Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Setiap organisme mempunyai habitat sesuai dengan kebutuhannya. Apabila ada
gangguan yang menimpa pada habitat akan menyebabkan terjadinya perubahan pada
komponen habitat, sehingga ada kemungkinan habitat menjadi tidak cocok bagi
organisme yang menggunakannya (Indriyanto, 2006). Dalam ekosistem alam dikenal
adanya tingkat trofik suatu kelompok organisme. Tingkat trofik menunjukkan
menunjukkan urutan organisme dalam rantai makanan pada suatu ekosistem (Indriyanto,
2006).
Kota sebagai pusat aktifitas manusia semakin tidak memberikan ruang lingkup untuk
kehidupan burung karena hilangnya pohon-pohon besar yang dapat digunakan sebagai
salah satu habitat burung. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
sebagai sebuah Instansi yang memeliliki areal cukup luas dengan ditumbuhi berbagai
pohon memungkinkan untuk dapat dijadikan habitat burung.
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang
memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai
Archaeopteryx.Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil
mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar
8.800 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya
ditemukan di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
Konservasi Dan Habitat Aves Di UIN Maliki Malang baik itu konservasi
habitat, habitat, sarana hidupnya, ada tidaknya burung, tempat sarang,
dan peranan burung bagi manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui konservasi aves di kampus UIN Maliki Malang?
2. Bagaimana mengetahui habitat aves di kampus UIN Maliki Malang?
3. Bagaimana mengetahui peranan aves bagi masyarakat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konservasi aves di kampus UIN Maliki Malang
2. Untuk mengetahui habitat aves di kampus UIN Maliki Malang
3. Mengetahui peranan aves bagi masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Habitat dan Relung
Setiap organisme mempunyai habitat sesuai dengan kebutuhannya. Apabila ada
gangguan yang menimpa pada habitat akan menyebabkan terjadinya perubahan pada
komponen habitat, sehingga ada kemungkinan habitat menjadi tidak cocok bagi organisme
yang menggunakannya (Indriyanto, 2006)
Relung atau niche merupakan cara hidup dari mahluk hidup dalam habitatnya. Seperti
burung ada yang memakan buah atau biji, ada pula yang memakan ulat dan semut, adapula
yang memakan ikan dan kodok, atau kembang bangkai yang memakan bangkai. Niche ada
yang bersifat umum dan ada yang bersifat spesifik. Seperti ayam termasuk mempunyai niche
umum karena dapat memakan cacing, padi, daging, ikan, rumput dan lainnya. Termasuk
manusia yang memakan segalanya. Dalam hal ini manusia dan ayam disebut polifag, yang
berarti makan banyak jenis. Ada pula yang memakan beberapa jenis disebut oligofag. Bahkan
ada pula yang hanya memakan satu jenis, yang disebut monofag (Djamal, 1992).
1. Pengertian Habitat
Habitat adalah tempat tinggal berbagai jenis organisme hidup melaksanakan
kehidupannya. Dalam ekosistem yang menjadi habitatnya ada bermacam-macam, seperti
perairan, daratan, hutan atau sawah. Istilah habitat dapat berarti juga sebagai tempat tinggal
atau tempat menghuni seluruh populasi atau komunitas makhluk hidup dalam ekosistem.
Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan makhluk hidup yang
menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik minimum dan batas atas
disebut titik maksimum. Antara dua kisaran itu terdapat titik optimum. Ketiga titik itu yaitu
titik minimum, titik maksimum dan titik optimum disebut titik cardinal. Apabila sifat habitat
berubah sampai diluar titik minimum atau maksimum, makhluk hidup itu akan mati atau
harus pindah ke tempat lain. Misalnya jika terjadi arus terus-menerus di pantai habitat bakau,
dapat dipastikan bakau tersebut tidak akan bertahan hidup . Apabila perubahannya lambat,
misalnya terjadi selama beberapa generasi, makhluk hidup umumnya dapat menyesuaikan
diri dengan kondisi baru di luar batas semula.Melalui proses adaptasi itu sebenarnya telah
terbentuk makhluk hidup yang mempunyai sifat lain yang disebut varietas baru atau ras baru
bahkan dapat terbentuk jenis baru.
Habitat makhluk hidup dapat lebih dari satu, misalnya burung pipit, habitat untuk
mencari makannya adalah di sawah dan habitat untuk bertelur adalah pohon-pohonan di
kampung. Ikan salem yang terkenal di Eropa dan Amerika utara, waktu dewasa mempunyai
habitat di laut. Waktu akan bertelur ikan itu berenang ke sungai sampai ke hulu. Di daerah
hulu ikan bertelur. Anak ikan untuk beberapa tahun tinggal di sungai. Kemudian pergi ke laut
untuk menjadi dewasa sampai saatnya ikan akan bertelur.

2.

Struktur Trofik

Struktur trofik bermanfaat untuk mengetahui karakteristik struktur komunitas dalam


bentuk aliran energi. Trofik berasal dari bahasa Yunani yang berarti makanan. Tumbuhan
yang berhijau daun merupakan autrotrof, yang berarti organisme yang dapat membuat
makanannya sendiri dan dalam struktur trofik berada pada tingkat trofik pertama
(Suheriyanto, 2008).
Suheriyanto (2008) menambahkan bahwa organisme yang memerlukan komponen
organik sebagai sumber energinya disebut heterotrof. Yang termasuk heterotrof adalah semua
hewan, herbivora, karnivora, dan beberapa organisme parasit. Herbivora memakan tumbuhan
yang berada pada tingkat trofik kedua, karnivora yang memakan herbivora berada pada
tingkat trofik ketiga dan karnivora yang memakan karnivora yang lain berada pada tingkat
trofik yang keempat.
2.2 Rantai Makanan
Hubungan makan dan dimakan dari suatu organisme akan membentuk rantai
makanan. Ranati makanan adalah pemindahan energi dari sumbernya melalui serangkaian
organisme yang memakan dan dimakan. Rantai makanan memberikan banyak informasi
tentang bagaimana energi dan materi beredar melalui komunitas (Odum, 1998).
Sistem produksi dalam ekosistem erat hubungannya dengan daur materi dan aliran
energi. Produksi merupakan istilah umum bagi ahli ekologi yang digunakan untuk proses
pemasukkan dan penyimpanan energi di dalam ekosistem. Produksi primer meliputi
pemasukan-pemasukan yang mencakup pemindahan energi cahaya menjadi energi kimia oleh
produsen. Penggunaan energi pada binatang dan mikroba disebut produksi sekunder (Djamal,
1992).
2.3 Adaptasi morfologi pada Hewan
Untuk mempermudah medapatkan makanan yang berada dalam habitatnya, hewan
melakukan adaptasi untuk dapat melangsungkan hidupnya. Bentuk paruh dan kaki pada
burung beraneka- ragam disesuaikan dengan jenis makanan dan cara memperoleh makanan
tersebut.
1. Paruh burung elang, bentuknya runcing, agak panjang dengan ujung agak
membengkok sesuai dengan jenis makanannya yang berupa daging. Kaki pada burung
elang, ukurannya pendek, cakar sangat kuat untuk mencengkeram mangsa atau
daging.
2. Paruh bebek, pada pangkalnya terdapat bentuk seperti sisir, berguna untuk menyaring
makanan dari air dan lumpur dan kaki pada bebek berselaput di antara ruas jarinya
untuk berenang dan berjalan di tanah berlumpur.
3. Paruh burung pipit, bentuknya pendek tebal dan runcing sesuai dengan jenis
makanannya yaitu untuk memecah biji-bijian dan tiga kaki ke depan satu ke belakang
untuk berjalan dan hinggap.
4. Paruh burung pelatuk, runcing agak panjang untuk memahat kayu pohon untuk
menangkap dan memakan serangga di dalamnya. Kaki burung pelatuk mempunyai
dua jari ke depan dan dua jari ke belakang untuk memanjat.

5. Burung pemakan biji mempunyai bentuk paruh berbeda dengan burung pemakan
daging atau burung pemakan serangga demikian pula kaki burung elang berbeda
dengan kaki bebek karena cara memperoleh makanannya juga berbeda.

2.4 HABITAT DAN PERSEBARAN


Aves/burung dapat ditemukan hampir di berbagai belahan bumi. Mereka dapat
ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga
ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput,
pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing
jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.
2.5 PERANAN AVES BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
Hampir seluruh potensi yang dimiliki burung telah dimanfaatkan manusia, baik
untuk kebutuhan konsumsi maupun ekonomi. Daging dan telur unggas merupakan
sumber lemak dan protein yang dibutuhkan manusia. Keindahan kicauan dan warna jenis
burung tertentu menyebabkan manusia tertarik untuk memeliharanya. Dahulu, bulu
burung cendrawasih dijadikan hiasan kepala oleh sukusuku masyarakat di papua. Begitu
juga kemampuan terbang beberapa jenis merpati dimanfaatkan untuk suatu hobi atau
diperlombakan. Dan sejak jaman dulu burung telah digunakan manusia untuk berbagai
kebutuhan. Burung-burng pemeliharaan seperti, ayam, itik, bebek, kalkun,angsa dan
puyuh. Burung-buring kecil membantu dalam membasmi hama serangga pada tanaman
dan ada juga burung yang berukuran besar seperti elang dan burung hantu menjaddi
preator bagi tikus sawah. Selain memberi manfaat pada manusia tap juga ada yang
merugikan . dan beberapa jenis burung memajan biji-bijian, tabaman muda, dan buahbuahan yang sengaja ditanam olh manusia, selain itu burung juga bias menjadi vector
penyakit seperti penyakit flu burung.
2.5 Habitat Aves di UIN Malang
Habitat aves di UIN Malang ini berdasarkan pengamatan memiliki habitat lebih dari
satu tempat, misalnya burung pipit, habitat untuk mencari makannya adalah di sawah dan
habitat untuk bertelur adalah pohon-pohonan. Jenis-jenis burung yang dominan di UIN
Malang adalah burung pipit, namun juga tidak sedikit diantara jenis-jenis burung yang tempat
tinggalnya tetap. Mereka biasanya membuat sarang di pepohonan besar, di atap bangunan dan
ditempat-tempat yang aman serta tempat tinggi. Seperti halnya yang ada di UIN Maliki
Malang terdapat jenis-jenis burung yaitu burung pipit, burung gereja airasia dan beberapa
spesies yang belum diketahui nama spesiesnya dan jenisnya. Namun dari burung-burung
yang sering terdapat di Kampus UIN Malang ini memiliki kekhasan tersendiri seperti warna
bulu, yang mana terdapat burung yang berwarna hitam, coklat (dominan) dan kombinasi
warna (namun sedikit yang ditemukan). Burung-burung tersebut memiliki sarang di
antaranya yaitu di pepohonan yang tinggi dan lebat seperti halnya didepan gedung A dan B,

di atap-atap bangunan gedung SC, gedung rektorat dan gedung Psikologi. Namun untuk
sarang secara pastinya masih belum ditemukan itu hanya menurut prediksi sementara.
Berdasarkan pengamatan pada sore hari burung gereja, burung pipit dan burung-burung yang
berukuran kecil dan berwarna gelap yang ada di sekitar UIN Malang sering hinggap di Ujung
bangunan SC, di antenna belakang rektorat dan pohon-pohon kadang sedikit yang berputarputar di awan. pengaruh terhadap keanekaragaman jenis suatu hewan. Semakin
beranekaragam struktur habitat maka semakin besar keanekaragaman jenis hewan, hal ini
karena habitat menyediakan sumberdaya yang cukup, khususnya sebagai tempat untuk
mencari makan, berlindung, dan berkembang biak.
Konservasi habitat burung di UIN malang masih sedikit burung yang tinggal tetap
atau hinggap, dan mempunyai sarang di kampus UIN Malang. Sehingga ini menandakan
bahwa di kampus UIN Malang berdasarkan rantai makanan yang di dapat disana masih
kurang. Apalagi pepohonan, dan makanan yang di dapat di kampus tidak terlalu banyak
sehingga ini menyebabkan kepadatan populas burung di UIN Malang masih minim dan juga
banyak bangunan-bangunan tinggi yang luas sehingga makanan pun semakin sedikit.
Burung-gereja erasia (Passer montanus) atau dalam bahasa Inggris dikenal juga
sebagai Eurasian Tree Sparrow adalah spesies burung pengicau dalam famili Passeridae.
Deskripsi
Panjang tubuh sekitar 14 cm. Pada jantan, bagian atas kepala berwarna merah bata,
tenggorakan berwarna hitam dengan tepi leher berwarna putih. Bagian perut putih kebuabuan. Pada betina mirip jantan, namun kesuluruhan warnanya sedikit pucat.
Upaya konservasi habitat di Kampus UIN Malang dan sekitarnya perlu dilakukan
untuk menjaga keseimbangan ekosistem, hal ini karena berdasarkan hasil pengamatan
menunjukkan bahwa kondisi habitat di Kampus UIN Malang sesuai bagi kehidupan fauna
seperti halnya burung. Rusaknya habitat merupakan hal yang amat merugikan dalam
konservasi fauna. Kondisi vegetasi Uin Malang yang saat ini ada mulai dari tingkat semai
sampai pohon perlu tetap dipertahankan, seperti area -area penghijauan,hutan mini, dan
embung. Apabila area-area tersebut akan diubah fungsinya seharusnya perlu dipertimbangkan
apakah lokasi-lokasi tersebut merupakan habitat fauna tertentu. Apabila lokasi tersebut
merupakan habitat fauna tertentu khususnya habitat untuk berkembangbiak, maka sebaiknya
lokasi tersebut tetap dipertahankan.
Gangguan manusia secara langsung terhadap kelompok hewan di Kampus Uin
Malang saat ini jarang terjadi, tetapi secara tidak langsung dapat terjadi pada habitatnya.
Makin meningkatnya aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam,
mengakibatkan berubahnya komposisi organisme di dalam ekosistem, yang pada gilirannya
menjadi ancaman bagi kehidupan jenis fauna. Pada umumnya hewan akan meninggalkan
habitatnya yang telah berubah, bahkan dapat mati karena tidak dapat menemukan
makanannya yang cocok. Oleh karena itu, konservasi insitu tetap perlu diperhatikan dalam
upaya melindungi biodiversitas di kampus UIN Maliki Malang.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Upaya konservasi habitat di Kampus UIN Malang dan sekitarnya perlu
dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem, hal ini karena berdasarkan
hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi habitat di Kampus UIN
Malang sesuai bagi kehidupan fauna seperti halnya burung. Rusaknya habitat
merupakan hal yang amat merugikan dalam konservasi fauna. Kondisi
vegetasi Uin Malang yang saat ini ada mulai dari tingkat semai sampai pohon
perlu tetap dipertahankan, seperti area -area penghijauan,hutan mini, dan
embung.
2. Habitat aves di UIN Malang ini berdasarkan pengamatan memiliki habitat
lebih dari satu tempat, misalnya burung pipit, habitat untuk mencari makannya
adalah di sawah dan habitat untuk bertelur adalah pohon-pohonan. Jenis-jenis
burung yang dominan di UIN Malang adalah burung pipit, Mereka biasanya
membuat sarang di pepohonan besar, di atap bangunan dan ditempat-tempat
yang aman serta tempat tinggi. Seperti halnya yang ada di UIN Maliki Malang
terdapat jenis-jenis burung yaitu burung pipit, burung gereja airasia dan
beberapa spesies yang belum diketahui nama spesiesnya dan jenisnya.
3. Burung telah memberikan manfaat luar biasa dalam kehidupan manusia.
Beberapa jenis burung, seperti ayam, kalkun, angsa dan bebek telah
didomestikasi sejak lama dan merupakan sumber protein yang penting; daging
maupun telurnya.

3.2 SARAN

Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari makalah ini
jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan
bermanfaat. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Campbel, Reece, Mitcaell, JILID 2. 1925 / 1974. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Djamal. Zoeraini. 1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi. Jakarta: Penerbit P.T Bumi
Aksara
Hadi, Mochamad. 2009. Biologi Insekta Entomologi. Yogjakarta: Penerbit Graha Ilmu
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit P.T Bumi Aksara
Odum, E.P. Dasar-dasar Ekologi edisi ketiga. Penerjemah: Tjahyono Samingan. Jogjakarta:
Penerbit Universitas Gadjah Mada.
Porat. Emanuel. 2008. Menakar Manfaat Predator di Kawasan Wanatani Kopi. Departemen
Kehutanan. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Balai
Konservasi Sumber Daya Alam
Storer, Tracy. Tanpa tahun. Dasar-dasar Zoologi. Tangerang Selatan: Penerbit Binarupa
Aksara
Suheriyanto, Dwi. 2008. Ekologi Serangga. Malang: Penerbit UIN Maliki Malang
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai