Anda di halaman 1dari 23

HUBUNGAN MALOKLUSI DAN PENGGUNAAN ALAT LEPASAN ORTHODONTI

PADA PENDERITA APNEA

DISUSUN OLEH :
RM NORMAN TRIKUSUMO INDRO, SKG
R MAGISTRA DHENI SETIADI,SKG
M. ZAID NOVIALDI,SKG

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Tidur adalah suatu proses esensial yang dibutuhkan setiap orang untuk bertahan hidup.

Manusia menjadikan tidur untuk mengistirahatkan tubuh dan melepaskan penat setelah seharian
beraktivitas, oleh karena itu, tidur yang nyenyak menjadi kebutuhan setiap orang. Namun
ternyata, banyak yang memiliki perbedaan pendapat mengenai definisi tidur yang nyenyak itu 2.
Sebagian besar orang mengira bahwa, tidur yang nyenyak adalah ketika seseorang tertidur
lelap, kemudian mengeluarkan suara (mendengkur). Tidak sedikit juga orang yang meyakini
bahwa, seseorang yang terlalu lelah, ketika tidur malam hari, pasti akan mendengkur, dan hal ini
menurut mereka menandakan orang tersebut telah tertidur nyenyak. Padahal, keyakinan seperti
ini adalah sebuah keyakinan yang salah. Justru mendengkur merupakan suatu bentuk gangguan
tidur yang tidak kita sadari.
Mendengkur atau dalam medis disebut snoring (apnea )adalah suara bising yang
disebabkan oleh sumbatan parsial saluran nafas pada belakang hidung dan mulut yang terjadi
saat tidur secara frekuen1. Sumbatan terjadi akibat kegagalan otot-otot dilator saluran nafas atas
dalam melakukan stabilisasi jalan nafas saat tidur. Mendengkur adalah suatu kebiasaan buruk
yang dapat menjadi pertanda seseorang terkena penyakit kardiovaskuler1.
Apnea tidur atau biasa dikenal dengan sleep apnea merupakan periode dalam tidur, ketika
seseorang berhenti bernafas selama lebih dari 10 detik untuk setiap periode. Sebenarnya, periode
henti nafas ini bukanlah mendengkur, tapi merupakan suatu periode pemberhentian dari
mendengkur3.
OSA merupakan suatu jenis sleep apnea yang disebabkan oleh penyempitan atau obstruksi
(penyumbatan) saluran nafas akibat melemahnya tonus otot leher saat tidur. Sebenarnya,
sebagian kecil apnea tidur ada yang disebabkan oleh terganggunya kontrol pernafasan. Akan
tetapi kebanyakan apnea tidur memang disebabkan oleh tersumbatnya aliran nafas (Davey, dalam
Safitri, 2005:171) 3 .

Semua orang dapat mendengkur pada waktu-waktu tertentu pada saat tidur, dan biasanya
dapat hilang dengan sendirinya. Namun, pada beberapa orang, kejadian mendengkur ini sudah
menjadi suatu kebiasaan yang selalu terjadi saat tidur, padahal hal ini termasuk suatu kebiasaan
buruk yang harus dihentikan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan
mendengkur dalam karya tulis ilmiah ini dan menjelaskan berbagai terapi yang dapat dilakukan
untuk mengurangi kebiasaan buruk tersebut, demi meningkatkan derajat kesehatan penderitanya.
Ortodonti dan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi apnea sudah beberapa waktu
terbukti secara efektif dapat mengurangi dari ringan hingga sedang pada gejala sleep apnea,
bahkan beberapa studi dari Cochrane collaboration membuktikan bahwa penggunaan alat
lepasan lebih baik dibandingkan terapi lainnya seperti CPAP (continuous positive air pressure) 5 .

BAB I
APNEA TIDUR

2.1

Mendengkur
Mendengkur atau dalam medis disebut snoring adalah suara bising yang disebabkan

oleh sumbatan parsial saluran nafas pada belakang hidung dan mulut yang terjadi saat tidur.
(Kotecha, dalam Saragih, 2007:5). mendengkur terjadi ketika ada gangguan terhadap aliran
udara bebas melalui jalan lintasan di bagian belakang mulut Anda. Gangguan tersebut memaksa
udara melalui sebuah lubang kecil dan keluar dari mulut Anda: udara yang bergesekan dengan
lapisan tenggorokan Andalah yang menghasilkan suara itu (Roizen, 2007: 149).
Dalam subbab mendengkur ini, akan lebih detail dijelaskan mengenai beberapa hal, antara lain
sebagai berikut.

2.1.1 Etiologi Mendengkur


Dari definisi mendengkur di atas, dapat dikemukakan bahwa mendengkur memang
merupakan suatu gangguan tidur. Hal ini terjadi tanpa disadari dan hampir 50% dari orang
dewasa kadang-kadang mendengkur saat tidur, sedangkan 25% lainnya selalu mendengkur saat
tidur. Gangguan tidur ini dapat disebabkan oleh suatu kondisi, seperti penumpukan lemak pada
leher. Lemak yang menumpuk di bagian belakang tenggorokan menyebabkan dengkuran dan
apnea tidur ketika otot-otot di sekitarnya melemas selama tidur (Roizen, 2007:149).
2.1.2 Mekanisme Mendengkur
Terjadinya gangguan aliran udara saat tidur akan menimbulkan suara yang disebut sebagai
dengkuran, dengan mekanisme detailnya sebagai berikut. Ketika seseorang bertambah tua,
jaringan di dalam tenggorokan melembut/melunak, dan daerah di sekitar amandel menjadi
tempat utama lemak untuk tinggal. Lemak dan jaringan tersebut membengkak kemudian
menghalangi saluran pernafasan. Ketika tidur, otot-otot di dalam tubuh, termasuk otot pada leher,
menjadi kendur sepenuhnya. Jaringan otot leher itu akan jatuh ke belakang sehingga tidak ada
ruang di bagian belakang tenggorokan (Roizen, 2007:151).

2.2

Apnea Tidur
Apnea tidur atau biasa dikenal dengan sleep apnea merupakan periode dalam tidur, ketika

seseorang berhenti bernafas selama lebih dari 10 detik untuk setiap periode 3. Sebenarnya,
periode henti nafas ini bukanlah mendengkur, tapi merupakan suatu periode pemberhentian dari
mendengkur. Sehingga, berdasarkan definisi tersebut, asal mula terjadinya apnea tidur adalah

dari gangguan aliran nafas lalu timbul dengkuran, kemudian dengkuran yang berlanjut, pada
suatu periode tertentu akan mengalami henti nafas. (Roizen, 2007:151).
Apnea pada orang dewasa didefinisikan sebagai tidak adanya aliran udara di hidung atau
mulut selama 10 detik atau lebih.29 Gastaut et al. menyatakan ada 3 jenis apnea:
a. obstruktif, di mana aliran udara pernafasan terhenti tetapi gerakan dinding dada tetap ada,
b. sentral, di mana aliran udara pernafasan dan gerakan dinding dada terhenti,
c. campuran, merupakan kombinasi yang dimulai dengan tipe sentral diikuti dengan obstruksi
(Gastaut et al, dalam Saragih, 2007:9).

2.3

OSA (Obstructive Sleep Apnea)


OSA merupakan suatu jenis sleep apnea yang disebabkan oleh penyempitan atau

obstruksi (penyumbatan) saluran nafas akibat melemahnya tonus otot leher saat tidur.
Sebenarnya, sebagian kecil apnea tidur ada yang disebabkan oleh terganggunya kontrol
pernafasan. Akan tetapi kebanyakan apnea tidur memang disebabkan oleh tersumbatnya aliran
nafas (Davey, dalam Safitri, 2005:171). Dalam subbab ini, akan dibahas mendetail mengenai
etiologi OSA dan mendengkur sebagai gejala awal OSA.

2.3.1 Etiologi OSA


Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa OSA disebabkan oleh penyempitan atau obstruksi
saluran nafas. Obstruksi dan penyempitan ini disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor itu
antara lain obesitas leher, pembesaran tonsil, gangguan endokrin (seperti akromegali dan
hipotiroidisme), kelainan neuromuscular, penggunaan alcohol dan zat sedative serta kondisi
kurang tidur yang bisa memperburuk keadaan pada saluran pernafasan yang mengalami
penyempitan secara anatomis (Davey, dalam Safitri, 2005:171).

2.3.2 Mendengkur sebagai Gejala Awal OSA


Gejala utama dari OSA adalah mendengkur. Hal ini dapat diketahui oleh pasangan tidur si
penderita, karena pasangan tidur biasanya merasa terganggu dengan suara dengkuran. Pasangan
tidur penderita juga bisa saja mengetahui periode apnea saat tidur, yaitu ditandai dengan kondisi
megap-megap, seperti kekurangan nafas (asma) yang terjadi secara mendadak. Kondisi megapmegap ini selanjutnya akan membangunkan penderita seketika, dan ini menyebabkan penderita
akan terbangun beberapa kali (jika apnea tidur lebih dari satu periode). Tentunya tidur yang
terputus-putus ini akan mengurangi nyenyaknya tidur. Sehingga gejala selanjutnya akan timbul,
yaitu mengantuk berat di siang hari. Selain itu, ada pula gejala potensial lain, seperti nyeri kepala
di pagi hari, konsentrasi buruk dan impotensi (Davey, dalam Safitri, 2005:171).

Gambar 1.1 Mekanisme Apnea (www.ideadoctor.com)

BAB II
KLASIFIKASI MALOKLUSI DAN HUBUNGAN DENGAN APNEA
Terdapat berbagai macam klasifikasi maloklusi yaitu klasifikasi Angle, Achkerman dan
Profit, klasifikasi Deway modifikasi Angle, klasifikasi Lischer modifikasi Angle.14
3.1 Klasifikasi Angle
Angle mendasarkan klasifikasinya atas asumsi bahwa gigi molar pertama hampir tidak
pernah berubah posisinya. Klasifikasi Angle merupakan klasifikasi yang paling banyak

digunakan dalam penentuan maloklusi.14 Angle menggambarkan tujuh malposisi individu


gigi yaitu bukal atau labial,

lingual, mesial, distal, rotasi, infraposisi, supraposisi.

Malposisi gigi ini dapat digunakan untuk menggambarkan maloklusi secara lebih
lengkap.15
Klasifikasi maloklusi Angle :
3.1.1 Maloklusi Kelas I
Relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama
permanen meskipun mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada pada bucal
groove molar pertama permanen mandibula. Maloklusi kelas I dapat disertai dengan
openbite, protrusi bimaksila dan kelainan yang paling banyak adalah disertai dengan
crowded, sedangkan diastema multiple yang menyeluruh jarang dijumpai.4 Lihat
gambar 1.

Gambar 1. Oklusi normal


Sumber :Contemporary orthodontcs 3 th ed.Philadelphia:Mosby; 2000, p.124

3.1.2 Maloklusi Kelas II


Relasi posterior dari mandibula terhadap maksila. Mesiobukal cusp molar pertama
permanen atas berada lebih mesial dari bucal groove gigi molar pertama permanen
mandibula. Karakteristik maloklusi kelas II adalah protrusive gigi anterior atas dengan
overjet yang besar dan kadang disertai retroklinasi gigi insisivus. 16
Divisi I

:Insisivus gigi rahang atas letakya labioversio (protrusi bilateral)

Subdivisi

:Insisivus rahang atas letaknya labioversio (protrusi unilateral)

Menurut Moyers yang dikutip oleh Karin dan Yuniar pada penderita maloklusi
kelas II divisi I biasanya ditandai dengan profil muka yang konveks, overjet, yang

besar dan kadang-kadang disertai dengan deep bite. Pada keadaan demikian, tekanan
otot-otot muka tidak normal, sehingga sering dijumpai sulcus mentolabial yang dalam
atau disebut lip trap.
Selain itu menurut Staley maloklusi kelas II divisi I digambarkan dengan maksila
yang sempit, gigi insisivus atas yang terlihat lebih panjang dan protrusiv, fungsi bibir
yang tidak normal dan kadang-kadang dijumpai beberapa obstruksi nasal serta bernafas
melalui mulut. Liat gambar 2

Gambar 2. Maloklsi kelas II


Sumber :(http://cuvetmerh.wordpress.com/2008)

Divisi II
3.1.3

: insisivus sentral rahang atas letakya palatoversi.

Maloklusi Kelas III


Relasi anterior dari mandibula terhadap maksila. mesiobukal cusp molar

pertama permanen atas berada lebih distal dari bukal groove gigi molar pertama
permanen mandibula. Lihat gambar 3

Gambar 3.Maloklusi kelas III


Sumber :(http://cuvetmerh.wordpress.com/2008)

Klasifiksi Angle memiliki kekurangan. Beberapa kekurangan klasifikasi Angle


sebagai berikut : Klasifikasi Angle didasarkan atas relasi molar pertama permanen.
Bila molar pertama permanen bergeser karena prematur ekstraksi molar sulung,

maka relasi molar yang ada bukan relasi molar yang sebenarnya sebelum terjadi
pergeseran. Bila molar pertama permanen telah dicabut berarti tidak ada relasi molar.
Bila terjadi pergeseran molar pertama permanen ke mesial maka perlu dibayangkan
letak molar pertama permanen sebelum terjadi pergeseran, baru ditetapkan
klasifikasinya, demikian juga jika molar permanen telah dicabut.
Ada kemungkinan relasi molar permanen kanan tidak sama dengan relasi molar
pertama permanen kiri. Angle memperbolehkan hal ini dan disebut subdivisi pada
kelas II dan kelas III. Angle berpendapat letak molar pertama permanen tetap stabil
dalam perkembangan pada rahag sehingga dengan melihat relasi molar dapat juga
dilihat relasi rahang. Hal ini tidak selamanya benar karena letak gigi dalam
perkembangannya tidak sama dengan letak rahang.

3.2 Klasifikasi Maloklusi bedasarkan Skeletal.


Dentoalveolar maloklusi kelas II
Mandibula retrogenati kelas II
Maksilia Progenati kelas II
Kombinasi kelas II

2.2

Hubungannya malokulsi dengan Apnea


Berbicara mengenai Apnea berarti berbicara mengenai sirkulasi udara dalam mulut yang

bebas dalam arti selain karena faktor predisposisi seperti diet dan gaya hidup, perkembangan dari
rahang atas dan rahang bawah juga berpengaruh dalam proses apnea. Seperti pada pasien yang
mengalami ekspansi maksilia maka tulang basal juga akan berekspansi didalam maksilia, dimana
akan menciptakan ruangan pada orofaringeal, dengan meluasnya ruangan pada orofaringeal

maka jalur pernafasan akan semakin meningkat dan sirkulasi udara akan membaik. Membaiknya
sirkulasi udara ini akan mengurangi kejadian pada mendengkur 5 .
Pada kasus Maloklusi kelas II ,Maloklusi ini melibatkan beberapa otot penting yang
dapat mempengaruhi jalur kualitas udara penderita, seperti pada kasus maloklusi kelas II
Mandibula retrogenati, pada kasus ini ,kondisi otot sekitar menyesuaikan dengan pertumbuhan
mandibula yang retrogenati sehingga mempengaruhi otot genial turbecle ,dimana didalam genial
turbecle ini bermuara dua otot yaitu geniohioid dan genioglossus ,kedua otot ini jika mengalami
obstruksi maka terjadi gangguan sirkulasi nafas yang baik sehingga resiko mengalami sleep
apnea menjadi lebih besar. Hal ini pun terjadi pada kasus Maloklusi angle kelas II tipe Maksilia
progenati dan kombinasi.

BAB 4
TERAPI PENANGGULANGAN APNEA TIDUR DENGAN MENGGUNAKAN
ALAT ORTHODONTI LEPASAN

4.1

Mendengkur, yang merupakan gejala awal OSA, telah terbukti merupakan suatu
gangguan tidur dan akan berefek pada kehidupan sosial si penderita. Seseorang yang terbiasa
mendengkur tentunya akan sangat mengganggu pasangan tidurnya. Hal ini membuat
pasangannya tidak bisa tidur nyenyak, begitupun dirinya. Seorang pendengkur ketika mengalami
sleep apnea akan berulang kali terbangun karena merasakan sesak (disebabkan oleh sumbatan
yang terjadi pada tenggorokan). Karena itulah, akibatnya, banyak pendengkur yang mengalami
rasa kantuk berat di siang hari, dan menurunnya konsentrasi. Hal ini tentunya akan mengurangi
produktivitas kerja.
Berikut terapi dengan menggunakan alat lepasan orthodontia
4.2 Definisi Alat lepasan (Oral device)

Penggunaan alat lepasan pada mulut (oral device) untuk terapi manajemen mendengkur dan
apnea adalah seperti alat lepasan yang terbuat dari plastic. Biasanya kurang lebih sama
dengan orthodontic retainer atau alat atletik mouthguard pada olahraga tinju. Alat ini
biasanya dipakai saat menjelang tidur untuk mencegah jaringan orofaringeal dan basis dari
lidah untuk bergerak dan menghalangi jalur masuknya jalur udara. Tapi kebanyakan dari
literature meng-informasikan bahwa alat dari oral device ini masuk kedalam kategori alat
kedokteran gigi.
Seperti layaknya penggunaan Oral device, alat ini biasanya digunakan dengan cara membuat
cengkram pada sebuah gigi dengan kawat retainer atau dengan bahan fleksibel material
plastic dimana bahannya dengan seksama dibuat. Bahan ini biasanya sudah mendapat lisensi
untuk penggunaan didalam mulut, seperti metilmetakrilik, polyvinyl, dan beberapa bahan
termoplastik material yang sudah mendapat persetujuan dari FDA . alat lepasan pada lidah
pun biasanya digunakan untuk meningkatkan kenyamanan pada kontur dan posisi dari
pengjakaran alat cengkram.
Oral device ini secara fungsinya dibagi menjadi 3 bagian, pertama dengan melibatkan rahang
bawah mandibula dan basis dari lidah yang terdepan untuk meng-support jaringan lunak
palatal yang terdorong dan uvula. Kombinasi dari penggunaan ini akan menunjukan fungsi

yang sama pada kedua alat berikutnya secara berurutan. Yang kedua, dengan membuat
stabilisasi dari rahang bawah mandibula dan mencegah nya terbuka kembali saat periode
tidur. Gerakan ini membantu otot geniolihoid yang berdilatasi menuju jalur masuknya udara
melalui protaksi dari tulang hyioid. Yang ketiga dengan mengubah posisi dari mandibula
melalui gerakan rotasi kebawah dimana akan mengakibatkan meningkatnya garis basis dari
pergerakan otot genioglosus dimana ,akan dipostulasikan dan berkaitan dengan perawatan
dari jalur udara yang paten.

4.4 Alat Orthodonti yang Berperan dalam Penanggulangan Apnea


Ada empat dasar alat cengkram pada mulut , yaitu yang pertama alat cengkram soft palate lifter ,
TRD, mendibular repositioning devices (MRDs) dan alat pelatihan postur lidah. Alat-alat ini
memiliki kegunaan fungsi yang berbeda. Dimana alat-alat ini memiliki perbedaan pada
design dan mempengaruhi mobilitas kerja alat ini. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengetahui efektifitas lebih lanjut dari alat ini.
4.4.1 Soft Palatal Lifters
Merupakan alat cengkram yang bersifat sebagai pemegang dan pendukung perancah, mencapai
bagian belakang dan mendukung bagian jaringan lunak palatal. Alat ini secara signifikan
mengurangi penurunan dari arah vertical jaringan lunak palatal , uvula dan mengurangi
keluar masuknya saliva dan mendengkur. Alat ini mungkin akan mengurangi kemungkinan
dari terjebaknya uvula yang panjang diantara bagian belakang dari lidah dan batas dari
dinding posterior pharyngeal serta mengarahkan kepada jarak orofaringeal. Penemu dari soft
palatal lifter (ASPL) ini adalah Herbert paskow, mengungkapkan bahwa dia percaya alat ini
mampu dan efektif untuk mengurangi dan menghilangkan mengdengkur.

Soft palatal lifter


4.4.2 Tongue Retainers
TRD (tongue retainer) dan TLD (tongue locking device) merupakan perpaduan dari pegangan
grip tip dari batas lidah dan menahannya maju kedepan diantara gigi anterior. Lidah ini
sebenarnya masuk menyesuaikan kedalam suatu ruangan fleksiblel kecil, ukurannya dari
perbandingan ini berkaitan dengan derajat bergeraknya lidah (protrude), mengecilkan
ukurannya, untuk itu diperlukan alat penghisap. Alat penghisap (sunction) ini menahan lidah
berada di tempatnya dan tidak bergerak. Bedasarkan penelitian menunjukan bahwa
meningkatnya aktifitas genioglosus secara langsung berkaitan dengan memakai alat ini
(TRD). Jika secara teori , TRD terbukti alat yang paling efektif digunakan pada saat terjadi
obstruksi secara predominan pada bagian orofaringeal. Para peniliti percaya bahwa TRD
sangat nyaman digunakan oleh pasien yang memiliki ukuran lidah yang cukup besar.
Beberapa studi membuktikasn bahwa TRD lebih efektif dengan bantuan memposisikannya
yang baik berkaitan dengan OSA. Atau bisa dibilang TRD yang terbuat secara khusus
(custom) .

Tounge reposisitioner device

4.4.3 Mandibula repositioners


Mandibula repositioner merupakan alat yang secara tidak langsung membuat lidah bergerak maju
kearah anterior dan basis dari lidah secara mekanis mengarah maju protraksi kea rah
mandibula. Alat ini terbuat dari bahan rigid plastic yang akan sesegera menyesuaikan dengan
kontur maksila dan mandibula dan gigi sehingga membuat nyaman pemakai. Dan menjaga
kedua nya berada di relasi yang spesifik satu sama lain. Alat ini mempunyai pegangan yaitu
gigi yang dibuat dari kawat orthodontic seperti klamer, atau dengan bahan plastik material.
Seberapa besar jarak pergerakan dari jarak mandibula kearah anterior, dari yang sebelumnya
tidak ada protusi menjadi 1-3mm panjang maksimum dari area protusif. Ada beberapa varian
dari alat ini yang membuka secara vertical , jarak ini biasanya dari 5-7 mm jarak inter-insisal.
Sebuah batas minimal dari yang dibutuhkan pernafasan melalui mulut biasanya mencapai 1317mm jarak interinsisal. Dan membuka nya pemakaiannya SNOAR.
Beberapa perbedaan dari alat ini ketergantungan dengan derajat dari fiksasi mandibula, jarak ini
meng-indikasikan total fiksasi dari pembebasan penuh lateral dan pergerakan vertical dari
anterior menuju batas paling protraksi posisi dari snore guard. Dr.Peter George, penemu dari
NAPA, telah meneliti lebih lanjut mengenai posisi dan gejala yang terulang pada saat alat ini
dilepas. Beliau telah melihat beberapa gejala telah secara penuh hilang dengan cara
menambahkan tekanan fiksasi dari mandibula dengan cara menguatkan kekuatan grip dari
NAPA clasp dari gigi. Penjelasan lebih lanjutnya terdeskripsikan pada sebuah abstract yang
ditulis oleh George.yaitu dia mengaitkan perbedaan relasi dari kekuatan vector vertical dan
horizontal yang mempengaruhi protaksi dari mandible dan basis dari lidah menuju batas
jarak vertical dari tulang hyioid yang berasal dari batas inferior dari mandibula. Dr.George
juga mempercayai bahwa penelitian studi dari Suratt dan temannya dalam sistim respirasi
yang berkaitan dengan keterikatannya otot masseter meng-ilustrasikan pada hubungan
diantara stabilisasi dari mandibula dan kemampuan untuk aktifasi otot genioglosus agar
meng-dilatasi menuju bagian atas jalur pernafasan.

Mandibular reposisitioner

4.4.3.1 Terapi Terbaru Menggunakan Alat Mandibular Advancement


Mandibular Advancement atau biasa disebut mandibular splint ini prinsipnya
dipasangkan pada gigi, sehingga dapat menahan lidah dan mandibula ke depan. Hal ini akan
memperbesar diameter faring dan mengurangi kemungkinan terjadinya kolaps atau jatuhnya
lidah ke bawah (ke faring). Sehingga memperkecil kemungkinan terjadi obstruksi jalan nafas,
dan tentunya mengurangi terjadinya dengkuran. Biasanya alat ini digunakan pada penderita OSA
yang tidak dapat menjalani operasi (tonsilektomi) atau pada penderita OSA yang intoleran
terhadap nCPAP (Lim, dalam Saragih, 2007:17).

Gambar 3.3 Mandibular Splint


Sumber : Abdul Rachman Saragih, 2007.
4.4.4.Tounge Posture Trainers
Kedua dari aplikasi ini telah re-design untuk menangani gangguan mengdekur dan OSA dengan
cara menangani masalah postur lidah yang abnormal dengan cara menguatkan otot dorsal
dari lidah yaitu otot stiloglosal dan palatoglosal. Penemu alat ini yaitu lembaga TPE (tounge
proprioceptor stimulator) (TOPS) dan lembaga The tongue positioned and exerciser (TPE) .
mereka percaya bahwa dengan meng-fasilitasi reposisi ulang dari lidah menuju posisi yang
lunak dan keras pada palatal melalui sudut pandang yang prospektif. Lidah ini akan tetap
pada posisi istirahat jadi akan meningkatkan jarak dari jalur pernafasan seperti irama otot
yang istirahat.

4.5 Beberapa terapi mudah tanpa obat yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan
mendengkur antara lain.
4.5.1

Mengubah Posisi Tidur

Biasanya orang-orang lebih menyukai tidur dengan posisi telentang, daripada posisi
miring. Padahal, tidur dengan posisi telentang akan menyebabkan pangkal lidah jatuh ke dalam
tenggorokan, sehingga mempersempit saluran pernafasan dan menyebabkan suara dengkuran.

Oleh karena itu, sebaiknya gantilah posisi tidur dengan posisi menyamping, karena hal ini dapat
memperkecil kemungkinan terjadinya obstruksi akibat pangkal lidah yang jatuh ke tenggorokan.
Seperti yang kita tahu, kita tidak akan menyadari bagaimana posisi tidur kita saat sudah
terlelap, kemungkinan kita akan kembali tidur telentang, maka dapat disiasati dengan cara,
mengganjal kepala dengan bantal (mengapit kepala menggunakan bantal, yang diletakkan di
samping telinga (Ghoffar, 2006:416).
4.5.2

Mengurangi Berat Badan

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa etiologi atau penyebab mendengkur dapat
pula dari obesitas. Obesitas atau keadaan tubuh dengan lemak berlebih, terutama obesitas atau
penumpukan lemak pada leher, dapat menyebabkan obstruksi dan menghambat aliran udara
pernafasan sehingga timbul dengkuran. Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika kita
membiasakan hidup sehat dengan mengurangi makanan berlemak dan berolahraga secara teratur.
Kebiasaan hidup sehat harus dilakukan demi mengurangi berat badan, terutama untuk mereka
yang memiliki berat badan berlebih, sehingga kemungkinan kebiasaan mendengkur bisa
terkurangi (Ghoffar, 2006:417).
4.5.3 . Mengurangi Konsumsi Alkohol dan Obat Penenang
Mengonsumsi alkohol dan obat penenang dapat menekan susunan system syaraf pusat
sehingga menyebabakan otot-otot tubuh, termasuk otot di bagian tenggorokan, menjadi relaksasi
atau lemas berlebihan. Sehingga otot yang lemas ini kemungkinan bisa menutup saluran nafas
dan menghambat aliran udara lalu menyebabkan timbulnya dengkuran. Oleh karena itu, lebih
baik kita mengurangi konsumsi alkohol dan obat penenang, atau setidaknya tidak mengonsumsi
selama 2 jam sebelum tidur (Ghoffar, 2006:417).
4.5.4 Tidak Merokok
Asap rokok dapat menyebabkan terganggunya aliran udara di hidung, serta dapat
menambah resiko obstruksi pada daerah saluran pernafasan atas dan menyebabkan timbulnya
dengkuran. Oleh karena itu, akan lebih baik apabila kita menjauhi merokok (Ghoffar, 2006:417).
4.5.5 Tidur yang Cukup

Apabila kita tidur dalam kondisi terlalu lelah, biasanya kita dapat tidur sangat lelap dan
dalam. Sehingga, hal ini akan membuat otot-otot (termasuk otot pada tenggorokan) kita yang
tadinya bekerja terlalu keras, lalu akan berelaksasi berlebihan sehingga otot terlalu lemas.
Keadaan ini, kembali seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat menyebabkan obstruksi
pada saluran nafas atas dan menyebabkan dengkuran. Sehingga, sebaiknya kita mengatur tidur
dengan waktu yang teratur setiap harinya untuk menghindari kelelahan, dan juga dalam upaya
mengurangi kebiasaan mendengkur (Ghoffar, 2006:417).
4.5.6 Menghindari Hidung Tersumbat
Kondisi hidung tersumbat dapat menyebabkan aliran udara keluar masuk menjadi tidak
lancar. Sehingga, hidung tersumbat yang biasanya dikarenakan flu ini dapat memperberat suara
dengkuran. Mandi dengan air hangat dan melegakan hidung yang tersumbat dengan salep inhaler
akan membantu melegakan pernafasan (Ghoffar, 2006:418).
4.5.7 Minum Banyak Air
Lendir yang ada pada saluran pernafasan juga bisa menjadi penyebab terganggunya aliran
udara pernafasan. Lendir ini akan dihasilkan lebih banyak saat kita mengalami dehidrasi, dan
otomatis hal ini memperbesar kemungkinan timbulnya suara mendengkur. Sehingga, akan lebih
baik jika kita meminum air putih kurang lebih 8 gelas per hari, untuk mengurangi kemungkinan
terjadi dehidrasi, yang bisa saja mengakibatkan mendengkur (Ghoffar, 2006:418).
4.5.8 Memakai Counter Nasal Strips
Strip penjepit yang bernama counter nasal strips ini digunakan dengan cara dilekatkan
pada hidung. Alat ini dapat memperlebar saluran pernafasan terutama dari hidung sehingga si
pengguna memilih bernafas menggunakan hidung daripada bernafas dari mulut. Hal ini tentunya
akan mengurangi kemungkinan terjadinya mendengkur, karena tidak terjadi sumbatan jalan nafas
(Weaver, 2006:85).
4.5.9 Terapi Menggunakan nasal Continous Positive Airway Pressure (nCPAP)
Suatu alat yang dinamakan nCPAP dikenal dapat memperlancar jalannya aliran udara
pernafasan. Prinsip penggunaan alat ini cukup sederhana, yaitu dengan memberikan tekanan

positif melalui hidung, dan hal ini dapat menghindari kecenderungan jalan nafas untuk
menyempit dan menutup. Akibatnya, dinding jalan nafas dapat distabilkan (tidak terjadi ganggua
aliran udara), sehingga dapat menekan suara mendengkur. Telah dibuktikan bahwa efektifitas
pengobatan menggunakan nCPAP ini dapat mencapai 90-95% (Gibson, dalam Saragih, 2007:16).
Gambar berikut adalah gambar prinsip dan alat nCPAP

Gambar 3.1 Prinsip nCPAP

Gambar 3.2 Alat nCPAP

Sumber: Abdul Rachman Saragih, 2007.

BAB V. PENUTUP

4.1

Kesimpulan

Terbukti secara ilmiah bahwa mendengkur dan OSA (Obstructive Sleep Apnea)
merupakan penyakit kronis yang sering ditemukan pada kasus umum maupun kedokteran gigi.
Banyak lembaga yang turut serta membantu dalam hal mengatasi masalah ini, seperti lembaga
APNEA pada Negara masing-masing, asosiasi dokter umum serta asosiasi dokter gigi yang
dalam hal ini difokuskan pada Ortodontist.

Pada kasus Maloklusi kelas II ,Maloklusi ini

melibatkan beberapa otot penting yang dapat mempengaruhi jalur kualitas udara penderita,
seperti pada kasus maloklusi kelas II Mandibula retrogenati, pada kasus ini ,kondisi otot sekitar
menyesuaikan dengan pertumbuhan mandibula yang retrogenati sehingga mempengaruhi otot
genial turbecle ,dimana didalam genial turbecle ini bermuara dua otot yaitu geniohioid dan
genioglossus ,kedua otot ini jika mengalami obstruksi maka terjadi gangguan sirkulasi nafas
yang baik sehingga resiko mengalami sleep apnea menjadi lebih besar. Hal ini pun terjadi pada
kasus Maloklusi angle kelas II tipe Maksilia progenati dan kombinasi. Dalam hal menentukan
perawatan yang terbaik maka diperlukan diagnosa yang tepat bedasarkan rumusan masalah dan
kebiasan dari pasien. Namun beberapa kasus kebanyakan terbukti bahwa menggunakan alat
lepasan orthodonti yang tepat bedasarkan diagnose yang baik dan mengurangi kebiasan
mendengkur secara berlebihan. Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, serta
pembahasan yang ada, dapat disimpulkan bahwa mendengkur merupakan suatu kebiasaan buruk
yang dapat membahayakan kesehatan penderitanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa
terapi untuk menghilangkan kebiasaan buruk ini. Terapi yang dijelaskan dalam karya tulis ini
adalah terapi tanpa obat, yang pada umumnya lebih mengarah ke cara hidup sehat, dan tidak
menimbulkan efek samping, serta tentunya mudah untuk dilakukan. Riset dan penelitian lebih
lanjut pun dibutuhkan untuk informasi yang lebih detil.

4.2

Saran
Dari sepuluh terapi yang dijelaskan pada karya tulis ini, sebaiknya penderita ataupun

pembaca mencoba melakukan terapi dimulai dari yang paling sederhana. Terapi yang sederhana
yaitu terapi yang mengarah ke cara hidup sehat atau terapi tanpa menggunakan alat-alat bantu.

Daftar Pustaka
1. Francisco Palacios,Francisco J. Coves et al. detection of sleep obsctructive sleep apnea from the
sleep frequency analysis of heart rate variability. University hospital of elche, 2007. Spain

2.

Mohammed Al Biltagi et al. Correlation of 8-isoprostane, interleukin-6 and cardiac functions with
clinical score in childhood obstructive sleep apnoea. Faculty of medicine, tanta university.971397-1405

3.

Intan palupi. Terapi non farmakologi dalam penanganan gejala mendengkur pada Obstructive
sleep apnea. Karya tulis ilmiah.Universitas jember.1.1-3.1.9-17.2013

4.

Gillian L Twigg. Obstructive sleep apnoe syndrome is associated with deficits in verbal but not
visual memory. Imperial College healthcare sleep centre,5-10.2010

5.

R.Scott Conley and harry L.Legan. Role of orthodontics in obstructive sleep apnea.Management
of adult and complex case.Chapter 20.251-280.2006

6.

Yuliawati Senab,Drg,Sp.ort. Perawatan maloklusi kelas 1 angle tipe 2. Universitas padjajaran.29.2010

7.

Arthur m.Strauss. Oral devices for the management of snoring and Obstructive sleep apnea.
Crozer chester medical centre. Pennyslvania.Chapter-15-220-243. 2001

8.

Fergusin,MD et al. Oral appliances for snoring and obstructives sleep apnea ; A review .
University of western ontario.london.2010

9. United Health Care . Non surgical treatment of obstructive sleep apnea. Medical policy 2010.
10.
Tomonori Iwasaki,Haruaki Hayasaki et al. Oropharyngeal airway in children with class
III Malocclusion evaluation by cone beam computer tomography. 318 e.1 .2013

Anda mungkin juga menyukai