Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI


RINGAN SEDANG DAN GIZI BAIK
Diajukan guna melengkapi tugas
Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Oleh :
ARI SETANINGRUM
NIM : G6A 000 019

Penguji

: dr. Dwi Wastoro, Sp.A(K)

Pembimbing

: dr. Anzar Ahlian

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2005

HALAMAN PENGESAHAN

Nama

: Ari Setyaningrum

NIM

: G6A 000 019

Fakultas

: Kedokteran

Judul

: Laporan Kasus Seorang Anak dengan Diare Akut Dehidrasi Ringan


Sedang dan Gizi Baik

Bagian

: Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNDIP

Penguji

: dr.Dwi Wastoro, Sp.A(K)

Pembimbing

: dr. Anzar Ahlian

Semarang, Agustus 2005

Penguji

Pembimbing

(dr. Dwi Wastoro, Sp.A(K))

(dr. Anzar Ahlian)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi syarat menempuh ujian
Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Dwi Wastoro,Sp.A(K) sebagai penguji yang telah bersedia meluangkan waktu.
2. dr. Anzar Ahlian, sebagai pembimbing yang telah memberikan masukan-masukan,
petunjuk serta bantuan dalam penyusunan tugas ini .
3. Ayah, dan ibu, yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan tugas ini
4. Teman-teman satu stase di bagian anak yang telah memberikan bantuan, baik
material maupun spiritual kepada penulis dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini,
maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.
Penulis sangat berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Semarang, Agustus
2005

Penulis

iii

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ...................................................................................................

Lembar Pengesahan ...........................................................................................

ii

Kata Pengantar.....................................................................................................

iii

Daftar Isi .............................................................................................................

iv

Bab I.

Pendahuluan

A. Latar Belakang .........................................................................................

B. Tujuan ......................................................................................................

C. Manfaat .....................................................................................................

Bab II.

Laporan Kasus

A. Identitas Penderita ..................................................................................

B. Data Dasar ..............................................................................................

C. Daftar Masalah .......................................................................................

10

D. Diagnosis ................................................................................................

10

E. Penatalaksanaan ......................................................................................

11

F. Rencana Pemecahan Masalah .................................................................

12

G. Perjalanan penyakit .................................................................................

14

H. Laporan Kunjungan Rumah ....................................................................

19

I. Bagan Permasalahan ...............................................................................

23

Bab III. Pembahasan


A. Diare akut dehidrasi ringan sedang........................................................

24

B. Hiperkalemi...........................................................................................

34

C. Gizi baik...............................................................................................

38

D. Saran.....................................................................................................

39

E. Prognosis................................................................................................. 40
Bab IV. Ringkasan...........................................................................................

41

Daftar Pustaka.....................................................................................................

42

Lampiran

iv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare

didefinisikan

sebagai

peningkatan

dari

frekuensi

tinja

atau

konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal oleh ibunya. Untuk
keperluan diagnosis, secara epidemiologis dalam masyarakat, diare didefinisikan
sebagai berak lembek cair sampai cair 3-5 kali perhari. (1)
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan
dan minuman yang tercemar. (2)
Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara
berkembang. Sekitar 80 % kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2
tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi
sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja.(1)
Penyebab diare akut paling sering adalah faktor infeksi. Pada garis besarnya
dibagi menjadi 2 golongan yaitu infeksi parenteral dan enteral. Infeksi enteral
merupakan infeksi dalam usus dimana 50 % diare pada anak disebabkan karena
virus.(3)
Hiperkalemia adalah suatu kedaan dimana kadar kalium serum 5,5 meq/L
atau lebih. Hiperkalemi dapat memberi efek neuromuskular yaitu parestesi yang
dapat berlanjut menjadi paralisis flaksid. Jantung juga sangat peka denan keadaan
hiperkalemi.(4)
Dalam penulisan ini akan dilaporkan seorang anak dengan diare akut
dehidrasi ringan sedang dan hiperkalemia dengan tujuan untuk mengetahui cara
menegakkan diagnosa dan mengelola penderita sehingga dapat mencegah komplikasi
lebih lanjut.

B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan
mengelola pasien dengan Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan hiperkalemia
sekaligus untuk mengevaluasi tindakan yang telah diberikan dengan kepustakaan
yang ada, sehingga dapat dijadikan media belajar yang baik bagi mahasiswa.

C. Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran
untuk belajar menegakkan diagnosis, melakukan pengelolaan dan mengetahui
komplikasi yang terjadi pada penderita Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan
hiperkalemia.

BAB II
PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An. W

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 2 tahun 9 bulan

Alamat

: Jl. Purwosari gang II no.6A, RT 05/07, kelurahan Rejosari,


Semarang Timur

Masuk RSDK

: 16 Juli 2005

Keluar RSDK

No CM

: 5121637

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ayah

: Tn S

Umur

: 31 tahun

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Karyawan Swasta

Nama Ibu

: Ny A

Umur

: 33 tahun

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

B. DATA DASAR
1. Anamnesis
Alloanamnesis dengan ibu penderita pada tanggal 16 Juli 2005 pukul 14.00
WIB di bangsal C1LII.

Keluhan utama : Mencret

Riwayat Penyakit Sekarang :


-

Kurang lebih 2 hari anak muntah lebih dari 3 kali terutama setelah
makan atau minum, @ gelas belimbing,. Muntahan cair seperti apa

yang diminum, tidak nyemprot, tidak ada darah. Anak juga mencret,
lebih dari 10 kali, @ 1 sampai 2 sendok makan. Mencret berwarna
kuning, cair, ampas sedikit, tidak nyemprot, tidak ada lendir, tidak ada
darah, tidak berbau asam, tidak kembung. Disertai panas, tidak batuk,
tidak pilek. Kemudian anak dibawa ke dokter, diberi obat puyer dan
sirup tapi belum ada perubahan.
-

Kurang lebih

1 hari anak mencret satu kali, @ gelas

belimbing,warna kuning, cair, sedikit ampas, tidak ada darah, tidak


ada lendir, tidak berbau asam, nyemprot, kembung, muntah sekali
sebanyak 1/4 cangkir, isi seperti apa yang dimakan dan diminum.
Anak makin lemah, tampak kehausan dan rewel, kencing jumlah dan
frekuensinya berkurang dari biasanya. Kemudian dibawa ke Poli Anak
RSDK, disarankan untuk rawat inap. Kencing terakhir
-

Riwayat perubahan pola makan dan perubahan susu tidak ada. Air
minum diambil dari sumur dan dimasak sampai mendidih, keluarga
dan tetangga tidak ada yang sakit diare.

Sejak lahir anak diberikan susu formula Frisian flag untuk umur 0-6
bulan, pengenceran susu setiap 60 cc air 2 sendok takar. Saat ini sudah
memiliki 5 dot. Setelah pemberian susu dot langsung dicuci dengan
sabun kemudian direbus 5 menit setelah itu dikeringkan. Anak suka
mengempeng saat tidak sedang minum susu.

Riwayat Penyakit Dahulu


Saat usia 2 bulan anak pernah mencret diobati di Poliklinik RSDK,
kemudian sembuh.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah penderita bekerja sebagai karyawan di sebuah toko kain. Ibu
penderita adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Penghasilan rata-

rata Rp 400.000,00. Menanggung 1 orang anak. Biaya pengobatan


ditanggung ayah penderita.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total

Kriteria Bistok
Pendidikan Kepala Keluarga
Penghasilan/bulan
Status pemilikan rumah
Keadaan bangunan rumah
Sumber air minum
Penerangan malam hari
Barang mewah
Jumlah anak
Tempat tinggal

SD
Rp. 400.000,Kontrak
Semi permanen
Sumur
Listrik
Tidak ada
1
Pinggir kota

Skor
3
2
1
2
1
3
3
2
17

Standar penilaian : Score 18-24 atas


Score 13-17 menengah
Score 8-12 kurang
Kesan Sosial Ekonomi : menengah.

Riwayat Pemeliharaan Prenatal


Pemeriksaan kehamilan di Puskesmas lebih dari 4 kali, TT dua kali,
penyakit kehamilan disangkal. Obat-obatan yang diminum selama
kehamilan vitamin dan tablet tambah darah.

Riwayat Kelahiran dan Kehamilan Ibu Penderita


No
Kehamilan dan Persalinan
Umur
1. Laki-laki, aterm, spontan, bidan, BBL : 3700 3 bulan
g, PB : 50 cm

Riwayat Postnatal
Periksa di Puskesmas, anak dalam keadaan sehat.

Riwayat Keluarga Berencana


Saat ini ibu penderita mengikuti program KB suntik 3 bulan.

Riwayat Imunisasi
BCG

: 1x ( 0 bulan ), scar (+)

DPT

: 2x (2,3 bulan )

Polio

: 2x (0,2 bulan )

Campak

: belum

Hepatitis B: 1x (3 bulan )
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai umur.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3700 gram, panjang badan lahir 50 cm, berat badan
sekarang 11900 gram, berat badan koreksi gram, lingkar kepala 49 cm
(mesosefal).
Perkembangan :
Senyum 2 bulan, Miring 3 bulan,

tengkurap 3 bulan, Duduk 6

bulan, Gigi keluar 6 bulan, merangkak 8 bulan, berdiri 10 bulan, berjalan


12 bulan, sekolah (-)
Kesan : perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan umur

Riwayat makan dan minum :


ASI diberikan sejak lahir sampai anak berusia 18 bulan karena anak
menolak.
Sejak lahir sampai usia 18 bulan anak diberi susu formula bayi SGM I
dilanjutkan SGM II, karena ibu bekerja. Susu diberikan kurang lebih 2 x
sehari @ 2 sendok takar dalam 60 cc air,habis. Susu Bendera 123
diberikan sejak anak berusia 18 bulan sampai sekarang, diberikan kurang
lebih 2 x sehari saat pagi dan malam hari sebelum tidur @ ,
Saat berusia 1 bulan anak diberi pisang lumat 3 kali sehari @ mangkok
kecil, habis. Pisang dan nasi lumat diberikan saat usia anak 4 bulan, 3 kali
sehari @ mangkok, habis. Usia 5 bulan, anak diberi nasi lumat , sayur (
bayam, wortel), lauk ( tahu, tempe, telur, kadang-kadang ati), diberikan 3
kali sehari @ mangkok kecil, habis. Makanan padat, nasi, sayur
(bayam, kangkung, wortel), dan lauk ( tahu, tempe, telur, dan kadangkadang hati atau ikan), diberikan saat usia anak 1 tahun. Buah-buahan

seperti pisang, jeruk dan apel, diberikan kurang lebih 3 kali seminggu,
semau anak.
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup.
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 16 Juli 2005 pukul 14.30 WIB
, 2 tahun 9 bulan , BB: 11,9 kg, PB : 92 cm
a. Keadaan Umum: sadar, kurang aktif, tampak kehausan dan rewel, tanda
dehidrasi (+),sesak nafas (-)
b. Tanda Vital

: HR

: 120 x / menit,

: isi dan tegangan cukup, reguler

RR

: 26x / menit, reguler

: 38,1C

c. Status Internus
Kepala

: mesosefal , LK = 49 cm

UUB

: datar, sudah menutup

Rambut

: hitam, tidak mudah dicabut

Kulit

: sianosis (-), ikterik (-), turgor kembali lambat (+)

Mata

: agak cekung, air mata berkurang, conjungtiva palpebra


anemis (-), sklera ikterik (-)

Hidung

: sekret (-), nafas cuping (-)

Telinga

: discharge (-)

Mulut

: bibir kering (+), selaput lendir kering (+), sianosis (-)

Gigi

: belum tumbuh

Tenggorok

: T1-1, faring hiperemis (-)

Leher

: simetris, pembesaran nnll (-/-)

Dada

Paru

: Inspeksi

: simetris statis dinamis, retraksi (-)

Palpasi

: stem fremitus kanan = kiri

Perkusi

: sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi

: SD: Vesikuler

ST : Hantaran -/-, Wheezing -/-, Ronkhi -/Jantung : Inspeksi


Palpasi

: Ictus cordis tak tampak


: Ictus cordis teraba di SIC IV 2 cm medial
Linea Medio Clavicular Sinistra

Perkusi

: sulit dinilai

Auskultasi

: Bunyi jantung I-II normal, bising (-), gallop


(-).

Abdomen

: Inspeksi

: datar

Auskultasi

: bising usus (+) meningkat

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, turgor kulit kembali lambat


Hepar tidak teraba
Lien :S0

Genital

:, dalam batas normal

Kelenjar

: pembesaran kelenjar (-)

Ekstremitas :

superior

inferior

Sianosis

Akral dingin

Oedem

Capillary refill

<2

< 2

Tonus

normotoni

Klonus

normotoni
-/-

Reflek fisiologis

+/+

+/+

Reflek patologis

+/+

+/+

Anus

: ekskoriasi (-)

3. Pemeriksaan Laboratoriu
Darah rutin : (tanggal 16 Juli 2005)

Hb

: 10,70 g % (N)4

Ht

: 32,20 %

Leukosit

: 12.700 /mm3

Trombosit : 352.000 /mm3


Eritrosit

: 3.000.000/mm3

MCV

: 82,10 fl

MCH

: 27,10 fl

MCHC

: 33,30 g/dl

Kesan : dalam batas normal


Kimia darah (tanggal 16 Juni 2005)
Glukosa sewaktu : 99 mg/dL
Elektrolit :
Na :140 mmol/l
K

:5,9 mmol/l

Cl

:115 mmol/l

Ca

:2,48 mmol/l

Kesan : hiperkalemi
Preparat darah hapus: (16 juni 2005)
Hitung jenis

: E0/B0/St /Sg /L38/M2

Stadium eritropetik

: poikilositosis(-), anisositosis (-), sel burr (-)

60

krenasi (-)
Stadium granulopoetik: hipersegmentasi (-), hipergranulasi (-),
vakuolisasi (-), limfosit teraktifasi (-)
Stadium trombopoetik : bentuk normal, tersebar rata, clump cell (-)
Kesan : sistem eritropoetik

: dalam batas normal

sistem granulopoetik : dalam batas normal


sistem trombopoetik : dalam batas normal
Urin : (16 juni 2005)
Makroskopis : warna kuning, jernih, tidak berbuih, jumlah cukup.

Feses : (17 juni 2005)


- Makroskopis : warna kuning, cair, lendir(-), darah (-), ampas (+),
bau asam (-)
- Mikroskopis : telur cacing : Amoeba : Sisa pencernaan protein : +
Lemak : +
KH

: +

Pemeriksaan lain : Sudan III : ++


Bakteri

:+
Jamur

lekosit

:-

eritrosit

:-

: -

Clinitest : +
4. Pemeriksaan lain (17 Juni 2005)
EKG : Dalam batas normal
Konsul THT : Telinga : serumen +/+, hiperemi -/-, discharge -/Hidung : dalam batas normal
Tenggorok : sulit dinilai karena tertutup lidah
kesan orofaring hiperemis (-)
4. Pemeriksaan Antropometri
, umur 3 bulan, BB = 5800 kg, PB = 62 cm, t = 37 C
WAZ =

5,8 6

= - 2, HAZ =

1,00

62 61,1

= 0,35 , WHZ =

5,8 6,2

2,60

= -0,57
0,7

Kesan : gizi baik


C. DAFTAR MASALAH
No. Masalah Aktif
Tanggal
1. Diare Akut Dehidrasi 16-6-2005
Ringan Sedang
2. Anemia
mikrositik 16-6-2005
hipokromik

10

No

Masalah Pasif

Tanggal

3.

Hiperkalemi

16-6-2005
4.
5.

Pemberian
susu 16-6-2005
formula
Ibu belum mengikuti 16-6-2005
program KB

D. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Banding
1. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
DD :
-

Faktor Psikis

Faktor Konstitusi

Faktor Makanan

Faktor Infeksi : Parenteral


Enteral

2. Hiperkalemia
3. Gizi baik
2.Diagnosis Sementara
1. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
2. Hiperkalemia
3. Gizi baik
E. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
- infus Kaen 3B 960/40/10 tetes/menit
-

injeksi Ampicillin 3x200 mg iv

Peroral : Paracetamol syrup 3x1/2 cth (kalau perlu)


Vitamin B kompleks 3x tab
Oralit 100 cc tiap mencret

3. Diet
-

8 x 60 cc LLM

ASI ad libitum

, umur 3 bulan, BB = 5800 g, PB = 62 cm, t = 37,5C,

11

BB koreksi

= 100% 7,5% = 92,5%


100

= 92,5 x 5,8 = 6,27 kg


Kebutuhan
24 jam
Infus D5 %
960/40/10 tetes/menit

Cairan
1254

Kalori
580

Protein
11,6

960

163,20

8x 60 cc LLM

480

317,42

8,45

Total

1440

480,62

8,45

AKG (%)

114,83 %

82,86 %

72,84 %

ASI ad libitum

4. Perawatan
Pasien dirawat di bangsal C1L2 selama 5 hari

F. RENCANA PEMECAHAN MASALAH


1. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Dx

: Subjektif
Objektif

Tx

:: Feses rutin , EKG, konsul THT, elektrolit ulang

: Infus D5% 960 / 40 / 10 tetes/menit


Injeksi Ampisillin 3 x 200mg iv
Peroral :
-

Parasetamol syrup 3 x cth (kalau perlu)

Vitamin B komplek 3 x tab

Oralit 100 cc tiap mencret

Diet : 8 x 60 cc LLM
ASI ad libitum
Mx

: Keadaan umum, tanda vital, frekuensi, volume dan konsistensi diare,


tanda dehidrasi, tanda syok, akseptabilitas diet

Ex

: - Memberitahukan kepada orang tua mengenai keadaan anak dan


pemeriksaan yang akan dilakukan.
- ASI tetap diberikan

12

- Memberi oralit 100 cc setiap kali mencret.


- Menjelaskan agar ibu memberikan oralit sesendok teh tiap 1-2
menit sampai habis, apabila anak muntah maka dihentikan
dahulu + 10 menit lalu dilanjutkan lagi tetapi lebih lambat
misalnya sesendok tiap 2-3 menit.
- Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alatalat

makan/minum (dot) dengan cara cuci tangan sebelum

membuat susu dan menggunakan alat-alat makan/minum yang


sudah dicuci bersih atau direbus dahulu.
- Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti
rewel, kehausan, mata cekung, menangis tidak keluar air mata,
bibir kering. Bila anak diare disertai muntah berulang, anak
tampak kehausan sebaiknya segera dibawa ke Rumah Sakit atau
poliklinik terdekat (penting bila setelah pulang dari RSDK anak
sakit lagi )
- Menganjurkan menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan
pribadi contohnya tidak membuang sampah sembarangan, buang
air besar di jamban, mencuci tangan sebelum membuat susu atau
setelah membuang kotoran.
- Menganjurkan untuk menggunakan air bersih untuk membuat
susu, air harus dimasak sampai mendidih.
- Memberitahu ibu cara melakukan sterilisasi dot yang benar
2. Hiperkalemi
Dx

: Subjektif : Objektif : -

Tx

:-

Mx

: Tanda vital , tanda-tanda parestesi dan kelemahan anggota gerak,


diuresis

Ex

: Menjelaskan pada orang tua tentang kondisi anak dan


komplikasinya

13

14

G. PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal
16/06/05
23.15

15

Keluhan

Pemeriksaan Fisik

KU: Sadar, kurang aktif, rewel, tanda dehidrasi (+), mata


Mencret cair, 4
cekung (+).
@1/4 cangkir, kuning,
ampas sedikit,
TV :N: 134x/mnt, isi dan tegangan cukup
nyemprot (+), lendir
RR: 32x/mnt
(-), darah(-), bau asam
t: 37,5C ( sfetelah diberi paracetamol di UGD)
(-). Kulit sekitar anus
lecet dan merah(-),
perut kembung (+),
PF : Kepala
: mesosefal, UUB cekung
muntah (+), 5x @
Mata
: cekung (+), air mata (+),
cangkir, seperti yang
conjunctiva palpebra anemis (-),
dimakan dan
sklera ikterik (-)
diminum, panas (-)
Hidung
: nafas cuping (-)
Mulut
: kering (-) sianosis (-)
Tenggorok : T1-1, hiperemis (-).
Leher
: pembesaran nnll(-)
Dada
simetris, retraksi(-)
Jantung
: dalam batas normal.
Paru
: suara dasar vesikuler, suara tambahan -/Abdomen
: cembung, lemas, turgor kembali lambat,
bising usus (+) meningkat.
H/L tak teraba
Ekstremitas : dalam batas normal

Laboratorium
Darah
Hb : 10,27gr/dl
Ht : 32,20%
Lekosit : 12700/mm3
Trombosit :352 000 /mm3
Eritrosit :3.000.000 /mm3
MCV : 82,10 fl
MCH : 27,10 pg
MCHC : 33,30 gr/dl
Kesan: dalam batas normal

Assesment

- Diare akut
- Infus D5 %
Dehidrasi
960/40/10tetes/mnt
Ringan
+Nacl 5% 7 cc dlm
Sedang
500cc D5%
- Hiperkalemi - Inj. Ampisillin 3x200
- mg i.v
Gizi
- Oralit
baik 100cc tiap
mencret
- Paracetamol 3x1/2
cth (jika panas)

Preparat darah hapus


Stadium eritropetik :
anisositosis(+),poikilositos
is (-), hemolisis (-),central
pallor >1/3
Stadium granulopoetik:
hipersegmentasi (-),
hipergranulasi (-),
vakuolisasi (-)
Stadium trombopoetik :
bentuk normal, tersebar
rata, clump cell (-)
Hitung jenis :
E0/Ba0/St2/Sg60/L38/M2
Kesan :dalam batas normal
Kimia Klinik
GDS
: 99 mg/dl
Elektrolit :
Na
: 140 mmol/L
K
: 5,9 mmol/L

Terapi

Diet: 8x60 cc LLM


ASI ad libitum
Program :
Pengawasan KU, TV,
jumlah, frekuensi dan
konsistensi
mencret,tanda
dehidrasi, tanda syok,
feses rutin,EKG,
elektrolit ulang

-Diare akut
tanpa tanda
dehidrasi

Tanggal

Keluhan

Pemeriksaan Fisik

Laboratorium
Clorida : 115 mmol/L
Kesan : hiperkalemi

04.00

Mencret 2x @1/4
cangkir, cair,kuning,
ampas (+), darah(-),
lendir(-), nyemprot
(-), bau asam(-),
muntah (-), panas (-),
anak mau minum

Terapi

- hiperkalemi

KU : Tidur, tanda dehidrasi (-)

Tetap

TV : HR: 130x/mnt
N: isi dan tegangan cukup
RR: 30x/mnt
T: 37,5 C

Balance cairan =
+71,17

PF : Kepala
Mata

16

Assesment

Hidung
Mulut
Tenggorok
Leher:
Dada
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas

: mesosefal, UUB datar


: cekung (-), air mata (+),
conjunctiva palpebra anemis (-), sklera
ikterik (-)
: nafas cuping (-)
: kering (-) sianosis (-)
: T1-1, hiperemis (-).
: pembesaran nnll(-)
: simetris, retraksi(-)
: dalam batas normal.
: suara dasar vesikuler,
suara tambahan -/: cembung, lemas, turgor kembali cepat,
bising usus (+) normal., H/L tak teraba
: dalam batas normal

Diuresis =
2cc/kgBB/jam

Tanggal
17/05/05
07.00

17

Keluhan
Mencret 2x @1/4
cangkir, kuning,
lembek, ampas (+),
nyemprot (-), lendir
(-), darah (-), bau
asam (-). Panas (-),
muntah (-)., anak
ngompol 6 x

Pemeriksaan Fisik

Laboratorium

KU : Sadar, kurang aktif, tanda dehidrasi (-)

Elektrolit

TV : HR:120 x/mnt
N : isi dan tegangan cukup
RR: 30 x/mnt
T : 37C

Na
: 135 mmol/L
Kalium : 5 mmol/L
Clorida : 112 mmol/L
Calcium : 2,48 mmol/L
Kesan : hiperchloremi

PF : Lain-lain tetap

Feses rutin
Bau
: khas
: Khas
Konsisten
: lunak
Warna
: kuning
:
Hijau
Darah
: (-)
Lendir
: (-)
Telur cacing
: (-)
:
(-)
Amoeba tropozoit : (-)
Sisa pencernaan : (+)
Protein
: (+)
Lemak
: (+)
Karbohiodrat
: (+)
Clinitest
: (+)
Bakteri
: (+)
Lekosit
: (-)
Eritrosit
: (-)
Sudan III
: (++)
Kesan : intoleransi laktosa
ringan
malabsorbsi lemak
ringan

Assesment
- Diare
akutTanpa
Tanda
Dehidrasi
- serumen
ADS

Terapi
-

Infus D5%
960/40/10 tetes /mnt
+ Nacl 5% 7cc dlm
inj.
Ampicillin 3x200 mg
iv
paracetamo
l 3x cth
vit. BC 3x
tab
carbolglyse
rin tetes telinga 3x/hr
oralit 100
cc/mencret
diet : 8 x 60 cc LLM
ASI ad libitum
Program :
Pengawasan KU, TV,
jumlah, frekuensi dan
konsistensi tinja ,tanda
dehidrasi, tanda syok,
feses rutin

Tanggal

Keluhan

Pemeriksaan Fisik

Laboratorium

Assesment

Terapi

Konsul THT : serumen


ADS
EKG : dalam batas normal

18/06/05
07.00

Mencret(-),
berak KU : Sadar, kurang aktif, tanda dehidrasi (-)
lembek 1x jam 5 pagi
1-2 sdm,
kuning, TV : HR :120x/mnt
ampas (+), lendir
N : isi dan tegangan cukup
(-),darah (-) nyemprot
RR : 30 x/mnt
(-), bau asam (-),
T : 37 0C
muntah (-), panas (-),
ngompol 6x
PF :Lain-lain tetap

18

Feses rutin
Bau
: khas
: Khas
Konsisten
: lunak
Warna
: kuning
:
Hijau
Darah
: (-)
Lendir
: (-)
Telur cacing
: (-)
:
(-)
Amoeba tropozoit : (-)
Sisa pencernaan : (+)
Protein
: (+)
Lemak
: (+)
Karbohiodrat
: (+)

Tetap

Mencret (-), muntah


(-) panas (+),
ngompol 5x

KU : sadar, kurang aktif,tanda dehidrasi (-)


TV : HR :120x/mnt
N : isi dan tegangan cukup

Infus D5%
480/20/5
Tts/mnt
Inj.
Ampicillin 3x200
mg iv
Paracetamo
l 3x1/2 cth
Vit
BC
3x1/4 tab
Carboglyse
rin tetes telinga
3x/hr
Diet : tetap
Program :
Pengawasan KU, TV,
jumlah, frekuensi dan
konsistensi
mencret,tanda
dehidrasi, tanda syok,

Bakteri
: (+)
Lekosit
: 1-2/lpb
Eritrosit
: (-)
Sudan III
: (++)
Kesan : malabsorbsi lemak
ringan
19/06/05
07.00

Tetap

Oralit
100cc/mencret
Paraceta
mol 3x1/2 cth

Tanggal

Keluhan

Pemeriksaan Fisik

Laboratorium

Assesment

RR : 28 x/mnt
T : 38,8 0C

Terapi
-

PF : lain-lain tetap

Vit BC
3x1/4 tab

Diet: tetap
Program : tetap

20/06/05
07.00

19

Mencret (-) , muntah


(-), panas (-),
ngompol 6x

KU : sadar cukup aktif, tanda dehidrasi (-)


TV : HR :120x/mnt
N : isi dan tegangan cukup
RR : 30 x/mnt
T : 37 0C
PF : lain-lain tetap

Diare akut
tanpa tanda
dehidrasi
perbaikan

Paracetamo
l 3x1/2 cth

Vit

BC

3x1/4 tab
Diet:8x60 cc SGM 1
Asi add libitum
Program : pulang

20

H. LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH (29 juni 2005 pukul 16.00 WIB)


1.

Keadaan Rumah
Status rumah

: rumah milik nenek penderita

Ukuran

: 8,5 x 12 m, tidak ada halaman

Teras rumah

: ada

Dinding rumah

: tembok

Lantai rumah

: keramik

Ruangan

ruang tamu ukuran 4 x 3 m 2, ruang keluarga ukuran 3 x 3


m2, 2 ruang tidur ukuran 3 x 3 m2, dapur ukuran 2 x 3 m2,
kamar mandi ukuran 1,5 x 2 m2, tempat mencuci ukuran 2
x 2,5 m2, gudang ukuran 2 x 3 m2.

Ventilasi

: di ruang tamu dan kamar tidur ada jendela kaca yang dapat
dibuka.

Pencahayaan

: pencahayaan di seluruh rumah cukup.

Sumber air

: sumur artesis, lancar

Kebersihan

: cukup

Tempat sampah

: di samping rumah, tidak tertutup dan setiap hari diambil


oleh tukang sampah.

2.

Kebiasaan Sehari-hari
Ayah penderita bekerja sebagai wiraswasta, ibu tidak bekerja. Makanan dan
minuman dimasak dulu sebelum dimakan serta biasa cuci tangan sebelum
makan. Alat makan dicuci bersih dengan air sumur artesis dan sabun cuci piring.
Mandi di kamar mandi sendiri 2 x sehari dengan sabun. Pakaian kotor dicuci
tiap hari. Rumah disapu 1 kali sehari. Sampah dibuang di tempat sampah di
samping rumah yang setiap hari diambil oleh tukang sampah. Bila ada anggota
keluarga yang sakit segera diperiksakan ke puskesmas.

21

3.

Lingkungan
Rumah penderita terletak di kelurahan Gisikdrono. Rumah saling berdempetan
dengan tetangga, tidak memiliki halaman, memiliki teras yang ditutupi dengan
lantai keramik, selokan di depan rumah mengalir lancar. Jalan di depan rumah
ditutupi aspal, kondisi lingkungan sekitar rumah cukup bersih.
Rumah penderita berdinding tembok, jendela terdapat di ruang tamu dan ruang
tidur, dan di tempat cuci ada atap yang terbuka sehingga ventilasi dan
pencahayaan cukup. Penghuni rumah ada 7 orang : nenek, kakek, paman, bibi,
bapak, ibu dan anak.
Gambar 1. Denah Rumah
2,5 m

3,5 m

2,5 m

R. cuci
Gudang

Km.Tidur

Km.Mandi

2m

Dapur

2m

R.Keluarga

3m

Jemuran
R.Tamu

1m

Km. Tidur

3m

1m

22

4. Pemeriksaan Fisik Saat Kunjungan Rumah


Tanggal 29 Juni 2005 pukul 19.00 WIB
, 3 bulan, BB: 5,85 kg, PB : 62 cm
Keluhan

: mencret (-),berak 1x, lunak ,tidak ada lendir dan darah,kencing


6x/hr,kuninh,jernih,jumlah cukup.

Kesan Umum : sadar, cukup aktif, tidak rewel, tanda dehidrasi (-).
Tanda Vital

Nadi

: 120 x/menit, isi dan tegangan cukup

RR

: 30 x/menit

Suhu

: 37C

Status Internus
Kepala

: mesosefal , LK = 43 cm

UUB

: cekung (-)

Rambut

: hitam, tmudah dipilah.

Kulit

: sianosis (-), ikterik (-), turgor kembali cepat

Mata

: cekung (-), air mata (+), conjungtiva palpebra anemis (-),


sklera ikterik (-)

Hidung

: sekret (-), nafas cuping (-)

Telinga

: discharge (-),serumen (-)

Mulut

: bibir kering (-), selaput lendir kering (-), sianosis (-)

Gigi

: tumbuh

Tenggorok

: T1-1, faring hiperemis (-)

Leher

: simetris, pembesaran nnll (-/-)

Dada

Paru

: Inspeksi

: simetris statis dinamis, retraksi (-)

Palpasi

: stem fremitus kanan = kiri

Perkusi

: sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi

: SD: Vesikuler
ST : Hantaran -/-, Wheezing -/-, Ronkhi -/-

Jantung : Inspeksi

: Ictus cordis tak tampak

23

Palpasi

: Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial


Linea Medio Clavicular Sinistra

Perkusi

: sulit dinilai

Auskultasi

: Bunyi jantung I-II normal, bising (-), gallop


(-).

Abdomen

: Inspeksi

: datar

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, turgor kulit kembali cepat


Hepar dan lien tidak teraba

Genital

: , dalam batas normal

Kelenjar

: pembesaran kelenjar (-)

Ekstremitas

superior

inferior

Sianosis

Akral dingin

Anemis

Capillary refill

<2

< 2

24

I. BAGAN PERMASALAHAN
Lingkungan
- perumahan
- higiene sanitasi

Perilaku
- susu formula
- dot

Agent

Infeksi enteral
HOST , 3 bulan
Diare
Dehidrasi
Intervensi :
- kuratif
- Preventif
- Promotif
- Rehabilitatif

Perbaikan
Asuh
Asih
Asah
Tumbuh Kembang Optimal

25

BAB III
PEMBAHASAN

A. DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG


1. Definisi
Diare didefinisikan sebagai peningkatan dari jumlah tinja dan
penurunan konsistensi tinja dari lembek cair sampai cair, dengan atau tanpa
darah dan atau tanpa lendir di dalam tinja , dimana manifestasi klinik yang
utama adalah kehilangan air dan elektrolit melalui saluran cerna. Untuk
keperluan diagnosis, secara epidemiologis dalam masyarakat, diare
didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair 3-5 kali perhari (Seminar
Rehidrasi Nasional, 1982). (3) Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi
diare akut dan diare kronik. Diare kronik adalah diare yang melanjut hingga 2
minggu atau lebih.(1,2)
Pembagian diare menurut Depkes meliputi diare tanpa tanda
dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dan dehidrasi berat.3 Dehidrasi terjadi bila
cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan yang masuk. 1 Diare tanpa
tanda dehidrasi terjadi jika kehilangan cairan < 5% BB, diare dehidrasi ringan
sedang jika kehilangan cairan 5 10% BB, dan diare dehidrasi berat jika
kehilangan cairan > 10% BB. 1 Penilaian dehidrasi ringan sedang atau berat
menurut WHO apabila ditemukan satu tanda * ditambah satu atau lebih tanda
lainnya. (1)
Gejala dehidrasi menurut kriteria WHO 1992 adalah sebagai berikut:(1)
GEJALA

TANPA TANDA
DEHIDRASI

DEHIDRASI
RINGAN-SEDANG

KEADAAN UMUM

BAIK, SADAR

* GELISAH, LEKAS
MARAH

MATA

NORMAL

CEKUNG

TIDAK ADA

AIR MATA

ADA

SANGAT KERING
* MALAS MINUM,
TIDAK BISA MINUM

MULUT & LIDAH


RASA HAUS

BASAH
MINUM BAIK,
TIDAK HAUS

DEHIDRASI BERAT
* LESU, LUNGLAI,
ATAU TIDAK
SADAR
SANGAT CEKUNG
DAN KERING

* KEMBALI SANGAT
LAMBAT

KEMBALI CEPAT

TURGOR

26

BERKURANG /
TIDAK ADA
KERING
* HAUS, INGIN
MINUM BANYAK
* KEMBALI
LAMBAT

Pada pasien ini, dari anamnesis didapatkan bahwa anak muntah dan
mencret selama 5 hari. 8 jam sebelum masuk Rumah sakit anak mencret 4x @
cangkir, cair, warna kuning, ampas sedikit, tidak ada darah, tidak ada lendir, tidak
berbau asam, nyemprot, kulit anus tidak lecet dan tidak merah. Muntah 5 kali
@1/4 cangkir,sesudah minum susu, isi seperti yang dimakan dan diminum., tidak
nyemprot. Anamnesis ini mendukung ke arah diagnosa diare akut karena terdapat
perubahan konsistensi feses menjadi lebih lunak (cair) dan frekuensinya menjadi
lebih sering yang berlangsung selama 5 hari. Pada anamnesis maupun
pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan keadaan umum rewel, mata cekung, air
mata ada tapi berkurang, mulut

kering, turgor kulit kembali lambat. Maka

menurut kriteria WHO, penderita ini digolongkan sebagai dehidrasi ringan


sedang.
2. Etiologi
Etiologi pada diare terdiri dari beberapa faktor, yaitu faktor psikis, makanan,
konstitusi dan infeksi.(1,2,3)
.1. Faktor psikis
Pada faktor psikis, keadaan depresi atau stress emosional yang lainnya,
melalui susunan syaraf vegetatif dapat mengganggu saluran cerna dengan
meningkatnya peristalstik usus sehingga terjadi diare. (1,3) Diare karena faktor psikis
jarang pada bayi dan anak kecil, sehingga kemungkinan diare karena faktor psikis
pada penderita ini sangat kecil.
2. Faktor makanan
Makanan merupakan penyebab diare non-infeksi yang paling sering. Makanan
yang dapat menyebabkan diare antara lain:
-

makanan yang busuk yang mengandung racun.

makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi.

perubahan susunan makanan yang mendadak, hal ini sering terjadi pada
bayi. (3)

27

3. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi yaitu kondisi saluran cerna yang dijumpai pada keadaan
intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan intoleransi protein. Malabsorbsi
merupakan gangguan transportasi mukosa yang abnormal yang disebabkan oleh satu
atau lebih substansi spesifik yang akan menyebabkan ekskresi feses dari nutrisi yang
dicerna. Malabsorbsi dapat terjadi pada penyakit gangguan pancreas, empedu dan
gangguan usus (seperti kerusakan mukosa usus, gangguan motilitas usus, perubahan
ekologi bakteri usus, tindakan post operatif usus) . Di samping itu malabsorbsi dapat
terjadi karena gangguan metabolisme kongenital, malnutrisi, defisiensi imunitas dan
faktor emosi

(6,8)

. Pada pasien ini, faktor konstitusi dapat disingkirkan karena tidak

terdapat faktor-faktor tersebut diatas selain itu malabsorbsi biasanya terjadi pada
diare kronis.(ijo,orange)
4. Faktor infeksi
Faktor infeksi merupakan penyebab yang paling sering, baik infeksi bakteri
gram negatif dan gram positif, virus dan parasit. Infeksi dapat berupa infeksi enteral
dan parenteral. Infeksi enteral merupakan infeksi di usus yang dapat disebabkan oleh
virus (terbanyak ialah rota virus), bakteri (shigella, vibrio cholera, ETEC, EIEC,
salmonella) dan parasit (amuba, giardia dan cacing).Virus menyebabkan 50% dari
kasus diare pada anak

(3)

. Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar usus yang

memacu aktivitas saraf parasimpatis sehingga dapat mempengaruhi saluran cerna


berupa peningkatan sekresi sehingga terjadi diare. Beberapa infeksi yang sering
disertai diare adalah infeksi saluran nafas, infeksi saluran kemih, campak dan lainlain (1,2).
Pada kasus ini tidak mengarah pada etiologi faktor psikis, faktor makanan,
faktor konstitusi dan faktor infeksi parenteral tetapi lebih mengarah pada faktor
infeksi enteral karena virus. Hal ini dapat diketahui dari hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan perjalanan penyakit.

28

a. Anamnesis :
- anak panas tinggi disertai muntah dan mencret dengan konsistensi cair
- tidak ada batuk , pilek
b. Pemeriksaan Fisik:
- Keadaan Umum : sadar
- Tanda Vital : suhu 37,50C (setelah diberi paracetamol di UGD)
- Status Praesens:
Telinga

: discharge (-)

Hidung

: sekret (-)

Tenggorok

: T1-1, faring hiperemis (-), vaskular injeksi (-),


Granulasi (-)

Leher

: simetris, pembesaran nnll (-)

c. Pemeriksaan penunjang
- pemeriksaan darah : lekositosis (-)
- pemeriksaan feses :
makroskopis: cair,warna kuning ,ampas sedikit ,lendir (-), darah (-), bau
asam (-)
mikroskopis : sisa pencernaan: protein (+), lemak (+), karbohidrat
(+),bakteri (+),sudan III (++), clini test (+), lekosit(-), eritrosit
(-)
d. Perjalanan penyakit: anak dirawat selama 5 hari, sembuh
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan penunjang, dan
perjalanan penyakitnya kasus ini mengarah pada infeksi enteral oleh karena virus.
Sebagian besar diare virus disebabkan oleh rotavirus .(2)
Rotavirus adalah ikosahedron helai ganda, seperti roda yang mengandung 11
segmen RNA helai ganda . diameter dengan mikroskop elektron sekitar 80 nm.
Manifestasi klinis infeksi rotavirus khas mulai sesudah masa inkubasi kurang dari 48
jam dengan demam ringan sampai sedang dan muntah disertai dengan mulainya tinja
cair yang sering. Muntah dan demam khas mereda pada hari kedua sakit tetapi diare
sering berlanjut selama 5-7 hari. Tinja bebas darah dan lekosit. Walaupun angka sel

29

darah putih mungkin cukup naik akibat stress, tidak ada pergeseran ke kiri yang jelas
terlihat pada enteritis bakteri invasif.Pada kebanyakan kasus diagnosis yang
memuaskan dapat dibuat atas dasar tanda klinis dan epidemiologis,kasus yang lebih
tidak jelas dapat dipelajari dengan mikroskop elektron, elektroforesis RNA ,
hibridisasi asam nukleat dan assay reaksi rantai polimerase.(4,6)
. Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembangbiak dalam epitel villi
usus halus, menyebabkan kerusakan epitel dan pemendekan villi. Hilangnya sel- sel
villi yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh
sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air
dan elektrolit.(1)Gangguan fungsi absorbsi akibat kerusakan mukosa usus ini
menyebabkan adanya intoleransi karbohidrat, lemak dan protein, hal ini terbukti dari
pemeriksaan feses didapatkan adanya sisa-sisa pencernaan protein,lemak dan
karbohidrat Kerusakan villi dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim
dissakaridase menyebabkan berkurangnya absorbsi disakarida terutama laktosa.(1) hal
ini terbukti dari pemeriksaan feses clini test (+),warna coklat, >1/2 % menunjukkan
adanya intoleransi gula ringan.Dari pemeriksaan feses juga didapatkan hasil Sudan
III (++) yang menunjukkan adanya globul lemak yang besar dengan ukuran 1-8
mikron dan jumlah lebih dari 100 / lapangan pandang, keadaan ini disebut
malabsorbsi lemak ringan.
3. Komplikasi
Komplikasi diare adalah
1. Dehidrasi
2. Imbalance elektrolit
3. Asidosis
a. Dehidrasi terjadi bila cairan yang dikeluarkan lebih banyak daripada yang
masuk. Hal ini disebabkan oleh berak yang berlebihan, muntah, dan
penguapan karena demam. Pengeluaran cairan tubuh sangat dipengaruhi oleh
jumlah, frekuensi, dan komposisi elektrolit tinja. Dehidrasi merupakan
keadaan yang berbahaya karena menyebabkan penurunan volume darah,
kolaps kardiovaskuler, dan kematian bila tak ditangani dengan tepat. 1,6

30

Salah satu gejala dehidrasi adalah sindroma syok(syok hipovolemi),


kegagalan sirkulasi darah yang berlangsung lama dan menyebabkan
gangguan sirkulasi perifer, dimana kegagalan ini akan mempengaruhi
metabolisme sel sehingga akan timbul kenaikan sisa-sisa asam metabolik dan
akan menimbulkan asidosis metabolik yang ditandai dengan adanya nafas
kussmaul.
b. Imbalance elektrolit
Karena terjadi pergeseran cairan intraseluler ke ruang interstisial,
maka terjadi pergeseran ion K+ dari dalam sel ke ruang interstitial pula.
Penurunan kadar ion K+ ini menyebabkan tonus sel dan jaringan menurun.
Keadaaan hipokalemia yang sangat berat dapat menimbulkan gejala ileus
paralitikus atau arritmia kordis Kadang-kadang, keadaan hipokalemia ini
timbul pada proses rehidrasi , hal ini kadang disebabkan oleh pemberian
cairan yang terlalu cepat, sehingga sebagian ion K+ akan terdesak keluar sel,
sehingga timbul keadaan hipokalemia sehingga perut menjadi kembung dan
bunyi usus berkurang atau menghilang.
c. Asidosis
Pada saat diare, sejumlah besar bicarbonat dapat hilang melalui tinja. 1
Pengeluaran bicarbonat bersama-sama tinja, akan menaikkan konsentrasi ion
H+ sehingga menyebabkan pH turun.(1,2)
Pada pasien ini dari anamnesis,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang tidak didapatkan tanda- tanda syok dan tanda-tanda asidosis, hanya
terdapat imbalance cairan berupa hiperkalemi tetapi tanda-tanda komplikasi dari
hiperkalemi tidak ditemukan.
4. Pengelolaan
Pedoman pengelolaaan diare meliputi 4 aspek, yaitu : rehidrasi,
dietetik, medikamentosa, dan edukasi.
1. Aspek rehidrasi
Penderita diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung ion Na, Cl,
K, Ca dan bikarbonat. Semua komplikasi diare akut disebabkan karena

31

kehilangan air dan elektrolit melalui tinja, juga melalui muntah dan panas.
Kehilangan ini menyebabkan dehidrasi, asidosis dan imbalance cairan.
Dehidrasi peda diare terdiri dari tiga jenis yaitu dehidrasi hipotonik
atau hiponatremik( Na<130 meq/L), dehidrasiisonatremik (Na 130-150
meq/L) dan dehidrasi hipernatremik (Na> 150 meq/L).(1,2)
Terapi cairan ditujukan untuk mempertahankan atau menggantikan
komposisi dan volume normal cairan tubuh. Terapi cairan terdiri atas tiga
kategori: rehidrasi (deficit replacement), rumatan (maintenance), dan
tambahan (supplemental replacement of ongoing losses). Defisit replacement
ditujukan untuk menggantikan kehilangan cairan dan elektrolit yang hilang
secara abnormal per kgBB, misalnya akibat penyakit. Terapi rumatan
(maintanance) ditujukan untuk fungsi metabolisme basal dan menggantikan
cairan dan elektrolit tubuh yang hilang secara fisiologis, misalnya feses, renal
water losses, dan insensibble water losses. Insensible water losses meningkat
12,5% setiap kenaikan 1C, sedangkan terapi tambahan (supplemental
replacement) diberikan jika ada indikasi, sebagai tambahan terhadap
maintanance dan deficit, berdasarkan perkiraan akan berlanjutnya kehilangan
cairan dan elektrolit.(4,8)
Tujuan dalam pengelolaan rehidrasi yang disebabkan diare adalah
untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat dan
kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti.
Kehilangan cairan dapat diganti baik melalui oral maupun parenteral. (2,3)
Pada dehidrasi ringan sedang terjadi kehilangan cairan 5-10% BB,
sehingga dilakukan rencana terapi B yaitu rehidrasi oral dengan oralit 75
ml/kgBB dipantau selama 3 jam pertama.(1)
Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama :
Umur (BB tidak diketahui)
Berat badan
Dalam ml

< 4 bulan

4-12 bulan

12-24 bulan

2-5 tahun

<6 kg

6- <10 kg

10 - <12 kg

12-19 kg

200-400

400-700

700-900

900-1400

32

Bila sudah tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana A, yaitu dengan


memberikan oralit 50-100ml/tiap kali mencret. Bila masih masuk dehidrasi
ringan sedang, ulangi pemberian oralit. Bila tidak juga teratasi atau terdapat
penyulit seperti muntah, demam, dan kejang maka cairan dapat diberikan
lewat jalur intravena.(1)
.

Pada penderita ini terjadi dehidrasi ringan sedang, sehingga jumlah

cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak dibawah 2 tahun
adalh

sebesar

200

ml/kgBB/hari.(8)Angka

ini

didapat

berdasarkan

perhitungan:
Jumlah cairan = PWL+ NWL+ CWL
Keterangan:
1. PWL (Previous water loss): yaitu jumlah cairan yang telah hilang melalui
diare dan atau muntah
2. NWL (Normal water loss): yaitu banyaknya cairan yang hilang melalui
keringat, urin dan pernapasan
3. CWL (Concomitan water losses) : yaitu cairan yang hilang melalui tinja
dan muntah yang masih terus berlangsung.(2,8)
Jadi kebutuhan cairan yang diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan
pada pasien ini adalah adalah 200 ml x 6,27 kg = 1254 ml/hari
Anak umur 3 bulan, BB 5800 g, BB koreksi 6270 g. Kebutuhan cairan
sebagian diberikan melalui infus, sebagian peroral dan secara keseluruhan
telah memenuhi kebutuhannya, karena jmlah cairan yang masuk adalah
114.83 %. Alasan pemberian infus pada pasien ini adalah adanya muntah
yang menghambat pemberian asupan makanan dan karena dikhawatirkan
akan jatuh pada keadaan dehidrasi berat. Terapi cairan yang dipilih adalah
dekstrosa 5% 960/40/10 cairan ini dipilih karena berdasarkan hasil
pemeriksaan elektrolit darah didapatkan hiperkalemi maka untuk mencegah
komplikasi dari hiperkalemi dipilih cairan infus yang rendah kalium. Tetapi
penggunaan Dekstrosa 5% sebagai terapi cairan rumatan tidak dapat

33

mengganti elektrolit tubuh yang hilang oleh karena itu diperlukan terapi
tambahan elektrolit. Ketentuan jumlah terapi elektrolit maintenance adalah
sebesar 2-4 meq/kgBB, Pada pasien ini diberikan terapi tambahan Nacl
sejumlah 7 cc dalam 500 cc dekstrosa 5% , jumlah ini sudah sesuai dengan
ketentuan jumlah elektrolit maintenace berdasarkan perhitungan :
Jumlah elektrolit = 2 meq x 5,8 kg x 500 cc = 6,04 meq
900cc
1 cc Nacl setara dengan 0,855 meq. Jadi jumlah elektrolit maintenace yang
dibutuhkan adalah 7,06 cc.
2. Aspek dietetik
Selama anak diare, terdapat gangguan gizi yang disebabkan intake
dan absorbsi yang kurang, dan metabolisme yang terganggu. Untuk
memenuhi kebutuhan cairan, selain dari infus juga tetap diberikan ASI karena
dengan pemberian ASI akan memperpendek masa diare, mempunyai nilai
gizi tinggi dan mudah dicerna, serta mengandung factor proteksi : antibody,
sel-sel darah putih, enzim dan hormon yang melindungi permukaan usus bayi
terhadap invasi mikroorganisme patogen dan protein asing.(2) Selain itu juga
ditambah susu LLM 8 x 60 cc dan pemberian oralit tiap mencret bila anak
mau minum.
. Kombinasi diet ini belum mencukupi kebutuhan kalori harian pada
anak ini yaitu sebesar 82,86 % dan protein sebesar 72,84% ,hal ini
disebabkan pada hari pertama anak membutuhkan cairan lebih banyak untuk
rehidrasi sehingga pemberian dietnya harus menyesuaikan dengan jumlah
infus yang diberikan. Jumlah kalori akan ditingkatkan secara bertahap pada
hari berikutnya seiring dengan pengurangan jumlah infus.
LLM diberikan karena pada pasien ini terjadi intoleransi laktosa yang
ditandai dari hasil pemeriksaan clini tes (+).Laktosa hanya dapat diserap oleh
usus setelah dihidrolisis menjadi monosakarida oleh enzim lactase jika
aktivitas lactase menurun atau tidak ada sama sekali makalaktosa yang tidak
tercerna akan masuk ke usus besar dan difermentasi oleh mikroflora usus dan
dihasilkan asam laktat dan gas. Adanya produksi gas inidapat menyebabkan

34

terjadinya kembung,mulas dan diare.(9)Intoleransi laktosa ringan bersifat


sementara dan dalam waktu 2-3 hari akan sembuh terutama pada anak dengan
gizi yang baik. Sebagaimana intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada
diare akut sifatnya sementara dan tidak terlalu berat sehingga tidak
memerlukan formula khusus. Pda situasi yang memerlukan banyak energi
seperti pada fase penyembuhan diare,diet rendah lemak justru dapat
memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare kronik. (2)
3.

Aspek medikamentosa
Pada dasarnya pengobatan yang diberikan meliputi 3 aspek:2
1. pengobatan simtomatik
2. pengobatan suportif termasuk rehidrasi dan tranfusi
3. pengobatan kausal(2,3)
Obat anti diare tidak perlu diberikan karena tidak satupun obat tersebut
memberi efek positif pada patofisiologi diare. Hal tersebut justru
memperlambat motilitas usus dan dapat memperpanjang enteritis karena
infeksi.(2)Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotika. Antibiotika hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita
misalnya kolera, shigella, karena penyebab terbesar diare pada anak adalah
virus. Kecuali pada bayi dibawah usia 2 bulan karena potensi terjadinya
sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi,
atau pada anak atau bayi yang menunjukkan secara klinis gejala yang
beratserta berulang atau diare dengan darah dan lendir yang jelas atau gejala
sepsis.(4,10).Oleh karena itu pemberian antibiotik pada pasien ini sebenarnya
kurang bermanfaat. Pemberian vitamin B kompleks berfungsi sebagai
roboransia untuk meningkatkan imunitas saluran cerna.

4. Aspek edukasi
- ASI tetap diberikan
- Memberi oralit 100 cc setiap kali mencret.
Menjelaskan agar ibu memberikan oralit sesendok teh tiap 1-2 menit
sampai habis, apabila anak muntah maka dihentikan dahulu + 10 menit
lalu dilanjutkan lagi tetapi lebih lambat misalnya sesendok tiap 2-3 menit.

35

- Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alat-alat


makan/minum (dot) dengan cara cuci tangan sebelum membuat susu dan
menggunakan alat-alat makan/minum yang sudah dicuci bersih atau
direbus dahulu.
- Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti rewel,
kehausan, mata cekung, menangis tidak keluar air mata, bibir kering. Bila
anak diare disertai muntah berulang, anak tampak kehausan sebaiknya
segera dibawa ke Rumah Sakit atau poliklinik terdekat (penting bila
setelah pulang dari RSDK anak sakit lagi )
- Menganjurkan menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi
contohnya tidak membuang sampah sembarangan, buang air besar di
jamban, mencuci tangan sebelum membuat susu atau menbuang kotoran.
- Menganjurkan untuk menggunakan air bersih untuk membuat susu, air
harus dimasak sampai mendidih.
- Memberitahu ibu cara melakukan sterilisasi dot yang benar.
Perlu juga memberikan nasehat kepada orang tua untuk secara optimal
untuk mencukupi kebutuhan dasar untuk anak tumbuh kembang yang
meliputi:
-

Asuh : memenuhi kebutuhan akan pangan/gizi, papan/pemukiman yang


layak, perawatan dasar kesehatan yang antara lain: penimbangan
anak yang teratur, dan pengobatan segera saat sakit.

Asih : memberikan kasih sayang dan perhatian pada penderita untuk


mempercepat kesembuhan dan mencegah berulangnya sakit.

Asah : memberikan stimulasi mental dan psikososial dengan alat


pengasah edukatif yang dapat berupa gambar dan suara.

B. HIPERKALEMI
1. Definisi
Kalium merupaka kation intraseluler utama. Konsentrasi kalium intra
seluler sekitar 150 meq/L air sel. Konsentrasi kalium ekstraseluler 4 meq/L

36

menimbulkan paerbedaan konsentrasi yang tinggi antara kedua sisi membran


sel. Perbedaan kalium intrasel dan ekstrasel yang dipertahankan oleh aktivasi
Na ,K, ATPase sangat penting untuk mempertahankan perbedaan potensial
membran istirahat antar sisi membran sel.
Kalium sangat penting untuk eksitabilitas sel-sel saraf dan otot dan
untuk kontraktibilitas otot polos, rangka dan jantung. Karena kontribusi
osmotic intraselulernya, kalium juga penting untuk mempertahankan volume
sel.
Ada 2 mekanisme yang berperan dalam homeostasis kalium yaitu
mekanisme ekstrarenal dan intrarenal. Beban kalium akut memerlukan
mekanisme ekstrarenal yang berkembang baik untuk mencegah terjadinya
hiperkalemi beerat dan menghindari toksisitas kalium. Proses ini merupakan
mekanisme perlindungan penting dan diatur oleh insulin dan epinefrin yang
meningkatkan kalium ke dalam sel Aldosteron memegang peranan kunci pada
pengelolaan kalium di ginjal dan di luar ginjal. Kesimbangan asam basa
mempengaruhi

pergerakan

kalium

intra

seluler.

Asidosis

sistemik

mengakibatkan gerakan kalium keluar dari sel.


Keseimbangan kalium kronis terutama diatur oleh ginjal. Kalium
difiltrasi bebas di glomerulus. Peningkatan kalium plasma merangsang sekresi
kalium di sel tubulus. Aldosteron merangsang sekresi kalium dalam tubulus
melalui suatu seri kegiatan intraseluler termasuk peningkatan permeabilitas
membran lumen terhadap kalium. Kalium juga dibuang di tinja dan keringat.
Kehilanagn kalium dengan cara ini biasanya tidak bermakna bahkan dalam
keadaan sakkit sekalipun.
Hiperkalemi adalah suatu keadaan dimana kadar kalium serum 5,5
meq/L atau lebih. Pada kasus ini didapatkan pemeriksaan kalium sebesar 5,9
mmol/L. Karena ginjal mempunyai kapasitas besar untuk nesekresi kelebihan
kalium dan mencegah hiperkalemi, kelainan elektrolit ini

paling banyak

dijumpai pada gangguan mekanisme ekskresi ginjal. Misalnya pada gagal


ginjal akut atau kronis, insufisiensi adrenal, hipoaldosteronisme hiporerinemik
dan pada penggunaan diuretika hemat kalium.ang dapat berlanjut menjadi

37

paralysis flaksid. Pada pasien ini tidak terdapat gejala klinis tersebut dapat
dilihat pada pemeriksaan tonus otot normal,reflek fisiologis dan patologis
normal.
Konsekuensi utama hiperkalemia berasal dari efek neuromuskularnya.
Hiperkalemi

menurunkan

nilai

ambang,

menyebabkan

tertundanya

depolarisasi dan perlambatan kecepatan kondukas sehingga akan terjadi


parestesi yang dapat berlanjut menjadi paralysis flaksid. (12,13)
Pada pasien ini tidak terdapat gejala klinis tersebut dapat dilihat pada
pemeriksaan tonus otot normal,reflek fisiologis dan patologis normal. Jantung
terutama sangat peka terhadap hiperkalemi. Karena dapat terjadi fibrilasi
ventrikel. Pada kasus ini sudah dilakukan EKG dan hasilnya adalah normal.
2. Etiologi
Hiperkalemi antara lain dapat disebabkan karena:
1. Peningkatan akut masukan kalium biasanya melalui pemberian parenteral..
2. Kerusakan jaringan akut seperti akibat trauma, pembedahan besar, luka bakar
dan lisis sel akibat pemakaian kemoterapi.
3. Adanya gangguan mekanisme ekskresi ginjal.
4. Intake kalium yang tinggi.
5. Asidosis akut.
6. Lisis sel-sel darah merah selama pengambilan atau pengelolaan sample darah
atau lepasnya kalium dari trombosit pada proses pengentalan
Pada kasus ini etiologi pertama dapat disingkirkan karena
pengambilan sample darah dilakukan sebelum pemberian cairan parenteral.
Etiologi kedua dapat disingkirkan pada pasien ini karenasaat ini
pasien dirawat bukan disebabkan karena trauma, pembedahan besar, luka
bakar dan tidak sedang menjalani kemoterapi.
Eetiologi ketiga belum dapat disingkirkan karena tidak didapatkan
adanya gejala ganguan ginjal seperti oliguri atau anuri, edema pada kelopak
mata,kaki atau edema anasarka,ascites, efusi pleura ,dan edema paru.

38

Pemeriksaan ureum dan creatinin juga tidak dilakukan ,seharusnya


pemeriksaan ini dimasukan dalam program karena untuk mengetahui fungsi
ekskresi ginjal melihat tidak adanya gejala klinis gangguan ginjal yang
tampak. Etiologi ini masih mungkin terjadi pada pasien ini karena dehidrasi
atau

berkurangnya

volume

cairan

ekstraseluler

akibat

diare

dapat

menyebabkan gagal ginjal akut.(7)


Berdasarkan riwayat makan dan minum pasien ini mendapatkan ASI
dan susu formula. Jumlah kalium yang terdapat dalam ASI sebesar 14 meq/L
dan susu formula sebesar 35 meq/L.(11) .Jadi total pasien ini mendapatkan
kalium sebesar 49 meq/L jika anak minum susu 500cc per hari maka jumlah
kalium yang dikonsumsi sebesar 20,45 meq/hari.Sedangkan konsumsi kalium
harian yang disarankan sebesar 1-2 meq/kgBB maka konsumsi harian untuk
pasien ini seharusnya 5,8-11,6 meq/hari. Karena intake kalium yang melebihi
konsumsi kalium harian (etiologi keempat) maka keadaan ini dapat menjadi
etiologi hiperkalemi pada pasien ini.
Peningkatan akut pada konsentrasi ion hydrogen dalam cairan ekstre
seluler dapat terjadi pada diare akut Karena pengeluaran bicarbonat jumlah
besar dalam tinja. Keadaan ini mengurangi sekresi kalium. Ion hydrogen
menghambat sekresi kalium dengan mengurangi aktivitas pompa natriumkalium ATPase.(13) Etiologi kelima ini tidak dapat disingkirkan karena
pemeriksaan BGA tidak dilakukan walaupun tanda klinis asidosis yaitu nafas
kussmaul tidak ada.
Etiologi keenam dapat disingkirkan karena jangka waktu pemeriksaan
laboratorium 1 jam .
3. Pengelolaan
Pengelolaan hiperkalemi dapat dilakukan dengan pemberian diuretik
dan mengurangi intake kalium. Pada pasien ini tidak dilakukan pemberian
diuretik dan pengurangan intake kalium karena pada hari pertama sedang
dalam tahap rehidrasi ,pemberian diuresis dan pengurangan intake hanya
akan memperberat dehidrasinya. Selain itu diuresis pada pasien ini masih

39

normal sehingga diharapkan kalium dikeluarkan melalui diuresis, karena


keseimbangan kalium terutama diatur oleh ginjal. (12) Sebaiknya pemberian
infus untuk rehidrasi menggunakan infus yang rendah kalium . Pada pasien
ini diberikan cairan infus dekstrosa 5%, pemilihan cairan infus ini sudah tepat
karena dekstrosa tidak mengandung elektrolit. Pemberian cairan infus dengan
kandungan elektrolit dapat memperberat keadaan hiperkaleminya sehingga
kemungkinan akan terjadil komplikasi hiperkalemi anatra lain parestesi,
paralisis dan yang paling membahayakan adalah terjadinya fibrilasi atrium.
Setelah dilakukan pemeriksaan elektrolit ulang pada hari kedua ternyata
kadar kalium kembali normal sehingga tidak diperlukan pengelolaan lebih
lanjut.
C. GIZI BAIK
1. Diagnosa
Cara interpretasi status gizi berdasarkan kombinasi berat badan terhadap
panjang badan, berat badan terhadap umur, dan panjang badan terhadap umur
menurut baku WHO-NCHS dan Z-score (11)
Klasifikasi status gizi menurut WHO-NCHS(11)
Gizi Baik
KEP Ringan
KEP Sedang
KEP Berat

BB/U
80-100
70-80
60-70
<60

TB/U
>95
90-95
85-90
<85

BB/TB
90-110
80-90
70-80
<70

Dari penderita diperoleh data: seorang anak laki-laki , usia 3 bulan dengan BB =
5,8 kg, PB = 62 cm
Berat badan koreksi ( akibat DADRS ) = 100 x 5,8= 6,27 kg
92,5
Status gizi menurut NCHS

BB/U

= 5,8/6,0 100% = 96,6 %

TB/U

= 62/61,1 100% = 101,4 %

BB/TB

= 5,8/6,2 100% = 93,5 %

40

Kesan : gizi baik


Status gizi menurut z-score
WAZ

5,8 6

= -2

1,00

HAZ

62 61,1

= 0,35

2,60

WHZ

5,8 6,2

= - 0,57

0,7

Kesan: gizi baik


2. Terapi
Gizi baik dengan berat badan 5800 gram , berat badan koreksi 6270
gram,umur 3 bulan, maka kebutuhan cairan selama 24 jam yang dibutuhkan anak
sebesar 200ml x 6,27 kg =1254 ml/24 jam. Kebutuhan kalori sebesar 100 kkalx 5,8
kg= 580 kkal/24 jam. Kebutuhan protein 2 gr x 5,8 kg = 11,6 gr/24 jam. Selama
dirawat anak diberikan diet 8x 60 cc LLM dan ASI ad libitum, pemberian diet ini
ditingkatkan pada hari berikutnya untuk mencukupi kebutuhan kalori dan proteinya.
D SARAN
Saran yang diberikan kepada orang tua sewaktu anak akan pulang adalah :
1. Orang tua agar memberikan oralit bila terjadi diare dan kontrol ke poliklinik
RSDK setelah seminggu pulang
2. Menganjurkan kepada ibu agar anak tetap dicoba untuk diberikan ASI saja,
semau anak dan jangan diberikan makanan pendamping ASI apabila belum usia
4-6 bulan.
3. Menganjurkan ibu untuk membeli susu formula yang sudah difortifikasi dengan
zat besi
4. Menganjurkan untuk melengkapi imunisasi dasar untuk mencegah timbulnya
penyakit terutama penyakit infeksi.
5. Menganjurkan agar membawa anak ke posyandu / puskesmas setiap bulan secara
teratur agar dapat memantau kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak.

41

6. Menjaga kebersihan, cuci tangan setelah buang air kecil/besar dan sebelum
makan, air minum dimasak sampai mendidih, persiapan alat makan dan minum
yang bersih, pengolahan makanan yang bersih untuk mencegah terjadinya diare.
7. Menganjurkan ibu untuk mengikuti program KB
8. Memberitahu ibu tentang cara sterilisasi dot yang benar
E PROGNOSIS
Prognosis penderita diare akut dehidrasi ringan sedang pada umumnya baik,
bila rehidrasi berhasil serta ditunjang dengan diet yang mencukupi kebutuhan dan
penanganan faktor penyebab.
Pada kasus ini pasien dengan diagnosis awal diare akut dehidrasi ringan
sedang, gizi baik dan hiperkalemi, telah dilakukan rehidrasi dan dehidrasi dapat
diatasi 5 jam kemudian. Diet yang diberikan sesuai dengan kebutuhan bayi usia 3
bulan dan harus mendapat perhatian dan diberikan edukasi terhadap keluarga
terutama ibu untuk telaten memberikan ASI pada anak dengan jumlah cukup.
Sehingga prognosis untuk penderita ini adalah prognosis untuk kehidupan ad bonam,
untuk penyakit dubia ad bonam dan untuk fungsi ad bonam.

BAB IV
RINGKASAN

42

Seorang bayi laki-laki datang ke RSDK diantar orang tua dengan keluhan
utama mencret. 8 jam bayi mencret sebanyak 4 kali, @ cangkir, warna kuning, cair,
ampas (+), bau asam (-), buih (-), lendir (-), darah (-), nyemprot (+). Kulit sekitar
anus merah (-), perut kembung (+). Panas (+), kejang (-), pilek (-), batuk (-), muntah
(+),kencing jumlah berkurang. Bayi tampak lemah, rewel, tampak kehausan bila
diberi minum dan bila menangis masih keluar air mata tetapi berkurang. Kemudian
bayi dibawa ke UGD RSDK.
Di UGD RSDK bayi didiagnosa sebagai Diare Akut Dehidrasi Ringan
Sedang dan sudah diberikan cairan infus. Kencing terakhir jam yang lalu di UGD
RSDK,jumlah 50cc, warna kuning jernih.
Pada pemeriksaan fisik bayi laki-laki ,umur 3 bulan, berat badan 5,8 kg,
panjang badan 62 cm. Kesan umum bayi sadar, kurang aktif, rewel, tampak
kehausan, ada tanda dehidrasi, tidak sesak nafas, terpasang infus. Pada pemeriksaan,
kepala didapatkan ubun-ubun besar cekung, mata cekung, mulut kering, turgor kulit
kembali lambat. Pada pemeriksaan abdomen datar, turgor kembali lambat, bising
usus (+) meningkat. Pemeriksaan darah menunjukan adanya hiperkalemi (K = 5,9
mmol/dl). Pemeriksaan tinja ditemukan Sudan III (++) dan Clini test (+) .
Penderita didiagnosis diare akut dehidrasi ringan sedang, gizi baik, dan
hiperkalemi, dirawat di bangsal gastroenterologi selama 5 hari. Dalam perjalanan
penyakit, penderita didiagnosa diare akut tanpa tanda dehidrasi karena infeksi virus
enteral. Selama dirawat mendapatkan pengelolaan baik medikamentosa, dietetik
maupun keperawatan.
Prognosis pada penderita ini adalah ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA

43

1.

Direktur Jendral PPM & PLP. Buku ajar diare. Jakarta. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 1990: 1-25.

2.

Suharyono. Gastroenteologi anak praktis. Jakarta. Balai Penerbit


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1998: 51-76.

3.

Sudigbia I. Pengantar diare akut anak diare kronik: suatu pengenalan


awal. penatalaksana diatetik penderita diare anak. Semarang. Badan penerbit FK
UNDIP. 1991: 1-28.

4.

Nicholson F, Pesca A. Pengujian laboratorium dan nilai rujukan pada


bayi dan anak-anak. Dalam: Wahab S(penyunting). Nelson ilmu kesehatan anak.
edisi 15. Jakarta. EGC. 1999: 2: 242-244.

5.

Rotavirus

diarrhea.

Available

from

URL:HYPERLINK

http://www.cdc.gov /nip/disease/rota/rotavirus.htm#top
6.

Bass M. Rotavirus dan agen-agen virus gastroenteritis lain. Dalam:


Wahab S. (penyunting). Nelson ilmu kesehatan anak. edisi 15. Jakarta. EGC.
1999: 1: 1125-1127.
Roy CC, Sylverman A. Pediatric Clinical Gastroenterology. 4th ed.

7.

Missouri. Mosby. 1995: 228-232.


8.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia. Gastroenterologi. Dalam : Anak Buku Kuliah Ilmu Kesehatan I.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985:
278-310.

9.

Muchtadi D. Gizi untuk bayi: ASI, susu formula dan makan tambahan.
Jakarta. Pustaka sinar harapan. 1994: 61.

10.

Suparto P. Managemen diare pada bayi dan anak. Available from


URL:HYPERLINK http://www.pediatric.com/kanal.php?pg=buletin&id=10

11.

Supariasa N. Penilaian status gizi. Jakarta. EGC. 200: 69-76.

12.

Adelman D, Solhung J. Patofisiologi cairan tubuh dan terapi cairan.


Dalam:Wahab S. (penyunting). Nelson ilmu kesehatan anak. edisi 15. Jakarta.
EGC. 1999: 2: 242-244.

13.

Guyton, Hall. Ginjal dan cairan tubuh. Dalam: Buku ajar fisiologi
kedoktera. edisi 9. Jakarta. EGC. 1999: 469-476.

44

Anda mungkin juga menyukai