Anda di halaman 1dari 3

Nama

NIM
Prodi
Dosen

: Muhamad Isa
: 101316051
: Teknik Perminyakan II
: Bob Adyari

LEGALISASI ABORSI: SOLUSI YANG PERLU DIKAJI KEMBALI

PENDAHULUAN
Praktik aborsi di Indonesia meningkat sekitar 15 persen setiap tahunnya. Menurut data BKKBN, jumlah
kasus aborsi mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2012. Yang mengkhawatirkan, sebagian besar kasus ini justru
dilakukan oleh remaja. Kejadian aborsi paling banyak terjadi pada usia reproduksi yang lebih muda dan tinggal
di perkotaan dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA. Upaya pengguguran kandungan biasanya dilakukan
dengan penggunaan jamu dan pil. Tingginya jumlah kematian akibat aborsi mempengaruhi tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI). Padahal AKI menjadi salah satu indikator penting terhadap derajat kesehatan. Kontroversi
di masyarakat semakin menguat ketika disahkannya peraturan tentang legalisasi aborsi, yaitu Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2014 yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
tentang kesehatan reproduksi telah disahkan pada 21 Juli 2014 lalu. Peraturan ini membahas tentang kesehatan
yang melegalkan praktek aborsi dengan alasan hasil pemerkosaan. Aborsi pada korban pemerkosaan
diperbolehkan dengan mempertimbangkan kedaruratan medis, trauma yang dihadapi korban karena
mengandung janin yang tidak diinginkan.
Jika dilihat secara sekilas, peraturan tentang aborsi ini mungkin tidak terlalu bermasalah, namun jika
dilihat lebih jauh lagi dari dampak yang akan dihasilkan dari legalisasi ini, akan semakin jelas bahwa peraturan
ini bukanlah solusi terbaik untuk menekan angka aborsi. Apapun alasannya, legalisasi aborsi bisa dijadikan
modus lain oleh oknum pelaku seks bebas untuk menutupi aibnya. Peraturan semacam ini memiliki peluang
besar untuk disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, khususnya para remaja atau dewasa yang
saat ini terjerumus dalam pergaulan bebas. Seolah mereka punya payung hukum untuk melindungi perilaku
tidak bermoralnya tersebut. Hal ini disebabkan karena bukti perkosaan tidak bisa dibuktikan secara hitam di atas
putih dan keterangan dari aparat sangat mudah untuk dimanipulasi. Jadi kebijakan ini bisa menjadi bumerang
tersendiri dimana bukannya menekan angka aborsi, malah memfasilitasi para pelaku seks bebas tersebut.

ISI
Persoalan aborsi ini merupakan isu yang penting dibidang kesehatan, karena akan berkaitan erat dengan
kesehatan reproduksi wanita yang berpengaruh pada jumlah penduduk. Dalam beberapa artikel yang ditulis oleh

tenaga ahli bidang kesehatan. Pendarahan yang disebabkan infeksi yang terjadi secara terus menerus setelah
adanya praktek aborsi merupakan penyebab utama kematian. Jika pendarahan tersebut sampai menimbulkan
shock gangguan neurologis/syaraf yang parah bisa menyebabkan kematian, lalu infeksi alat reproduksi yang
tidak steril bisa menyebabkan mengalami kemandulan di kemudian hari. Kemudian penyebab lainnya, resiko
terjadinya ruptur uterus (robek rahim) besar dan penipisan dinding rahim akibat kuretasi dapat juga kemandulan
karena rahim yang robek harus diangkat seluruhnya. Selain itu, terjadinya fistula genital traumatis, yaitu
timbulnya suatu saluran yang secara normal tidak ada yaitu saluran antara genital dan saluran pencernaan.
Tidak ada satupun agama yang membolehkan tindakan aborsi kecuali alasan medis, janin dalam rahim
adalah nyawa yang mempunyai hak untuk hidup. Jika alasannya adalah untuk menolong nyawa si ibu, maka
darurat aborsi tidak masalah untuk dilakukan, namun peraturan ini rawan diselewengkan, tanpa adanya
peraturan tersebut pun, praktik aborsi sudah marak, peraturan tersebut akan memicu pergaulan bebas hingga
seks bebas. Jika memang demi mewujudkan konsep kesehatan reproduksi dengan tujuan melindungi
perempuan, maka untuk kasus perkosaan semestinya pemerintah tidak menerbitkan regulasi untuk memberi hak
aborsi, meski pada batas usia kehamilan yang dibolehkan. Yang paling penting adalah melakukan tindakan
preventif dan represif terhadap pemerkosaan itu sendiri. Represif dalam menegakkan hukuman tegas bagi
pelaku pemerkosaan dan memberikan bantuan pengobatan untuk korban. Pada zaman sekarang, para pelaku
zina tidak jera karena hukuman yang ringan.

PENUTUP
Jika pemerintah ingin serius menangani masalah ini, lebih baik fokus pada tindakan pencegahan untuk
melindungi perempuan agar tidak menjadi korban perkosaan. Tindakan pencegahan sudah seharusnya ditangani
secara serius. Maraknya tindakan aborsi ilegal oleh generasi muda tidak terjadi begitu saja. Tapi hal ini
merupakan efek dari gaya hidup seks bebas yang kian merajalela. Pemicunya bisa berasal seperti semakin
mudahnya akses media porno, tayangan media yang secara langsung mengeksploitasi perempuan/mengumbar
aurat, dan budaya berpacaran yang makin tidak terkontrol. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, diperlukan
beberapa tindakan, yaitu; memperbaiki pola pikir dan pola sikap remaja/masyarakat, meningkatkan pengawasan
sosial bagi remaja dan masyarakat, dan memberikan sanksi yang berat untuk pelaku zina dan aborsi.

DAFTAR PUSTAKA
Legalisasi

Aborsi

Agustus

2014.

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-16-II-P3DI-Agustus-2014-82.pdf

diakses

pada 1 Desember 2016.

Korban

Pemerkosaan,

Puslit

DPR,

16

Legalisasi Aborsi, Bikin Illfeel, Drise-Online, 5 Januari 2016. http://drise-online.com/legalisasi-aborsi-bikinillfeel/ diakses pada 1 Desember 2016.
PP

Aborsi

Sesuai

Fatwa

MUI,

Metro

TV

News,

18

Agustus

2014.

http://news.metrotvnews.com/read/2014/08/18/279167/pp-aborsisesuai-fatwa-mui diakses pada 1 Desember


2016.

Anda mungkin juga menyukai