ISK, Parafimosis, Hernia
ISK, Parafimosis, Hernia
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kardiomiopati adalah suatu istilah orbitrer yang mencakup semua keadaan
dimana patologi miokardial yang merupakan tanda dominan dan tidak ada dasar
struktural yang nyata bagi ketidakmampuan jantung. Kardiomiopati dilatasi adalah
penyakit miokardium yang ditandai oleh gangguan fungsi sistolik ventrikel,
(1)
90 % dari semua kardiomiopati. Khas pada penyakit ini adalah kardiomegali hebat
akibat dilatasi jantung, terutama ventrikel kiri. Fungsi jantung menurun hingga isi
sekuncup sangat rendah. Perjalanan penyakit dapat lambat akan tetapi dapat juga
cepat dengan gagal jantung yang progresif dan bersifat fatal (1).
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga perut. Sering
dikatakan pembentukan asites merupakan tanda prognosis yang kurang baik dan
pengelolaan penyakitnya akan menjadi sulit. Asites juga dapat menjadi sumber
infeksi seperti pada setiap penimbunan cairan secara abnormal dirongga tubuh yang
lain. Infeksi akan lebih memperberat perjalanan penyakit dasarnya.(2).
Status Gizi dapat digolongkan berdasarkan nilai Z Score WHO NCHS yaitu
tinggi badan per umur,berat badan per tinggi badan serta tinggi badan per berat
badan.Ada 4 macam golongan status gizi yaitu status gizi baik,status gizi lebih,gizi
kurang dan gizi buruk
Berikut ini akan dilaporkan kasus Kardiomiopati Dilatasi dan Observasi
Ascites pada seorang anak perempuan usia 12 tahun yang juga menderita gizi
kurang, yang dirawat di bangsal UPJ RSUP Dr. Kariadi sejak tanggal 3 September
2004.
B. TUJUAN
Tujuan laporan kasus ini adalah agar mahasiswa sebagai calon dokter dapat
belajar menegakkan diagnosis penderita penyakit jantung kardiomipati yang disertai
dengan obsevasi ascites dan gizi kurang berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain serta dapat mengetahui bagaimana
1
BAB II
PENYAJIAN KASUS
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
:
:
:
:
An. R P
2 bulan
Laki-laki
Gedong Songo Manyaran RT 7 / II Semarang Barat Kodya
Agama
Nama ayah
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Nama Ibu
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Semarang
Islam
Tn. I Y K
24 tahun
Buruh pabrik
SMA
Ny. M
26 tahun
Buruh pabrik
SMA
Masuk RS
: 3 Agustus 2005
No. CM
: 5131797
ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu penderita di bangsal jamsostek anak RSDK Semarang
tanggal 08 Agustus 2005 pukul 11.00 WIB
Keluhan Utama
Panas.
Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari anak panas nglemeng, mendadak, terus menerus, tidak menggigil, tidak
kejang, tidak keluar keringat dingin di malam hari, tidak ada bintik merah seperti
digigit nyamuk. Tidak batuk, tidak sesak nafas, tidak pilek. Muntah tidak ada,
buang air besar tidak ada kelainan dan kalau buang air kecil ujung kelamin
mengembung dahulu baru kemudian kencing dapat keluar.Kencing berwarna
merah tidak ada, kencing berwarna putih keruh atau putih seperti susu tidak ada.
1 hari anak panas tinggi dan menggigil, tidak kejang, tidak muntah dan tidak
mencret. Anak sudah mendapat obat turun panas namun panas tidak turun-turun.
3
Kemudian anak dibawa ke bidan dan oleh bidan disarankan untuk dibawa ke
RSDK.
Selama sakit nafsu makan anak berkurang, sebelum sakit riwayat makan dan
minum baik.
Riwayat Penyakit Dahulu
anak tidak pernah menderita penyakit sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga sakit seperti ini.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah bekerja sebagai buruh pabrik, dengan penghasilan Rp 500.000/bulan. Ibu
bekerja sebagai buruh pabrik, dengan penghasilan Rp 500.000/bulan.
Menanggung 1 orang anak belum mandiri. Biaya pengobatan ditanggung
JAMSOSTEK. Kesan: sosial ekonomi cukup.
Riwayat Kelahiran
No
1
:-
DPT
:-
Polio
:-
Campak
:-
Hepatitis
:-
Kesan
: belum diberikan
Bubur susu
: belum diberikan
Makanan padat
: belum diberikan
Berdiri
Merangkak : - bln
Berjalan : - bln
: - bln
: - bln
: 37 oC
Status Internus
Kepala
Rambut
Kulit
Mata
Hidung
Telinga
: discharge (-)
Mulut
Tenggorok
Leher
Dada
Paru
Aus : Suara dasar: vesikuler, Suara tambahan: ronkhi (-), wheezing (-),
hantaran (-)
Jantung
Superior
Inferior
Oedem
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Capillary refill
<2
<2
PEMERIKSAAN KHUSUS
Laki-laki 2 bulan BB : 4 Kg; TB : 57 cm
Status Gizi Menurut Z-score
WAZ =
4 5,2
0,9
HAZ =
57 58,1
= -0,46 SD (normal)
2,6
WHZ =
4 4,8
0,6
= -1,3 SD (normal)
= -1,3 SD (normal)
Kebutuhan 24 jam
Cairan
400 cc
Kalori
400 kkal
Protein
8 gr
Infus D5%
360 cc
72 kkal
SGM 1 8 x 60 cc
480 cc
336 kkal
6.72gr
840 cc
408 kkal
6,72
210 %
102 %
84 %
Jumlah
% AKG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematokrit
: 37,6 %
Trombosit
: 360.000 / mm3
Leukosit
: 6.900 /mm3
Eritrosit
: 2.610.000 / mm3
MCH
: 23,6 g
MCV
: 71,7 fl
MCHC
: 32,9 g/dL
: 1,010
UBG
: - mg/dl
pH
: 6,00
Bilirubin
: - mg/dl
Nitrit
:-
Protein
: 25 mg/dL
Reduksi
: 100 mg/dL
Aseton : (-)
Aseton : (-)
Sedimen : Epitel
: 2/4 LPK
Bakteri : (+)
Kesan : - UTI
-
Kimia Darah :
Ureum
: 10 mg/dl
Natrium
: 136 mmol/L
Kreatinin
: 0,33 mg/dl
Kalium
: 5.3 mmol/L
Chlorida
: 108 mmol/L
DIAGNOSIS BANDING
7
:-
IP Tx
IP Mx
2. Parafimosis
IP Dx S
:-
:8
IP Tx
IP Mx
IP Ex
::-
IP Tx
: Hernioraphi elektif
IP Mx
IP Ex
Assesment
Initial Dx
:
: Subjektif
:-
Initial Mx
: ASI ad lib
SGM 1 8x60cc
Transfusi PC 40 cc 12 tts/mntspoel
: Keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda anemia,
akseptabilitas terhadap diet yang diberikan.
Awasi tanda dan reaksi transfusi, darah rutin pos transfusi
Initial Ex
10
PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal
3-8-2005
Hari 1
Keluhan
Panas
Keadaan
umum
Tanda vital
Pemeriksaan Fisik
Kepala: mesosefalUUB
datar
Mata: conjunctiva palpebra
anemis (+), ikterik (-)
Hidung: napas cuping (-)
Mulut: sianosis (-)
Tenggorok: T1-1, faring
hiperemis (-)
Leher: pembesaran nnll (-)
Dada: simetris, retraksi (-)
Cor: Ic teraba di LMC
sinistra SIC IVkuat
angkat (-), melebar (-),
BJ1-2 (N). Gallop (-),
thrill (-)
Paru: suara dasar vesikuler,
suara tambahan -/Abdomen: datar, lemas,
turgor kembali cepat,
bising usus (+) normal,
H/L tak teraba
Pekak alih (+) normal,
pekak sisi (+),
Ekstremitas: pucat
Laboratorium Assesment
Hb : 7,6 mg%
Ht : 22,9
L : 6.900
Tr : 360.000
-febris 2 hari
- observasi
anemia
- Gizi baik
Terapi
Diet
Infus D5% A
360/15/15 tts
SI ad lib
permenit + NaCl S
5% 13 cc, KCl
GM 1
otsu 11 cc dalam
8x60cc
Program :
500cc D5%
- pengawasan Inj.
KU TV
cefotaxime 3x125
- usaha darah
mg IV
PC 40 cc
PO :
- preparat darah Paracetam
hapus
ol
3x0,4 cc
- urin rutin
Pengawasan KU,
11
Tanggal
Keluhan
4-8-2005
Hari 2
16.00
Keadaan
umum
Sadar,
kurang
aktif ,sesak
(-)
Sadar,
kurang
aktif, pucat
(+)
Tanda vital
Pemeriksaan Fisik
N : 100x/mnt
isi dan tegangan
cukup
RR: 40 x/mnt
t: : 40C
Tetap
Tetap
Laboratorium
Assesment
Terapi
Darah:
Hb: 12,4 gr%
Ht: 37,6 %
Eritrosit:
5.250.000/mmk
MCH: 23,60 pg
MCV: 71,70 fL
MCHC: 32,9 g/dl
Lekosit:
18.000/mmk
Trombosit:
205.000/mmk
- febris 3 hari
- observasi
anemia
- Gizi baik
program:
konsul:
hematologi,
bedah urologi
dan THT
Tetap
Program :
Pengawasan KU
TV
Tunggu PC 40
cc.
Preparat darah
hapus
Urin rutin
Tetap
tetap
PC 40 cc datang
tranfusi PC 12
tts/mntspoel
NaCL sebelum
dan sesudah
transfusi
Awasi tanda dan
reaksi transfusi,
darah rutin pos
transfusi
tetap
Urine:
BJ: 1,01
pH: 6
Protein: 25 mg/dl
Reduksi: 100
mg/dl
Urobilinogen: Bilirubin: Aseton: Nitrit: Epitel: 2/4 LPK
Lekosit: > 100
Eritrosit: 4/6 LPB
Bakteri +
hasil konsul:
THT: tidak
ada fokal
infeksi pada
daetrah THT
Bedah
Urologi:
dx:
parafimosis
dan hernia
scrotalis dx
reponible DD
hidrokel, saran
dilatasi
preputium
Diet
12
Tanggal
5-8-2005
Hari 3
Keluhan
-
Keadaan
umum
Sadar,
kurang
aktif , sesak
(-)
Tanda vital
Pemeriksaan Fisik
N :100x/mnt
isi dan tegangan
cukup
RR: 28 x/mnt
t : 37,2C
Laboratorium
Assesment
- febris 4 hari
- observasi anemia
- parafimosis
- hernia scrotalis
dextra reponibel
DD/ hidrokel
- Gizi baik
6-8-2005
Hari 4
Sadar,
kurang
aktif , sesak
(-)
N : 112x/mnt
isi dan tegangan
cukup
RR: 230 x/mnt
t : 37C
Genitalia eksterna:
scrotum dextra benjolan
(+)
- febris 4 hari
- parafimosis post
dilatasi
- hernia scrotalis
dextra reponibel
DD/ hidrokel
- Gizi baik
Terapi
Diet
Tetap
Tetap
Dilakukan
dilatasi
peputium pada
poli 153
Progrram :
- evaluasi KU
dan TV
- tunggu hasil
darah
malaria
- dilatasi
fimosis
- konsul bedah
anak
tetap
Tetap
Progrram :
Tetap
13
Tanggal
7-8-2005
Hari 5
8-8-2004
Hari 6
Balans cairan
06.00
-187(2,9)
18.00
+13(1,8
Keluhan
-
Keadaan
umum
Sadar,
kurang
aktif ,sesak
(-)
Sadar,
kurang
aktif ,sesak
(-)
Tanda vital
Pemeriksaan Fisik
N :84x/mnt
isi dan tegangan
cukup
RR: 28 x/mnt
t : 37,2C
Tetap
N :124x/mnt
isi dan tegangan
cukup
RR: 30 x/mnt
t : 37C
Tetap
Genitalia eksterna:
scrotum dextra benjolan
(-)
Laboratorium
Assesment
- ISK
- observasi anemia
perbaikan
- parafimosis post
dilatasi
Urea: 10 mg/dl
- hernia scrotalis
Creatinin: 0,33
dextra reponibel
mg/dl
DD/ hidrokel
Kalium: 5.3 mmol/L - Gizi baik
Natrium: 136
mmol/L
Chlorida: 108
mmol/L
ISK
- observasi anemia
perbaikan
- parafimosis post
dilatasi
- hernia scrotalis
dextra reponibel
- Gizi baik
Terapi
Diet
Tetap
Tetap
Program: tetap
tetap
program:
ap
persiapan
herniotomi hari
selasa
konsul bedah
dan
anestesiologi
pindah rawat
ke A3
tet
14
G.
Ruangan
Status
: rumah sendiri
Ukuran
: 4 m x 10 m
Halaman rumah
: ada
Teras rumah
: tidak ada
Dinding rumah
: tembok
Lantai rumah
: tanah
Penghuni
: 4 orang
Ventilasi
Pencahayaan
Kebersihan
: kurang
Sumber air minum: air sumur gali, jumlah air cukup, kualitas kurang.
Tempat sampah
Kebiasaan sehari-hari
Ayah bekerja sebagai tukang becak dan sampingan bekerja sebagai petani
garapan. Ibu bekerja sebagai petani garapan. Makanan dan minuman dimasak
sebelum dimakan. Sumber air minum dari beli pada penjual air seharga Rp. 1000
per derigen. Alat makan dicuci dengan air sumur dan sabun cuci piring. Mandi
dua kali sehari menggunakan air sumur dan sabun. Pakaian kotor dicuci 2 hari
sekali. Rumah disapu 1 kali sehari, sampah dibuang di tempat sampah. Jika ada
keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas atau dokter.
15
Lingkungan
Rumah penderita terletak di kelurahan Sawojajar. Rumah bersebelahan
dengan tetangga, tidak memiliki teras dan halaman, keadaan sekitar agak kotor
dan tidak terjaga kebersihan di lingkungan sekitar.
Rumah penderita berdinding tembok, jendela ada, ventilasi cukup. Dapur
berada di dalam rumah, kamar mandi dan WC berada di luar rumah. Penghuni
rumah ada 4 orang : ayah, ibu dan 2 orang anak
Gambar 1 : Denah rumah
A AB
Kamar
Tidur
A
Kamar
Tidur
Dapur
Kamar mandi / WC
Keterangan
= ventilasi / Nako
AB = kaca blok
O
16
: 37oC
Status Internus
Kepala
: Mesosefal
Rambut
Kulit
Mata
Hidung
Telinga
: discharge (-)
Mulut
Tenggorok
Leher
Dada
Paru
I-II
17
Superior
Inferior
Oedem
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Capillary refill
<2
<2
Clubbing finger
-/-
-/-
Telapak pucat
-/-
-/-
Nodul subkutan
-/-
-/-
18
BAB III
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS
1. Kardiomiopati Dilatasi
Kardiomiopati adalah suatu istilah orbitrer yang mencakup semua keadaan
dimana patologi miokardial yang merupakan tanda dominan dan tidak ada dasar
struktural yang nyata bagi ketidakmampuan jantung. Kardiomiopati dilatasi adalah
penyakit miokardium yang ditandai oleh gangguan fungsi sistolik ventrikel,
khususnya ventrikel kiri, yang mengakibatkan gagal jantung (1).
Penyakit jantung kardiomiopati dapat disebabkan berbagai faktor etiologi.
Dan sulit untuk mendeteksi penyebab primer dari penyakit ini (2). Etiologinya terbagi
menjadi 2 yaitu :
1. Penyebab primer kardiomiopati dilatasi
Pewarisan terkait-X
Gangliosidosis
Sandoff
Infeksi
-
Septikemia
19
Pascamiokarditis
Nutrisi
-
Defisisensi tiamin
Defisiensi selenium
Endokrin
-
Hipoparatiroidism
Feokromasitoma
Hipoglikemia
Antrasiklin
Katekolamin
Lain lain
-
Epidermolisis bulosa
Sindroma Turner
Penyakit kardiomipati dilatasi dapat disebabkan oleh berbagai hal diatas. Dan
yang terbanyak adalah kardiomiopatio dilatasi idiopatik dengan angka kejadian 36,5
per 100.000. Bila pengobatan konvensional tidak menghasilkan efek yang cukup
untuk mengatasinya maka transplantasi jantung merupakan satu satunya
penanganan yang dianjurkan untuk tingkat akhir dari penyakit ini. Maka 5 year
mortality rate adalah 20 60 %. Perjalanan klini dari penyakit ini pada pasien
dewasa dan anak anak tidaklah dapat ditebak, dapat kematian akibat gagal jantung
yang tak terdeteksi atau kadang kadang penyembuhan spontan (2).
Pada penderita kardiomiopati biasanya berkembangnya gejala berkorelasi
dengan tingkat disfungsi miokard. Gejala yang umum pada anak anak adalah nafas
yang memendek dan intoleransi pada latihan atau cepat lelah yang disebabkan oleh
cardiac output yang tidak adekuat dan kongesti vena pulmonal. Gejala tambahan
dapat timbul bila disebabkan oleh berbagai penyakit antara lain infeksi viral dan
demam rematik, apabila kardiomiopati tersebut merupakan sekunder dari poses
inflamasi tersebut
(2)
20
dan takikardi, kemudian tekanan darah akan rendah akibat cardiac output yang tidak
adekuat, serta denyut jantung akan meningkat. Apabila takikardi mencapai
maksimum untuk setiap umur akan menyebabkan supraventrikular takikardi atau
ventrikular takikardi. Pada palpasi daerah prekordium akan terjadi pergeseran
puctum maksimum ke lateral bawah. Irama gallop biasanya terdengar, terutama pada
penderita kardiomiopati dilatasi yang berat. Bising yang umum terdengar pada
kardiomiopati dilatasi sekunder adalah bising regurgitasi mitral. Perut yang
membesar adalah umum. Liver span akan meningkat disertai penurunan tepi hepar ke
abdomen. Kadang kadang asites dapat terjadi
(2)
21
3. Bekuan Darah
Pada kardimiopati dilatasi aliran darah lebih lambat dari normal. Hal ini
dapat menyebabkan terbentuknya bekuan darah di jantung. Apabila
bekuan darah tersebut masuk ke dalam sirkulasi darah dapat
menyebabkan sumbatan di otak yang menyebabkan kerusakan.
4. Gangguan irama jantung yang sering terjadi adalah
-
Ventrikular takikardi
Denyut jantung yang sangat cepat dan merupakan masalah serius yang
sering terjadi pada penderita kardiomiopati dilatasi. Hal ini sering
dihubungkan dengan penurunan tekanan darah dan gejala pusing, sesak
nafas, dan ingin pingsan namun dapat juga tidak timbul gejala.
Fibrilasi ventrikel
Jarang terjadi. Gangguan yang berat dan serius pada aktivitas elektrik
irama jantung. Dapat menyebabkan kolaps dan menyebabkan kematian
bila tidak dikoreksi.
Sudden death
Kemungkinan terjadi kecil namun terjadi dengan sedikit atau tanpa
peringatan. Biasanya disebabkan oleh aritmia berat atau bekaun darah
yang besar
Heart block
Terjadi bila sistem konduksi jantung terganggu dapat menyebabkan
jantung menjadi lambat.
22
23
1.
Sirosis
2.
3.
4.
Perikarditis konstriktif
5.
Peritonitis tuberkulosa
2.
Peritonitis bakterial
3.
Bile asites
2.
Urin asites
3.
Pankratik asites
Lain lain
1.
Miksedema
2.
Sindroma Meigs
3.
Hemodialisis kronik
Distensi abdomen
Undulasi (+)
24
ditandai oleh gangguan fungsi sistolik ventrikel, khususnya ventrikel kiri yang
mengakibatkan gagal jantung kongestif. Gejala biasa dimulai dengan anoreksia,
batuk, disusul sesak nafas. Pada keadaan yang berat kulit terasa dingin dan pucat,
terdapat pembesaran hati, sembab, serta kardiomegali yang nyata. Dan terdapat irama
derap dan bising sistolik akibat adanya inkompetensi mitral atau trikuspid. Pada
penderita ini ditemukan gejala gejala yang mengarah pada kardiomiopati dilatasi dan
ditegakkan dengan hasil Ekhokardiografi. Dan juga ditemukan dilatasi dari atrium
kiri dan atrium kanan akan memperberat kegagalan kerja jantung. Kontraksi miokard
sangat lemah, septum ventrikel dan dinding belakang ventrikel kiri yang tipis dan
sangat hipokinetik. Apabila keadaan gagal jantung ini berlangsung cukup lama,
cairan yang terbendung akan terakumulasi secara sistemik yaitu dibagian kaki, asites,
hepatomegali bahkan efusi pleura dan lain lain.
Dari pemeriksaan penunjang dan kansul dari bagian Hepatologi dan Nefrologi
bahwa tidak ada kelainan pada kedua fungsi organ tersebut dan diduga penyebab
asites pada penderita disebabkan oleh penyakit jantungnya.
4.Anemia Mikrositik Hipokromik
25
4. Anemia mikrositik
Makrositik, normokromik, mikrositik, ditentukan atas dasar indeks
eritrosit.
Bentuk sel darah merah
Makrositik
Normositik
Mikrositik ringan
Mikrositik hipokrom
MCV
> 94
80-90
<80
<80
MCHC
>30
>30
<30
<30
: 9,3 mg/dl
Ht
: 29,3 %
MCV
: 68,4 fl
MCH
: 21,8 pg
MCHC
: 31,9 %
Kesan
: Anemia mikrositik
Pendekatan diagnostik anemia berdasarkan morfologi sel darah merah
Makrositik
: Anemia megaloblastik
Normokrom
Khusus
: Sperositosis : kongenital
Autoimun
Anemi hemolitik
Ovalositosis
Sel sickle
Sel target
Sel Burr : luka bakar
A dan B lipoproteinemia(7)
26
Sistem granulopoeitik
Sistem trombopoeitik
Kesan
B. PENGELOLAAN
1. Kardiomiopati Dilatasi
Kardiomiopati dilatasi pada penderita menyebabkan penderita mengalami
gagal jantung NYHA II sehingga diterapi sebagai gagal jantung dan ditemukannya
gejala dari penyakit jantung rematik yang meragukan, dilakukan tindakan
pencegahan dengan pengobatan terhadap penyakit jantung rematik yang dapat
menyebabkan kardiomiopati dilatasi.
Pengobatan kardiomiopati dilatasi yang bersamaan dengan gagal jantung
kongestif meliputi penggunaan dengan sungguh- sungguh semua cara yang untuk
menyokong miokardium dan sirkulasi. Kemungkinan penyembuhan gagal jantung
kongestif yang disebabkan oleh penyakit miokardium sangat berbeda dengan
kemungkinan penyembuhan gagal jantung kongestif akibat cedera struktural,
keberhasilan akhirnya sangat bergantung kepada perbaikan secara bedah. Obatobat kongestif biasa digunakan. Derivat digitalis digunakan dengan hati hati,
karena digitalis dapat menimbulkan aritmia pada miokardium yang meradang.
Diuretik, oksigen, manipulasi elektrolit, pengurangan beban pasca, ventilasi buatan,
dan sedasi, semua dapat digunakan dengan efektif. Obat obat anti aritmia
digunakan bila diperlukan, dengan tetap mengingat bahaya pengaruh campuran
silang. Transplantasi jantung dipikirkan apabila kalau semua yang lain gagal.
27
Juga untuk memperbaiki oksigenasi, diberikan oksigen 28% lewat nasal kateter
2 lt/menit bila perlu. Untuk memudahkan buang air besar, sehingga penderita
gagal jantung tidak perlu kuat-kuat mengejan, diberikan laksantia.
Untuk penanganan dan pencegahan sekunder dari Penyakit Jantung Rematik
yang diduga diderita oleh penderita maka dilakuakan serangakainan pengobatan
untuk Penyakit Jantung Rematik :
Aspek medikamentosa
28
Pada penderita ini diberikan Benzatin Penisilin G dengan dosis 900.000 i.u, im,
single dose, dengan pertimbangan agar dapat cepat bekerja mengeradikasi
streptococus.
Pencegahan Sekunder (1,2,6,9)
Bertujuan mencegah serangan ulangan Demam Rematik Akut yang dapat
memperberat cacat jantung / timbulkan cacat baru.
Diberikan Benzatin Penisilin 600 ribu 1,2 juta i.u., i.m, tiap bulan (28 hari)
selama:
-
seumur hidup untuk karditis berat dengan gagal jantung dan cacat katup berat
Selain itu, dapat juga diberikan obat per oral berikut (walaupun kurang efektif
dibanding benzatin penisilin):
-
Pada pasien ini, karena diduga terdapat karditis dengan gagal jantung, maka
akan diberikan suntikan benzatin penisilin tiap bulannya (tiap kali kontrol)
seumur hidup apabila diagnosa PJR telah tegak.
Obat Anti Inflamasi (1,2,6,9)
-
Salisilat (Aspirin)
Digunakan untuk demam Rematik dengan poliarthritis untuk
meredakan nyeri dan bengkak pada sendi. Beberapa literatur menyarankan
untuk tidak digunakan sebelum diagnosa klinis dan laboratorium telah
ditegakkan, agar tidak mengaburkan gejala dan diagnosa.
Pada minggu I: 100 mg/kg BB/hari, dibagi 3 dosis setelah makan, maksimal
1500 mg/hari selama 2 minggu, selanjutnya 70 mg/kg BB/hari, dibagi 3
dosis, dilanjutkan untuk 2-3 minggu
29
Kortikosteroid ( Prednison)
Untuk Demam Rematik Akut dengan karditis, dengan atau tanpa
gagal jantung. Ada beberapa literatur lain yang menyarankan untuk
digunakan hanya pada karditis berat. Dosis: 2 mg/ kg BB/ hari dibagi dalam
3-4 dosis, kemudian diturunkan setelah 2 minggu secara bertahap. Pada
minggu terakhir pengobatan prednison, salisilat(aspirin) juga perlu diberikan
untuk mencegah terjadinya rebound phenomen
Pada pasien ini diberikan prednison 50 mg / kg BB/ hari , dibagi dalam 3
dosis dengan pemberian 3-3-2 tablet. Selanjutnya akan di tappering off.
Aspek dietetik
Tujuan manajemen nutrisi dan dietetik pada anak dengan penyakit jantung adalah
membantu tumbuh kembang anak, agar secara fisik, sosial dan intelektual dapat
berkembang secara optimal. Manajemen nutrisi meliputi peningkatan masukan
kalori dan protein, restriksi yang mencukupi dari cairan dan natrium, serta
suplementasi vitamin dan mineral, terutama besi, kalsium,kalium dan vitamin
B/C. (6,13,14)
30
Suplementasi (6,13,14)
Gizi kurang karena kecepatan pertumbuhan menurun sering terjadi
pada anak dengan kelainan jantung. Untuk itu, suplementasi seringkali
dibutuhkan.Selain itu, kalsium, kalium dan natrium dapat ditambahkan
beserta roboransia lain, seperti vitamin C dan B komplek.
Pada penderita ini diberikan diet lunak, susu dan buah berkalori dan
berkalium
tinggi
(pisang)
untuk
mencukupi
kebutuhan
nutrisinya.
31
Kalori
Protein
Kebutuhan 24 jam
1514 cc
1514 kkal
42 gr
Infus D5%
480 cc
144 kkal
Diet 3 x lunak
300 cc
1218 kkal
45,45 gr
3 x 200 cc susu
600 cc
366 kkal
18,6 gr
Jumlah
1380 cc
1728 kkal
64 gram
% AKG
91 %
144 %
152 %
Secara keseluruhan penderita ini sudah mendapatkan cairan, kalori dan protein
sesuai kebutuhannya.
Penyakit Jantung Rematik perlu dirawat inap. Anak harus istirahat total selain
karena kondisinya lemah juga karena adanya komplikasi gagal jantung.
Aspek Edukasi
Orang tua penderita perlu diberikan penjelasan dan pengertian tentang
pengelolaan penyakit yang diderita anaknya, karena terapi pada penyakit ini
merupakan pengobatan yang dilakukan untuk menyokong miokardium dan
sirkulasi dan keberhasilan akhirnya sangat bergantung pada perbaikan secara
bedah.
Orangtua perlu diedukasi untuk mengoptimalkan status gizi anak agar
pertumbuhannya dapat berjalan baik dan daya tahan tubuh meningkat sehingga
anak tidak mudah sakit, dengan cara memberikan makanan yang bergizi dan
seimbang antara makanan pokok (beras putih, beras merah), zat pembangun
(protein: ikan, daging, hati, kacang-kacangan), zat pengatur (vitamin dan mineral:
buah, sayur, dairy product) dan zat tenaga (minyak, mentega, santan),
disesuaikan dengan keadaan sosial ekonomi keluarga. Makanan sebaiknya
32
diberikan dalam porsi kecil namun sering, dengan memberikan snack di antara
waktu makan. Anak juga harus diedukasi untuk menghabiskan makanannya.
2. Observasi Asites
Pengobatan asites yang dapat dilakukan antara lain :
A. Istirahat dan Diet Rendah Garam
Istirahat di tempat tidur akan sangat bermanfaat dan langkah selanjutnya
adalah terapi diet rendah garam. Konsumsi garam perlu dikurangi hingga
kira kira 40 -60 mEq/hari. Kira kira 20 % pasien asites akan
mengelami perbaikan diuresisnya hnaya dengan istirahat dan diet rendah
garam. Namun konsumsi garam yang rendah tidak dianjurkan karena
sering menyebabkan anoreksia dan malnutrisi.
B. Diuretik
Diuretik yang sampai saat ini sering digunakan adalah diuretik distal
khususnya spironolakton dan diuretik loop terutama furosemid.
3. Anemia Mikrositik Hipokromik
a. Aspek Keperawatan
Penderita ini memerlukan pemeriksaan lebih lanjut guna menemukan etiologi
dari anemia dan pengobatan terhadap penyebab anemia tersebut.Selain itu juga
dilakukan pemantauan nilai Hb,Ht,jumlah eritrosit dan nilai indeks eritrosit.
Pada penderita ini telah dilakukan hal-hal tersebut di atas, selain itu juga
dilakukan, pemantauan tanda-tanda vital yang meliputi frekuensi nadi, frekuensi
nafas, dan suhu.
b. Aspek Medikamentosa
Untuk penderita anemia terapi disesuaikan dengan kausanya.Pada penderita ini
belum diketahui kausanya karena belum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
c. Aspek Dietetik
Pada pasien ini tidak diberikan diet khusus untuk anemianya.
d. Aspek Edukasi
33
Gizi Kurang
Diet yang diberikan pada anak ini disesuaikan dengan berat badan anak
dan keadaan anak.
Cairan
Kalori
Protein
Kebutuhan 24 jam
1514 cc
1514 kkal
42 gr
Infus D5%
480 cc
144 kkal
Diet 3 x lunak
300 cc
1218 kkal
45,45 gr
3 x 200 cc susu
600 cc
366 kkal
18,6 gr
Jumlah
1380 cc
1728 kkal
64
% AKG
91 %
144 %
152 %
C. PROGNOSIS
Morbiditas dan mortalitas dari penyakit ini dipengaruhi oleh keterlibatan
kegagalan fungsi jantung dan menyebabkan komplikasi komplikasi yang
memperberat keadaan penderita. Pada penderita telah tmbul komplikasi yang sering
timbul pada penyakit kardiomiopati dilatasi yang parah. Sehingga sulit untuk
mengatasi atau mencegah timbulnya komplikasi yang lebih lanjut. Sehingga
prognosis penyakit kardiomiopati dilatasi pada penderita untuk kehidupan, untuk
penyakit dan untuk fungsi adalah dubia at malam.
34
BAB IV
RINGKASAN
35
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Sastroasmoro S. Buku Ajar Kardiologi Anak. Penerbit EGC. Jakarta. 2000: 356 357.
2. Ascites. Available from URL : http://www.hepcvets.com/se/asciteswhatitis.html
3. Noer S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 1996
4. What
is
Dilated
Cardiomyopathy?.
Available
at
URL
http://cardiomyopathy.org/html/which_card_dcm.htm
5. Siregar AI. Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik: Apakah Ada
Penemuan Baru?. Dalam: Naskah Lengkap Sinas Kardiologi Anak V, Palembang
2001: 109-121.
6. Wahab AS. Penyakit Jantung pada Anak. Penerbit EGC. Jakarta.2002:89-126
7. Cheitlin MD. McIlroy MB. Clinical Cardiology. Lange Medical Book. USA.
1993: 185-90.
8. M. Ayoub E. Acute Rheumatic Fever. dalam: Heart Disease in Infants, Children
and Adolescents.Sixth ed. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2001:
1226-41
9. Hartantyo I, dkk. Pedoman Pelayanan Medik Anak SMF Kesehatan Anak RSUP
Dr. Karyadi Semarang. 1997: 102-107; 142-147
10. Nathan O. Hematology of Infancy and Childhood fourth ed. WB Saunders
Company. Philadelphia. 1993: 593-97.
11. M. El Said G. Acute Rheumatic Disease and Rheumatic Heart Disease. Dalam:
Garson A, Bricher JT, McNamara D. The Science and Practice of Pediatric
Cardiology. Lea & Febiger. Philadelphia. 1990: 1485-1502
12. Park Myung K. The Pediatric Cardiology Handbook. Mosby. Philadelphia. 1997:
148-53.
13. Sutaryo. Seminar Anemia Defisiensi Besi 2004. Penerbit Medika UGM.
Yogyakarta. 2004
14. Susanto JC. Bahan Kuliah: Nutrisi pada Anak dengan Kelainan Jantung
15. Pudjiadi. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Gaya Baru. Jakarta. 2004:23
37