Anda di halaman 1dari 6

[SURVEI JALAN DAN LALU LINTAS] 2016

BAB III
PENOMORAN RUAS DAN SIMPUL JALAN KOTA
A. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari survei ini adalah untuk memberikan penomoran ruas dan
simpul pada jalan kota sehingga dapat dibedakan antara jalan kota satu dengan lainnya.
Tata cara ini bertujuan untuk menyeragamkan pola dasar cara memberi nomor pada
suatu sistem jaringan jalan, yang tahap ini diprioritaskan pada jalan arteri primer, arteri
sekunder, kolektor primer, dan kolektor sekunder, sehingga memudahkan dalam
operasional untuk mendapatkan sistem identifikasi terhadap kondisi dan penanganan
jaringan jalan.

B. Lokasi Survei
Kota Magelang.

C. Peralatan
1.

Peta jalan

2.

Alat tulis untuk menandai ruas dan simpul pada jalan

3.

Buku panduan dalam pengisian ruas dan simpul

D. Pelaksanaan
Sistem penandaan kode :
1. Kode Propinsi diberikan 2 angka sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga
2. Kode Kodya / Kotip / Kabupaten diberikan 2 angka sesuai dengan nomor yang
digunakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga
3. Kode Kota untuk Kota Madya dan Kota Administratif di berikan kode 00. Kode
Kota dalam Kabupaten diberikan 2 angka sesuai dengan kode yang telah
dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Jalan Kota
4. Nomor simpul ditulis dalam 3 angka ( contoh 001, 011)
Kelompok 2 A 2014

[SURVEI JALAN DAN LALU LINTAS] 2016

5. Penulisan nomor simpul di urut dari angka terkecil


6. Penulisan nomor ruas jalan adalah sebagai berikut :
a

Pada tabel : PP/QQ/RR/SSS-SSS


Keterangan : PP : Kode Propinsi
QQ : Kode Kotamadya/ Kotip/Kabupaten
RR : Kode Kota
SSS-SSS : nomor simpul ke simpul

b. Pada peta: hanya terlihat nomor simpulnya saja ( contoh: 023)

Langkah-langkah :
1. Menyiapkan peta dasar yang memuat jaringan jalan dan batas kota menurut format
yang telah ditentukan
2. Menentukan ruas jalan yang akan di beri nomor (Jalan Arteri, Kolektor, Lokal)
3. Menentukan simpul berdasarkan ketentuan yang ada

Cara menentukan nomor simpul :


1. Membagi kota dalam peta menjadi 4 bagian (kuadran) yang kira-kira sama besar,
kuadran 1 terletak di sisi kiri jalan dan kuadran selanjutnya mengikuti arah jarum
jam
2. Menentukan pusat kuadran di salah satu titik simpul. Titik pusat (titik kuadran)
harus merupakan titik simpul yang dianggap mewakili
3. Menetapkan nomor simpul-simpul pada kuadran pertama dan kuadran selanjutnya.
Pemberian nomor simpul dimulai dari kuadran pertama dan diurut mulai dari angka
terkecil. Nomor simpul pada kuadran berikutnya merupakan kelanjutan dari nomor
sampai akhir dari kuadran sebelumnya. Penetapan nomor urut pada setiap kuadran
dilakukan berdasarkan rute
4. Bila ada penambahan ruas dan simpul, maka nomor simpul tersebut harus
merupakan kelanjutan nomor simpul yang terakhir
5. Nomor ruas jalan pada suatu kota dapat ditinjau kembali secara berkala menurut
kebutuhan

Kelompok 2 A 2014

[SURVEI JALAN DAN LALU LINTAS] 2016

6. Membuat daftar ruas jalan per kota dalam bentuk tabel dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Membuat daftar nomor ruas jalan urut mulai dengan nomor simpul yang
terkecil.
Contohnya :
KOTA

: Magelang (-)

KABUPATEN

: Magelang (71)

PROVINSI

No.

: Jawa Tengah (24)

Nomor Ruas

Nama Jalan

Panjang
(meter)

Fungsi

001 003

JL. P Senopati

2
3

001 012
001 058

JL. Brigjend Katamso


JL. P. Senopati

002 015

JL. Kol. Sugiono

192 Kolektor

003 021

JL. D.I. Panjaitan

259 Kolektor

384 Kolektor
230,4 Kolektor
2208 Arteri

Status
Kabupat
en
Kabupat
en
Provinsi
Kabupat
en
Kabupat
en

E. Data Pengamatan
Hasil penomoran peta :
1. Terdapat 36 jalan yang berupa jalan Arteri dan Kolektor.
Jalan Arteri merupakan jalan besar yang menghubungkan antar kota atau daerah
yang lebih besar.
Jalan Kolektor merupakan jalan yang menghubungkan daerah yang kecil dengan
daerah yang lebih besar seperti kecamatan dengan kota.
2. Terdapat 46 ruas dan simpul dengan penomoran dari 001-046
Penomoran ruas ini memiliki kode :
a. 24 sebagai Provinsi Jawa Tengah
b. 71 sebagai Kotip Magelang
c. - sebagai Kota Magelang
3. Jalan yang ada memiliki status jalan Kabupaten dan Kota
Kelompok 2 A 2014

[SURVEI JALAN DAN LALU LINTAS] 2016

Hasil pengamatan kelompok 4 B 2013 (terlampir dalam laporan).

F. Pembahasan
1. Ruas jalan, adalah jalan antara dua simpul yang mempunyai karakteristik lalu lintas
yang relatif sama.
2. Kota, adalah suatu daerah yang merupakan simpul jasa distribusi dengan konsentrasi
penduduk lebih dari 20.000 jiwa serta mempunyai fungsi sekunder, terdiri dari
Kotamadya , Kota Administratif , dan kota-kota di dalam kabupaten.
3. Daerah, ialah wilayah yang mempunyai batas administrasi.
4. Simpul, ialah suatu titik dari suatu jaringan yang timbul sebagai akibat adanya
persimpangan (termasuk simpang susun), batas kota, atau kegiatan lalu lintas maupun
non lalu lintas yang berbeda pada ruas jalan tersebut. Contoh kegiatan non lalu lintas
yaitu pasar, pabrik, tempat rekreasi, dan sebagainya.
5. Nomor simpul, ialah sederet angka yang berlaku hanya untuk simpul.
6. Nomor ruas jalan, ialah nomor ke dua simpul yang mengapit ruas jalan tersebut
7. Persimpangan, adalah persimpangan antara dua atau lebih ruas jalan yang
mempunyai karakteristik lalu lintas kurang 25% terhadap kaki lainnya tidak
dikodefikasikan sebagai simpul.
8. Peta Ruas Jalan, ialah peta yang menggambarkan ruas-ruas jalan yang berada pada
daerah perkotaan.
9. Kode Propinsi / Kotamadya / Kota Administratif / Kabupaten / Kota lainnya
dalam Kabupaten, ialah kode yang telah disesuaikan oleh Direktorat Pembinaan
Jalan Kota dan telah disesuaikan dengan kode yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga.
G. Kesimpulan
Dalam peta Kota Magelang yang kami amati, didapat ruas dan simpul jalan dimana
fungsi jalan tersebut adalah jalan arteri dan jalan kolektor. Keadaan ini menjelaskan

Kelompok 2 A 2014

[SURVEI JALAN DAN LALU LINTAS] 2016

bahwa Kota Magelang memiliki jalan yang menghubungkan antar kota atau daerah yang
lebih besar, serta jalan yang menghubungkan antara kota dan kecamatan.

H. Saran
Dalam pengolahan laporan mengenai survei ini sebaiknya para praktikan telah
mengetahui kondisi dari jalan yang akan diberi penomoran ruas karena diharapkan dengan
mengetahui dan memahami kondisi dan letak jalan tersebut akan mempermudah
pengerjaannya.
Sebaiknya di usahakan dalam satu kelompok terdapat praktikan yang memahami betul
kondisi dan letak dari jalan yang akan di berikan penomoran.

I. Lampiran
1. Peta penomoran ruas
2. Tabel penomoran ruas

Kelompok 2 A 2014

[SURVEI JALAN DAN LALU LINTAS] 2016

Kelompok 2 A 2014

Anda mungkin juga menyukai