BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
1. Motivasi
Motivasi adalah merupakan hasil dari interaksi antara kebutuhan manusia
yang terinternalisasi dan pengaruh eksternal yang menentukan perilaku
seseorang dalam mencapai tujuan.(11)
2. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit akibat kuman mycobacterium tuberculosis
sistemik sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi
terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.(1)
3. Obat
Obat adalah setiap zat baik kimia maupun nabati yang dalam dosis layak
dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit maupun
gejala-gejalanya.(14) Sedangkan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah
sekelompok obat yang digunakan untuk pengobatan tuberkulosis.(6)
4. Motivasi untuk minum obat
Motivasi untuk minum obat adalah dorongan dan niat untuk bertindak
yang terdapat disetiap individu yang terwujud berupa perilaku untuk
patuh atau taat pada instruksi dan aturan minum obat yang meliputi dosis,
cara, waktu minum obat dan periode. Motivasi dalam penyembuhan
penyakit merupakan pemberdayaan diri agar menghasilkan rasa percaya
diri, berfikir positif dan bijak terhadap keadaan penyakitnya.(13)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Motivasi
2.1.1 Pengertian
Motivasi adalah merupakan hasil dari interaksi antara kebutuhan manusia
yang terinternalisasi dan pengaruh eksternal yang menentukan perilaku seseorang
dalam mencapai tujuan.(11)
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi
pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk factor-faktor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam
arah tekad tertentu atau segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi juga dapat diartikan sebagai perasaan atau pikiran
yang mendorong seseorang melakukan pekerjaaan atau menjalankan kekuasaan
terutama dalam berperilaku.(12)
Dari berbagai macam definisi motivasi terdapat tiga poin penting dalam
pengertian motivasi, yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang,
baik fisologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi
kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah hasil akhir dari siklus motivasi.(12)
2.1.2 Teori Motivasi
Terdapat beberapa teori tentang motivasi, diantaranya :
a. Teori hedinisme yaitu motivasi yang berhubungan dengan senang dan
gembira.
b. Teori naluri yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri manusia.
c. Teori kebudayaan yaitu motivasi yang akan menimbulkan perilaku berbudaya.
d. Teori kebutuhan atau teori Maslow yaitu seseorang mempunyai motivasi kalau
dia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dalam kehidupanya.
2.1.3 Bentuk-bentuk Motivasi
Pembagian motivasi dapat dibagi berdasarkan pandangan dari para ahli,
antara lain sebagai berikut :
1.
Motivasi berdasarkan kebutuhan manusia :
a. Motivasi kebutuhan organis, seperti minum, makan, bernapas, seksual,
bekerja dan beristirahat.
b. Motivasi darurat, yang mencakup dorongan-dorongan menyelamatkan diri,
berusaha dan dorongan untuk membalas.
c. Motivasi objektif, yang meliputi kebutuhan untuk melakukan eksplorasi,
melakukan manipulasi dan sebagainya.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paruparu), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
1.
a. Usia
Tingkatan usia menentukan kepatuhan terhadap sesuatu yang harus dilakukan
sesuai dengan peraturan yang telah dibuat. Dalam hal ini kepatuhan minum
obat pun dapat dikaitkan dengan usia, sebagai contoh untuk usia yang kurang
dari 5 tahun kepatuhan minum obat untuk suatu penyakit akan lebih sulit
dibandingkan dengan orang yang lebih dewasa. Begitu pun pada seseorang
yang usia lanjut akan mempunyai kesulitan dalam kepatuhan meminum obat.
b. Pekerjaan dan waktu luang
Suatu aktivitas rutin pada seseorang memungkinkan untuk menghabiskan
waktu dengan pekerjaannya sehingga waktu luangnya pun terbatas. Bagi
seseorang yang termasuk sibuk dalam pekerjaannya akan sangat sulit untuk
meluangkan waktu, walaupun sekedar untuk meminum obatnya sendiri. Hal
ini akan berbeda dengan seseorang dengan pekerjaan yang mempunyai waktu
luang yang cukup akan memungkingkan untuk lebih teratur dalam meminum
obat sesuai waktunya.
c. Pengawasan
Pengawasan adalah tindakan untuk memperhatikan dan melihat bagaimana
suatu peraturan yang berlaku tersebut dijalankan atau tidak. Pada kepatuhan
minum obat, pengawasan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan atau
keluarga dari pasien yang menderita sakit. Pengawasan tersebut dapat berupa
peringatan atau anjuran untuk selalu mematuhi waktu dan dosis yang telah
dianjurkan untuk meminum obat tersebut.
d. Jenis dan dosis obat
Jenis dan dosis obat pada seseorang yang menderita suatu penyakit akan
berbeda dalam jenis dan dosisnya, semakin parah suatu penyakit pada
seseorang makan jenis dan dosisnya akan semakin banyak atau besar.
Banyaknya jenis obat untuk diminum dalam suatu waktu akan mengakibatkan
seseorang sulit untuk mematuhi minum obat tersebut dengan berbagai alasan.
e. Penyuluhan petugas kesehatan
Penyuluhan dari petugas kesehatan dalam mengatur waktu, jenis dan dosis
obat merupakan faktor dari luar diri penderita. Penyuluhan bertujuan untuk
meyakinkan dan menambah wawasan penderita untuk mematuhi aturan
meminum obat yang telah diberikan. Dengan adanya penyuluhan diharapkan
dapat memberikan dukungan dan motivasi yang positif bagi penderita untuk
segera sembuh dari penyakitnya, dengan patuh terhadap aturan minum
obatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI, 2000.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkolosis.
Edisi 8. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2002.
Sulianti. Tuberkulosis. www.infeksi.com. 2007.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkolosis.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2007.
Departemen Kesehatan RI. Lembar fakta tuberkulosis. www.tbcindonesia.or.id.
2008.
Dinas Kesehatan Jawa Barat. Penanggulangan TB di Jabar masih rendah.
www.diskes.jabarprov.go.id. 2008.
Seksi P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. Target penemuan kasus baru
( case detection rate, CDR) Puskesmas. Dinas Kesehatan Kabupaten
Majalengka, 2009.
Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC, 2002.