Anda di halaman 1dari 8

GANGGUAN TIDUR

Gejala Utama
Kebutuhan tidur tiap orang berbeda-beda. Banyak orang penidur panjang (long-sleeper) yang
memerlukan tidur 9 hingga 10 jam tidur di malam hari dan yang lain adalah penidur pendek
(short-sleeper), tetapi lama tidur tidak selalu berhubungan dengan gangguan tidur. Meskipun
demikian, yang menarik adalah studi tahun 2002 pada lebih dari 1 juta laki-laki dan
perempuan menunjukkan bahwa orang yang tidur lebih dari 8,5 jam setiap malam atau
kurang dari 3,5 jam memiliki angka mortalitas 15 persen lebih besar daripada mereka yang
tidur rata-rata 7 jam setiap malam. Tidak ada alasan yang diberikan untuk menjelaskan
temuan statistik ini. Dikesankan bahwa penidur pendek memiliki keadaan komorbid, tetapi
penjelasannya tetap tidak diketahui. Empat gejala utama menandai sebagian besar gangguan
tidur yaitu insomnia, hepersomnia, parasomnia, dan gangguan jadwal tidur bangun. Gejala ini
sering bertumpang-tindih dan dijelaskan di bahwa.
Insomnia
Insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, gangguan ini merupakan
keluhan tidur yang paling lazim ditemui dan dapat bersifat sementara atau menetap. Suatu
periode singkat insomnia paling sering disebabkan ansietas, baik sebagai gejala sisa suatu
pengalaman yang mencemaskan atau antisipasi pengalaman yang mencetuskan ansietas. Pada
beberapa orang, insomnia sementara jenis ini dapat disebabkan berkabung, kehilangan, atau
nyaris semua perubahan kehidupan maupun stres. Keadaan ini cenderung tidak berat,
meskipun episode psikotik atau depresi berat kadang-kadang dimulai dengan insomnia akut.
Terapi spesifik untuk keadaan ini biasanya tidak diperlukan. Jika diindikasikan terapi dengan
obat hipnotik, dokter dan pasien harus sama-sama memahami bahwa terapi ini berdurasi
singkat dan beberapa gejala seperti kekambuhan singkat insomnia dapat terjadi jika obat
dihentikan.
Insomnia menetap adalah kelompok keadaan yang cukup lazim ditemukan dengan masalah
yang paling sering adalah kesulitan untuk jatuh tertidur bukannya untuk tetap
mempertahankan tidur. Insomnia ini melibatkan dua masalah yang kadang-kadang dapat
dipisahkan, tetapi sering saling berkaitan, yaitu: tegangan somatisasi serta ansietas dan
respons asosiatif yang dipelajari. Pasien sering tidak memiliki keluhan yang jelas selain
insomnia. Mereka mungkin tidak mengalami ansietas itu sendiri tetapi melepaskan
ansietasnya melalui saluran fisiologis, mereka dapat mengeluhkan perasaan gelisah atau
fikiran yang mendalam dan tampaknya membuat mereka tetap terjaga. Kadang-kadang pasien
menjelaskan perburukan gejala terjadi saat stres di tempat kerja atau di rumah dan perbaikan
terjadi saat sedang berlibur.
Hipersomnia
Hipersomnia tampak sebagai tidur yang berlebihan, rasa mengantuk (somnolen) di siang hari
yang berlebihan, atau kadang-kadang keduanya. Istilah somnolen harus diberikan kepada
pasien yang mengeluhakan keadaan mengantuk dan memiliki kecenderungan yang tampak

jelas untuk jatuh tertidur tiba-tiba pada keadaan terjaga, yang mengalami serangan tidur, dan
yang tidak dapat tetap terjaga, istilah ini sebaiknya tidak digunakan untuk orang yang secara
fisik lelah atau letih. Meskipun demikian, perbedaan tidak terlalu jelas. Keluhan hipersomnia
jauh lebih jarang dibandingkan dengan keluhan insomnia, namun keluhan hipersomnia akan
sebenarnya tidak jarang jika klinisi menyadari keluhan tersebut. Narkolepsi hanyalah suatu
keadaan yang dikenal manimbulkan hipersomnia. Diperkirakan lebih dari 100.000 penderita
narkolesi tinggal di Amerika Serikat. Jika keadaan terkait zat dimasukkan, hepersomnia
menjadi gejala yang lazim ditemukan. Menurut survey terkini, keadaan yang paling lazim
menyebabkan hipersomnia yang cukup berat untuk dapat di evaluasi oleh perekaman
sepenjang malam pada sentra gangguan tidur adalah apnea tidur dan narkolepsi.
Hipersomnia sementara dan situasional merupakan gangguan pola tidur-bangun normal,
gangguan ini ditandai dengan kesulitan yang berlebihan untuk tetap terjaga serta
kecenderungan untuk tetap berada di tempat tidur dalam periode waktu yang sangat lama atau
sering kembali ke tempat tidur dalam periode waktu yang sangat lama atau sering kembali ke
tempat tidur untuk tidur di siang hari. Pola ini dialami tiba-tiba sebagai respon terhadap
perubahan kehidupan, konflik atau kehilangan saat ini yang dapat diketahui. Gangguan ini
jarang ditandai dengan serangan tidur yang pasti atau tidur yang tidak dapat dihindari, tetapi
lebih ditandai oleh kelelahan atau jatuh tertidur lebih awal dari pada biasanya dan kesulitan
bangun dipagi hari.
Parasomia
Parasomia merupakan fenomena yang tidak diinginkan atau yang tidak biasa yang terjadi
tiba-tiba saat tidur atau terjadi pada ambang antara bangun dan tidur. Parasomia biasanya
terjadi pada tahap 3 dan 4 sehingga dikaitkan dengan ingatan buruk mengenai gangguan ini.
Gangguan Mimpi Buruk. Mimpi buruk adalah mimpi yang lama dan menakutkan
yang membuat orang terbangun dengan rasa ketakutan. Mimpi buruk hampir selalu terjadi
selama tidur REM yang panjang di akhir malam. Beberapa orang sering mengalami mimpi
buruk terutama saat stres dan sakit. Kira-kira 50 persen populasi dewasa mungkin
melaporkan mimpi buruk sewaktu-waktu. Biasanya tidak ada terapi yang spesifik yang
diperlukan untuk gangguan mimpi buruk. Agen yang menekan tidur REM, seperti obat
trisiklik, dapat mengurangi frekuensi mimpi buruk, dan benzodiazepine juga telah digunakan.
Berlawanan dengan keyakinan popular, tidak ada akibat yang membahayakan dari
membangunkan orang yang sedang mimpi buruk.
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Mimpi Buruk
a. Bangun berulang dari tidur utama atau tidur siang dengan ingatan yang rinci
mengenai mimpi yang lama dan sangat menakutkan, biasanya melibatkan ancaman
terhadap kelangsungan hidup, keamanan, atau harga diri. Bangun biasanya terjadi
selama paruh kedua periode tidur
b. Saat bangun dari mimpi yang menakutkan orang tersebut dengan cepat memiliki
orientasi dan kesiagaan (berlawanan dengan kebingungan dan disorientasi yang
ditemukan pada gangguan teror tidur dan beberapa bentuk epilepsi).

c. Pengalaman mimpi atau gangguan tidur terjadi akibat bangun, menyebabkan


penderitan yang secara klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau
area fungsi penting lain.
d. Mimpi buruk tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain (contoh:
delirium, gangguan stres pascatrauma) dan tidak disebabkan efek fisiologis langsung
suatu zat (contoh: penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum.

Gangguan Teror Tidur. Gangguan teror tidur adalah terbangun pada sepertiga awal
malam selama tidur non-REM (NREM) yang dalam (tahap 3 dan 4). Gangguan ini hampir
selalu diawali dengan jeritan atau tangisan pilu dan disertai manifestasi perilaku ansietas
hebat yang hampir mendekati panik.
Khasnya pasien bangun diatas tempat tidur dengan ekspresi ketakutan, berteriak
keras, dan kadang-kadang bangun secepatnya dengan perasaan terteror yang intens. Pasien
mungkin tetap bangun dalam keadaan diorientasi tetapi lebih sering jatuh tertidur, dan seperti
pada berjalan di dalam tidur, mereka melupakan episode ini. Episode teror malam setelah
teriakan asli sering berkembang menjadi episode berjalan sambil tidur. Rekaman poligrafik
teror malam mirip pada gangguan berjalan sambil tidur, bahkan, kedua keadaan tampak
sangat berkaitan. Teror malam, sebagai episode terpisah, sering terjadi pada anak-anak. Kirakira 1 sampai 6 persen anak memiliki gangguan ini, yang lebih lazim pada anak laki-laki
daripada anak perempuan dan cenderung menurun di dalam keluarga.
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Teror Tidur
a. Episode berulang bangun tidur secara tiba-tiba, biasanya terjadi pada sepertiga
pertama episode tidur utama dan dimulai dengan teriakan panik.
b. Rasa takut yang hebat serta tanda adanya bangkitan otonom, seperti takikardia,
pernapasan cepat, dan berkeringat selama episode ini.
c. Relatif tidak responsif terhadap upaya orang lain untuk menanangkan pasien selama
episode ini.
d. Tidak ingat mimpi dengan rinci dan terdapat amnesia untuk episode ini.
e. Episode ini menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya
fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain.
f. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh:
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum.
Gangguan Berjalan Sambil Tidur. Gangguan ini, yang juga dikenal sebagai
somnambulisme, terdiri atas rangkaian perilaku kompleks yang diawali pada sepertiga
pertama malam selama tidur NREM yang dalam (tahap 3 dan 4) yang sering,
meskipun tidak selalu, dilanjutkan tanpa kesadaran penuh atau ingatan mengenai
episode tersebut untuk meninggalkan tempat tidur dan berjalan berkeliling.
Berjalan sambil tidur biasanya dimulai antara usia 4 dan 8 tahun. Prevalensi
puncaknya kira-kira pada usia 12 tahun. Gangguan ini lebih lazim pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan, dan kira-kira 15 persen anak kadang-kadang
mengalami episode ini. Gangguan ini cenderung menurun di dalam keluarga.

Kelainan neurologis ringan mungkin mendasari keadaan ini, episode ini sebaiknya
tidak murni dianggap psikogenik, meskipun periode yang menyebabkan stres
dikaitkan dengan peningkatan episode berjalan di dalam tidur pada orang yang
mengalami. Kelelahan berat atau kurang tidur sebelumnya memperburuk serangan.
Gangguan ini kadang-kadang berbahaya karena mungkin terjadi cedera kecelakaan.
Terapi terdiri atas upaya mencegah cedera obat yang menekan tidur tahap 3 dan 4.
Pelaku berjalan sambil tidur ini dapat dibangunkan selama episode tanpa ada
pengaruh buruk.
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Berjalan di dalam Tidur
a. Episode berulang bangkit dari tempat tidur saat sedang tidur dan berjalan
berkeliling, biasanya terjadi pada sepertiga pertama episode tidur utama.
b. Selama berjalan di dalam tidur, orang tersebut memiliki wajah yang kosong, dan
menetap, relatif tidak responsif terhadap upaya orang lain untuk berbicara dengan
mereka, dan sangat sulit dibangunkan.
c. Saat bangun (baik dari episode berjalan di dalam tidur atau keesokan paginya),
orang ini mengelami amnesia akan episode tersebut.
d. Dalam beberapa menit setelah bangun dari episode berjalan di dalam tidur, tidak
ada aktivitas atau perilaku mental yang terganggu (meskipun awalnya bisa
terdapat periode singkat bingung dan disorientasi)
e. Berjalan di dalam tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna
atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain.
f. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh:
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum.

KLASIFIKASI
Revisi teks edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IVTR) menggolongkan gangguan tidur berdasarkan kriteria diagnosis klinis dan perkiraan
etiologi. Ketiga kategori utama gangguan tidur dalam DSM-IV-TR adalah gangguan tidur
primer, gangguan tidur yang berkaitan dengan gangguan jiwa lainnya, dan gangguan tidur
lainnya (akibat keadaan medis umum atau dicetuskan oleh zat). Gangguan yang dijelaskan di
dalam DSM-IV-TR hanya lah bagian dari gangguan tidur yang diketahui, mereka
memberikan kerangka kerja untuk pengkajian klinis.
GANGGUAN TIDUR PRIMER
Disomnia
Insomnia Primer. Insomnia primer didiagnosis jika keluhan utama adalah tidur yang tidak
bersifat menyegarkan atau kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, dan keluhan ini
terus berlangsung sedikitnya satu bulan. Istilah primer menunjukkan insomnia bebas dari
adanya gangguan fisik atau psikosis. Bangun psikologis atau fisiologis di malam hari yang
makin sering serta pembelajaran negatif untuk tidur sering tampak. Pesian dengan insomnia

primer secara umum memiliki preokupasi mengenai tidur cukup. Semakin mereka mencoba
tidur, semakin besar rasa flustasi dan penderitaan serta makin sulit terjadinya tidur.
Terapi. Terapi insomnia primer merupakan salah satu terapi yang paling sulit pada gangguan
tidur. Ketika komponen yang dipelajari jelas, teknik deconditioning mungkin berguna. Pasien
diminta menggunakan tempat tidurnya hanya untuk tidur dan bukan untuk hal lain, jika
mereka tidak tertidur dalam 5 menit berada ditempat tidur, mereka diminta segera bangun dan
melakukan hal lain. Kadang-kadang, berganti tempat tidur atau ruangan lain berguna untuk
pasien ini. Ketika ketegangan somatisasi atau ketegangan otot tampak jelas, kaset relaksasi,
meditasi transendetal, dan mempraktikkan respons relaksasi serta biofeedback terkadang
dapat membantu.psikoterapi belum terlalu berguna dalam terapi insomnia primer.
Pengalaman seksual yang memuaskan lebih meningkatkan tidur pada laki-laki daripada
perempuan.
Terapi Obat. Insomnia primer biasanya diterapi dengan benzodiazepine, zolpidem (Ambien),
zaleplon (Sonata), serta hipnotik lainnya. Obat hipnotik harus digunakan dengan hati-hati.
Bantuan tidur yang dijual bebas memiliki efektifitas terbatas. Obat tidur yang bekerja lama
(contoh: zolpidem (Ambien), triazolam (Halcion) berguna untuk pasien yang mengalami
kesulitan untuk jatuh tertidur. Pada umumnya, obat tidur sebaiknya tidak diresepkan untuk
waktu lebih dari 2 minggu karena toleransi dan putus obat yang terjadi.
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Insomnia Primer
a. Keluhan yang dominan adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, atau
tidur yang tidak bersifat menyegarkan tidur, atau tidur yang tidak bersifat
menyegarkan, selama sedikitnya 1 bulan.
b. Gangguan tidur (atau kelelahan di siang hari yang terkait) menyebabkan penderitaan
yang secara klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi
sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain.
c. Gangguan tidur tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan narkolepsi, gangguan
tidur yang terkait dengan pernapasan, gangguan tidur irama sirkadian, atau
parasomnia.
d. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain (gangguan
depresi berat, gangguan ansietas menyeluruh, delirium)
e. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh:
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum.
Hipersomnia Primer. Hipersomnia primer didiagnosis jika tidak ada penyebab lain yang
ditemukan untuk somnolen berlebihan yang terjadi dalam waktu sedikitnya 1 bulan. Beberapa
orang merupakan penidur panjang yang, seperti penidur pendek, menunjukan di siang hari,
atau kesulitan dengan mood saat bangun, motivasi, dan kinerja.
Bebrapa orang memiliki keluhan subyektif berupa rasa kantuk tetapi tanpa temuan objektif.
Mereka tidak memiliki kecenderungan jatuh tertidur lebih sering dari pada normal dan tidak
memiliki tanda objektif. Klinisi harus mencoba menyingkirkan penyebab jelas somnolen
berlebihan. Menurut DSM-IV-TR, gangguan ini harus diberi kode sebagai berulang jika

pasien memiliki periode rasa ngantuk berlebihan yang berlangsung selama 3 hari dan terjadi
beberpa kali dalam satu tahun selama sedikitnya 2 tahun.
Terapi. Terapi hipersomnia primer terutama terdiri atas obat stimulan, seperti amfetamin,
yang diberikan di pagi atau sore hari. Obat antidepresan nonsedasi seperti bupropion
(wellbutrin) dan stimulan baru seperti modafinil (provigil) juga mungkin berguna bagi
beberapa pasien.
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Hipersomnia Primer
a. Keluhan yang dominan adalah rasa mengantuk berlebihan untuk waktu sedikitnya 1
bulan (atau kurang jika berulang) yang tampak baik dengan episode tidur lama atau
episode tidur siang hari yang terjadi hampir setiap hari.
b. Rasa mengantuk yang berlebihan menyebabkan penderitaan yang secara klinis
bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain.
c. Rasa mengantuk sebaiknya tidak disebabkan oleh insomnia dan tidak hanya terjadi
selama perjalanan gangguan tidur lain (contoh: narkolepsi, gangguan tidur yang
terkait dengan pernapasan, gangguan tidur irama sirkardian, atau parasomnia) dan
tidak dapt disebabkan karena kurangnya tidur.
d. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain (contoh:
gangguan depresif berat, gangguan ansietas menyeluruh, delirium).
e. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh:
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum.
Tentukan jika:
Berulang : jika terdapat periode rasa mengantuk berlebihan yang berlangsung
sedikitnya selama 3 hari terjadi beberapa kali dalam setahun selam sedikitnya 2 tahun.
Narkolepsi
Narkolepsi terdiri atas rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari serta manifestasi
abnormal tidur rapid eye movement (REM)yang terjadi setiap hari selama sedikitnya 3
bulan. Serangan tidur ini khasnya terjadi dua sampai enam kali sehari dan berlangsung 10
hingga 20 menit. Serangan ini dapat terjadi pada saat yang tidak tepat (contoh: saat makan,
berbicara, atau menyetir dan saat berhubungan seksual). Tidur REM mencakup halusinasi
hipnagogik dan hipnopompik, katapleksi, dan paralisis tidur. Adanya tidur REM dalam 10
menit sejak onset tidur (periode REM onset tidur) juga dianggap bukti narkolepsi.
Gangguan ini dapat berbahaya karena dapat menyebabkan kecelakaan mobil dan industri.
Narkolepsi tidak sejarang yang dahulu pernah diperkirakan. Gangguan ini diperkirakan
terdapat pada 0,02 sampai 0,16 persen orang dewasa dan menunjukkan sejumlah insiden
familial. Narkolepsi bukan lah suatu jenis epilepsi atau gangguan psikogenik. Gangguan ini
merupakan kelainan mekaniisme tidur secara spesifik, mekanisme penghambat REM dan
telah dipelajari pada anjing, domba, dan manusia. Narkolepsi dapat terjadi pada usia
berapapun, tetapi paling sering dimulai pada masa remaja atau dewasa muda, umumnya
sebelum usia 30 tahun. Gangguan ini dapat berkembang dengan lambat atau mencapai
keadaan datar yang dipertahankan sepanjang hidup.
Yang sering dikaitkan dengan masalah ini adalah katapleksi, yaitu hilangnya tonus
otot dengan tiba-tiba, seperti rahang, terkulai jatuhnya kepala, terkulai lemah lutut, atau

paralisis otot rangka disertai kolaps. Pasien sering tetap terjaga selam episode kataleptik
singkat, episode yang panjang biasanya menyatu dengan tidur dan menunjukkan tanda
elektroensefalografik (EEG) tidur REM.
Gejala lain mencakup halusinasi hipnagogik dan hipnopompik, pengalaman persepsi
yang jelas, baik auditorik maupun visual, terjadi saat onset tidur atau saat bangun. Pasien
sering ketakutan sesaat, tetapi dalam satu atau dua menit mereka kembali ke kerangka
pikiran pikiran yang benar-benar normal, dan sadar bahwa sebenarnya tidak ada apa-apa.
Gejala lain yang tidak lazim adalah paralisis tidur, paling sering terjadi saat bangun di
pagi hari, selama episode ini pasien tampak bangun dan sadar tetapi tidak mampu
menggerakkan ototnya. Jika berlangsung lebih dari beberapa detik, seperti yang sering
terjadi pada narkolepsi, gejala ini dapat menjadi sangat tidak nyaman. (Episode singkat
paralisis tidur tersendiri terjadi pada banyak orang nonnarkoleptik). Pasien dengan
narkolepsi melaporkan dapat jatuh tertidur dengan segera di malam hari tetapi sering
terbangun.
Jika diagnosis dapat dijelaskan secara klinis, perekaman polisomnografik malam hari
mengungkapkan suatu periode REM onset tidur yang khas. Suatu uji letensi tidur multipole
siang hari (beberapa tidur siang yang direkam pada interval 2 jam) menunjukkan onset tidur
yang cepat dan biasanya satu atau lebih periode REM onset tidur. Suatu jenis antigen
leukosit manusia yang disebut HLA-DR2 ditemukan pada 90 hingga 100 persen pasien
dengan narkolepsi dan hanya 10 hingga 35 persen pada orang yang tidak mengalami
narkolepsi. Satu studi terkini menunjukkan bahwa pasien narkolepsi kekurangan
neurotransmiter hipokretin, yang merangsang nafsu makan dan kesiagaan. Studi lain
menemukan bahwa neuron hipokretin pada otak orang dengan narkolepsi 85 hingga 95
persen lebih sedikit dari pada orang nonnarkolepsi.
Terapi. Tidak ada penyembuhan untuk narkolepsi, tetapi pengelolaan gejala mungkin
dilakukan. Suatu regimen untuk memaksa tidur siang pada waktu yang teratur kadangkadang dapat membantu pasien dengan narkolepsi, dan pada beberapa kasus, regimen itu
sendiri, tanpa obat, hampir dapat menyembuhkan pasien. Jika obat dibutuhkan, stimulan
adalah obat yang paling lazim digunakan.
Modafinil (Provigil), suatu agonis reseptor 1 adrenergik, telah disetujui oleh U.S
Food and Drug Administration (FDA) untuk mengurangi jumlah serangan tidur dan
meningkatkan kinerja psikomotor pada narkolepsi, pengamatan ini mengesankan
keterlibatan mekanisme noradrenergik dalam gangguan ini. Modafinil tidak memiliki efek
samping merugikan psikostimulan terdahulu.
Ahli masalah tidur sering meresepkan obat trisiklik atau serotonin selective reuptake
inhibitors (SSRI) untuk mengurangi katapleksi. Pendekatan ini menekankan pada sifat
penekan tidur obat ini. Karena katapleksi dianggap merupakan gangguan fenomena tidur
REM ke dalam keadaan terjaga, rasionalisasinya manjadi jelas. Banyak laporan
menunjukkan bahwa imipramine mengurangi atau menghilangkan katapleksi. Walaupun
terapi obat adalah terapi pilihan, keseluruhan pendekatan terapeutik harus mencakup tidur
siang yang terjadwal, penyesuaian gaya hidup, konseling psikologis, libur obat untuk
mengurangi toleransi, dan pengawasan teliti terhadap pembelian ulang obat, kesehatan
umum, dan keadaan jantung.

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Narkolepsi


a. Serangan tidur yang menyegarkan dan tidak dapat ditahan yang terjadi setiap hari
selama sedikitnya 3 bulan.
b. Adanya satu atau kedua hal berikut:
1. Katapleksi (yaitu: episode singkat hilangnya tonus otot bilateral tiba-tiba, paling
sering berkaitan dengan emosi yang intens)
2. Gangguan unsur tidur rapid eye movement (REM) berulang ke dalam transisi antara
tidur dan bangun, seperti yang ditunjukkan dengan halusinasi hipnagogik atau
hipnopompik atau paralisi tidur di awal atau akhir episode tidur.
c. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh:
penyelahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum.

Anda mungkin juga menyukai