Total
Total
Dosen Pembimbing :
Dr. dr. K. Heri Nugroho HS, SpPD, K-EMD
HALAMAN PENGESAHAN
Nama Mahasiswa
: Ronald Adiwijaya
NIM
:-
Bagian
Judul kasus
Pembimbing
BAB 1
2
LAPORAN KASUS
1.1.
IDENTITAS
Nama
: Tn.M
Umur
: 53 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Alamat
: TLOGOTIRTO,Tlogorejo Karangawen
1.2.
No
.
1.
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
No CM
: C233518
DAFTAR MASALAH
Masalah Aktif
Struma Diffusa
Tanggal
No.
Masalah Pasif
Tanggal
19-04-2014
Hipertiroidisme
2.
3.
4.
19-04-2014
19-04-2014
19-04-2014
2.1.
DATA DASAR
A. Anamnesis
(Autoanamnesis dengan pasien tanggal
penyakit dalam)
Keluhan Utama
: Benjolan di leher
Kualitas
Kuantitas
Faktor memperberat
:-
Faktor memperingan
:-
Gejala Penyerta
8 tahun yang lalu, muncul benjolan di leher. Benjolan mulanya kecil, makin
lama makin besar secara lambat. Benjolan pada leher dirasakan kenyal, sulit
digerakkan, bergerak pada saat menelan, dan tidak terasa nyeri. Sejak muncul
benjolan pasien mengalami perubahan suara (-), berdebar-debar (+), gemetar
pada jari tangan kanan kiri (+),tidak tahan udara panas (+), mudah lelah saat
beraktivitas (+), sering berkeringat banyak (+), mata menonjol (-/-), cepat
merasa lapar (+), dan nafsu makan meningkat tetapi BB menurun (+) ditandai
dengan pakaian yang menjadi lebih longgar.
Pasien lalu berobat RSDK dikatakan menderita sakit gondok. Pasien rutin
kontrol dan berobat, tetapi 1tahun terakhir ini menjadi putus berobat,karena
kekurangan biaya.
Pasien adalah seorang Petani, sudah menikah, dan mempunyai 2 orang anak
yang sudah mandiri. Istri pasien bekerja sebagai petani dengan penghasilan Rp
1.000.0000,00/bulan. Biaya pengobatan dengan BPJS kelas 3.
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Status gizi
Berat Badan
: 51 kg
Tinggi Badan
: 165 cm
BMI
Tanda vital
Tekanan darah
: 160/80 mmHg
Nadi
Respiratory Rate
: 26 kali/menit
Suhu
: 370 C
Kepala
Kulit
Mata
: Conjunctiva palpebra pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), exopthalmus (-/-), Von
graefes sign (-/-), Joffroys sign (-/-), Stellwagss sign (-/-), Rosenbach sign
(-/-), Mobius sign (-/-), Dalrymple sign (-/-), Topolanski sign (-/-)
Hidung
Mulut
Leher
Bentuk
: Difus
Ukuran
: Besar
Permukaan
Oedem (-)
Kemerahan (-)
Palpasi :
Hangat
: (-)
Nyeri tekan
: (-)
Pembesaran
: diffuse
Konsistensi
: Kenyal
Perabaan
Mobilitas
: (-)
: (-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Batas atas
Batas kanan
Batas kiri
Pinggang jantung
: mendatar
Paru depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru belakang
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ronki(-/-),wheezing(-/-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-), area traube timpani.
Palpasi
: Supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan epigastrium (-).
Ekstremitas
Superior
Inferior
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Tremor halus
+/+
-/-
Acropachy
-/-
-/-
Keringat berlebih
+/+
-/-
Pretibial myxedema
-/-
-/-
Proximal myopati
-/-
-/-
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 1/2/2006
Hematologi
Hasil
Nilai Rujukan
Hemoglobin
12,0g/dl
12.0-15.0 g/dl
Keterangan
Hematokrit
37,2 %
35-47 %
4,41juta/mm3
4.4-5.9juta/mm3
MCH
29,1 pg
27.0-32.0
MCV
84,4 fL
76.0-96.0
MCHC
34,5g/dl
29.0-36.0
Leukosit
5,8 ribu/mm3
3.6-11 ribu/mm3
244,0 ribu/mm3
150-400
RDW
12,5 %
11.6-14.8
MPV
10,1 fL
LED
7/14
Eritrosit
Trombosit
4.0-11.0
Immunoserologi
(3/2/2006)
Free T4
>70,00 pmol/L
TSH
10,6-19,4
<0,05 uIU/mL
0,25-5,00
H
L
Hypothyroid: >7
Euthyroid: 0.25-5.00
Hyperthyroid: <0.15
USG 10/2/2006
HAsil:
-
Thyroid
dextra:Ukuran
membesar,kapsul
utuh,tak
tampak
nodul,tak
tampak
Hasil EKG
Irama
Frekuensi
Axis
Zona transisi
Gel P
PR interval
QRS komplek
Segmen ST
Gel T
Kesan
: sinus rhythm
: 90 kali/menit reguler
: NAD
: V3
: 0.08 s
: 0.12 s
: 0.12 s, Q patologis (-)
: isoelektris
: T tall (-), T inverted (+) aVL, V5, V6
: normo sinus rhtym, NAD
10
Jika:
< 11 = eutiroid
11-18 = normal
>19 = hipertiroid
Penghitungan indeks klinis Wayne
Gejala -yang baru
timbul atau bertambah
berat
Sesak bila bekerja
Berdebar-debar
Kelelahan
Lebih suka udara panas
Lebih suka udara
dingin
Keringat berlebih
Kegugupan
Nafsu makan
bertambah
Ada
Tidak
Tanda-tanda
Ada
+3
+5
+3
+2
+3
+1
+2
+1
+2
+2
11
Tidak
-2
+4
Nafsu makan
berkurang
Berat badan naik
Atrial fibrilasi
Nadi teratur
- < 80/menit
- 80-90 /menit
- > 90 / menit
+3
29
Intrerpretasi :
20
: Hipertiroidisme
3. DAFTAR ABNORMALITAS
1. Benjolan di leher
3. Berdebar-debar
4. gugup
8. Berkeringat banyak
17.
12
21.
22.
23. Assessment :
-
Initial Plan :
24.
IP Dx : Pemeriksaan antibodi tiroid, USG tiroid, antibodi TSH reseptor, FT4, anti
TPO, anti TRAb,
25.
26.
27.
IP Mx : KU, Gejala dan tanda kinik hipertiroid, Skor Wayne, Nadi, Berat Badan,
kadar hormon (FT4), Efek samping obat, gejala dan tanda krisis tiroid
28.
IP Ex :
29.
jangka panjang
30.
31.
13
Initial Plan :
36.
IP Dx : -
37.
IP Rx : - Propanolol 20mg/8jam
38.
39.
40.
IP Ex :
41.
jangka panjang
42.
43.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
14
62.BAB 2
63.TINJAUAN PUSTAKA
64.
1. Hipertiroidisme
65. Hipertiroidisme merupakan suatu keadaan akibat peningkatan hormon tiroid bebas
dalam darah oleh karena kelenjar tiroid yang hiperaktif. Hipertiroidisme adalah keadaan
tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid
yang berlebihan.1,2 Hipertiroidisme adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja
secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.1
66.
Penyakit Graves berasal dari nama Robert J. Graves, dokter yang pertama kali
menggambarkannya di Irlandia pada tahun 1835. Penyakit ini juga disebut sebagai penyakit
Basedow yang dinamai oleh Adolph Jerman Karl van Basedow, pada tahun 1840. Istilah
Basedow banyak digunakan di Eropa, jika di Amerika, ini disebut penyakit Graves.3,4
68.
15
Sel-sel
yang
memproduksi
hormon
tiroid
tersusun
dalam
folikel-folikel
dan
76.
gangguan auto imun yang biasanya ditandai dengan produksi autoantibodi yang mirip
16
kerja TSH pada kelenjar tiroid. Autoantibodi IgG ini, yang disebut tyriod stimilating
immunoglobulin, menstimulasi porduksi TH, namun tidak dihambat oleh kadar TH yang
meningkat. Kadar TSH dan TRH rendah karena keduanya dihambat oleh kadar TH yang
tinggi. Penyebab penyakit graves tidak diketahui; akan tetapi, tampak terdapat predisposisi
genetik pada penyakit autoimun. Hal ini disebabkan oleh autoantibodi tiroid (TSHR-Ab)
yang mengaktifkan reseptor TSH (TSHR), sehingga merangsang tiroid sintesis dan sekresi
hormon, dan pertumbuhan tiroid (menyebabkan gondok membesar difus).
78.
dramatis tanda neuropsikologis dan fisik dan gejala. Saat ini diidentifikasi adanya antibodi
IgG sebagai thryoid stimulating antibodies pada penderita Graves yang berikatan dan
mengaktifkan reseptor tirotropin pada sel tiroid yang menginduksi sintesa dan pelepasan
hormon tiroid. Beberapa penulis mengatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh
multifaktor antara genetik, endogen dan faktor lingkungan.2
79.
Faktor-faktor predisposisi penyakit graves antara lain :7
80.
1. Wanita lebih sering terkena penyakit ini karena modulasi respons imun oleh
2.
estrogen.
Genetik, Riwayat keluarga dikatakan 15 kali lebih besar dibandingkan populasi
umum untuk terkena Graves. Gen HLA yang berada pada rangkaian kromosom
ke-6 (6p21.3) ekspresinya mempengaruhi perkembangan penyakit autoimun ini.
Molekul HLA terutama klas II yang berada pada sel T di timus memodulasi
respons imun sel T terhadap reseptor limfosit T (T lymphocyte receptor/TcR)
selama terdapat antigen. Interaksi ini merangsang aktivasi T helper limfosit untuk
membentuk antibodi. T supresor limfosit atau faktor supresi yang tidak spesifik
(IL-10 dan TGF-) mempunyai aktifitas yang rendah pada penyakit autoimun
kadang tidak dapat membedakan mana T helper mana yang disupresi sehingga T
helper yang membentuk antibodi yang melawan sel induk akan eksis dan
meningkatkan proses autoimun.7,8,9
81. 3.
neuroendokrin.
82. 4. Status gizi dan BBLR sering dikaitkan sebagai akibat timbulnya penyakit
autoantibodi tiroid.
17
83.5. Merokok
84.6.
Hidup di daerah dengan defisiensi iodium.
85.7. Toxin
86. Merupakan infeksi bakteri maupun virus. Bakteri Yersinia enterocolitica
yang mempunyai protein antigen pada membran selnya yang sama dengan TSHR
pada sel folikuler kelenjar tiroid diduga dapat mempromosi timbulnya penyakit
Graves terutama pada penderita yang mempunyai faktor genetik. Kesamaan
antigen bakteri atau virus dengan TSHR atau perubahan struktur reseptor terutama
TSHR pada folikel kelenjar tiroid karena mutasi atau biomodifikasi oleh obat, zat
kimia atau mediator inflamasi menjadi penyebab timbulnya autoantibodi terhadap
tiroid dan perkembangan penyakit ini.
87.7. Sindroma defisiensi imun (HIV)
88.8. Multipel sklerosis yang mendapat terapi Campath-1H monoclonal antibodi
secara langsung, mempengaruhi sel T yang sering disertai kejadian hipertiroid.
89.
90.
91.
Patogenesis
92.
Hipertiroidisme pada penyakit Graves diakibatkan oleh adanya antibody
IgG yang mengikat dan mengaktifkan reseptor tirotropin (thyroid stimulating antibodies
TSAbs). Aktivasi ini menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia folikuler yang berakibat
membesarnya kelenjar dan meningkatnya produksi hormon tyroid. Antibodi ini terutama
diproduksi di dalam kelenjar tiroid sendiri. Proses imunologi yang mendasati diperkirakan
karena rendahnya klonal sel T supresor secara genetic yang bertanggungjawab terhadap
produksi TSAb (Gambar 1). Disamping itu sekitar 75% penderita penyakit Graves juga
mempunyai autoantibodi tiroid peroksidase (TPO) dan 25-55% mempunyai autoantibodi
terhadap tiroglobulin. Hal ini menunjukkan adanya kaitan antara penyakit Graves dan
tiroiditis Hasimoto (Ginsberg,2003). Graves adalah kepekaan genetik, stress, merokok,
jenis kelamin perempuan, periode postpartum, yodium, lithium, dan factor lainnya yang
jarang termasuk terapi interferon- , terapi antiretrovirus untuk infeksi HIV, campath 1H monoclonal antibody (untuk sclerosis multiple).15
93.
Hipertiroidisme pada penyakit Graves disebabkan oleh aktivasi reseptor
tiroid oleh Thyroid Stimulating Hormone receptor antibodies yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid atau diluar kelenjar tiroid (kelenjar limfe dan sumsum tulang) atau disebabkan
proses imunologi yang menyebabkan penurunan dari sel T suppressor sehingga sel T
helper akan meningkat (multiplikasi) dan akan merangsang sel B untuk memproduksi TSH
receptor antibodies. TSH receptor antibodies akan berikatan dengan TSH receptor pada
18
kelenjar tiroid, meningkatkan cyclic AMP dependent dan merangsang epithel folikular
kelenjar tiroid untuk memproduksi tiroksin dan triiodotironin (T4 dan T3) serta
merangsang terjadinya hipertrophi dan hiperplasi kelenjar tiroid.9
94.
Berikatannya Thyroid Stimulating Antibodi dengan reseptor TSH akan
merangsang inflamasi dengan pengeluaran sitokin interleukin-1, tumor necrosis factor a
(TNF-a) dan interferon- yang akan merangsang ekspresi molekul adhesi CD54 dan
molekul regulator CD40 dan HLA class II sehingga sel akan mengalami inflamasi.
Mekanisme ikatan dan aktifasi antara thyroid stimulating antibodies dengan receptor
tirotropin (TSH receptor) tidak diketahui dengan pasti. Suatu studi mengatakan thyroid
stimulating antibodies akan bergabung dengan epitope yang sesuai pada domain
ekstraseluler reseptor tirotropin.
95.
Penyakit Graves ditandai dengan adanya baik sel B maupun sel T limfosit
yang mudah tersensitisasi oleh paling sedikit 4 autoantigen tiroid yaitu reseptor TSH,
tiroglobulin, tiroid peroksidase dan sodium atau iodide kotransporter. Reseptor TSH
merupakan autoantigen primer pada penyakit Graves dan yang lain merupakan autoantigen
sekunder. Pada penyakit Graves, limfosit T menjadi tersensitisasi oleh antigen dan
menstimulasi limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap antigen tersebut.
96.
menurunkan respons proliferatif terhadap sel B mitogen dan sekresi imunoglobulin basal
meningkat dibandingkan dengan sel B di perifer, ini menunjukkan status yang aktif. Sel B
tiroid ini secara invitro juga mensekresi autoantibodi tiroid secara spontan untuk melawan
preaktivasi. Kelenjar tiroid merupakan tempat primer produksi autoantibodi tiroid pada
penderita ini.
19
97.
Pada penyakit Graves, kelenjar tiroid tidak lagi dibawah kontrol TSH
hipothalamus tapi secara terus-menerus distimulasi oleh antibodi TSH-like activity yang
kebanyakan ditemukan dalam subklas IgG1. Antibodi yang terikat pada reseptor TSH
dibagi menjadi 2, antibodi yang mengawali proses transduksi sinyal intraseluler disebut
sebagai TSH receptor-stimulating antibodies, sedangkan yang tidak disebut sebagai TSH
receptor-blocking antibodies. TSH receptor-stimulating antibodies hanya terdeteksi pada
penderita Graves.9
98.
99.
Manifestasi Klinis
100. Manifestasi klinis penyakit Graves pada umumnya didapatkan berat badan
menurun, tidak toleran terhadap panas, sulit tidur, tremor, frekuensi defekasi meningkat,
kelemahan otot proksimal, menstruasi tidak teratur. Tanda-tanda meliputi takikardia,
melotot, kedipan mata lamban, proptosis, gondok, hiperrefleksia, kulit basah dan halus.
Temuan lainnya yang jarang ditemui adalah dermopati local (seperti miksedema pretibial)
dan akhropaki tiroid (jari tubuh), Pada laki-laki dengan penyakit Graves mungkin
ditemukan ginekomastia, penurunan libido, dan disfungsi ereksi. Sedangkan pada
perempuan ditemukan menstruasi yang tidak teratur, berat badan menurun walaupun
disertai nafsu makan yang meningkat. Dibandingkan penderita yang lebih muda, penderita
tua lebih jarang ditemukan takikardia dan tremor, dan lebih sering ditemukan berat badan
menurun dan depresi.1,3
20
101.
104.
Petanda Kerja
Hormon Tiroid
Langsung dan Tidak
langsung
105.
Hip
o
f
i
s
i
s
106. Penekanan
tirotropin
subunit umum
108.
Jant
u
n
g
109. Denyut
kontraktilitas
meningkat
dan
jantung
111.
Hati
112. Peningkatan
priduksi GT3 perifer,
kadar kolesterol total
dan ldl, lipoprotein (a)
menurun
113. Peningkatan
5deiodinase
tipe
1,
reseptor LDL dan VDL,
lipase<
SREBP-2,
CYP7A dan CETP
114.
Skel
e
t
a
l
115. Peningkatan
turnover
tulang,
osteopenia,
osteoporosis,
dan
fraktur
116. Peningkatan
osteokalsin,
fosfatase
alkali, dan N-telopeptida
urin
117.
Rep
r
o
d
u
k
119. Disfungsi
ereksi,
penurunan libido
21
t
i
f
118.
Lak
i
l
a
k
i
121.
Pere
m
p
u
a
n
122. Menstruasi
teratur
tidak
124.
Met
a
b
o
l
i
k
125. Peningkatan
termogenesis
konsumsi oksigen
127.
Le
m
a
k
128. Masa
menurun
dan
123. Antagonisme
kerja
estrogen,
gangguan
regulasi gonadotropin
lemak
131. Kelemahan
otot
proksimal, mudah lelah
p
u
t
i
h
130.
Otot
22
kreatin serum
133.
Tiro
i
d
136.
137.
138.
139.
140.
141. Diagnosis
A. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
142.
Diagnosis Graves dapat ditegakkan apabila didapatkan hipertiroid yang
disertai exopthalmus. Tanda lainnya yang merupakan diagnosis penyakit Graves adalah
pretibial myxedema, kulit kemerahan pada kaki bagian bawah. Jenis gondok (pembesaran
kelenjar tiroid) yaitu dari jenis difus (yaitu, menyebar ke seluruh kelenjar). Fenomena ini
juga terjadi dengan penyebab lain dari hipertiroidisme, meskipun penyakit Graves adalah
penyebab paling umum dari gondok menyebar. Sebuah gondok besar akan terlihat saat
inspeksi, tapi gondok yang lebih kecil mungkin hanya diketahui dengan pemeriksaan fisik.
Pada kesempatan itu, gondok tidak terdeteksi secara klinis tetapi dapat dilihat hanya
dengan CT atau pemeriksaan USG tiroid.1,3
143.
B. Pemeriksaan Laboratorium
144.
kardiovaskular
Diagnosis klinis penyakit Graves : diagnosis dengan Indeks Wayne > 20 atau
152.
153.
154.
155.
156.
Indeks Wayne :
157.
158.
24
159.
C. Radiologi
Untuk membedakan tiroiditis (painless thyroiditis), nodul dan pembesaran
tidak teratur kelenjar tiroid, perlu dilakukan pemeriksaan sidik tiroid (radio-iodine
uptake study) untuk mengetahui fungsi tiroid. Apabila tampak peningkatan aliran
darah pada pemeriksaan dopler ultrasonografi, hal itu mengindikasikan penyakit
Graves, sedangkan aliran darah yang rendah merupakan ciri tiroiditis. Nodul yang
tidak berfungsi (nonfunctional nodules) hendaknya dievaluasi kemungkinan adanya
kanker tiroid. Jika ditemukan seperti ini, pemeriksaan dilanjutkan dengan
pemeriksaan aspirasi jarum halus.1
160.
D.
Pemeriksaan Ophtalmografi
161.
Pada penyakit Graves sering ditemukan kelainan mata. Kelainan
penonjolan mata dapat diperiksa dengan eksoftalmometer. Dikatakan eksopthalmus
jika permukaan kornea >18-22mm di depan tepi lateral orbita. Pada penderita yang
membutuhkan diperlukan pemeriksaan uji lapang pandang.1
162. Penilaian terhadap derajat berat ringannya opthalmograves
menggunakan system NOSPECS, sebagai berikut :16
Derajat 0
Derajat 1
mata atas dan mata melotot tanpa atau dengan lid lag)
25
Derajat 2
karena lagoftalmus)
Derajat 6
: (Sight loss) hilangnya penglihatan (karena kerusakan n.II)
163. Disamping itu dilakukan pemeriksaan fisik pada mata untuk
165.
166.
167.
168.
Stellwag sign
Rosenbach sign
26
170.
171.
E. Pemeriksaan Lain
172.
Elektrokardiografi dilakukan
fibrilasi atrial yang sering ditemukan pada penyakit Graves. Penderita perempuan
pasca menopause dan dengan risiko tinggi mendapatkan osteoporosis dapat
dilakukan pemeriksaan densitas tulang. Jika kelenjar gondok besar sampai
menimbulkan obstruksi saluran nafas atau esofagus, diperlukan pemeriksaan
tomografi atau MRI leher.1
173.
174.
ditujukan untuk mengendalikan hipertiroidnya. Ada tiga cara yang dapat dilakukan yaitu :
12
27
Selain propranolol, terdapat obat baru golongan beta blocker dengan durasi kerja
lebih panjang, yaitu atenolol, metoprolol dan nadolol. Dosis awal atenolol dan
metoprolol 50 mg/hari dan nadolol 40 mg/hari mempunyai efek serupa dengan
propranolol. Pada umumnya obat golongan beta blocker ditoleransi dengan baik.
Beberapa efek samping yang dapat terjadi antara lain nausea, sakit kepala,
insomnia, fatigue, dan depresi, dan yang lebih jarang terjadi ialah kemerahan,
demam, agranulositosis, dan trombositopenia. Obat golongan beta blocker ini
dikontraindikasikan pada pasien asma dan gagal jantung, kecuali gagal jantung
Pasien umur muda dengan struma yang besar serta tidak berespon dengan Obat
2.
Anti Tiroid.
Pada wanita hamil (trimester kedua) yang hipersensitif terhadap OAT, juga apabila
3.
180.
181.
5. Pada penyakit grave yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul.
182.
3) Terapi Radioaktif Iodine
183.
Dengan menggunakan I 131, setelah menggunakan iodine radioaktif,
kelenjar akan mengecil dan menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu. Pada orang tua dan
mempunyai penyakit dasar jantung, tirotoksikosis yang berat atau ukuran kelenjar yang
besar (>100 gr) harus diterapi dengan methimazole sampai eutiroid dulu kemudian
methimazole di stop selama 5-7 hari baru diterapi dengan I 131. 11
184.
185.
28
186.
tiroid (thyroid storm). Krisis tiroid adalah kondisi hipermetabolik yang mengancam jiwa
dan ditandai oleh demam tinggi dan disfungsi sistem kardiovaskular, sistem saraf, dan
sistem saluran cerna. Awalnya, timbul hipertiroidisme yang merupakan kumpulan gejala
akibat peningkatan kadar hormon tiroid yang beredar dengan atau tanpa kelainan fungsi
kelenjar tiroid. Ketika jumlahnya menjadi sangat berlebihan, terjadi kumpulan gejala yang
lebih berat, yaitu tirotoksikosis.1 Krisis tiroid merupakan keadaan dimana terjadi
dekompensasi tubuh terhadap tirotoksikosis tersebut.
tirotoksikosis yang tidak terobati atau tidak tuntas terobati yang dicetuskan oleh tindakan
operatif, infeksi, atau trauma. Gambaran klinisnya ialah distress berat, sesak napas,
takikardia, hiperpireksia, lemah, bingung, delirium, muntah, diare.1
187.
Tanda
krisis
tiroid
adalah
trias:
Kriteria Diagnostik
190.
Disfungsi Kardiovaskular
191.
Suhu Oral (F)
192.
99-99.9
193.
100-100.9
194.
198.
199.
5
200.
205.
Takikardi
206.
99-109
207.
201.
110-119
208.
211.
212.
5
213.
1
214.
101-101.9
195.
120-129
209.
102-102.9
196.
202.
130-139
210.
215.
103-103.9
197.
104
140
203.
216.
29
204.
3
217.
218.
Gagal Jantung
219.
Pusat
229.
Tidak ada
230.
Ringan (agitasi)
231.
Sedang
(delirium,
psikosis,
letargi
berat)
232.
Berat (koma, kejang)
Tidak ada
233. 220.
0
Ringan (edema kaki)
234. 221.
1
Sedang (ronkhi basal)
222.
235. Berat (edema paru)
223.
2
224.
225.
0
226.
5
227.
1
228.
1
236.
237.
3
240.
241.
Disfungsi
Gastrointestinal-
Fibrilasi Atrium
242.
Hepar
253.
Tidak ada
254.
Ringan
(diare,
nausea,
muntah,
nyeri perut)
255.
Berat (ikterus tanpa
Tidak ada
256. 243.
0
Ada
257.
244.
1
Riwayat Pencetus
245.
258. Negatif
259. 246.
2
Positif
sebab jelas)
262.
263.
264.
265.
30
247.
248.
0
249.
1
250.
251.
0
252.
1
266.
tiap 6 jam atau PTU 150-250 mg tiap 6 jam. Lugol 10 tetes tiap 8 jam. Pengaruh
adrenergik diobati dengan memasukkan hati-hati propanolol 1-2 mg iv. Dosis ini dapat
diulang tiap setengah jam dengan monitor EKG. Kemudian dapat diteruskan dengan
Propanolol 40 mg tiap 8 jam. Pengobatan suportif berupa rehidrasi dengan cairan infuse,
kompres dingin, oksigen.1
267.
268.
Prognosis
269.
Pada umumnya penyakit Graves mengalami periode remisi dan eksaserbasi,
namun pada beberapa penderita setelah terapi tetap pada kondisi eutiroid dalam jangka
lama, beberapa penderita dapat berlanjut ke hipotiroid. Follow up jangka panjang
diperlukan untuk penderita Graves. 12,14
270.
271.
2.Hipertensi
272.
Menurut JNC 7, tekanan darah dibagi dalam 4 klasifikasi yakni normal, pre-
hipertensi, hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2 (Tabel 1). Klasifikasi ini berdasarkan pada
nilai rata-rata dari dua atau lebih pengukuran tekanan darah yang baik, yang pemeriksaannya
dilakukan pada posisi duduk dalam setiap kunjungan berobat. Tingginya tekanan sistolik dan
diastolik berhubungan dengan risiko penyakit serebrovaskuler, kardiovaskuler dan penyakit
ginjal.23,24
273.
Usia
274.
Risiko terjadinya hipertensi meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Pada usia
pertengahan tahun, laki laki lebih berisiko untuk mengalami hipertensi sedangkan wanita
31
Semakin tinggi detak jantung, semakin berat jantung harus bekerja di setiap kontraksi dan
semakin kuat tekanan pada arteri. Selain itu, kurang aktivitas fisik meningkatkan risiko
kegemukan.
Diet tinggi garam dapat menyebabkan retensi cairan tubuh yang akan
sementara tetapi zat kimia yang terkandung di dalamnya akan merusak permukaan dinding
arteri, hal ini akan menyebabkan arteri akan menyempit, dan tekanan darah akan meningkat.
Mengkonsumsi banyak alkohol dapat menyebabkan tubuh melepaskan hormon yang dapat
meningkatkan tekanan darah dan detak jantung.
275.
276.
Tabel 1. Klasifikasi dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi pada Orang Dewasa23,24
277.
278.
279.
280.
281.
Obat Awal
Klasif
Tek
Mo
286.
Tanpa
287.
ik
asi
an
Te
Indi
ka
kasi
na
Da
ra
a
h
G
a
s
t
(
32
indikasi
eng
m
m
h
g
)
288.
289.
290.
291.
Norm
<12
<
Anj
al
292.
Tidak
293.
perlu
una
mengguna
kan
kan obat
obat
anti
yan
hipertensi
294.
295.
296.
297.
spes
Pre
120
Ya
ifik
Hi
den
gan
pe
rte
indi
nsi
kasi
(risi
ko)
300.
301.
302.
303.
Hipert
140
Ya
en
si
304.
Untuk
305.
semua
una
kasus
kan
gunakan
obat
St
diuretik
yan
ag
jenis
eI
thiazide
spes
dengan
ifik
pertimban
den
gan ACEi,
gan
ARB, BB,
indi
CCB, atau
kasi
kombinasi
(risi
33
kan
ko).
Ke
306.
307.
308.
309.
Hipert
Ya
310.
Gunak
mud
an
ian
en
kombinasi
tam
si
2 obat
bah
St
( biasanya
kan
ag
diuretik
den
jenis
gan
II
thiazide)
obat
dan
anti
ACEi/AR
hipe
B/BB/CC
rten
si
(diu
retik
,
AC
Ei,
AR
B,
BB,
CC
B)
sepe
rti
yan
g
dibu
tuhk
an
312.
34
313.
Pasien dengan pre-hipertensi memiliki resiko dua kali lipat untuk berkembang
menjadi hipertensi. Dimana berdasarkan dari tabel tersebut, diakui perlu adanya peningkatan
edukasi pada tenaga kesehatan dan masyarakat mengenai modifikasi gaya hidup dalam rangka
menurunkan dan mencegah perkembangan tekanan darah ke arah hipertensi. Modifikasi gaya
hidup merupakan salah satu strategi dalam pencapaian tekanan darah target, mengingat hipertensi
merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan oleh perilaku gaya hidup yang salah.
314.
315.
316. Darah rutin, urinalisis, gula darah, profil lipid, asam urat, ureum creatinin serum, kalium
serum, dan elektrokardiogram.
317.
35
331.
332.
333.
334.
335.
336.
337. BAB 3
338. PEMBAHASAN
339.
340. Pasien datang ke Poli dengan keluhan mau control kondisi hipertiroid struma
diffusa.Gejala penyerta dada berdebar debar, Mudah lelah, banyak berkeringat, BB turun tidak
tahu berapa kilogram,
341. Kira-kira 8 tahun yang lalu, muncul benjolan di leher. Benjolan mulanya kecil,
makin lama makin besar secara lambat. Benjolan pada leher dirasakan kenyal, sulit digerakkan,
bergerak pada saat menelan, dan tidak terasa nyeri. Sejak muncul benjolan pasien mengalami
perubahan suara (-), berdebar-debar (+), gemetar pada jari tangan kanan kiri (+),tidak tahan udara
panas (+), mudah lelah saat beraktivitas (+), sering berkeringat banyak (+), mata menonjol (-/-),
cepat merasa lapar (+), dan nafsu makan meningkat tetapi BB menurun (+) ditandai dengan
pakaian yang menjadi lebih longgar.
342.
Pasien lalu berobat RSDK dikatakan menderita sakit gondok. Pasien rutin kontrol
dan berobat, tetapi 1tahun terakhir ini menjadi putus berobat,karena kekurangan biaya.
343. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik dan kesadaran compos
mentis. Berat badan penderita 51 kg dan tinggi badan 165 cm jadi BMI penderita 18,7 kg/m2
(normoweight). Dilihat dari tanda vital, tekanan darah 160/80 mmHg, respiratory rate 26x/menit,
suhu normal 370C, dan nadi 80x/menit. Pemeriksaan fisik didapatkan kepala dengan turgor dahi
cukup, kulit berkeringat(+).Pada pemeriksaan mata,hidung dan mulut dalam batas normal.
344. Pada pemeriksaan thorax dalam batas normal. Palpasi jantung iktus kordis teraba di
SIC V Linea mideo clavicula anterior sinistra, melebar (-), kuat angkat (-), pulsasi parasternal
(-), pulsasi epigastrial (-), sternal lift (-). Perkusi pinggang jantung cembung dan batas jantung
meluas. Pada pemeriksaan paru dan pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan
pada ekstremitas didapatkan adanya tremor halus pada ekstremitas atas, dan keringat berlebih.
36
345. Pada pemeriksaan status lokalis kelenjar tiroid, saat inspeksi tidak ditemukan
oedem dan kemerahan. Pada palpasi ditemukan pembesaran kelenjar tiroid kanan dan kiri bentuk
diffus, konsistensi kenyal, permukaan halus dan rata, batas tegas dan ada perlekatan dengan
jaringan sekitar.
346. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan kadar free T4 (46.27),
penurunan TSHs (<0.05), Pada pemeriksaan EKG didapatkan normo sinus rhytme dan padaUSG
ditemukan struma diffusa. Dari hasil perhitungan indeks klinis Wayne didapatkan skor 29.
347. Dari keadaan-keadaan abnormal yang diuraikan di atas, bisa disimpulkan bahwa
diagnosis penderita adalah Struma diffusa hipertiroidisme dan Hipertensi stage 1
348. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang disebabkan karena kelenjar tiroid yang
hiperaktif. Sedangkan tiroroksikosis adalah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang
beredar dalam sirkulasi. Kira-kira 70% penyebab tirotoksikosis adalah Penyakit Graves, sisanya
karena gondok multinoduler toksik dan adenoma toksik. Etiologi lain dicari setelah ketiga sebab
di atas tidak terbukti. Diagnosis tirotoksikosis dapat menggunakan indeks klinis Wayne dan New
Castle melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk fungsi tiroid diperiksa free T4 dan TSH.
349. Pengelolaan tirotoksikosis tergantung etiologi, usia pasien, riwayat alamiah
penyakit, ketersediaan obat, situasi pasien, risiko pengobatan, dan lain lain. Pengobatan
tirotoksikosis dikelompokkan menjadi tirostatika, tiroidektomi, dan yodium radioaktif. Tirostatika
yang dipakai pada pasien ini adalah derivat tiourasil yaitu propiltiourasil dengan dosis
100mg/8jam. Serta B adrenergik antagonis yaitu propanolol untuk mengurangi dampak hormon
tiroid pada jaringan dengan dosis 20mg/8jam.
350. Penderita dianjurkan meminum obat-obatan tersebut secara teratur dan diharapkan
dengan anjuran tersebut kelenjar tiroidnya dapat mengecil dan mencegah peningkatan HR.
Penderita juga harus terus diedukasi untuk terus patuh minum obat karena pengobatan memakan
waktu yang lama, jangan sampai penderita menghentikan pengobatan karena bosan minum obat.
Dukungan dari keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan pengobatan. Selain itu, penderita
harus tetap kontrol tiap bulan untuk melihat perkembangan dan kemajuan dari pengobatan serta
dianjurkan untuk mengurangi aktifitas yang terlalu berat.
351. Manifestasi klinik kardiovaskular pada hipertiroidisme adalah palpitasi, hipertensi
sistolik, kelelahan, dan gagal jantung. Pada pasien ini diduga penyebab timbulnya Hipertensi stage
1 adalah karena tirotoksikosis yang sudah berlangsung lama. Terapi pada pasien ini adalah
propranolol 20mg/8jam
352.
353.
354.
355.
37
356.
38
20. R. Budhi Darmodjo. Ilmu Penyakit Dalam- Diagnosis Fisik dan Kardiologi. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
21. Erine AK.,Matthew K., Psoriasis Vulgaris An Evidence-Based Guide for Primary Care.
Journal of the American Board of Family Medicine. 2013;26(6):787-801. Available at :
http://www.medscape.com/viewarticle/814162_3
22. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi V. Jakarta:Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2000
23. Riaz
K.
Hypertension.
2012
[cited
:
May
http://emedicine.medscape.com/article/241381-overview
18,
2013].
Available
at
24. The JNC 7 Report. The Sevent Report of the Joint National Committee on Prevention Detection
Evaluation and Treatment of High Blood pressure. JAMA, 2003.
25. Mayo
Clinic.
Hypertension.
2011
[
cited
:
May
18
2013].
Available
from:http://www.mayoclinic.com/health/high-bloodpressure/ds00100/dsection=risk-factors
26. Indonesian Society of Hypertension. Konsensus Penanggulangan Krisis hipertensi. 2008.
27. Pahlevi
R.
Hipoalbuminemia
[cited
:
May
20
2013)
http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/04/hipoalbuminemia_29.html
Available
28. Harrison. Harison Manual Kedokteran Jilid 1 edisi 17. 2009. Tangerang: Karisma Publisher Group
360.
361.
362.
363.
39
at