PENGERTIAN
Menurut Brunner dan Suddarth (2001), cedera kepala adalah cedera yang terjadi
pada kulit kepala, tengkorak dan otak, sedangkan Doenges, (1999) cedera kepala adalah
cedera kepala terbuka dan tertutup yang terjadi karena, fraktur tengkorak, kombusio
gegar serebri, kontusio memar, leserasi dan perdarahan serebral subarakhnoid, subdural,
epidural, intraserebral, batang otak.
Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Pierce & Neil. 2006).
Adapun menurut Brain Injury Assosiation of America (2009), cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan
oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow (SKG) sebagai berikut :
1. Ringan (SKG 13 15)
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit. Tidak
ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.
2. Sedang (SKG 9 12)
Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24
jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3. Berat (SKG 3 8)
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. Juga meliputi
kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
A. ETIOLOGI
Adapun penyebab dari cidera kepalakarena:
1. Kecelakaan lalulintas
2. Kecelakaanolahraga
3. Penganiayaan
4. Tertembak
5. Jatuh
6. Cedera akibat kekerasan.
B. TANDA DAN GEJALA
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebingungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan muntah
6. Pusing kepala
7. Terdapat hematoma
8. Kecemasan
9. Sukar untuk dibangunkan
10. Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal
C. POHON MASALAH
D.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
EDH, SDH, SAH, dan Edema Serebri
1. Scan CT (tanpa/dengan kontras)
F.
Mengidentifikasi adanya sol, hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
2. MRI
G.
Sama dengan scan CT dengan atau tanpa kontras.
Angiografi serebral
Cerebral3.hemodinamik
focal injuri
Gangguan cerebral blood flow
H.
Menunjukan kelainan sirkulasi serebral, seperti pengeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma
Cerebral blood flow falls to less than 25
4. EEG
I. andUntuk
memperlihatkan
keberadaan atau
berkembangnya
gelombang
mL/100
g/min (Smeltzer
& Bare,patologis.
2008)
Focal dilatation
focal blood
flow
Cerebral iskemik
5. Sinar X
J.
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan, edema), adanya
Altered blood
brain-barier
Respon seluler
fragmen
tulang. and
Fungsi cerebral menurun
6.vasomotor
BAER (Brain
tone Auditory Evoked Respons)
K.
Menentukan fungsi korteks dan batang otak.
CBF 15-20 ml/100g/mnt
7. PET (Positron Emission Tomography)
Kegagalan
glikolisis
anaerobik,
produksi
gangguan elektrik pada EEG
Perpindahan
ke ruang perubahan aktifitas metabolisme pada otak.
L. cairan
Menunjukan
fosfokreatin
dan
ATP
(isoelektrik)
8. ekstraseluler
Fungsi lumbal, CSS
(Hickey,
1997)
M. Dapat menduka kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid.
9. GDA (Gas Darah Artery)
Kegagalan ATP pump
Vasogenic
edema
N.
Mengetahui
adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK.
CBF 6-10 ml/100g/mnt
10. Kimia /elektrolit darah
gangguan membran sel (ionic
O.
Mengetahui ketidak seimbangan yang berperan dalam peningkatan TIK/perubahan mental.
Gangguan keseimbangan elektrolit
pump : K, Na, dan Ca)
11. Pemeriksaan toksikologi
intrasel (Na,
Ca, terhadap
air masukpenurunan
ke sel) dankesadaran.
pH
P.
Mendeteksi obat yang mungkin bertanggung
jawab
menurun
12. Kadar antikonvulsan darah
Q.
Dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup fektif untuk mengatasi kejang.CBF
( Doenges,
1999)
<6ml/100g/mnt
8-12
R.
jam neuron mengecil,
S.
Cytotoxic edema
sitoplasma, nukleus rusak &
T.
sel mati (Dutka, 1991 dlm
Hickey, 1997)
Deficit Neurologic
U. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
2. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi.
3. Pemberian analgetik.
4. Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu; manitol 20%, glukosa 40% atau gliserol.
5. Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole.
6. Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan) 2-3 hari kemudian diberikan
makanan lunak.
7. Pembedahan. (Smelzer, 2001)
V.
W. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas pasien
X.
Kaji pasien mengenai nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosamedik, tanggalmasuk, dan tanggalpengkajian
2. Riwayat kesehatan
Y.
Kaji pasien mengenai waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang
b. Peredaran Darah/Sirkulasi
Z. Tekanan darah normal/berubah (Hypertensi), denyut nadi : (Bradikardi, tachukardi, dystitmia). Pengaruh perdarahan organ atau
pengaruh PTIK
c. Eliminasi
e. Persyarafan/Neurosensori
f. Kenyamanan/Nyeri
Wajah mengerut, respon menarik diri pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah.
g. Pernapasan
h. Pengkajian Keamanan
i. Konsep diri
j. Interaksi sosial
AA.
AB.
AC. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dibuktikan dengan trauma
2. Nyeri akut b.d agens cedera fisik (trauma)
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d Immobilisasi
4. Kerusakan memori b.d hipoksia, gangguan neurologis
5. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas, ditandai dengan dispnea
6. Resiko kekurangan volume cairan b.d mual muntah
7. Resiko perdarahan b.d terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot, vaskuler, dan tulang
8. Resiko infeksi b.d terputusnya kontinuitas jaringan kulit
9. Resiko cedera b.d gangguan kesadaran
10. Ansietas b.d gangguan kesadaran
AD.
AE.
AF.INTERVENSI
AG. AH. Diagnosa
N
Keperawatan
AJ. Interven
AK. Rasion
Kriteria Hasil
si (NIC)
al
o
AL. AM.
1
Res
AN.
(NOC)
Setelah
AO.
Manajem AQ.
Manaje
iko
diberikan asuhan
en Edema
men Edema
ketidakefektifa
keperawatan selama
Serebral
Serebral
n perfusi
jaringan otak
dapat meminimalkan
adanya
mengetahui
b.d trauma
komplikasi yang
kebingungan,
adanya
perubahan
kebingunga
hasil:
pikiran,
n,
1. Tekanan
keluhan pusing,
perubahan
intrakranial dalam
kisaran normal
2. Tekanan darah
sistolik dalam
kisaran normal
3. Tekanan darah
diastolik dalam
kisaran normal
4. Nilai rata-rata
tekanan darah
dalam kisaran
normal
5. Hasil serebral
pingsan
2. Monitor status
neurologi
dengan ketat
1. Untuk
yang
dialami
pasien
2. Mengetahui
dan
normal atau
bandingkan
tidaknya
dengan nilai
status
normal
3. Monitor TTV
4. Monitor
karakteristik
cairan
serebrospinal:
neurologi
3. Mengetahui
tanda-tanda
vital pasien
dalam batas
normal atau
angiogram dalam
warna,
kisaran normal
kejernihan,
konsistensi
5. Monitor TIK
dan CPP
6. Monitor status
pernapasan:
frekuensi,
tidak
4. Untuk
mengetahui
karakteristik
dari cairan
serebrospina
l
5. Untuk
irama,
mengetahui
kedalaman
TIK dan
pernapasan,
PaO2, PCO2,
pH, bikarbonat
7. Hindari fleksi
leher, atau
fleksi ekstrem
pada
lutut/panggul
8. Posisikan
CPP
6. Untuk
mengetahui
status
pernapasan
pasien
7. Untuk
mengantisip
asi
tinggi kepala
terjadinya
tempat tidur 30
cidera
derajat atau
kepala yang
lebih
lebih berat
9. Lakukan
AP.
8. Posisi
latihan ROM
tersebut
pasif
dapat
Monitor
membuat
Tekanan Intra
pasien
Kranial (TIK)
merasa lebih
1. Bantu
menyisipkan
perangkat
pemantauan
TIK
2. Rekam
pembacaan
tekanan TIK
3. Monitor
kualitas dan
karakteristik
gelombang
TIK
4. Monitor status
neurologis
5. Monitor
jumlah, nilai,
nyaman dan
aman
9. Latihan
ROM pasif
digunakan
agar pasien
tidak
mengalami
kekakuan
pada sendi
AR.
Monitor
Tekanan Intra
Kranial (TIK)
1. Digunakan
untuk
memantau
dan
karakteristik
pengeluaran
cairan
serebrospinal
(CSF)
6. Letakkan
tekanan
intrakranial
2. Rekam
pembacaan
tekanan TIK
digunakan
untuk
kepala dan
mengetahui
leher pasien
kualitas dan
dalam posisi
karakteristik
netral, hindari
gelombang
fleksi pinggang
yang
berlebihan
7. Ganti prosedur
TIK
3. Untuk
mengetahui
kualitas dan
penyedotan
karakteristik
untuk
gelombang
meminimalkan
peningkatan
TIK dengan
pengenalan
kateter
TIK
4. Mengetahui
normal atau
tidaknya
status
neurologi
(misalnya,
5. Agar output
memberikan
cairan
lidokain dan
serebrospina
membatasi
l pasien
jumlah
pengeluaran
suksion)
8. Berikan agen
terpantau
6. Untuk
mengantisip
asi
farmakologis
terjadinya
untuk
cidera
mempertahank
kepala yang
an TIK dalam
jangkauan
tertentu
lebih berat
7. Untuk
meminimalk
an
peningkatan
TIK
8. Agen
farmakologi
s digunakan
untuk
mempertaha
nkan TIK
dalam
jangkauan
Setelah
AW.
Manaje
tertentu
AZ. Manaje
AV.
b.d trauma
dilakukan asuhan
men nyeri :
men nyeri :
AU.
keperawatan
1. Lakukan
1. Mengetahui
pengkajian
nyeri
berkurang/ hilang
komprehensif
dengan KH:
yang meliputi
1. Nyeri terkontrol
2. Mengenali kapan
lokasi,
nyeri terjadi
3. Mampu
mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi, tanda
dan gejala)
4. Menggunakan
tindakan
pengurangan
nyeri tanpa
analgetik
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri
serta factor
pencetus
2. Observasi
adanya
petunjuk
skala nyeri
pasien
2. Untuk
mengetahui
dan
menyadari
adanya nyeri
pada pasien
3. Agar pasien
dan keluarga
kooperatif
terhadap
tindakan
yang
diberikan
4. Menurunkan
ketidaknyam
5. Menggunakan
nonverbal
analgetik yang
mengenai
direkomendasikan
6. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
ketidaknyama
nan terutama
pada mereka
yang tidak
dapat
berkomunikas
i secara
efektif
3. Berikan
informasi
mengenai
nyeri, seperti
penyebab
nyeri, berapa
lama nyeri
akan
dirasakan, dan
antisipasi
akibat
ketidaknyama
anan
5. Mengetahui
sejauh mana
penurunan
skala nyeri
dan melatih
kemandirian
pasien
6. Memfokusk
an perhatian
pasien,
sehingga
pasien lupa
akan nyeri
7. Obat
analgesic
dapat
membantu
mengurangi
nyeri pada
pasien.
8. Meninimalis
ir nyeri
nan akibat
prosedur
4. Kendalikan
factor
lingkungan
yang dapat
mempengaruh
i respon
pasien
terhadap
ketidaknyama
nan (mis.,
suhu ruangan,
pencahayaan,
suara bising)
5. Dorong
pasien untuk
memonitor
nyeri dan
menangani
nyerinya
dengan tepat
6. Ajarkan
BA.
BB. Pemberi
an analgesic :
1. Meminimali
sir
kesalahan
dalam
pemberian
obat
2. Menyesuaik
an antara
skala nyeri
dengan
analgesic
yang
diperlukan
3. Pemberian
analgesic
yang tepat
waktu akan
mengurangi
nyeri secara
tepat
teknik
4. Peningkatan
nonfarmakolo
nyeri akan
gi (seperti:
meningkatk
distraksi,
an tanda-
relaksasi,
tanda vital
5. Mengetahui
terapi
bermain,
7. Kolaborasi
tindakan
apa yang
dengan
bisa
pasien, orang
diberikan
terdekat dan
tim kesehatan
lainnya untuk
memilih dan
mengimpleme
ntasikan
tindakan nyeri
nonfarmakolo
gi, sesuai
kebutuhan
8. Gunakan
tindakan
selanjutnya
6. Membri
rasa nyaman
pasa pasien
7. Informasi
yang
diberikan
terhadap
sesuatu
yang tidak
diketahui
dapat
mengurangi
pengontrol
ketakutan
nyeri sebelum
dan dapat
nyeri
membantu
bertambah
pasien
parah
AX.
AY. Pemberia
n analgesic :
1. Check
perintah
pengobatan
meliputi obat,
dosis, dan
frekuensi obat
analgesic
yang
diresepkan
2. Pilih
analgesic
yang
diperlukan
atau
kombinasi
beradaptasi
dari analgesic
ketika
pemberian
lebih dari satu
3. Berikan
analgesic
tepat waktu
terutama sat
nyeri hebat
4. Monitor
tanda-tanda
vital sebelum
dan sesuah
memberikan
analgesic
narkotik pada
pemberian
dosis pertama
kali atau jika
ditemukan
tanda-tanda
yang kurang
biasa
5. Evaluasi
ketidakefektif
an analgesic
dengan
interval yang
teratur pada
setiap setelah
pemberian
khususnya
setelah
pemberian
pertama kali,
jika terdapat
gejala efek
samping
(mis., depresi
pernafasan,
mual, muntah,
mulut kering
dan konstipasi
6. Lakukan
tindakantindakan
untuk
menurunkan
efek samping
7. Ajarkan
tentang
penggunakan
analgesic,
strategi untuk
menurunkan
efek samping
dan haraan
terkait dengan
keterlibatan
dalam
keputusan
pengurangan
BC. BD.
3
Ker
BF.
Setelah
usakan
dilakukan tindakan
mobilitas fisik
keperawatan selama
BI.
nyeri
Excercise
theraphy :
1. Monitoring
vital sign
BK.
Excercis
e theraphy :
1. Memantau
kondisi klien
b.d
x 24 jam
sebelum/sesud 2. Melakukan
Immobilisasi
diharapkan pasien
ah latihan dan
kolaborasi
BE.
memenuhi KH :
lihat respon
dengan
1.
Pasien mampu
pasien saat
tenaga medis
membolak balik
latihan
2. Konsultasikan
posisi di tempat
tidur
2. Pasien mampu
berjalan
3. Pasien mampu
melakukan
keterampilan
motorik halus
4. Pasien mampu
melakukan
motorik kasar
BG.
BH.
dengan terapi
untuk
pengobatan
3. Mengajarkan
fisik tentang
klien untuk
rencana
beaktifitas
ambulasi
sesui dengan
sesuai
keadaan
kebutuhan
3. Bantu klien
untuk
menggunakan
fisiknya dan
mencegah
cedera
4. Agar tidak
tongkat saat
mengalami
berjalan dan
kekakuan
cegah terhdap
cedera
4. Ajarkan
pasien atau
tenaga
kesehatan lain
sendi
5. Agar klien
dapat
memnehui
ADL nya
6. Memantau
tentang teknik
mobilisasi
5. Latih pasien
mobilisasi
klien
7. Memfasilitas
dalam
i klien jika
pemenuhan
tidak bisa
kebutuhan
mobilisasi
ADLs secara
mandiri/me
mandiri sesuai
mbutuhkan
kemampuan
6. Dampingi dan
alat bantu
8. Agar klien
bantu pasien
mengetahui
saat mobilisasi
cara
dan bantu
mobilisasi
penuhi
yang baik
kebutuhan
dan
ADLs ps
7. Berikan alat
batu jika klien
memerlukan
8. Ajarkan
bagaimana
mengubah
posisi dan
mengurangi
resiko cidera
Setelah
BJ.
BO. Neurologi
BN.
n memori
dilakukan tindakan
monitoring
keadaan
berhubungan
keperawatan selama
1. Memantau
pasien
dengan
x 24 jam
ukuran pupil,
dengan
kerusakan
diharapkan pasien
bentuk,
memantau
persepsi/kogini
memenuhi KH :
simetris, dan
keadaan
tif, terapi
1. Mampu untuk
pembatasan/ke
melakukan proses
waspadaan
mental yang
keamanan,
tirah baring,
imobilisasi
kompleks
2. Orientasi
kognitif : mampu
mengidentifikasi
orang, tempat,
dan waktu secara
akurat
3. Konsentrasi :
mampu fokus
pada stimulus
tertentu
4. Ingatan
(memori) :
reaktivitas
2. Memantau
tingkat
kesadaran
3. Memantau
tingkat
orientasi
4. Memantau
tren Glascow
Coma scale
5. Memonitor
memori baru,
rentang
perhatian,
memori masa
lalu, suasana
1. Mengetahui
visual pasien
2. Untuk
mengetahui
pasien
dalam
tingkatan
kesadaran
yang baik
atau tidak
3. Mengetahui
seberapa
jauh pasien
dalam
orientasinya
4. Untuk
mengetahui
mampu untuk
hati,
seberapa
mendapatkan
mempengaruh
berat cidera
kembali secara
kognitif dan
menyampaikan
kembali informasi
yang disimpan
sebelumnya
5. Kondisi
neurologis :
kemampuan
sistem saraf
perifer dan sistem
saraf pusat untuk
menerima,
memproses, dan
memberi respon
terhadap stimuli
internal dan
eksternal
6. Kondisi
neurologis :
i, dan perilaku
6. Memonitor
tanda-tanda
vital
7. Memonitor
status
pernapasan :
ABG tingkat,
oksimetri
pulsa,
kedalaman,
pola tingkat,
dan usaha
8. Memantau
otot, gerakan
motorik,
kiprah, dan
proprioceptio
n
9. Catatan
keluhan sakit
yang dialami
dengan
mengukur
respon mata,
verbal dan
motorik
5. Untuk
mengetahui
seberapa
jauh memori
baru yang
ditangkap
maupun
memori
masa lalu
yang
tersimpan
6. Untuk
mengetahui
keadaan
kesadaran
7. Menyatakan
kepala
BP.
pasien
7. Mengetahui
mampu
status
mengingat lebih
pernapasan
baik
pasien
8. Untuk
mengetahui
keselarasan
gerakan
motorik,
kiprah dan
propriocepti
onselama
mendapat
cidera
kepala
9. Untuk
mengantisip
asi
terjadinya
cidera
kepala yang
lebih berat
BS.
Setelah
BT.
Airway
ektifan
dilakukan tindakan
Management
Management
bersihan jalan
keperawatan selama
1. Buka jalan
1. Untuk
nafas b.d
x 24 jam
nafas,
membersihk
obstruksi jalan
diharapkan pasien
gunakan
an jalan
nafas ditandai
memenuhi KH :
teknik chin
napas dari
dengan dispnea
1. Mendemonstrasik
an batuk efektif
thrust bila
perlu
2. Posisikan
pasien untuk
memaksimalk
an ventilasi
3. Identifikasi
pasien
perlunya
pemasangan
alat jalan
nafas buatan
4. Lakukan
fisioterapi
dada jika
perlu
BW.
Airway
sumbatan.
2. Untuk lebih
memudahka
n jalan nafas
3. Agar pasien
mengetahui
tujuan dari
pemasangan
alat jalan
nafas.
4. Untuk
membantu
terbukanya
jalan nafas
5. Untuk
mengetahui
suara nafas
frekuensi
5. Auskultasi
dan ada
pernafasan dalam
suara nafas,
tidaknya
rentang normal,
catat adanya
suara nafas
suara nafas
nafas abnormal).
tambahan
6. Monitor
tambahan
6. Untuk
mengetahui
respirasi dan
pola
status O2
BU.
respirasi dan
BV.
Oxygen
Therapy
1. Bersihkan
mulut, hidung
dan sekret
trakea
2. Pertahankan
jalan nafas
yang paten
3. Atur peralatan
oksigenasi
4. Monitor
aliran oksigen
5. Pertahankan
posisi pasien
status O2.
BX.
BY.
Oxygen
Therapy
1. Agar jalan
napas bersih
dari sekret
sehingga
melancarkan
jalan nafas
dan
mempermud
ah
masuknya
6. Observasi
adanya tandatanda
hipoventilasi
7. Monitor
adanya
kecemasan
pasien
terhadap
oksigenasi
udara
2. Untuk
mempertaha
nkan pola
nafas pasien
yang efektif
3. Agar
peralatannya
sesuai
dengan
tindakan
yang akan
diberikan
4. Untuk
memantau
seberapa
oksigen
yang masuk
dalam tubuh
5. Untuk
mempermud
ah jalan
nafas
6. Untuk
mengetahui
jika adanya
hipoventilasi
akan segara
mendapat
penanganan
7. Untuk
mengetahui
jika pasien
cemas
terhadap
oksigenasi
akan
mempengaru
hi
pemberian
oksigen
yang tidak
efektif
BZ.
CA. CB.
6
Res
CD.
Setelah
1. Jaga intake
1. Agar intake
iko kekurangan
dilakukan tindakan
yang akurat
dan output
volume cairan
keperawatan selama
dan catat
pasien
b.d mual
x 24 jam
muntah
diharapkan pasien
CC.
memenuhi KH :
1. Memiliki
keseimbangan
asupan dan
haluaran yang
seimbang dalam
24 jam
2. Asupan cairan
dapat terpenuhi
CE.
output
2. Monitor
tanda-tanda
vital
3. Kaji lokasi
dan luasnya
edema
4. Monitor
makanan/cair
terpantau
2. Mengetahui
tanda-tanda
vital pasien
3. Mengetahui
letak dan
luasnya
edema
4. Mengetahui
an yang
makanan/cai
dikonsumsi
ran yang
dan hitung
dikonsumsi
asupan kalori
dan
harian
5. Berikan
cairan yang
tepat
6. Distribusikan
asupan cairan
selama 24
mengetahui
jumlah
kalori harian
pasien
5. Agar cairan
yang didapat
sesuai
jam
CF. Dukung
kebutuhan
6. Agar asupan
pasien dan
cairan
keluarga
pasien
untuk
terpenuhi
CG. Agar
membantu
dalam
pemberian
makan
dengan baik
pasien dan
keluarga
termotivasi
untuk
pemberian
makan
dengan baik
CH.
CI.
Resiko
7 perdarahan b.d
CK.
Setelah
CM.
Bleeding
CO.
Bleedin
diberikan asuhan
Reduction
g Reduction
terputusnya
keperawatan selama
1. Kaji pasien
1. Untuk
kontinuitas
x 24 jam, perawat
untuk
mengetahui
dapat meminimalkan
menemukan
tingkat
vaskuler, dan
komplikasi yang
bukti-bukti
keparahan
tulang
perdarahan
perdarahan
CJ.
hasil:
1. Klien tidak
atau hemoragi
2. Catat kadar
pada klien
mengalami
hemoglobin/h
sehingga
kehilangan darah
2. Kulit dan
membrane
mukosa pasien
tidak pucat
3. Nilai
Hemoglobulin
berada dalam
batas normal
4. Nilai Hematokrit
berada dalam
keadaan normal
CL.
ematokrit
dapat
sebelum dan
menentukan
sesudah
intervensi
pendarahan
3. Pantau
selanjutnya
2. Untuk
koagulasi
mengetahui
darah pasien
kadar
(prothrombin,
hemoglobin/
thromboplasti
hematokrit
n, fibrinogen,
fibrin, dan
jumlah
platelet)
4. Pantau aliran
IV
CN.
pasien
3. Untuk
mengetahui
kemampuan
darah dalam
melakukan
proses
pembekuan
darah
sehingga
tidak terjadi
pendarahan
4. Untuk
mengetahui
kelancaran
aliran IV
pasien
CQ. CR.
8
Res
CT.
Setelah
1. Bersihkan
CP.
1. Menurunkan
dilakukan tindakan
lingkungan
potensial
terputusnya
keperawatan selama
setelah
terpajan
kontinuitas
x 24 jam
dipakai px
pada
jaringan kulit
diharapkan pasien
CS.
memenuhi KH :
1. Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
2. Mendeskripsikan
proses penularan
penyakit , faktor
yang
memengaruhi
penularan serta
penatalaksanaann
ya
3. Menunjukkn
kemampuan
lain
2. Pertahankan
teknik isolasi
3. Batasi
pengunjung
bila perlu
4. Instruksikan
pada
pengunjung
untuk mencuci
penyakit
infeksius
2. Untuk
menjaga
lingkungan
tetap steril
3. Untuk
mencegah
penularan
tangan saat
infeksi /virus
4. Untuk
berkunjung
mencegah
dan setelah
penulaan
berkunjun g
infeksi /virus
5. Mencegah
meninggalkan
untuk mencegah
timbunya infeksi
4. Jumlah leukosit
dalam batas
normal
5. Menunjukkan
perilaku hidup
sehat
px
5. Gunakan
sabun
antimikroba
untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan
setiap sebelum
dan sesudah
tindakan
kolaboratif
7. Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan
lingkungan
aseptik selama
pemasangan
alat
9. Ganti letak IV
penyebaran
patogen
melalui
cairan
6. Mencegah
penyebaran
patogen
melalui
cairan
7. Untuk
menghindari
dari tertular
infeksi/virus
8. Agar alat
tetap steril
9. Mencegah
terjadinya
risiko infeksi
10. Mencegah
terjadinya
infeksi
perifer dan
saluran
line central
kemih akibat
dan dressing
sesuai dg
petunjuk
10. Gunakan
pemasangan
kateter
11. Malnutrisi
dpt
kateter
memengaruh
intermiten utk
i kesehatan
menurunkan
umum dan
infeksi
menurunkan
kandung
tahanan
kemih
11. Tingkatkan
terhadap
intake nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotik bila
perlu infection
protection
infeksi
12. Menghambat
pertumbuhan
bakteri
patogen
13. Mencegah
(proteksi
terjadinya
terhadap
komplikasi
infeksi)
13. Monitor tanda
dan gejala
infeksi
sistemik dan
lebih berat
yang
diakibatkan
infeksi
bakteri
lokal
14. Monitor
patogen
14. Mengetahui
hitung
tingkat
granulosit,
virulensi
WBC
15. Monitor
kerentanan
terhadap
infeksi
16. Pertahankan
teknik aseptik
pd px yg
beresiko
17. Pertahankan
teknik isolasi
k/p
18. Berikan
suatu infeksi
dan
bagaimana
sistem imun
tubuh dalam
mempertaha
nkan
kekebalanny
a
15. Mengetahui
sejauh mana
tubuh dapat
perawatan
mempertaha
nkan
epidema
19. Inspeksi kulit
dan membran
mukosa
terhadap
kekebalanny
a dan
mencegah
terjadinya
kemerahan,
panas dan
drainase
20. Inspeksi
kondisi
luka/insisi
bedah
21. Dorong
komplikasi
lebih berat
16. Mencegah
terjadinya
infeksi
silang
17. Mencegah
terjadinya
masukan
infeksi
nutrisi yg
silang
18. Mencegah
cukup
22. Dorong
masukan
cairan
23. Instruksikan
perluasan
area infeksi
19. Mencegah
terjadinya
px utk minum
komplikasi
antibiotik
lebih berat
sesuai resep
yang
CU.
diakibatkan
infeksi
bakteri
patogen
20. Mencegah
terjadinya
infeksi pada
area post
operasi
21. Malnutrisi
dpt
memengaruh
i kesehatan
umum dan
menurunkan
tahanan
terhadap
infeksi
22. Dehidrasi
dapat
memperburu
k status
kesehatan
pasien
23. Membantu
melawan
virus atau
bakteri
penyebab
Setelah
CX. CY.Resiko
DA.
cedera b.d
dilakukan tindakan
lingkungan
nyaman
gangguan
keperawatan selama
yang aman
berada pada
kesadaran
x 24 jam
CZ.
diharapkan pasien
memenuhi KH :
1. Klien terbatas
dari cedera
2. Klien mampu
1. Sediakan
infeksi
CV.
CW.
1. Agar pasien
untuk pasien
2. Identifikasi
kebutuhan
tersebut
2. Menghindari
keamanan
terjadinya
pasien, sesuai
cedera yang
dengan
tidak
menjelaskan cara
kondisi fisik
/ metode untuk
dan fungsi
mencegah
kognitif
injury / cedera
3. Klien mampu
menjelaskan
faktor resiko dari
lingkungan /
perilaku personal
4. Mampu
memodifikasi
lingkungan
pasien dan
riwayat
penyakit
terdahulu
pasien
3. Menghindark
an lingkungan
diinginkan
3. Agar tidak
timbulnya
lagi resiko
cedera yang
lain
4. Agar tidak
terjadinya
kejadian
yang tidak
diinginkan
yang
berbahya
4. Memasang
side rail
tempat tidur
5. Menyediakan
tempat tidur
yang nyaman
dan bersih
6. Menempatkan
saklar lampu
ditempat yang
mudah
dijangkau
pasien
7. Membatasi
pengunjung
8. Menganjurka
n keluarga
unutk
menemani
pasien
9. Mengontrol
lingkungan
ketika pasien
ditinggal
saat badrest
5. Untuk
membuat
rasa nyaman
pada pasien
pada saat
tidur
6. Untuk
menghindari
terjadinya
cedera saat
mencari
saklar lampu
7. Agar pasien
tidak
terganggu
dengan
banyaknya
pengunjung
8. Agar pasien
tidak merasa
dari
kebisingan
10. Memindahkan
kesepian
9. Agar pasien
dapat
barang-barang
terganggu
yang dapat
dengan
membahayaka
adanya
n
11. Berikan
kebisingan
10. Untuk
penjelasan
menghindari
pada pasien
kejadian
dan keluarga
terburuk
atau
yang
pengunjung
ditimbulkan
adanya
oleh psien
perubahan
status
kesehatan dan
penyebab
penyakit
sendiri
11. Agar pasien
mengetahui
statusnya
sekarang dan
dapat lebih
memperhatik
an
kesehatanny
DB. DC.
Ans
DD.
Setelah
DF.
Anxiety
DI.
Anxiety
ietas b.d
dilakukan tindakan
Reduction
Reduction
gangguan
keperawatan selama
(penurunan
1. Membuat
kesadaran
x 24 jam
kecemasan)
diharapkan pasien
1. Gunakan
rasa nyaman
2. Agar pasien
memenuhi KH :
pendekatan
1. Klien mamapu
yang
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas
2. Mengidentifikasi,
mengungkapkan
dan menunjukan
teknik untuk
mengontrol cemas
3. Vital sign dalam
batas normal
DE.
Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menenangkan
2. Nyatakan
dengan jelas
harapan
terhadap
pelaku pasien
3. Jelaskan
memahami
harapan
yang
ditujukan
3. Agar pasien
mengurangi
rasa
kecemasaan
dan mampu
semua
mengetahui
prosedur dan
kecemasaan
apa yang
yang
dirasakan
selama
prosedur
4. Pahami
prespektif
pasien
dirasakan
4. Agar mampu
mengatasi
kecemasan
yang terjadi
5. Agar pasien
menunjukan
terhadap
merasa
berkurangnya
situasi stres
5. Temani
terjaga
6. Agar pasien
pasien
merasa
kecemasan
memberikan
keamanan
dan
mengurangi
takut
6. Dorong
keluarga
untuk
menemani
anak
7. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
8. Identifikasi
tingkat
kecemasan
9. Bantu pasien
mengenal
situasi yang
dihargai
7. Agar pasien
merasa
dihargai dan
mau terbuka
8. Untuk
mengontrol
kecemasan
9. Agar pasien
mampu
mengatasi
kecemasaan
10. Agar pasien
tidak
mengalami
tertutup diri
dan
kecemasan
meningkat
11. Agar pasien
menimbulkan
kecemasan
10. Dorong
rileks
12. Untuk
membantu
pasien untuk
pasien jika
mengungkap
tidak bisa
kan perasaan,
dengan
ketakutan,
teknik
persepsi
11. Intruksikan
relaksasi
DJ.
pasien
DK.
menggunaka
si therapy
n teknik
1. Agar pasien
relasasi
12. Berikan obat
mampu
untuk
mengurangi
kecemasan
DG.
DH. Relaksasi
Therapy
1. Jelaskan alas
an untuk
relaksasi dan
manfaat,
Relaksa
mengetahui
dan
memahami
relaksasi
2. Agar focus
dan tujuan
tercapai
3. Untuk
membuat
rasa nyaman
batas, dan
jenis
relaksasi
yang tersedia
2. Menciptakan
lingkungan
yang tenag
dengan
cahaya redup
dan suhu
yang
senyaman
mungkin
3. Ajak pasien
untuk
bersantai dan
membiarkan
sensasi
terjadi
4. Menunjukan
dan berlatih
teknik
relaksasi
dan tenang
pada pasien
4. Agar pasien
bisa dengan
mandiri
mengatasi
DL.
DM.
DN.
IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan. Implementasi merupakan komponen dari proses
keperawatan yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang
diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan kerja
aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
DO.
DP.
DQ.
DR.
EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis observasi dan analisis mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
DS.
(Poer, 2012)
DT.
DU. REFERENSI
DV. NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015 - 2017. Jakarta: EGC.
DW.
DX. Kusuma, Hardhi.., Amin, H. N. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Medi Action.
DY.
DZ. Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). USA: ELSEVIER.
EA.
EB. Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA: ELSEVIER.
EC.
ED. Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
EE.
EF. Poer,
M.
2012.
Makalah
Dokumentasi
Keperawatan
Dokumentasi
Evaluasi.
(Online).
Available
at
https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-dokumentasi-evaluasi-keperawatan . Diunduh pada 31 Oktober 2016.
EG.
EH.
EI.
EJ.
EK.
EL.
EM.
EN.