Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Kardiomiopati adalah suatu istilah orbitrer yang mencakup semua keadaan

dimana patologi miokardial yang merupakan tanda dominan dan tidak ada dasar
struktural yang nyata bagi ketidakmampuan jantung. Kardiomiopati dilatasi adalah
penyakit miokardium yang ditandai oleh gangguan fungsi sistolik ventrikel,
(1)

khususnya ventrikel kiri, yang mengakibatkan gagal jantung

. Jenis ini mencakup

90 % dari semua kardiomiopati. Khas pada penyakit ini adalah kardiomegali hebat
akibat dilatasi jantung, terutama ventrikel kiri. Fungsi jantung menurun hingga isi
sekuncup sangat rendah. Perjalanan penyakit dapat lambat akan tetapi dapat juga
cepat dengan gagal jantung yang progresif dan bersifat fatal (1).
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga perut. Sering
dikatakan pembentukan asites merupakan tanda prognosis yang kurang baik dan
pengelolaan penyakitnya akan menjadi sulit. Asites juga dapat menjadi sumber
infeksi seperti pada setiap penimbunan cairan secara abnormal dirongga tubuh yang
lain. Infeksi akan lebih memperberat perjalanan penyakit dasarnya.(2).
Status Gizi dapat digolongkan berdasarkan nilai Z Score WHO NCHS yaitu
tinggi badan per umur,berat badan per tinggi badan serta tinggi badan per berat
badan.Ada 4 macam golongan status gizi yaitu status gizi baik,status gizi lebih,gizi
kurang dan gizi buruk
Berikut ini akan dilaporkan kasus Kardiomiopati Dilatasi dan Observasi
Ascites pada seorang anak perempuan usia 12 tahun yang juga menderita gizi
kurang, yang dirawat di bangsal UPJ RSUP Dr. Kariadi sejak tanggal 3 September
2004.
B. TUJUAN
Tujuan laporan kasus ini adalah agar mahasiswa sebagai calon dokter dapat
belajar menegakkan diagnosis penderita penyakit jantung kardiomipati yang disertai
dengan obsevasi ascites dan gizi kurang berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain serta dapat mengetahui bagaimana
1

pengelolaannya . Selain itu, mahasiswa dapat mempelajari faktor predisposisi


maupun penyebab ketiga penyakit tersebut sehingga kelak dapat memasyarakatkan
cara pencegahannya serta dapat memberikan edukasi yang tepat bagi penderita dan
keluarga
C. MANFAAT
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar bagi
mahasiswa dan diharapkan mahasiswa dapat mendiagnosis penderita serta mengelola
pasien dengan kardiomiopati dilatasi, observasi ascites dan gizi kurang secara dini
dan tepat.

BAB II
PENYAJIAN KASUS

IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat

:
:
:
:

An. R P
2 bulan
Laki-laki
Gedong Songo Manyaran RT 7 / II Semarang Barat Kodya

Agama
Nama ayah
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Nama Ibu
Umur
Pekerjaan
Pendidikan

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Semarang
Islam
Tn. I Y K
24 tahun
Buruh pabrik
SMA
Ny. M
26 tahun
Buruh pabrik
SMA

Masuk RS

: 3 Agustus 2005

No. CM

: 5131797

ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu penderita di bangsal jamsostek anak RSDK Semarang
tanggal 08 Agustus 2005 pukul 11.00 WIB
Keluhan Utama
Panas.
Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari anak panas nglemeng, mendadak, terus menerus, tidak menggigil, tidak
kejang, tidak keluar keringat dingin di malam hari, tidak ada bintik merah seperti
digigit nyamuk. Tidak batuk, tidak sesak nafas, tidak pilek. Muntah tidak ada,
buang air besar tidak ada kelainan dan kalau buang air kecil ujung kelamin
mengembung dahulu baru kemudian kencing dapat keluar.Kencing berwarna
merah tidak ada, kencing berwarna putih keruh atau putih seperti susu tidak ada.
1 hari anak panas tinggi dan menggigil, tidak kejang, tidak muntah dan tidak
mencret. Anak sudah mendapat obat turun panas namun panas tidak turun-turun.
3

Kemudian anak dibawa ke bidan dan oleh bidan disarankan untuk dibawa ke
RSDK.
Selama sakit nafsu makan anak berkurang, sebelum sakit riwayat makan dan
minum baik.
Riwayat Penyakit Dahulu
anak tidak pernah menderita penyakit sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga sakit seperti ini.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah bekerja sebagai buruh pabrik, dengan penghasilan Rp 500.000/bulan. Ibu
bekerja sebagai buruh pabrik, dengan penghasilan Rp 500.000/bulan.
Menanggung 1 orang anak belum mandiri. Biaya pengobatan ditanggung
JAMSOSTEK. Kesan: sosial ekonomi cukup.
Riwayat Kelahiran
No
1

Kehamilan dan kelahiran


, aterm, bidan, spontan, BBL = 3000 gr

Umur / tanggal lahir


2 bulan

Ketika mengandung, ibu periksa di bidan 4 X. Suntik TT 2X. Perdarahan dan


penyakit selama kehamilan disangkal. Ketuban pecah kurang dari 6 jam. Jumlah
cukup, warna tidak keruh / kehijauan, bau khas. Anak lahir spontan, aterm, ditolong
bidan, langsung menangis.Apgar skor tidak tahu.
Riwayat Imunisasi
BCG

:-

DPT

:-

Polio

:-

Campak

:-

Hepatitis

:-

Kesan

: imunisasi dasar belum dilakukan.

Riwayat Makan dan Minum


ASI

: diberikan sejak lahir sampai umur 1 bulan semau anak,

dihentikan karena ibu bekerja dan puting tidak keluar.

Susu sapi/buatan : sejak usia 1 bulan diberikan susu SGM 1, 3x sehari @ 2


sendok takar dalam 150 cc air hangat, diminum habis.
Buah/sayur

: belum diberikan

Bubur susu

: belum diberikan

Makanan padat

: belum diberikan

Kesan : kualitas dan kuantitas cukup


Riwayat Perkembangan
Senyum : 1 bln Tengkurap : - bln

Gigi keluar : - bln

Berdiri

Miring : 2 bln Duduk

Merangkak : - bln

Berjalan : - bln

: - bln

: - bln

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur


Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu penderita belum ber-KB
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 8 Agustus 2005, pukul 11.00 WIB
K U : anak sadar, kurang aktif, sesak (-), sianosis (-), ikterik (-), tidak tampak
pucat.
T V : HR : 112 /mnt
RR : 30 /mnt

: reguler isi dan tegangan cukup

: 37 oC

Status Internus
Kepala

: Mesosefal, UUB datar LK: 38 cm

Rambut

: Hitam, tidak mudah dicabut

Kulit

: turgor kulit kembali cepat

Mata

: konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-)

Hidung

: nafas cuping (-)

Telinga

: discharge (-)

Mulut

: sianosis (-), bibir pucat (-)

Tenggorok

: T1-1, faring hiperemis (-)

Leher

: pembesaran nnll cervikalis -/-, vena jugularis tidak melebar

Dada

Paru

: simetris, statis dinamis. Retraksi (-)

Pal : stem fremitus kanan = kiri


Per : sonor seluruh lapangan paru
5

Aus : Suara dasar: vesikuler, Suara tambahan: ronkhi (-), wheezing (-),
hantaran (-)
Jantung

: ictus cordis tampak, di SIC IV medial linea mid clavicula


sinistra

Pa : ictus cordis teraba di SIC IV, medial LMCS, melebar ke lateral


dan inferior, kuat angkat (-). Thrill (-)
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Bunyi Jantung I-II normal, bising (-). Gallop (-)
Abdomen I

: datar, lemas venektasi (-)

Pa : hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-).


Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (+),
Aus : bising usus (+) normal
Genitalia : , phimosis (+), benjolan pada scrotum dextra (+)
Ekstremitas

Superior

Inferior

Oedem

-/-

-/-

Sianosis

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

Capillary refill

<2

<2

PEMERIKSAAN KHUSUS
Laki-laki 2 bulan BB : 4 Kg; TB : 57 cm
Status Gizi Menurut Z-score
WAZ =

4 5,2
0,9

HAZ =

57 58,1
= -0,46 SD (normal)
2,6

WHZ =

4 4,8
0,6

= -1,3 SD (normal)

= -1,3 SD (normal)

Kesan : gizi baik


Kebutuhan kalori dan protein selama 24 jam (BB 4 kg dan t : 37 C)

Kebutuhan 24 jam

Cairan
400 cc

Kalori
400 kkal

Protein
8 gr

Infus D5%

360 cc

72 kkal

SGM 1 8 x 60 cc

480 cc

336 kkal

6.72gr

840 cc

408 kkal

6,72

210 %

102 %

84 %

Jumlah
% AKG
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium darah (3 Agustus 2005)


Hemoglobin : 7,4 gr/dL

Hematokrit

: 37,6 %

Trombosit

: 360.000 / mm3

Leukosit

: 6.900 /mm3

Eritrosit

: 2.610.000 / mm3

MCH

: 23,6 g

MCV

: 71,7 fl

MCHC

: 32,9 g/dL

Pemeriksaan darah malaria (-)


Kesan : anemi mikrositik hipokromik
Profil Urin : tanggal 4 Agustus 2005
BJ

: 1,010

UBG

: - mg/dl

pH

: 6,00

Bilirubin

: - mg/dl

Nitrit

:-

Protein

: 25 mg/dL

Reduksi

: 100 mg/dL

Aseton : (-)

Aseton : (-)

Sedimen : Epitel

: 2/4 LPK

Lekosit : > 100 LPB

Eritrosit : 4/6 LPB

Bakteri : (+)

Kesan : - UTI
-

Renal dalam batas normal

Laboratorium darah ( 7 agustus 2005 )


PPT : 11,4 detik

PTT : 52,1 detik

PPT kontrol : 12,0 detik

PTT kontrol : 36,7 detikl

Kimia Darah :
Ureum

: 10 mg/dl

Natrium

: 136 mmol/L

Kreatinin

: 0,33 mg/dl

Kalium

: 5.3 mmol/L

Chlorida

: 108 mmol/L

DIAGNOSIS BANDING
7

1. Suspek Infeksi Saluran Kemih.


2. Parafimosis
3. Hernia Scrotalis Dextra Reponible
4. Anemia Normositik Normokromik
ASSESMENT
1. Suspek Infeksi Saluran Kemih
IP Dx S

:-

: pemeriksaan mikroskopis dan makroskopis urine

kultur urine dari suprapubik atau midstream

test sensitivitas kuman terhadap antibiotik

USG ginjal dan vesika urinaria.

Pemeriksaan darah meliputi fungsi ginjal dan elektrolot darah.

IP Tx

: Infus D5% 360/15/15 tts permenit + NaCl 5% 13 c, KCl otsu 11 cc


dalam 500 cc %
Inj. cefotaxime 3x125 mg IV
PO Paracetamol
3x0,4 cc
: Keadaan umum dan tanda vital

IP Mx

Tanda-tanda infeksi seperti kenaikan heart rate, respiration rate, dan


peningkatan suhu tubuh.
Keadaan urine meliputi warna, kekeruhan, jumlah dan keluhan yang
timbul saat kencing.
IP Ex

- Menjelaskan kepada orang tua bahwa anaknya menderita infeksi


saluran kemih yang kemungkinan diakibatkan adanya kelainan
pada ujung alat kelamin.
-

Menjelaskan kepada orangtua agar menjaga kebersihan daerah alat


kelamin terutama setelah buang air dengan mencuci daerah kelamin
dengan air bersih.

2. Parafimosis
IP Dx S

:-

:8

IP Tx

: kompresi manual dengan memijat glans 3-5 menit


Dilakukan dorsum insisi pada jeratan jika kompresi tidak berhasil
Dilanjutkan sirkumsisi

IP Mx

: higiene daerah penis terutama daerah glans penis


Tanda-tanda reaksi radang atau infeksi termasuk terbentuknya
jaringan nekrosis pada preputium dan glans penis

IP Ex

: - Menjelaskan kepada orangtua pasien bahwa pada anak terjadi


keadaan dimana preputium penis tidak dapat ditarik ke atas,
yang pada bayi biasanya karena ada perlengketan.
- Menjelaskan kepada orangtua agar menjaga kebersihan daerah
alat kelamin terutama setelah buang air dengan mencuci daerah
kelamin dengan air bersih

3. Hernia Scrotalis Dextra Reponible


IP Dx S
O

::-

IP Tx

: Hernioraphi elektif

IP Mx

: Tanda tanda keluarnya lagi benjolan pada kantong pelir.


Tanda-tanda ileus obstruktif seperti muntah, abdomen yang tegang
dan frekuensi buang air besar.

IP Ex

: - menjelaskan kepada keluarga bahwa pada anak terjadi keadaan


masuknya usus kedalam kantong pelir melalui rongga pada
dinding perut.
- memotivasi keluarga agar mau mengoperasi hernianya, sebab
biasanya keadaan tersebut akan berulang, dan menjelaskan syarat
dan waktu kapan dapat dioperasi.
- Menjelaskan komplikasi yang dapat timbul akibat keadaan seperti
ini, yaitu dapat timbul sumbatan pada usus, dimana keadaan
tersebut merupakan suatu keadaan yang harus ditangani segera.

4. Anemia mikrositik hipikromik


9

Assesment
Initial Dx

:
: Subjektif

:-

Objektif : - SI, TIBC, serum ferritin


Initial Tx

Initial Mx

: ASI ad lib
SGM 1 8x60cc
Transfusi PC 40 cc 12 tts/mntspoel
: Keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda anemia,
akseptabilitas terhadap diet yang diberikan.
Awasi tanda dan reaksi transfusi, darah rutin pos transfusi

Initial Ex

: Memberi penyuluhan pada orangtua penderita untuk


Tetap memberikan ASI walaupun tidak dapat langsung dari
putting susu, misalnya dengan ASI yang dikumpulkan dalam
gelas dan diberikan dengan sendok.

10

PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal
3-8-2005
Hari 1

Keluhan
Panas

Keadaan
umum

Tanda vital

Sadar, kurang N : 120x/mnt


aktif, tampak isi dan tegangan
pucat, sesak
(+)
RR: 36 x/mnt
t : 38,3 C

Pemeriksaan Fisik
Kepala: mesosefalUUB
datar
Mata: conjunctiva palpebra
anemis (+), ikterik (-)
Hidung: napas cuping (-)
Mulut: sianosis (-)
Tenggorok: T1-1, faring
hiperemis (-)
Leher: pembesaran nnll (-)
Dada: simetris, retraksi (-)
Cor: Ic teraba di LMC
sinistra SIC IVkuat
angkat (-), melebar (-),
BJ1-2 (N). Gallop (-),
thrill (-)
Paru: suara dasar vesikuler,
suara tambahan -/Abdomen: datar, lemas,
turgor kembali cepat,
bising usus (+) normal,
H/L tak teraba
Pekak alih (+) normal,
pekak sisi (+),
Ekstremitas: pucat

Laboratorium Assesment
Hb : 7,6 mg%
Ht : 22,9
L : 6.900
Tr : 360.000

-febris 2 hari
- observasi
anemia
- Gizi baik

Terapi

Diet

Infus D5% A
360/15/15 tts
SI ad lib
permenit + NaCl S
5% 13 cc, KCl
GM 1
otsu 11 cc dalam
8x60cc
Program :
500cc D5%
- pengawasan Inj.
KU TV
cefotaxime 3x125
- usaha darah
mg IV
PC 40 cc
PO :
- preparat darah Paracetam
hapus
ol
3x0,4 cc
- urin rutin
Pengawasan KU,

11

Tanggal

Keluhan

4-8-2005
Hari 2

panas dan rewel

16.00

Keadaan
umum
Sadar,
kurang
aktif ,sesak
(-)

Sadar,
kurang
aktif, pucat
(+)

Tanda vital

Pemeriksaan Fisik

N : 100x/mnt
isi dan tegangan
cukup
RR: 40 x/mnt
t: : 40C

Tetap

Nadi: 140 x/mnt


isi dan tegangan
cukup
RR: 40 x/mnt
t: 37,5oC

Tetap

Laboratorium

Assesment

Terapi

Darah:
Hb: 12,4 gr%
Ht: 37,6 %
Eritrosit:
5.250.000/mmk
MCH: 23,60 pg
MCV: 71,70 fL
MCHC: 32,9 g/dl
Lekosit:
18.000/mmk
Trombosit:
205.000/mmk

- febris 3 hari
- observasi
anemia
- Gizi baik
program:
konsul:
hematologi,
bedah urologi
dan THT

Tetap
Program :
Pengawasan KU
TV
Tunggu PC 40
cc.
Preparat darah
hapus
Urin rutin

Tetap

tetap

PC 40 cc datang
tranfusi PC 12
tts/mntspoel
NaCL sebelum
dan sesudah
transfusi
Awasi tanda dan
reaksi transfusi,
darah rutin pos
transfusi

tetap

Urine:
BJ: 1,01
pH: 6
Protein: 25 mg/dl
Reduksi: 100
mg/dl
Urobilinogen: Bilirubin: Aseton: Nitrit: Epitel: 2/4 LPK
Lekosit: > 100
Eritrosit: 4/6 LPB
Bakteri +

hasil konsul:
THT: tidak
ada fokal
infeksi pada
daetrah THT
Bedah
Urologi:
dx:
parafimosis
dan hernia
scrotalis dx
reponible DD
hidrokel, saran
dilatasi
preputium

Diet

12

Tanggal
5-8-2005
Hari 3

Keluhan
-

Keadaan
umum
Sadar,
kurang
aktif , sesak
(-)

Tanda vital

Pemeriksaan Fisik

N :100x/mnt
isi dan tegangan
cukup
RR: 28 x/mnt
t : 37,2C

Mata: konjungtiva anemis


/Lainnya tetap

Laboratorium

Assesment

Darah malaria: hasil konsul:

- febris 4 hari
- observasi anemia
- parafimosis
- hernia scrotalis
dextra reponibel
DD/ hidrokel
- Gizi baik

THT: tidak ada


fokal infeksi pada
daetrah THT
Bedah Urologi:
dx: parafimosis
dan hernia
scrotalis dx
reponible DD
hidrokel, saran
dilatasi preputium

6-8-2005

Hari 4

Sadar,
kurang
aktif , sesak
(-)

N : 112x/mnt
isi dan tegangan
cukup
RR: 230 x/mnt
t : 37C

Genitalia eksterna:
scrotum dextra benjolan
(+)

hasil konsul bedah


kesan: hernia
scrotalis dekstra
reponibel
Saran: akan
dilakukan operasi
herniotomi bila
dari bagian anak
tidak ada
kontraindikasi, cek
ureum kreatinin,
elektrolit (Na, Cl,
K), PTT & PTTK

- febris 4 hari
- parafimosis post
dilatasi
- hernia scrotalis
dextra reponibel
DD/ hidrokel
- Gizi baik

Terapi

Diet

Tetap
Tetap
Dilakukan
dilatasi
peputium pada
poli 153
Progrram :
- evaluasi KU
dan TV
- tunggu hasil
darah
malaria
- dilatasi
fimosis
- konsul bedah
anak
tetap
Tetap
Progrram :
Tetap

13

Tanggal
7-8-2005
Hari 5

8-8-2004
Hari 6
Balans cairan
06.00
-187(2,9)
18.00
+13(1,8

Keluhan
-

Keadaan
umum
Sadar,
kurang
aktif ,sesak
(-)

Sadar,
kurang
aktif ,sesak
(-)

Tanda vital

Pemeriksaan Fisik

N :84x/mnt
isi dan tegangan
cukup
RR: 28 x/mnt
t : 37,2C

Tetap

N :124x/mnt
isi dan tegangan
cukup
RR: 30 x/mnt
t : 37C

Tetap

Genitalia eksterna:
scrotum dextra benjolan
(-)

Laboratorium

Assesment

PPT: 11,4 detik


Kontrol: 12 detik
PTT: 52,1 detik
Kontrol: 36,7 detik

- ISK
- observasi anemia
perbaikan
- parafimosis post
dilatasi
Urea: 10 mg/dl
- hernia scrotalis
Creatinin: 0,33
dextra reponibel
mg/dl
DD/ hidrokel
Kalium: 5.3 mmol/L - Gizi baik
Natrium: 136
mmol/L
Chlorida: 108
mmol/L
ISK
- observasi anemia
perbaikan
- parafimosis post
dilatasi
- hernia scrotalis
dextra reponibel
- Gizi baik

Terapi

Diet

Tetap
Tetap
Program: tetap

tetap
program:
ap
persiapan
herniotomi hari
selasa
konsul bedah
dan
anestesiologi
pindah rawat
ke A3

tet

14

G.

HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Kunjungan rumah tanggal 26 September 2004 pukul 09.30 WIB.


Keadaan Rumah

Ruangan

Status

: rumah sendiri

Ukuran

: 4 m x 10 m

Halaman rumah

: ada

Teras rumah

: tidak ada

Dinding rumah

: tembok

Lantai rumah

: tanah

: 1 ruang tamu ukuran 3x2 m, 2 ruang tidur ukuran 2x2 m.


Dapur di dalam rumah, kamar mandi dan WC di luar rumah.

Penghuni

: 4 orang

Ventilasi

: Cukup memadai, setiap ruangan ada jendela.

Pencahayaan

: pencahayaan cukup, karena sinar matahari dapat masuk

Kebersihan

: kurang

Sumber air minum: air sumur gali, jumlah air cukup, kualitas kurang.
Tempat sampah

: kurang memadai, jumlah 1 dan tak ada tutupnya.

Kebiasaan sehari-hari
Ayah bekerja sebagai tukang becak dan sampingan bekerja sebagai petani
garapan. Ibu bekerja sebagai petani garapan. Makanan dan minuman dimasak
sebelum dimakan. Sumber air minum dari beli pada penjual air seharga Rp. 1000
per derigen. Alat makan dicuci dengan air sumur dan sabun cuci piring. Mandi
dua kali sehari menggunakan air sumur dan sabun. Pakaian kotor dicuci 2 hari
sekali. Rumah disapu 1 kali sehari, sampah dibuang di tempat sampah. Jika ada
keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas atau dokter.

15

Lingkungan
Rumah penderita terletak di kelurahan Sawojajar. Rumah bersebelahan
dengan tetangga, tidak memiliki teras dan halaman, keadaan sekitar agak kotor
dan tidak terjaga kebersihan di lingkungan sekitar.
Rumah penderita berdinding tembok, jendela ada, ventilasi cukup. Dapur
berada di dalam rumah, kamar mandi dan WC berada di luar rumah. Penghuni
rumah ada 4 orang : ayah, ibu dan 2 orang anak
Gambar 1 : Denah rumah

A AB

Kamar
Tidur
A

Kamar
Tidur

Dapur

Kamar mandi / WC

Keterangan

= ventilasi / Nako
AB = kaca blok
O

= pintu keluar masuk

16

Pemeriksaan Fisik Saat Kunjungan Rumah


Seorang anak perempuan, umur 12 tahun, Berat Badan (BB): 20,7 kg,
Panjang Badan (TB): 132 cm
Tanggal 26 September 2004, pukul 11.00 WIB
K U : anak sadar, kurang aktif, sesak (-), sianosis (-), perut tampak besar, tampak
kurus.
T V : N : 84 / mnt isi dan tegangan cukup
RR : 24 /mnt

: 37oC

Status Internus
Kepala

: Mesosefal

Rambut

: Hitam, tidak mudah dicabut

Kulit

: turgor kulit kembali cepat

Mata

: konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-)

Hidung

: nafas cuping (-)

Telinga

: discharge (-)

Mulut

: sianosis (-), bibir pucat (-)

Tenggorok

: T1-1, faring hiperemis (-)

Leher

: pembesaran nnll cervikalis -/-, vena jugularis tidak melebar

Dada

Paru

: simetris, statis dinamis. Retraksi (-)

Pal : stem fremitus kanan = kiri


Per : sonor seluruh lapangan paru
Aus : Suara dasar: vesikuler, Suara tambahan: ronkhi (-), wheezing (-),
hantaran (-)
Jantung

: ictus cordis tampak, di SIC V medial linea mid clavicula sinistra

Pa : ictus cordis teraba di SIC V, medial LMCS, melebar ke lateral


dan inferior, kuat angkat (-). Thrill (-)
Pe : konfigurasi jantung membesar, bergeser ke lateral kiri-bawah
Au : Bunyi Jantung

I-II

normal, bising (+) pansistolik grade III /6

dengan punctum maximum di apeks cordis, dijalarkan ke axilla.


Gallop (-)
Abdomen I

: cembung, kencang, venektasi (+)

17

Pa : hepar dan lien sulit dinilai, nyeri tekan (-). LP : 62 cm


Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (+), undulasi (+)
Aus : bising usus (+) menurun
Ekstremitas

Superior

Inferior

Oedem

-/-

-/-

Sianosis

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

Capillary refill

<2

<2

Clubbing finger

-/-

-/-

Telapak pucat

-/-

-/-

Nodul subkutan

-/-

-/-

18

BAB III
PEMBAHASAN

A. DIAGNOSIS
1. Kardiomiopati Dilatasi
Kardiomiopati adalah suatu istilah orbitrer yang mencakup semua keadaan
dimana patologi miokardial yang merupakan tanda dominan dan tidak ada dasar
struktural yang nyata bagi ketidakmampuan jantung. Kardiomiopati dilatasi adalah
penyakit miokardium yang ditandai oleh gangguan fungsi sistolik ventrikel,
khususnya ventrikel kiri, yang mengakibatkan gagal jantung (1).
Penyakit jantung kardiomiopati dapat disebabkan berbagai faktor etiologi.
Dan sulit untuk mendeteksi penyebab primer dari penyakit ini (2). Etiologinya terbagi
menjadi 2 yaitu :
1. Penyebab primer kardiomiopati dilatasi

Penyakit akibat pembentukan atau penggunaan energi


-

Defisiensi karnitin primer

Defisiensi karnitin sekunder

Penyakit mitokondria terkait-X

Gangguan enzim transferase

Penyakit glikogen storage tipe 4

Pewarisan terkait-X

Gangguan enzim lisosom


-

Gangliosidosis

Sandoff

Gangguan metabolik lain


-

Penyakit storage asam fitanat

2. Penyebab sekunder kardiomiopati dilatasi

Infeksi
-

Septikemia

19

Pascamiokarditis

Nutrisi
-

Defisisensi tiamin

Defisiensi selenium

Endokrin
-

Hipo- dan hipertiroidism

Hipoparatiroidism

Feokromasitoma

Hipoglikemia

Obat obatan / Toksin


-

Antrasiklin

Katekolamin

Lain lain
-

Epidermolisis bulosa

Sindroma Turner

Penyakit kardiomipati dilatasi dapat disebabkan oleh berbagai hal diatas. Dan
yang terbanyak adalah kardiomiopatio dilatasi idiopatik dengan angka kejadian 36,5
per 100.000. Bila pengobatan konvensional tidak menghasilkan efek yang cukup
untuk mengatasinya maka transplantasi jantung merupakan satu satunya
penanganan yang dianjurkan untuk tingkat akhir dari penyakit ini. Maka 5 year
mortality rate adalah 20 60 %. Perjalanan klini dari penyakit ini pada pasien
dewasa dan anak anak tidaklah dapat ditebak, dapat kematian akibat gagal jantung
yang tak terdeteksi atau kadang kadang penyembuhan spontan (2).
Pada penderita kardiomiopati biasanya berkembangnya gejala berkorelasi
dengan tingkat disfungsi miokard. Gejala yang umum pada anak anak adalah nafas
yang memendek dan intoleransi pada latihan atau cepat lelah yang disebabkan oleh
cardiac output yang tidak adekuat dan kongesti vena pulmonal. Gejala tambahan
dapat timbul bila disebabkan oleh berbagai penyakit antara lain infeksi viral dan
demam rematik, apabila kardiomiopati tersebut merupakan sekunder dari poses
inflamasi tersebut

(2)

. Pada pemeriksaan awal, anak akan tampak gelisah, takipneu

20

dan takikardi, kemudian tekanan darah akan rendah akibat cardiac output yang tidak
adekuat, serta denyut jantung akan meningkat. Apabila takikardi mencapai
maksimum untuk setiap umur akan menyebabkan supraventrikular takikardi atau
ventrikular takikardi. Pada palpasi daerah prekordium akan terjadi pergeseran
puctum maksimum ke lateral bawah. Irama gallop biasanya terdengar, terutama pada
penderita kardiomiopati dilatasi yang berat. Bising yang umum terdengar pada
kardiomiopati dilatasi sekunder adalah bising regurgitasi mitral. Perut yang
membesar adalah umum. Liver span akan meningkat disertai penurunan tepi hepar ke
abdomen. Kadang kadang asites dapat terjadi

(2)

. Edema perifer dapat timbul pada

perjalanan penyakit yang panjang.


Pada pemeriksaan EKG, pada kardiomipati dilatasi biasanya menunjukkan
sinus takikardi. Apabila ditemukan supraventrikular takikardi atau ventrikular
takikardi harus ditangani secara agresif, karena hal ini sulit untuk ditoleransi oleh
penderita. Dan dapat juga ditemui segmen ST yang tidak spesifik dan abnormal Twave. Pada pemeriksan foto thoraks dapat ditemukan dilatasi atrium kiri dan
ventrikel kiri dan juga dapat ditemukan efusi pleural. Sedangkan Ekhokardiografi
merupakan alat diagnostik yang baik untuk menegakkan diagnosa kardiomiopati
dilatasi. Ruang ruang di jantung tampak dilatasi terutam atrium kiri dan ventrikel
kanan.
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita Kardiomiopati Dilatasi
yang bersifat ringan bahkan yang berat dapat menyebabkan kematian. Antara lain (4) :
1. Gagal Jantung
Umum terjadi pada kardiomiopati dilatasi. Hal ini terjadi apabila otot
jantung tidak mampu memompa darah secara efisien. Sehingga
menyebabkan penimbunan cairan di paru atau jaringan.
2. Fibrilasi Atrium
Merupakan irama abnormal yang sering ditemui pada kardiomiopati
dilatasi. Denyut jantung irregular dan cepat menyebabkan gejala palpitasi,
meningkatkan nafas pendek dan cepat lelah. Dapat juga menyebabkan
pembentukan emboli.

21

3. Bekuan Darah
Pada kardimiopati dilatasi aliran darah lebih lambat dari normal. Hal ini
dapat menyebabkan terbentuknya bekuan darah di jantung. Apabila
bekuan darah tersebut masuk ke dalam sirkulasi darah dapat
menyebabkan sumbatan di otak yang menyebabkan kerusakan.
4. Gangguan irama jantung yang sering terjadi adalah
-

Ventrikular takikardi
Denyut jantung yang sangat cepat dan merupakan masalah serius yang
sering terjadi pada penderita kardiomiopati dilatasi. Hal ini sering
dihubungkan dengan penurunan tekanan darah dan gejala pusing, sesak
nafas, dan ingin pingsan namun dapat juga tidak timbul gejala.

Fibrilasi ventrikel
Jarang terjadi. Gangguan yang berat dan serius pada aktivitas elektrik
irama jantung. Dapat menyebabkan kolaps dan menyebabkan kematian
bila tidak dikoreksi.

Sudden death
Kemungkinan terjadi kecil namun terjadi dengan sedikit atau tanpa
peringatan. Biasanya disebabkan oleh aritmia berat atau bekaun darah
yang besar

Heart block
Terjadi bila sistem konduksi jantung terganggu dapat menyebabkan
jantung menjadi lambat.

Diagnosa Kardiomiopati Dilatasi pada anak ini ditegakkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
1. Dari anamnesis, sejak anak berusia 8 tahun anak sering sesak, terutama bila
beraktivitas cukup berat (olahraga di sekolah, berjalan kaki pulang sekolah) dan
berdebar - debar yang merupakan gejala awal dari kardiomipati yang
menyebabkan gagal jantung kongestif.
2. Dari anamnesis, anak sering menderita nyeri sendiri yang berpindah pindah.
Yang merupakan salah satu tanda dari penyakit jantung rematik yang masih

22

meragukan. Sehingga untuk saat ini suspek PJR menyebabkan Kardiomiopati


Dilatasi pada penderita.
3. Dari pemeriksaan fisik, didapat kecurigaan adanya kelainan katup, berupa
insufisiensi mitral ( bising pansistolik derajat III/6 dengan punctum maximum di
apeks cordis, dijalarkan ke axilla).
4. Dari pemeriksaan penunjang (EKG) diketahui adanya pembesaran atrium kiri.
5. Dari pemeriksaan Ekhokardiografi diketahui adanya dilated cardiomyopathy dan
RA & LA dilated.
6. Dari pemeriksaan X foto thorak diketahui adanya kardiomegali serta pulmo
dalam batas normal.
Pada anak ini terjadi gagal jantung NYHA II yang diketahui dari :

Anamnesa: sesak jika beraktifitas fisik cukup berat

Pemeriksaan fisik dan penunjang: kardiomegali (+)

Selain itu dari anamnesa diperoleh kecurigaan penderita menderita penyakit


jantung rematik yang didahului demam rematik, yang dapat menyebabkan
kardiomipati dilatasi yang diderita sekarang. Sehingga dalam pengelolaan dilakukan
pengobatan terhadap gagal jantung dan juga terhadap penyakit jantung rematik.
2. Parafimosis
Parafimosis adalah Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di
rongga perut. Seirn dikatakn pembentukan asites merupakan tanda prognosis yang
kurang baik dan pengelolaan penyakitnya akan menjadi sulit. Asites juga dapat
menjadi sumber infeksi seperti setiap penimbunan cairan secara abnormal dirongga
tubuh yang lain. Infeksi akan lebih memperberat perjalanan penyakit dasarnya. (6).
Asites lanjut sangat mudah untuk dikenali. Pada inspeksi akan tampak pertu
membuncit, dan pada umumnya gizi kurang, otot atrofi. Tanda fisis lainnya yang
ditemukan pada penderita yaitu pekak samping dan pekak alih yang menunjukkan
akumulasi cairan dalam rongga perut. Pada pemeriksaan USG ditemukan adanya
asites masif dan hepatomegali.
Asites dapat terbentuk oleh berbagai hal, antara lain :
Peningkatan tekanan hidrostatik

23

1.

Sirosis

2.

Oklusi vena hepatik

3.

Obstruksi vena cava inferioi

4.

Perikarditis konstriktif

5.

Gagal jantung kongestif

Penurunan tekananan koloid osmotik


1. Penyakit hepar terminal disertai sinteis protein yang rendah
2. Sindroma nefrotik disertai kehilangan protein
3. Malnutrisi
Peningkatan permeabilitas kapiler peritoneal
1.

Peritonitis tuberkulosa

2.

Peritonitis bakterial

3.

Keganasan pada peritoneum

Kebocoran cairan di rongga perut


1.

Bile asites

2.

Urin asites

3.

Pankratik asites

Lain lain
1.

Miksedema

2.

Sindroma Meigs

3.

Hemodialisis kronik

Manifestasi klinik asites sangat bervariatif sperti penambahan ukuran perut,


rasa cepat kenyang, sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemui
-

Distensi abdomen

Pembesaran pada sisi perut

Timpani pada bagian atas

Undulasi (+)

Pekak alih (+)

Asites pada penderita ini

diduga karena gagal jantung kongestif akibat

kelainan anatomis yaitu kardiomipati dilatasi yaitu penyakit miokardium yang

24

ditandai oleh gangguan fungsi sistolik ventrikel, khususnya ventrikel kiri yang
mengakibatkan gagal jantung kongestif. Gejala biasa dimulai dengan anoreksia,
batuk, disusul sesak nafas. Pada keadaan yang berat kulit terasa dingin dan pucat,
terdapat pembesaran hati, sembab, serta kardiomegali yang nyata. Dan terdapat irama
derap dan bising sistolik akibat adanya inkompetensi mitral atau trikuspid. Pada
penderita ini ditemukan gejala gejala yang mengarah pada kardiomiopati dilatasi dan
ditegakkan dengan hasil Ekhokardiografi. Dan juga ditemukan dilatasi dari atrium
kiri dan atrium kanan akan memperberat kegagalan kerja jantung. Kontraksi miokard
sangat lemah, septum ventrikel dan dinding belakang ventrikel kiri yang tipis dan
sangat hipokinetik. Apabila keadaan gagal jantung ini berlangsung cukup lama,
cairan yang terbendung akan terakumulasi secara sistemik yaitu dibagian kaki, asites,
hepatomegali bahkan efusi pleura dan lain lain.
Dari pemeriksaan penunjang dan kansul dari bagian Hepatologi dan Nefrologi
bahwa tidak ada kelainan pada kedua fungsi organ tersebut dan diduga penyebab
asites pada penderita disebabkan oleh penyakit jantungnya.
4.Anemia Mikrositik Hipokromik

Anemia adalah keadaan dimana hemoglobin,hematokrit, dan jumlah


eritrosit kurang dari normal sesuai umur dan jenis kelamin.Sesuai standar WHO
bahwa anak berusia 6 bulan sampai 6 tahun dengan Hb di bawah 11 gr/dl sudah
dikatakan menderita anemia.
Pengelompokan jenis anemia didasarkan atas sebabnya dikelompokkan
dalam :
1. Ketidakmampuan membuat sel darah merah di sumsum tulang.
2. Anemia karena perdarahan akut maupun kronis.
3. Anemia hemolitik.
Pembagian berdasarkan morfologi sel darah merah :
1. Anemia makrositik
2. Anemia normositik
3. Anemia ringan

25

4. Anemia mikrositik
Makrositik, normokromik, mikrositik, ditentukan atas dasar indeks
eritrosit.
Bentuk sel darah merah
Makrositik
Normositik
Mikrositik ringan
Mikrositik hipokrom

MCV
> 94
80-90
<80
<80

MCHC
>30
>30
<30
<30

Pada kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut :


Hb

: 9,3 mg/dl

Ht

: 29,3 %

MCV

: 68,4 fl

MCH

: 21,8 pg

MCHC

: 31,9 %

Kesan

: Anemia mikrositik
Pendekatan diagnostik anemia berdasarkan morfologi sel darah merah

dari sediaan darah hapus:


Hipokrom mikrositik

: Anemia defisiensi besi


Anemia sideroblastik
Thalassemia

Makrositik

: Anemia megaloblastik

Normokrom

: Kehilangan darah akut


Infeksi
Gagal ginjal

Khusus

: Sperositosis : kongenital
Autoimun
Anemi hemolitik
Ovalositosis
Sel sickle
Sel target
Sel Burr : luka bakar
A dan B lipoproteinemia(7)

26

Dari pemeriksaan preparat darah hapus :


Sistem eritropoeitik

: poikilositosis (+), anisositosis (-), burr sel (-)


krenasi(-) central pallor > 1/3

Sistem granulopoeitik

: hipergranulasi (-), vakuolisasi (-)

Sistem trombopoeitik

: trombosit bentuk normal,tersebar merata

Kesan

: Anemia mikrositik hipokromik

B. PENGELOLAAN
1. Kardiomiopati Dilatasi
Kardiomiopati dilatasi pada penderita menyebabkan penderita mengalami
gagal jantung NYHA II sehingga diterapi sebagai gagal jantung dan ditemukannya
gejala dari penyakit jantung rematik yang meragukan, dilakukan tindakan
pencegahan dengan pengobatan terhadap penyakit jantung rematik yang dapat
menyebabkan kardiomiopati dilatasi.
Pengobatan kardiomiopati dilatasi yang bersamaan dengan gagal jantung
kongestif meliputi penggunaan dengan sungguh- sungguh semua cara yang untuk
menyokong miokardium dan sirkulasi. Kemungkinan penyembuhan gagal jantung
kongestif yang disebabkan oleh penyakit miokardium sangat berbeda dengan
kemungkinan penyembuhan gagal jantung kongestif akibat cedera struktural,
keberhasilan akhirnya sangat bergantung kepada perbaikan secara bedah. Obatobat kongestif biasa digunakan. Derivat digitalis digunakan dengan hati hati,
karena digitalis dapat menimbulkan aritmia pada miokardium yang meradang.
Diuretik, oksigen, manipulasi elektrolit, pengurangan beban pasca, ventilasi buatan,
dan sedasi, semua dapat digunakan dengan efektif. Obat obat anti aritmia
digunakan bila diperlukan, dengan tetap mengingat bahaya pengaruh campuran
silang. Transplantasi jantung dipikirkan apabila kalau semua yang lain gagal.

27

Untuk gagal jantung pada Kardimiopati Dilatasi, pengelolaannya disesuaikan


dengan pengelolaan gagal jantung kongestif::
-

Menurunkan preload: diberikan diuretik furosemide (Lasix), dengan dosis 1-2


mg/kg BB/dosis, 2x/hari per oral maupun intravena. Pemberian diuretik
disertai dengan KCl 75 mg/kg BB/hari per oral atau 1 meq/l/kg BB/hari untuk
mencegah hipokalemi. Pada pasien ini diberikan lasix 2x20 mg/hari dan KCl
3x250 mg/hari, dengan pemantauan diuresis tiap 12 jam.

Menurunkan afterload: diberikan vasodilator captopril (ACE inhibitor)


dengan dosis pada anak 12,5 mg/dosis, 2x/hari. Pada pasien ini diberikan
captopril 2x 12,25 mg/hari.

meningkatkan kontraktilitas jantung, diberikan obat digitalis (digoxin)


dengan dosis 0,03 mg/kg BB/hari,iv/im. Pada pasien ini diberikan digoxin 2 x
0,1 mg/hari.

Juga untuk memperbaiki oksigenasi, diberikan oksigen 28% lewat nasal kateter
2 lt/menit bila perlu. Untuk memudahkan buang air besar, sehingga penderita
gagal jantung tidak perlu kuat-kuat mengejan, diberikan laksantia.
Untuk penanganan dan pencegahan sekunder dari Penyakit Jantung Rematik
yang diduga diderita oleh penderita maka dilakuakan serangakainan pengobatan
untuk Penyakit Jantung Rematik :

Aspek medikamentosa

Pengelolaan penderita yang utama adalah eradikasi kuman streptokokus/


pencegahan primer, pencegahan dan menghilangkan gejala yang menyertainya.
Eradikasi Streptococcus / Pencegahan Primer (1,2,6,9)
Pengobatan terhadap faringitis streptokokal untuk mencegah serangan primer
demam rematik maupun pada pasien yang kembali terkena Demam Rematik
Akut.
-

Benzatin penisilin G dengan dosis 600.000 1.200.000 i.u., im (single dose)


atau prokain penisilin 50.000 100.000 i.u/kg BB/hari, im, dengan dosis
terbagi selama 10 hari berturut-turut.

Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritromisin/lyncomisin 50


mg/kg BB/hari , dibagi dalam 2-4 dosis selama 10 hari berturut-turut.

28

Pada penderita ini diberikan Benzatin Penisilin G dengan dosis 900.000 i.u, im,
single dose, dengan pertimbangan agar dapat cepat bekerja mengeradikasi
streptococus.
Pencegahan Sekunder (1,2,6,9)
Bertujuan mencegah serangan ulangan Demam Rematik Akut yang dapat
memperberat cacat jantung / timbulkan cacat baru.
Diberikan Benzatin Penisilin 600 ribu 1,2 juta i.u., i.m, tiap bulan (28 hari)
selama:
-

5 tahun untuk Demam Rematik Akut tanpa karditis

25 tahun untuk Demam Rematik Akut dengan karditis ringan

seumur hidup untuk karditis berat dengan gagal jantung dan cacat katup berat

Selain itu, dapat juga diberikan obat per oral berikut (walaupun kurang efektif
dibanding benzatin penisilin):
-

Penisilin V 250 mg, 2x/hari

Sulfadiazin 500 mg 1x/hari

Eritromisin 250 mg 2x/hari

Pada pasien ini, karena diduga terdapat karditis dengan gagal jantung, maka
akan diberikan suntikan benzatin penisilin tiap bulannya (tiap kali kontrol)
seumur hidup apabila diagnosa PJR telah tegak.
Obat Anti Inflamasi (1,2,6,9)
-

Salisilat (Aspirin)
Digunakan untuk demam Rematik dengan poliarthritis untuk
meredakan nyeri dan bengkak pada sendi. Beberapa literatur menyarankan
untuk tidak digunakan sebelum diagnosa klinis dan laboratorium telah
ditegakkan, agar tidak mengaburkan gejala dan diagnosa.
Pada minggu I: 100 mg/kg BB/hari, dibagi 3 dosis setelah makan, maksimal
1500 mg/hari selama 2 minggu, selanjutnya 70 mg/kg BB/hari, dibagi 3
dosis, dilanjutkan untuk 2-3 minggu

29

Beberapa literatur juga ada yang menyarankan pemberian aspirin pada


karditis ringan-sedang, dengan dosis 90-100 mg/kg BB/hari, dibagi 4-6 dosis
selama 4-8 minggu, kemudian diturunkan dalam waktu 4-6 minggu.
Pada pasien ini diberikan Aspirin 3x250 mg selama dirawat di rumah
sakit.
-

Kortikosteroid ( Prednison)
Untuk Demam Rematik Akut dengan karditis, dengan atau tanpa
gagal jantung. Ada beberapa literatur lain yang menyarankan untuk
digunakan hanya pada karditis berat. Dosis: 2 mg/ kg BB/ hari dibagi dalam
3-4 dosis, kemudian diturunkan setelah 2 minggu secara bertahap. Pada
minggu terakhir pengobatan prednison, salisilat(aspirin) juga perlu diberikan
untuk mencegah terjadinya rebound phenomen
Pada pasien ini diberikan prednison 50 mg / kg BB/ hari , dibagi dalam 3
dosis dengan pemberian 3-3-2 tablet. Selanjutnya akan di tappering off.

Aspek dietetik

Tujuan manajemen nutrisi dan dietetik pada anak dengan penyakit jantung adalah
membantu tumbuh kembang anak, agar secara fisik, sosial dan intelektual dapat
berkembang secara optimal. Manajemen nutrisi meliputi peningkatan masukan
kalori dan protein, restriksi yang mencukupi dari cairan dan natrium, serta
suplementasi vitamin dan mineral, terutama besi, kalsium,kalium dan vitamin
B/C. (6,13,14)

Kebutuhan kalori dan protein (6,13,14)


Kebutuhan diet pada penderita Penyakit Jantung Rematik tergantung
pada keadaan umum dan berat ringannya penyakit. Pada umumnya
dibutuhkan diet berupa makanan tinggi kalori cukup protein. Tambahan
vitamin dapat dibenarkan. Sedangkan diet untuk penderita gagal jantung
umumnya berupa makanan lunak lauk saring yag mudah dicerna dan rendah
garam. Jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan.

30

Imbang Cairan (6,13,14)


Imbang cairan harus mendapat perhatian yang utama, karena pada anak
dengan kelainan jantung terjadi cukup banyak pengeluaran air melalui
pernapasan karena takipneu dan demam. Sebaliknya pemberian cairan harus
dibatasi menjadi 70-85% kebutuhan rumat, untuk menghindari kelebihan
cairan pada gagal jantung. Pada gagal jantung, biasanya diusahakan
keseimbangan cairan yang negatif / keadaan dehidrasi ringan. Namun harus
dipantau terus, mengingat kerja pernapasan yang meningkat akan
meningkatkan kebutuhan cairan. Pemantuan klinis (imbang cairan,turgor,
pola pernapasan) serta laboratoris (analisa gas darah dan elektrolit)
menentukan jumlah cairan yang harus diberikan. Pada penderita gagal
jantung yang berat, seringkali masukan cairan dan makanan per oral tidak
memadai atau mengandung bahaya terjadi aspirasi. Oleh karena itu, sering
harus diberikan cairan intravena. Karena adanya kecenderungan terjadi
retensi cairan dan natrium pada penderita gagal jantung , maka diberikan
cairan tanpa natrium. Masukan natrium tidak boleh lebih dari 1000 mg/hari.

Suplementasi (6,13,14)
Gizi kurang karena kecepatan pertumbuhan menurun sering terjadi
pada anak dengan kelainan jantung. Untuk itu, suplementasi seringkali
dibutuhkan.Selain itu, kalsium, kalium dan natrium dapat ditambahkan
beserta roboransia lain, seperti vitamin C dan B komplek.
Pada penderita ini diberikan diet lunak, susu dan buah berkalori dan
berkalium

tinggi

(pisang)

untuk

mencukupi

kebutuhan

nutrisinya.

Suplementasi dengan vitamin C dan B komplek juga diberikan. Berdasarkan


rumus Darrow, kebutuhan basal cairan 24 jam pada penderita ini dengan
berat badan 20,7 kg dan suhu badan 37C adalah 1514 cc/hari. Dengan
penghitungan cairan maka kebutuhan cairan menjadi 1440 cc/hari. Sedangkan
kebutuhan kalori dihitung berdasar metabolisme dasar yang disesuaikan
dengan faktor kegiatan jasmani, faktor penyakit, faktor pertumbuhan dan
koefisien absorbsi normal, yaitu sebesar 1514 kkal/hari. Kebutuhan protein
2-4 gr/kgBB/hari sebesar 42 gr/hari.

31

Tabel 2. Kebutuhan dan kecukupan gizi


Cairan

Kalori

Protein

Kebutuhan 24 jam

1514 cc

1514 kkal

42 gr

Infus D5%

480 cc

144 kkal

Diet 3 x lunak

300 cc

1218 kkal

45,45 gr

3 x 200 cc susu

600 cc

366 kkal

18,6 gr

Jumlah

1380 cc

1728 kkal

64 gram

% AKG

91 %

144 %

152 %

Secara keseluruhan penderita ini sudah mendapatkan cairan, kalori dan protein
sesuai kebutuhannya.

Aspek keperawatan (1,2)


Mengingat perjalanan penyakit dan komplikasinya, maka anak dengan

Penyakit Jantung Rematik perlu dirawat inap. Anak harus istirahat total selain
karena kondisinya lemah juga karena adanya komplikasi gagal jantung.

Aspek Edukasi
Orang tua penderita perlu diberikan penjelasan dan pengertian tentang

pengelolaan penyakit yang diderita anaknya, karena terapi pada penyakit ini
merupakan pengobatan yang dilakukan untuk menyokong miokardium dan
sirkulasi dan keberhasilan akhirnya sangat bergantung pada perbaikan secara
bedah.
Orangtua perlu diedukasi untuk mengoptimalkan status gizi anak agar
pertumbuhannya dapat berjalan baik dan daya tahan tubuh meningkat sehingga
anak tidak mudah sakit, dengan cara memberikan makanan yang bergizi dan
seimbang antara makanan pokok (beras putih, beras merah), zat pembangun
(protein: ikan, daging, hati, kacang-kacangan), zat pengatur (vitamin dan mineral:
buah, sayur, dairy product) dan zat tenaga (minyak, mentega, santan),
disesuaikan dengan keadaan sosial ekonomi keluarga. Makanan sebaiknya

32

diberikan dalam porsi kecil namun sering, dengan memberikan snack di antara
waktu makan. Anak juga harus diedukasi untuk menghabiskan makanannya.
2. Observasi Asites
Pengobatan asites yang dapat dilakukan antara lain :
A. Istirahat dan Diet Rendah Garam
Istirahat di tempat tidur akan sangat bermanfaat dan langkah selanjutnya
adalah terapi diet rendah garam. Konsumsi garam perlu dikurangi hingga
kira kira 40 -60 mEq/hari. Kira kira 20 % pasien asites akan
mengelami perbaikan diuresisnya hnaya dengan istirahat dan diet rendah
garam. Namun konsumsi garam yang rendah tidak dianjurkan karena
sering menyebabkan anoreksia dan malnutrisi.
B. Diuretik
Diuretik yang sampai saat ini sering digunakan adalah diuretik distal
khususnya spironolakton dan diuretik loop terutama furosemid.
3. Anemia Mikrositik Hipokromik
a. Aspek Keperawatan
Penderita ini memerlukan pemeriksaan lebih lanjut guna menemukan etiologi
dari anemia dan pengobatan terhadap penyebab anemia tersebut.Selain itu juga
dilakukan pemantauan nilai Hb,Ht,jumlah eritrosit dan nilai indeks eritrosit.
Pada penderita ini telah dilakukan hal-hal tersebut di atas, selain itu juga
dilakukan, pemantauan tanda-tanda vital yang meliputi frekuensi nadi, frekuensi
nafas, dan suhu.
b. Aspek Medikamentosa
Untuk penderita anemia terapi disesuaikan dengan kausanya.Pada penderita ini
belum diketahui kausanya karena belum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
c. Aspek Dietetik
Pada pasien ini tidak diberikan diet khusus untuk anemianya.
d. Aspek Edukasi

33

Penjelasan yang diberikan kepada ibu penderita adalah :


-

Menjelaskan tentang penyakit anemia yang terdapat pada anaknya dan


komplikasi yang bisa terjadi.

Menjelaskan agar ibu memberi makanan yang banyak mengandung besi


kepada anaknya dan juga memberi asupan vitamin C agar penyerepan zat besi
menjadi lebih baik.

Karena anemia dapat disebabkan oleh investasi cacing,maka dianjurkan pada


ibu untuk selalu menjaga higiene dan sanitasi,terutama kebersihan makanan.

Gizi Kurang
Diet yang diberikan pada anak ini disesuaikan dengan berat badan anak
dan keadaan anak.

Cairan

Kalori

Protein

Kebutuhan 24 jam

1514 cc

1514 kkal

42 gr

Infus D5%

480 cc

144 kkal

Diet 3 x lunak

300 cc

1218 kkal

45,45 gr

3 x 200 cc susu

600 cc

366 kkal

18,6 gr

Jumlah

1380 cc

1728 kkal

64

% AKG

91 %

144 %

152 %

C. PROGNOSIS
Morbiditas dan mortalitas dari penyakit ini dipengaruhi oleh keterlibatan
kegagalan fungsi jantung dan menyebabkan komplikasi komplikasi yang
memperberat keadaan penderita. Pada penderita telah tmbul komplikasi yang sering
timbul pada penyakit kardiomiopati dilatasi yang parah. Sehingga sulit untuk
mengatasi atau mencegah timbulnya komplikasi yang lebih lanjut. Sehingga
prognosis penyakit kardiomiopati dilatasi pada penderita untuk kehidupan, untuk
penyakit dan untuk fungsi adalah dubia at malam.

34

BAB IV
RINGKASAN

35

Telah dilaporkan seorang anak dengan kardiomiopati dilatasi, observasi asites


dan dengan gizi kurang yang dirawat di RSDK sejak tanggal 3 September 2004.
Dari anamnesa didapatkan riwayat sesak nafas dan arthralgia. Keluhan
mudah lelah serta sesak setelah beraktivitas. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
asites, kardiomegali dan bising pansistolik grade III/6 dengan punctum maximum di
apex cordis, dijalarkan ke axilla dengan kecurigaan kelainan katub mitral
(insufisiensi mitral). Dari pemeriksaan penunjang EKG diketahui adanya pembesaran
atrim kiri dan X foto thorak didapat kardiomegali. Pada pemeriksan USG diperoleh
asites masif dan hepatomegali. Sedangkan pada pemeriksaan Ekhokardiografi
diketahui adanya dilated cardiomyopathy dan RA & LA dilated.
Setelah 18 hari diberikan pengelolaan medikamentosa, dietetik dan
keperawatan, keadaan umum penderita membaik. Prognosis penderita adalah dubia
ad malam karena kardiomiopati dilatasi dapat berkembang secara lambat dan juga
dapat berkembang progresif dan berakibat fatal. Dengan pengobatan medikamentosa
yang teratur maka akan dapat memperpanjang usia penderita. Apabila pengobatan
dengan medikamentosa yang adekuat tidak dapat memperbaiki fungsi jantung, maka
upaya yang dapat dilakukan adalah trasplantasi jantung, namun mengingat kesulitan
teknis dan hasil yang belum baik menyebabkan cara ini jarang dilaksanakan.

36

DAFTAR PUSTAKA
1. Sastroasmoro S. Buku Ajar Kardiologi Anak. Penerbit EGC. Jakarta. 2000: 356 357.
2. Ascites. Available from URL : http://www.hepcvets.com/se/asciteswhatitis.html
3. Noer S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 1996
4. What

is

Dilated

Cardiomyopathy?.

Available

at

URL

http://cardiomyopathy.org/html/which_card_dcm.htm
5. Siregar AI. Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik: Apakah Ada
Penemuan Baru?. Dalam: Naskah Lengkap Sinas Kardiologi Anak V, Palembang
2001: 109-121.
6. Wahab AS. Penyakit Jantung pada Anak. Penerbit EGC. Jakarta.2002:89-126
7. Cheitlin MD. McIlroy MB. Clinical Cardiology. Lange Medical Book. USA.
1993: 185-90.
8. M. Ayoub E. Acute Rheumatic Fever. dalam: Heart Disease in Infants, Children
and Adolescents.Sixth ed. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2001:
1226-41
9. Hartantyo I, dkk. Pedoman Pelayanan Medik Anak SMF Kesehatan Anak RSUP
Dr. Karyadi Semarang. 1997: 102-107; 142-147
10. Nathan O. Hematology of Infancy and Childhood fourth ed. WB Saunders
Company. Philadelphia. 1993: 593-97.
11. M. El Said G. Acute Rheumatic Disease and Rheumatic Heart Disease. Dalam:
Garson A, Bricher JT, McNamara D. The Science and Practice of Pediatric
Cardiology. Lea & Febiger. Philadelphia. 1990: 1485-1502
12. Park Myung K. The Pediatric Cardiology Handbook. Mosby. Philadelphia. 1997:
148-53.
13. Sutaryo. Seminar Anemia Defisiensi Besi 2004. Penerbit Medika UGM.
Yogyakarta. 2004
14. Susanto JC. Bahan Kuliah: Nutrisi pada Anak dengan Kelainan Jantung
15. Pudjiadi. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Gaya Baru. Jakarta. 2004:23

37

Anda mungkin juga menyukai