Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN MOTIVASI KERJA

PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. RASIDIN
PADANG TAHUN 2014

Meria Kontesa*

ABSTRAK
RSUD dr. Rasidin Padang merupakan instalasi rawat inap yang memiliki 38 orang perawat
(ruang bedah 12, ruang interne 15 dan ruang anak 11 perawat). Dari pengambilan data
tanggal 19 Februari 2013 melalui wawancara dengan 12 orang perawat di ruangan yang
berbeda, didapatkan 28,6% mengatakan kurang termotivasi dengan gaya kepemimpinan
demokratis, 33,3% kurang termotivasi dengan gaya partisipatif, dan 50% kurang
termotivasi dengan gaya kepemimpinan otoriter. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat diruang
rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang Tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional study yang dilakukan pada tanggal 6 sampai
11 Januari 2014 di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Rasidin Padang. Jumlah sampel sebanyak
38 orang yang diambil secara total sampling. Data diolah secara univariat dan bivariat
dengan menggunakan chi square.Hasil penelitian didapatkan 20 orang (52,6%) perawat
memiliki motivasi yang tinggi, Gaya kepemimpinan kepala ruangan paling banyak adalah
demokratis yaitu sebanyak 17 orang (44,7%) danterdapat hubungan yang bermakna gaya
kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
dr. Rasidin Padang. Peneliti menyarankan kepada perawat di RSUD dr. Rasidin
Padangagar dapat lebih meningkatkan motivasi perawat pelaksana dalam memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien pada saat bekerja terutama dalam
hal membutuhkan tantangan untuk bekerja dengan lebih baik dan merasa bangga bila
dapat memberikan pelayanan kepada pasien dengan baik, bagi pimpinan rumah sakit
diharapkan dapat mempertahankan gaya kepemimpinan demokratis yang sesuai dengan
standar prosedur pelayanan sehingga mampu memenuhi dan mendorong staf melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan dengan baik demi mencapai tujuan yang diinginkan.
Kata Kunci : motivasi, gaya kepemimpinan

Alamat Korespondensi :
*Aida Minropa
Staf Pengajar Program Studi D III Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Jln. Jamal Jamil Pondok Kopi - Siteba

PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk
organisasi
pelayanan
kesehatanyang
memberikanpelayanan kesehatan yang
komprehensif mencakup aspekpromotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi
seluruh lapisan masyarakat,sering kali
mengalami
permasalahan
yang
menyangkut
tentang
ketidakpuasanmasyarakat terhadap mutu
pelayanan rumah sakit yang dianggap
kurangmemadai atau memuaskan. Salah
satu tantangan terbesar dalam pelayanan
dirumah sakit adalah terpenuhinya
harapan masyarakat akan mutu rumah
sakit(Kristianawati, 2003).
Perawat merupakan salah satu tim
pelayanan
kesehatan
terbesar
yangdituntut untuk meningkatkan mutu
pelayanan di rumah sakit. Dalam
rangkamenjaga dan meningkatkan mutu
pelayanan,
maka
kinerja
dari
seluruhperawat pelaksana senantiasa
dipacu
untuk
ditingkatkan.
Mutu
pelayanan dirumah sakit ditinjau dari sisi
keperawatan meliputi aspek jumlah
dankemampuan
tenaga
profesional,
motivasi kerja, dana, sarana dan
perlengkapanpenunjang lainnya (Robbins,
2007).
Motivasi kerja merupakan dorongan yang
dimulai dengan defisiensi fisiologis
ataupun psikologis yang menggerakan
perilaku atau dorongan yang ditujukan
untuk mencapai tujuan atau insentif
sehingga seseorang termotivasi dalam
bekerja. Motivasi yang timbul dari dalam
diri seorang perawat itusendiri akan
membantu
meningkatkan
kinerjanya
menjadi lebih baik dan berkualitas, yang
pada akhirnya akan meningkatkan citra
dari rumah sakit dimata masyarakat.
Motivasi kerja yang tinggi diharapkan
dapat meningkatkan produktifitas kerja

sehingga bisa menguntungkan semua


pihak(Luthans, 2006).
Motivasi pada suatu organisasi bertujuan
untuk mendorong semangat kerja para
karyawan agar mau bekerja keras dengan
memberikan semua kemampuan dan
keterampilan demi terwujudnya suatu
organisasi. Menurut Suarli dan Bahtiar
(2009),
ada
dua
faktor
yang
mempengaruhi motivasi kerja yaitu faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik yaitu meliputi minat dan sikap
positif. Faktor ekstrinsik yaitu meliputi; 1)
upah dan gaji; 2) keamanan kerja; 3)
kehormatan dan pengakuan; 4) perlakuan
yang adil; 5) gaya kepemimpinan; 6)
suasana kerja.
Dari beberapa faktor tersebut, gaya
kepemimpinan memiliki pengaruh yang
besar
terhadap
motivasi
perawat.
Kepemimpinan merupakan suatu seni dan
proses
untuk
mempengaruhi
dan
mengarahkan orang lain supaya mereka
memiliki motivasi untuk mencapai tujuan
yang hendak dicapai dalam situasi
tertentu, sehingga akhirnya harus disadari
bahwa peranan kepemimpinan dalam
suatu organisasi sangatlah penting dan
sangat
menentukan
dalam
usaha
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika gaya kepemimpinan
baik, maka motivasi kerja karyawan
semakin tinggi, dan sebaliknya jika gaya
kepemimpinan kurang baik maka motivasi
kerja karyawan akan semakin rendah. Dari
penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa adanya ketergantungan antara
motivasi kerja terhadap pimpinan dimana
pimpinan dapat mempengaruhi moral,
kepuasan kerja, kualitas kehidupan kerja
dalam rangka meningkatkan motivasi
kerja (Sugiyarti, 2008).
Dalam proses kepemimpinan, motivasi
merupakan sesuatu yang esensial dalam
kepemimpinan, karena memimpin adalah
memotivasi. kepemimpinan mempunyai

kaitan yang erat dengan motivasi, sebab


keberhasilan seorang pemimpin dalam
menggerakkan
orang
lain
dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sangat bergantung kepada kewibawaan,
dan juga pemimpin itu di dalam
menciptakan motivasi di dalam diri setiap
orang bawahan, kolega maupun atasan
pemimpin itu sendiri. Dengan demikian
dapat
dimengerti
bahwa
motivasi
merupakan masalah yang sangat penting
dalam setiap usaha kelompok orang yang
bekerjasama dalam rangka pencapaian
tujuan tertentu. Sehingga dapat dikatakan,
bahwa keberhasilan seorang pemimpin
dalam menggerakkan orang lain dapat
dilihat bila mampu menciptakan motivasi
sesuai dengan keadaan bawahan dan
pekerjaannya (Suyanto, 2008).
Tingkatan
kepemimpinan
dalam
keperawatan pada institusi pelayanan
keperawatan, peran perawat sebagai
pengelola atau manajer terdiri dari : top
manajer atau tingkat atas seperti kepala
bidang keperawatan, middle manajer atau
tingkat menengah seperti kepala seksi
keperawatan atau pengawas, dan first line
manajer atau tingkat bawah seperti kepala
ruangan. Kepala Ruangan adalah manajer
operasional yang merupakan pimpinan
yang secara langsung mengelola seluruh
sumber daya di unit perawatan untuk
menghasilkan pelayanan yang bermutu.
Kepala Ruangan merupakan jabatan yang
cukup penting dan strategis, karena
secara manajerial kemampuan Kepala
Ruangan ikut menentukan keberhasilan
pelayanan keperawatan (Suyanto, 2008).
Sebagai kepala ruangan, pemimpin harus
mempunyai
kemampuan
untuk
memahami
bahwa
seseorang memiliki motivasi yang berb
eda-beda.
Dalam
haltersebut,gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh ke
pala
ruangan
diharapkanmampu
membangkitkan
motivasi
perawat.

Motivasi ini menjadi penting karena dapat


meningkatkan
kapasitas
pekerjaan
karyawannya setelah dilakukan motivasi
dari
kepala
ruanganya.
Gaya
kepemimpinan kepala ruangan untuk
memimpin karyawan akan mempengaruhi
semangat kerja karyawannya. Gaya
kepemimpinan yang baik adalah gaya
kepemimpinan yang dapat menyesuaikan
dengan
kematangan
bawahannya
sehingga dapat meningkatkan motivasi
kerja dari karyawannya dan mampu
mendorong karyawannya dalam mencapai
tujuan sesuai dengan kemampuan yang
ada. Tujuan tersebut harus dapat dicapai
dengan sebaik-baiknya jika kepala
ruangan dapat bekerjasama dengan
karyawannya (Sugiyarti, 2008).
Gillies (1970, dalam Nursalam 2011)
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
dapat didefinisikan berdasarkan perilaku
pemimpin itu sendiri. Oleh karenanya para
pemimpin
organisasi
seharusnya
menyadari akan pentingnya penerapan
gaya dalam memimpin suatu organisasi,
karena pemimpin merupakan motor
penggerak, bukan saja terhadap alat-alat
dan sumber keuangan serta material,
tetapi juga manusia sebagai pegawai.
Penerapan gaya kepemimpinan yang
tepat dapat memberikan pengaruh positif
terhadap semangat kerja karyawan. Gaya
kepemimpinan sebagai salah satu unsur
yang penting didalam menjalankan
kegiatan
organisasi.
Sebab
gaya
kepemimpinan
merupakan
perilaku
pemimpin untuk mempengaruhi para
pengikutnya. Oleh karena itu, kepribadian
seseorang akan mempengaruhi gaya
kepemimpinan yang digunakan.
Adapun
macam-macam
gaya
kepemimpinan kepala ruangan menurut
Gillies (1996) yaitu, gaya otoriter yang
menganggap semua kewajiban untuk
mengambil keputusan ada ditangannya,
kemudian gaya demokratis yang dalam

mengambil
keputusan
juga
mengikutsertakan
bawahan,
gaya
partisipatif yang menyampaikan analisa
masalah dan kemudian tindakan tersebut
kepada bawahan, dan gaya liberal atau
laiseez faire, tugas atau keputusan lebih
banyak ditangan bawahan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh
Hutahaen
(2009),
yang
mengidentifikasi gaya kepemimpinan
kepala ruangan dan pengaruh semangat
kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit
Umum Pusat Adam Malik Medan. Dari
hasil yang diperoleh, didapatkan gaya
kepemimpinan yang sering dipakai kepala
ruangan adalah demokrasi. Semangat
kerja perawat pelaksana adalah tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Abdul Kasir (2011) tentang hubungan
gaya kepemimpinan kepala ruangan
dengan motivasi kerja perawat di RSUD
Tugurejo Semarang, hasil penelitian
didapatkan data gaya kepemimpinan
kepala ruang di RSUD Tugurejo Semarang
sebagian besar gaya kepemimpinan
demoktaris. Motivasi kerja perawat
pelaksana di RSUD Tugurejo Semarang
sebagian besar motivasi kerja tinggi. Ada
hubungan antara gaya kepemimpinan
kepala ruang dengan motivasi kerja
perawat di RSUD Tugurejo Semarang.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin
Padang merupakan rumah sakit kelas C di
daerah Padang dengan instalasi rawat
inap (IRNA) yang memiliki 38 orang
perawat (ruang bedah 12 perawat, ruang
interne 15 perawat dan ruang anak 11
perawat).
Dari
pengambilan
data
pendahuluan tanggal 19 Februari 2013
tentang gaya kepemimpinan kepala
ruangan rawat inap RSUD dr. Rasidin
Padang, dari data yang diambil melalui
wawancara dengan 12 orang perawat
diruangan yang berbeda, yaitu ruang
bedah 4 orang, ruang interne 4 orang,
ruang anak 4 orang, ditemukan dari 3

orang kepala ruangan yang ada di ruang


rawat inap RSUD dr.Rasidin Padang kepala
ruangan memiliki kecendrungan gaya
demokratis 58,3%, kecendrungan gaya
partisipatif 25%, dan kecendrungan gaya
otoriter 16,7%. Dari masing-masing gaya
kepemimpinan yang ada di ruang rawat
inap,didapatkan
28,6%
mengatakan
kurang
termotivasi
dengan
gaya
kepemimpinan
demokratis,
33,3%
mengatakan kurang termotivasi dengan
gaya partisipatif, dan 50% mengatakan
kurang
termotivasi
dengan
gaya
kepemimpinan otoriter.
Berdasarkan wawancara tanggal 5 Maret
2013 terhadap 10 orang perawat tentang
kebutuhan akan keberhasilan, yaitu 100%
perawat selalu ingin tampil lebih baik dari
sebelumnya, 40% perawat mengatakan
kurang suka terhadap pekerjaan dengan
derajat kesukaran yang rendah karena
tidak ada tantangan. Kebutuhan akan
afiliasi, yaitu 100% perawat mengatakan
butuh akan persahabatan, cinta dan rasa
memiliki, dan kebutuhan akan kekuasaan,
yaitu 60% perawat memiliki keinginan
untuk mengontrol dan mempengaruhi
orang lain supaya orang lain mau
berperilaku
dengan
cara
yang
dikehendaki. Namun, 70% perawat
mengatakan
pemimpin
kurang
memperhatikan
kebutuhan
perawat,
sehingga motivasi perawat terhadap
dirinya
kurang
dalam
memenuhi
kebutuhan tersebut.
Berdasarkan fenomena diatas penulis
tertarik untuk meneliti Hubungan Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruangan Rawat
Inap dengan Motivasi Kerja Perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional study, yaitu untuk


mengetahui
Hubungan
Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruangan Rawat
Inap dengan Motivasi Kerja Perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Rasidin Padang.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6
sampai dengan 11 Januari 2014 di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Rasidin Padang. Populasi penelitian
adalah seluruh perawat pelaksana di
instalasi rawat inap RSUD dr. Rasidin
berjumlah 38 perawat yang terdistribusi di
ruangan Bedah 12 perawat,
ruangan
Penyakit Dalam 15 perawat, dan ruangan
Anak 11 perawat. Teknik sampling yang
digunakan
adalah
Total
Sampling
sehingga sampel yang diambil adalah
keseluruhan populasi yaitu 38 sampel
Instrumen
penelitian
menggunakan
kuesioner yang terdiri dari : 1) Instrumen
(A) berisi tentang karakteristik responden
yang terdiri dari inisial responden, jenis
kelamin, umur, ruangan, lama bekerja,
status perkawinan, pelatihan yang pernah
diikuti, pendidikan terakhir. 2) Instrumen

(B) untuk mengukur variabel gaya


kepemimpinan kepala ruangan dengan
menggunakan kuesioner baku yang
dikembangkan oleh Gillies (1996, dalam
Nursalam 2011) yang terdiri dari 11
pertanyaan yang terdiri dari gaya
kepemimpinan
otoriter,
demokratis,
partisipatif, liberal. 3) Instrumen (C) untuk
mengukur variabel motivasi kerja perawat
dengan menggunakan kuesioner baku
yang dikembangkan oleh Mc. Clelland
(dalam Suyanto, 2008) yang terdiri dari 16
pernyataan yang terdiri dari kebutuhan
keberhasilan,
kebutuhan
kekuasaan/
kemenangan, kebutuhan berafiliasi.
Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan langkahediting, koding,
entry data, dan cleaning. Selanjutnya data
dianalisa secara univariat untuk melihat
distribusi frekuensi dari masing-masing
variabel, baik
variabel
independen
maupun variabel dependen dan secara
bivariat untuk
mengetahui
adanya
hubungan antara varibabel independen
dengan variabel dependen dengan
menggunakan uji Chy-square

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Motivasi Kerja Perawat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Motivasi Kerja Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014
Motivasi Kerja Perawat
Rendah
Tinggi
Jumlah

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan


lebih dari separuh (52,6%) perawatdi
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014
memiliki motivasi yang tinggi. Hasil

Frekuensi ( f )
18
20
38

Persentase (%)
47,4
52,6
100

penelitian ini berbeda dengan penelitian


yang dilakukan oleh Abdul Kasir (2011) di
RSUD Tugurejo Semarang tentang
hubungan gaya kepemimpinan kepala
ruangan dengan motivasi kerja perawat,

diperoleh motivasi kerja tinggi sebanyak


(38,9%). Hal ini disebabkan oleh tempat
penelitian yang dilakukan berbeda serta
instrumen yang digunakan juga berbeda
yaitu tidak menggunakan instrumen baku
yang disusun oleh Suyanto (2008).
Menurut Nursalam (2011) bahwa motivasi
adalah karakteristik psikologi manusia
yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Motivasi juga segala
sesuatu yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi
merupakan perasaan atau pikiran yang
mendorong
seseorang
melakukan
pekerjaan atau menjalankan kekuasaan,
terutama dalam berperilaku.
Menurut Suyanto (2008), motivasi kerja
adalah dorongan dan keinginan sehingga
staf melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan dengan baik demi mencapai
tujuan yang diinginkan. Pemahaman
serupa menyatakan bahwa sebagai
konsep manajemen dalam kaitannya
dengan kehidupan organisasi, motivasi
kerja adalah dorongan kerja yang timbul
pada diri seseorang untuk berperilaku
dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan.

Menurut Sutrisno (2009), motivasi untuk


bekerja ini sangat penting bagi tinggi
rendahnya produktivitas
perusahaan.
Tanpa adanya motivasi dari para karyawan
untuk bekerja sama bagi kepentingan
perusahaan, maka tujuan yang telah
ditetapkan tidak akan tercapai. Sebaliknya,
apabila terdapat motivasi yang tinggi dari
para karyawan, maka hal ini merupakan
suatu
jaminan
atas
keberhasilan
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Motivasi pada perawat yang tinggi
menunjukkan bahwa adanya dorongan
dan keinginan yang tinggi dari dalam diri
perawat sehingga dapat melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan yang sesuai
dengan tujuan. Hal ini terbukti dari hasil
kuesioner yang menunjukkan bahwa
sebanyak 31 orang responden (81,6%)
perawat
menyatakan
setuju
atas
pernyataan
bahwa
membutuhkan
tantangan untuk bekerja dengan lebih
baik dan sebanyak 24 orang responden
(63,2%) sangat setuju dengan pernyataan
bahwa seharusnya merasa bangga bila
dapat memberikan pelayanan kepada
pasien dengan baik.

2. Gaya Kepemimpinan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Gaya Kepemimpinan Kepala
Ruangan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin
Padang Tahun 2014

Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan


Otoriter
Demokratis
Partisipatif
Liberal
Jumlah
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa sebanyak 44,7% perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Frekuensi ( f )
13
17
7
1
38

Persentase (%)
34,2
44,7
18,4
2,6
100

Rasidin Padang berpendapat bawa gaya


kepemimpinan kepala ruangan adalah
demokratis. Hasil penelitian ini hampir

sama dengan penelitian yang dilakukan


oleh Hutahaen (2009) tentang Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruangan dan
Pengaruh Semangat Kerja Perawat
Pelaksana di RSUP Adam Malik Medan
diperoleh gaya kepemimpinan demokratis
(49%). Hal ini disebabkan oleh persamaan
dari variabel yang diteliti yaitu demokratis,
partisipatif, otoriter dan liberal.
Menurut
Bachtiar
(2009),
gaya
kepemimpinan adalah pola tingkah laku
yang dirancang untuk mengintegrasikan
tujuan organisasi dengan tujuan individu,
untuk mencapai suatu tujuan. Hal yang
sama juga disampaikan oleh Nursalam
(2011), gaya kepemimpinan merupakan
perilaku pemimpin untuk mempengaruhi
para pengikutnya. Oleh karena itu,
kepribadian
seseorang
akan
mempengaruhi gaya kepemimpinan yang
digunakan.
Menurut
Nursalam
(2011),
gaya
kepemimpinan demokratis merupakan
kemampuan dalam mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
serta kemampuan menghargai sifat dan

kemampuan setiap staf. Menurut Kuntoro


(2010), gaya kepemimpinan demokratis
biasanya melibatkan kelompok dalam
pengambilan keputusan dan memberikan
tanggungjawab pada para karyawannya.
Dari penelitian terlihat bahwa kepala
ruangan sudah mampu menghargai
karakteristik dan kemampuan yang ada
pada
karyawannya
serta
mampu
menggunakan jabatannya untuk menarik
ide-ide para karyawannya agar pelayanan
keperawatan setiap ruangan dapat
meningkat. Hal ini terbukti dari hasil
kuesioner yang menunjukkan bahwa
(71,1%) perawat menyatakan pemimpin
melibatkan
diri
dalam
interaksi
bersahabat,
tetapi
terus
berusaha
memastikan bahwa semua anggota
menyadari tanggungjawab dan standar
pelayanan dan (52,6%) pemimpin bekerja
dengan para perawat dan bersama-sama
terlibat dalam pemecahan masalah. Gaya
kepemimpinan demokratis sebagai salah
satu unsur yang penting didalam
menjalankan kegiatan organisasi, sebab
perilaku pemimpin akan mempengaruhi
kerja para pengikutnya.

3. Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Perawat


Tabel 3 Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014
Motivasi Kerja Perawat
Gaya Kepemimpinan

Total
Rendah

Tinggi

Otoriter

f
10

%
76,9

f
3

%
23,1

Demokratis
Partisipatif
Total

7
1
18

41,2
12,5
47,4

10
7
20

58,8
87,5
52,6

f
13

%
100

17
100
8
100
38
100
pValue = 0,032

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden


yang memiliki pendapat kapala ruangan
dengan gaya kepemimpinan demokratis
memiliki motivasi kerja lebih tinggi
dibandingkan dengan responden yang
memiliki pendapat gaya kepemimpinan
otoriter. Hasil uji statistic (chy-square)
diperoleh nilai p = 0,032 ( < 0,05) yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima, jadi
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
hubungan gaya kepemimpinan kepala
ruangan dengan motivasi kerja perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014.

kepemimpinan kepala ruangan untuk


memimpin karyawan akan mempengaruhi
semangat kerja karyawannya. Gaya
kepemimpinan yang baik adalah gaya
kepemimpinan yang dapat menyesuaikan
dengan
kematangan
bawahannya
sehingga dapat meningkatkan motivasi
kerja dari karyawannya dan mampu
mendorong karyawannya dalam mencapai
tujuan sesuai dengan kemampuan yang
ada. Tujuan tersebut harus dapat dicapai
dengan sebaik-baiknya jika kepala
ruangan dapat bekerjasama dengan
karyawannya.

Hasil
penelitian
menunjukkan
ada
hubungan antara gaya kepemimpinan
kepala ruangan dengan motivasi kerja
perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun
2014.Hal ini sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kristianawati (2003)
tentang hubungan gaya kepemimpina
kepala ruangan dengan motivasi kerja
perawat di RS Dr. Sardjito Yogyakarta,
menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara gaya kepemimpinan
dengan motivasi kerja perawat (nilai p =
0,007 dengan alfa 0,05). Angka koefisien
korelasi antara gaya kepemimpinan
dengan motivasi kerja sebesar 0,421
menunjukkan adanya tingkat hubungan
yang sedang antara gaya kepemimpinan
dengan motivasi kerja.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori


Suyanto (2008), bahwa dalam proses
kepemimpinan,
motivasi
merupakan
sesuatu
yang
esensial
dalam
kepemimpinan, karena memimpin adalah
memotivasi. Kepemimpinan mempunyai
kaitan yang erat dengan motivasi, sebab
keberhasialan seorang pemimpin dalam
menggerakkan
orang
lain
dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sangat bergantung kepada kewibawaan,
dan
juga pemimpin
itu didalam
menciptakan motivasi di dalam diri setiap
orang bawahan, kolega maupun atasan
pemimpin itu sendiri.

Menurut Sugiyarti (2008) bahwa sebagai


kepala
ruangan,
pemimpin
harus
mempunyai kemampuan untuk memaha
mi bahwa seseorang memiliki motivasi
yang
berbedabeda.
Dalam
hal
tersebut,
gaya
kepemimpinan yang diterapkanoleh kep
ala
ruangan
diharapkan
mampu
membangkitkan
motivasi
perawat.
Motivasi ini menjadi penting karena dapat
meningkatkan
kapasitas
pekerjaan
karyawannya setelah dilakukan motivasi
dari
kepala
ruanganya.
Gaya

Gaya kepemimpinan memiliki pengaruh


yang besar terhadap motivasi perawat,
karena
kepemimpinan
merupakan
mempengaruhi dan mengarahkan orang
lain supaya mereka memiliki motivasi
untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai dalam situasi tertentu, sehingga
akhirnya harus disadari bahwa peranan
kepemimpinan dalam suatu organisasi
sangatlah
penting
dan
sangat
menentukan dalam usaha pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jika gaya kepemimpinan baik, maka
motivasi kerja karyawan semakin tinggi,
dan sebaliknya jika gaya kepemimpinan
kurang baik maka motivasi kerja akan
semakin
rendah,
sehingga
ada

ketergantungan antara motivasi kerja


terhadap pimpinan dimana pimpinan
dapat mempengaruhi moral, kepuasan
kerja dan kualitas kehidupan kerja dalam
rangka meningkatkan motivasi kerja.
Sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
keberhasilan seorang pemimpin dalam
menggerakkan orang lain dapat dilihat
bila mampu menciptakan motivasi sesuai
dengan
keadaan
bawahan
dan
pekerjaannya.

pekerjaan dengan baik demi mencapai


tujuan yang diinginkan

DAFTAR PUSTAKA
Abdul,

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan
hasil
penelitian
tentangHubungan Gaya Kepemimpinan
Kepala Ruangan dengan Motivasi Kerja
Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun
2014, maka dapat disimpulkan lebih dari
separuh (52,6%)perawat memiliki motivasi
yang tinggi, hampir separuh (44,7%)
perawat
berpendapat
gaya
kepeminpinana kepala ruangan adala
demokratis, dan terdapat hubungan
antara gaya kepemimpinan kepala
ruangan dengan motivasi kerja perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014.
Saran yang dapat diberikan pada
pimpinan rumah sakit diharapkan dapat
mempertahankan dan meningkatkan gaya
kepemimpinan yang demokratis terutama
dalam hal melibatkan diri dalam interaksi
bersahabat,
tetapi
terus
berusaha
memastikan bahwa semua anggota
menyadari tanggung jawab dan standar
pelayanan serta bersama-sama terlibat
dalam
pemecahan
masalah.
Dan
diharapkan bagi pimpinan rumah sakit
mampu
memberikan
pembinaan,
pengembangan maupun seminar pada
perawat dalam meningkatkan gaya
kepemimpinan demokratis yang sesuai
dengan standar prosedur pelayanan
sehingga mampu memenuhi mendorong
staf melakukan suatu kegiatan atau

Kasir. 2011. Hubungan Gaya


Kepemimpinan Kepala Ruangan
dengan
Motivasi Kerja
Perawat
di
RSUD
Tugurejo
Semarang
2011.http://repository.upi.edu/oper
ator/upload/s_pkr_0703849_chapte
r2.pdfdiakses 23 Desember 2012.

Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian


Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
Arwani.
2005.
Manejemen
Keperawatan. Jakarta : EGC.

Bangsal

Bahtiar, Y. & Suali, S. 2009. Manejemen


Keperawatan dengan Pendekatan
Praktis. Jakarta : Erlangga.
Dahlan,

Hardy,

M. P. 2011. Statistik untuk


kedokteran dan kesehatan. Jakarta
: Salemba Medika

G. 2012. Hubungan Motivasi


Perawat dalam Pelaksanaan Proses
Asuhan
Keperawatan
dengan
Dokumentasi Keperawatan 2012.
http://novafaletehan.blogspot.com
diakses 26 Desember 2012.

Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian


Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hutahaen. 2009. Gaya Kepemimpinan
Kepala Ruangan dan Pengaruh
Semangat Kerja Perawat Pelaksana
di Rumah Sakit Umum Pusat Adam
Malik
Medan
2009.http://repository.upi.edu/oper

ator/upload/s_pkr_0703849_chapte
r2.pdf diakses 24 Desember 2012.
Kristianawati, I.S. 2003. Analisa FaktorFaktor yang Berhubungan dengan
Motivasi Kerja Perawat di Instalasi
Gawat Darurat RS Dr Sardjito
Yogyakarta
2003.
http://repository.upi.edu/operator/
upload/s_pkr_0703849_chapter2.pd
f diakses 24 Desember 2012.
Kuntoro, A.2010. Buku Ajar Manajemen
Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi
sepuluh. Yogyakarta : Penerbit
Andi.
Notoatmodjo,
S.
2005.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan
Aplikasi
dalam
Praktek
keperawatan Profesional. Jakarta :
Salemba Medika.
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan
Aplikasi
dalam
Praktek
keperawatan Profesional. Jakarta :
Salemba Medika.

Keperawatan, Pedoman Skripsi,


Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Robbins, S.P. 2007. Perilaku Organisasi.
Edisi 12. Jakarta : PT Salemba Medika.
Sugiyarti, I. 2008. Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Terhadap Motivasi
Kerja Karyawan pada PT.Future
Computer
2008.
http://
isjd.pdii.lipi.go.id/
admin/jurnal/41072733.pdf
diakses 31 januari 2013.
Sukarja.
2001.
Hubungan
Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruangan
dengan Kinerja Perawat Ruang
Rawat Inap dalam Melaksanakan
Asuhan Keperawatan di RSUD Dr.
Soetomo
Surabaya
Tahun
2001.http://www.scribd.com
diakses 2 Februari 2013.
Sutrisno, E. 2009. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta : Kencana.
Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan di
Rumah Sakit. Jogjakarta : Mitra
Cendikia Press.
Walgito, B. 2004. Psikologi Sosial (Suatu

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan


Metodologi
Penelitian
Ilmu

Pengantar). Yogyakarta : Andi.

Anda mungkin juga menyukai