yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan
melakukan hal tersebut dengan cara terkontrol. Rektum dan kanalis anal tidak
begitu berperan dalam proses pencernaan, selain hanya dapat menyerap
sedikit cairan. Selain itu, sel-sel Goblet mukosa mengeluarkan mucus yang
berfungsi sebagai pelicin keluarnya massa feses.
Pada hampir setiap waktu rektum tidak berisi feses. Hal ini sebagian
diakibatkan adanya otot sfingter yang tidak begitu kuat yang terdapat pada
5

rectosigmoid junction kira-kira 20cm dari anus. Terdapatnya lekukan tajam


dari tempat ini juga member tambahan penghalang masuknya feses ke rektum.
Akan tetapi, bila suatu gerakan usus mendorong feses ke arah rektum, secara
normal hasrat untuk defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh reflex
kontraksi dari rektum dan relaksasi dari otot sfingter. Feses tidak keluar secara
terus menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik
otot sfingter ani interna dan eksterna.

Defekasi.
Pada suasana normal, rektum kosong. Pemindahan feses dari kolon
sigmoid kedalam rektum kadang-kadang ditentukan oleh makan, terutama
pada bayi. Bila isi sigmoid masuk ke dalam rektum, dirasakan oleh rektum
dan menimbulkan keinginan defekasi.
Sikap badan sewaktu defekasi, yaitu sikap duduk atau jongkok,
memegang peranan berarti. Defekasi terjadi akibat refleks peristaltic rektum,
dibantu oleh mengedan, dan relaksasi sfingter ani eksternus.
Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sensible untuk sensasi isi
rectum dan persarafan sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh.

2.2. Hemoroid
2.2.1. Definisi Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis.
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna
adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam
jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada
tiga posisi primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri lateral. Hemoroid
yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tersebut.
Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di
bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling berhubungan
secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari

rectum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke
vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid

eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melelui daerah perineum dan


lipat paha ke vena iliaka.
2.2.2. Klasifikasi
Secara klinis, hemoroid interna dibagi atas 4 derajat:
1. Hemoroid interna derajat I. Merupakan hemoroid stadium awal. Hemoroid hanya
berupa benjolan kecil didalam kanalis anal pada saat vena-vena mengalami
distensi ketika defekasi.
2. Hemoroid interna derajat II. Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar, yang
tidak hanya menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga turun kearah lubang anus.
Benjolan ini muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi secara spontan masuk
kembali kedalam kanalis anal bila proses defekasi telah selesai.
3. Hemoroid interna derajat III. Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali
secara spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan dengan
tangan ke dalam anus.
4. Hemoroid interna derajat IV. Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama
dengan bagian yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan
dengan baik ke dalam kanalis anal.
Tabel 1. Pembagian derajat hemoroid interna
Hemoroid Interna
Derajat

Berdarah

Menonjol

Reposisi

(+)

(-)

(-)

II

(+)

(+)

Spontan

III

(+)

(+)

Manual

IV

(+)

Tetap

Tidak dapat
8

Sedangkan hemoroid eksterna merupakan pelebaran pleksus hemoroidalis


inferior, terletak di sebelah bawah linea dentata, pada bagian yang dilapisi oleh
kulit. Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.
1. Hemoroid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Bentuk ini sering sangat
nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2. Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih lipatan
kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2.2.3. Etiologi
1.Usia
2.Anatomi
2.Pekerjaan
3.Herediter
4.Pekerjaan
5.Fisiologis

2.2.4. Manifestasi Klinik


Manifestasi klinis dari hemoroid dapat berupa:
1. Perdarahan pada waktu defekasi.
Perdarahan dapat terjadi pada grade 1-4. Perdarahan merupakan penentu utma
hemoroid pada grade 1. Perdarahan pada hemoroid berhubungan dengan
proses mengejan. Ini menjadi pembeda dengan perdarahan yang diakibatkan
oleh hal lain. Pada pasien hemoroid darah keluar bila pasien mengejan dan
berhenti bila pasien berhenti mengejan, sedangkan perdarahan karena sebab
lain tidak mengikuti pola tersebut. Darah yang keluar adalah darah segar yang
tidak bercampur feses. Perdarahan dapat menetes tapi dapat juga mengalir
deras. Sebab utama perdarahan adalah trauma feses yang keras. Perdarahan
yang berulang-ulang menimbulkan anemia. Ciri khas adanya darah segar pada
kertas toilet, feses, atau air dalam toilet. Darah dapat menetes keluar dari anus
beberapa saat setelah defekasi.
2. Prolaps suatu massa pada waktu defekasi.
Benjolan atau prolaps terjadi pada grade 2-4. Benjolan akan tampak tapi bila
diraba akan menghilang. Hal ini dikarenakan pada saat perabaan jari akan
menekan vasa sehingga darah vasa akan mengalir., akibatnya benjolan
menjadi kempis. Benjolan hanya akan teraba apabila telah terjadi trombus.
Benjolan teraba keras. Massa ini mula-mula dapat kembali lagi secara spontan
sesudah defekasi, tetapi kemudian harus dimasukkan secara manual, dan
akhirnya tidak dapat dimasukkan lagi.
3. Pengeluaran lendir yang dialami oleh beberapa pasien yang menderita
hemoroid yang prolaps
4. Nyeri
10

Nyeri hebat hanya terjadi pada hemoroid eksterna dengan trombosis. Nyeri
tidak berhubungan dengan hemoroid intern, tetapi bila hemoroid interna nyeri
menandakan telah terjadi peradangan.
5. Iritasi dari kulit perianal yang disebabkan lembabnya daerah itu oleh
discharge hampir selalu menyertai hemoroid derajat III yang besar.
6. Gejala-gejala anemi sekunder, dapat berupa sesak nafas bila bekerja, pusing
bila berdiri, lemah, pucat.
2.2.5. Diagnosis
Diagnosis dari hemoroid dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan:
1. Anamnesis
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras,
yamg membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien
sering duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi
peradangan. Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini
dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal.
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi
trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang
ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta
mengejan
2. Inspeksi
Hemoroid derajat I biasanya tidak menyebabkan suatu keluhan di region anal
yang dapat ditegakkan dengan inspeksi saja. Pada hemoroid derajat II tidak
terdapat benjolan mukosa yang keluar melalui anus, akan tetapi bagian
hemoroid yang tertutup kulit dapat kelihatan sebagai pembengkakan yang
jelas di 3 posisi utama, kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral.
11

Hemoroid yang kecil terletak diantara ketiga posisi tersebut. Hemoroid derajat
III dan IV yang besar akan segera dapat dikenali dengan adanya massa yang
menonjol dari lubang anus yang bagian lainnya ditutupi kulit dan bagian
dalamnya oleh mukosa yang berwarna keunguan atau merah.
3. Palpasi
Hemoroid interna pada stadium awalnya merupakan pelebaran vena yang
lunak dan mudah kolaps sehingga tidak dapat dideteksi dengan palpasi. Hanya
setelah hemoroid berlangsung beberapa lama dan telah prolaps, sehingga
jaringan ikat mukosa mengalami fibrosis, hemoroid dapat diraba.
2.2.6. Pemeriksaan Tambahan
1. Rectal toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri.
Hemoroid ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila
hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Thrombosis dan
fibrosis bpada perabaan teraba padat dengan dasar lebar. Rectal toucher
diperlukan
2. Anuskopi
Diperlukan untuk menilai hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran.
Hemoroid intern terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam
lumen. Jika penderita diminta untuk mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata banyaknya benjolan,
derajat, letak, besarnya, dan keadaan lain seperti polip, fissura ani, dan tumor
ganas harus diperhatikan.

12

3. Proktosigmoidoskopi
Diperlukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau keganasan.
2.2.7. Diagnosis banding
Perdarahan rectum yang merupakan manisfestasi utama hemoroid interna juga
terjadi pada karsinoma kolorektum,penyakit divertikel,polip,colitis ulserosa, dan
penyakit lain yang tidak begitu sering terdapat di kolorektum.Pemeriksaan
sigmoidokopi harus dilakukan. Foto barium kolom dan kolonoskopo perlu dipilih
secara selektif bergantung pada keluhan dan gejala penderita.
Prolaps rectum harus juga dibedakan dari prolapse mukosa akibat hemoroid
interna.
Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit
dibedakan dari hemoroid yang mengalami prolapse. Lipatan kulit luar yang lunak
akibat thrombosis hemoroid eksterna sebelumnya juga mudah dikenali.Adanya
lipatan kulit sentinel* pada garis tengah dorsal,yang disebut umbai kulit,dapat
menunjukan adanya fisura anus.
2.2.8. Komplikasi
Sekali sekali hemoroid interna yang mengalami prolapse akan menjadi
ireponibel sehingga tidak dapat terpulihkan oleh karena kongesti yang
mengakibatkan edem dan thrombosis.Keadaan yang agak jarang ini dapat
berlanjut menjadi thrombosis melingkar pada hemoroid interna dan hemoroid
eksterna bersamaan.Keadaan ini menyebabkan nyeri hebat dan dapat berlanjut,
menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit menutupinya.Emboli septik dapat
terjadi melalui system portal dan dapat menyebabkan abses hati. Anemia dapat
terjadi karena perdarahan ringan yang lama.
13

Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal,


dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan,darah yang keluar
dapat sangat banyak.
2.2.9. Penatalaksanaan
Terapi hemoroid interna yang simptomatik harus ditetapkan secara
perorangan. Hemoroid adalah normal karenanya tujuan terapi bukan untuk
menghilangkan pleksus hemoroid, tapi untuk menghilangkan keluhan.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong
dengan tindakan local yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan
sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi
usus besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengedan secara berlebihan.
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna
kecuali efek anestetik dan astringen.
Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat
dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres
local untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga
dapat meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang
mandasarinya, misalnya penyakit Crohn, terapi medic harus diberikan apabila
hemoroid menjadi simptomatik.
Pada dasarnya tujuan terapi hemoroid bukan untuk menghilangkan pleksus
hemoroidal, tetapi untuk menghiangkan keluhan. Pada prinsipnya, terapi hemoroid
terdiri atas 2 macam, yaitu:

14

1. Non operatif
a. Diet tinggi serat untuk melancarkan buang air besar.
Makanan tinggi serat membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak,
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan
secara berlebihan.
b. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang
misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke
submukosa didalam jaringn areolar yang longgar dibawah hemoroid
interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Penyulit penyuntikan termasuk
infeksi, rekasi hipersensitifitas terhadap obat yang disuntikkan. Terapi
suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasihat tentang makanan
merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II.

c. Ligasi dengan gelang karet


Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani
dengan ligasi gelang karet menurut Barson. Dengan bantuan anuskopi,
15

mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap
kedalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan
ditempatkan secara rapat disekeliling muosa pleksus hemoroidalis terseut.
Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari mukosa bersama
karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal
hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks
hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua
sampai empat minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini ialah timbulnya nyeri karena terkenanya
garis mukokuta. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan
cukup jauhd ari garis mukokuta. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan
oleh infeksi. Perdarahan dapat terjadi pada waktu hemoroid mengalami
nekrosis, biasanya setelah tujuh sampai sepuluh hari.

2. Operatif, yaitu hemoroidektomi.


Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat
dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tida
sembuh dengan terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid
16

derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong


segera dengan hemoroidektomi
Ada 2 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi, yaitu:
1. Pengangkatan pleksus dan mukosa
2. Pengangkatan pleksus tanpa mukosa
Teknik pengangkatan dapat dilakukan dengan 5 metode:
1. Metode Langen-beck (eksisi+jahitan primer longitudinal)
Semua sayatan di tempat keluar varises harus sejajar dengan sumbu
memanjang dari rektum. Keuntungannya berapa banyak varisespun dapat
diangkat. Bila sayatan ini kemudian dijahit tidak menimbulkan stenosis.
Umumnya dengan metoda ini mukosa turut diangkat bersama varises.
Kelihatannya lebih kasar, tetapi penyembuhannya lebih baik. Waktu untuk
mengerjakan metode ini kira-kira 15 menit.
2. Metode White-head (eksisi+jahitan primer radier)
Sayatan dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises yang menonjol.
Keuntungannya

setelah

varises

diangkat,

mukosa

dikembalikan

ketempatnya sehingga hasil operasi kelihatan rapi. Tetapi dengan metode


ini bahaya striktur lebih besar, sehingga sebelum menjadi sempit sekali
harus selalu dilakukan dilatasi dengan boogie. Cara lain adalah
hemoroid dilepaskan tetapi mukosa tidak dibuang (eksisi dan ligasi).
Dengan demikian bahaya striktur dapa dihindari.
3. Metode Morgan-Milligan
Dengan metode ini semua varises diangkat sehingga tidak timbul residif.
17

4. Metode Ferguso
Merupakan modifikasi dari metode Morgan-Milligan, dengan jalan insisi
tertutup total atau sebagian dengan jahitan running absorbable. Penarikan
kembali digunakan untuk membuka jaringan hemoridal. Caranya benjolan
hemoroid ditampakkan melalui anuskopi kemudian dilakukan eksisi dan
ligasi pada posisi anatomic hemoroid tersebut. Metode ini sering
digunakan di Amerika Serikat.
5. Bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu sangat
rendah. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas karena
mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah beku ini lebih
cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma kolon yang inoperable.

Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ani
harus benar-benar lumpuh. Pada orang-orang tua, penderita tuberculosis, dan
penyakit saluran pernafasan lainnya dapat dipakai anestesi lumbal, dimana
penderitanya tetap sadar tetapi relaksasi sfingter baik.
18

Pada hemoroidektomi selalu terjadi infeksi dan edema pada luka bekas
sayatan, yang akhirnya menimbulkan fibrosis. Ini terjadi karena dalam traktus
gastrointestinal banyak kumannya. Tidak dibutuhkan imunisasi tetanus,
karena meskipun banyak kuman, traktus gastrointestinal bukan port dentre
kuman tetanus.

Hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis.


Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebernarnya,tetapi
merupakan thrombosis vena hemoroid eksterna yang terletak subkutan
didaerah kanalis analis.
Tromobosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut
misalnya

ketika

mengangkat

barang

berat,batuk,bersin,mengedan,atau

partus.Vena lebar yang menonjol itu dapat terjepit sehingga kemudian terjadi
pada semua usia dan tidak ada hubungan dengan ada/ tidaknya hemoroid
interna.Kadang terdapat lebih dari satu thrombus.
Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis
analis yang nyeri sekali,tegang,dam berwarna kebiruan,berukuran mulai dari
beberapa millimeter sampai 1-2 cm diameternya.Benjolan itu dapat
unilobular,dan dapat pula multilokuler atau beberapa benjolan.Ruptur dapat
terjadi pada dinding vena,meskipun biasanyaa tidak lengkap sehingga masih
terdapat lapisan tipis adventisia menutupi darah yang membeku.
Pada awalnya timbulnya,thrombosis terasa sangat nyeri,kemudian
nyeri berkurang dalam waktu dua sampai tiga hari bersamaan dengan
berkurangnya edema akut.Ruptur spontan dapat terjadi diikuti dengan
perdarahan.Resolusi spontan dapat pula terjadi tanpa terapi setelah dua sampai
empat hari.
19

Terapi
Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk mengunakan larutan
hangat,salep analgesic untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu
berjalan, dan sedasi.Istirahat ditempat tidur dapat membantu mempercepat
berkurangnya pembengkakan.
Pasien yang dating sebelum 48 jam data segera ditolong dan
menunjukan hasil yang baik.Terapi dilakukan dengan cara mengeluarkan
thrombus

atau

menggunakan

melakukan
anestesi

eksisi

lokal.Bila

lengkap

secara

thrombus

hemoroidektomi

sudah

dikeluarkan

,kulit dieksisi berbentuk elips untuk mencegah bertautannya tepi kulit dan
terbentuknya thrombus kembali dibawahnya.Nyeri segera hilang pada saat
tindakan,dan luka akan sembuh dalam waktu singkat sebab luka berada
didaerah yang kaya akan darah.
Thrombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan dalam hal
ini,terapi konservatif merupakan pilihan.usaha reposisi hemoroid eksterna
yang mengalami thrombus tidak boleh dilakukan karena kelainan ini terjadi
pada struktur luar anus yang tidak dapat direposisi.

20

BAB III
KESIMPULAN

Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah


anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. Hemoroid adalah adalah normal yang
terdapat pada semua orang,yang terdiri atas pleksus arteri vena,berfungsi sebagai
katup didalam saluran anus untuk membantu system sfingter anus,mencegah
inkontinensia flatus dan cairan.Apabila hemoroid ini mneyebabkan keluhan atau
penyulit,baru dilakukan tindakan.Hemoroid dibedakan antara yang interna dan
eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis
mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan
vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah. Sering hemoroid
terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri lateral.
Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tersebut. Hemoroid
ekstern merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di
sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.
Secara klinis, hemoroid dibagi atas 4 derajat:
1.

Hemoroid interna derajat I. Merupakan hemoroid stadium awal. Hemoroid

hanya berupa benjolan kecil didalam kanalis anal pada saat vena-vena mengalami
distensi ketika defekasi.
2.

Hemoroid interna derajat II. Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar, yang

tidak hanya menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga turun kearah lubang anus.
Benjolan ini muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi secara spontan masuk
kembali kedalam kanalis anal bila proses defekasi telah selesai.

21

3.

Hemoroid interna derajat III. Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali

secara spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan dengan tangan ke
dalam anus.
4.

Hemoroid interna derajat IV. Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama

dengan bagian yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan
dengan baik ke dalam kanalis anal.

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. hal
672-75.
2. Simadibrata,M.Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI; 2009. hal 587-90.
3. Sylvia A.price. Gangguan Sistem Gastrointestinal. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2005.
4. Junaidi P, Soemasto AS, Amelz H. Perdarahan per anum. Dalam : Kapita
Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. 1982. h 362-4.

23

Anda mungkin juga menyukai