PENDAHULUAN
Berbagai macam bahan kimia dapat menyebabkan luka bakar pada kulit dan
mata serta memberi efek sistemik baik karena absorbsi atau inhalasi, pengobatan
dibutuhkan di sebagian besar kasus-kasus medis atau bedah. Mengingat sifat dari
agen yang terlibat dan jenis cedera (kedalaman, trauma paru-paru, keterlibatan mata,
dll) .
Lebih dari 25.000 bahan kimia yang biasa digunakan dalamindustri, pertanian,
pembersih rumah dan lain-lain, dan banyak bahan kimia telah diidentifikasi memiliki
potensi untuk menyebabkan luka bakar. Hal ini membuat resiko kecelakaan akibat
bahan kimia di rumah ataupun industri menjadi sangat besar. Pengetahuan tentang
potensi kecelakaan akibat agen kimia sangat rendah di masyarakat, sedangkan di
industri sering diremehkan. Ditahun-tahun sebelumnya, penggunaan bahan kimia
mengalami peningkatan yang signifikan, terutama untuk wanita, penggunaan
kosmetik berbahan kimia di wajah dan tubuh. Di sisi lain, ketidakstabilan
internasional di beberapa daerah tempat terjadinya konflik dan perang penggunaan
senjata kimia mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir
dilaporkan peningkatan angka cedera dan kecacatan akibat paparan fosfor putih. .
Luka bakar kimia dapat menjadi dilema bagi dokter dalam mengelola kasus tersebut.
Penilaian tingkat luka bakar sering sulit dan keputusan mengenai tatalaksana dan
penanganannya tidak selalu jelas.
ANATOMI KULIT
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 %
berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari
letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium
minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada
telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan
terhadap bakteri, virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur
melalui vasodilatasi pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Setelah
kehilangan seluruh kulit,maka ciran tubuh yang penting akan menguap dan elektrolitelektrolit yang penting akan menghilang dari tubuh, akan menguap dan lektrolitelektrolit akan hilang dalam beberapa jam saja. Contoh dari keadaan ini adalah
penderita luka bakar. Bau yang sedap atau tidak sedap dari kulit berfungsi sebagai
pertanda penerimaan atau penolakan sosial dan seksual. Kulit juga merupakan tempat
sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang
bertautan.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat
A. EPIDERMIS
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk (keratinosit), mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
2. Stratum Lusidum. Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum. Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.
Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale
dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans.
Gambar
2.
Lapisan
Epidermis
Fungsi
Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan
dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
B. DERMIS
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
True Skin. Lapisan dermis ini paling tebal dapat dijumpai di punggung dan paling
tipis pada palpebrae. Hubungan antara dermis dan epidermis ini tidaklah sebagai
bidang yang rata, tetapi berbentuk gelombang. Bagian dermis yang menonjol ke
dalam epidermis dinamakan papilla, sedangkan bagian epidermis yang menonjol ke
dermis disebut rete ridge. Papila ini pada telapak tangan dan jari-jari terutama
tersusun linier yang member gambaran kulit yang berbeda-beda sebagai
dermatoglyphic (sidik jari). Bagian dermis papiler ini tebalnya sekitar seperlima dari
tebal dermis total. Bagian bawah dari dermis papiler ini dinamakan dermis retikuler
yang mengandung vasa darah dan lymphe, serabut syaraf, adnexa dan lainnya
Dermis ini tersusun dari beberapa unsure atau organ yang meliputi: unsure seluler,
unsure fibrous, substansi dasar, pembuluh darah dan limphe, system saraf. Kelima
unsure atau organ yang menyusun dermis akan kita bahas satu demi satu.
1. Unsur seluler lebih banyak didapatkan pada stratum papillaris yang terdiri
dari:
1. fibroblast: merupakan sel pembentuk unsur untuk fibrous dan
substansi dasarnya
2. Sel mast : merupakan sel pembentuk dan penyimpanan histamine dan
histamine like substance yang berperan dalam anafilaksis.
3. Makrofag : merupakan sel fagosit yang berfungsi memfagosit bahanbahan asing fan mikroorganisme.
4. Leukosit : Banyak dijumpai pada proses-proses peradangan yang dapat
berupa mononuclear ataupun granulosit.
2. Unsur fibrous lebih padat pada stratum retikularis dibandingkan pada stratum
papilaris. Unsur fibrous terdiri dari :
1. Kolagen : merupakan 70% dari berat kering seluruh jaringan ikat,
serabut ini terbentuk oleh fibroblast, tersusun atas fibrin dari rantai
polypeptide. Serabut ini bertanggung jawab pada ketegangan kulit
merupakan unsure pembentuk garis langer (cleavage line)
2. Elastin : Hanya 2 % dari berat kering jaringan ikat. Serabut elastin, ini
juga dibentuk oleh fibroblast tetapi susunannya lebih halus
1. Sistem saraf
7
Kulit diinervasi oleh kira-kira 1.000.000 serabut saraf aferen. Sebagian besar
terdapat pada wajah dan ekstremitas, sedangkan pada punggung relative sedikit.
Serabut saraf ini mempunyai akson dengan badan sel yang berada pada dorsal root
ganglia . Serabut saraf ini masuk kulit melalui lapisan lemak subkutan, kemudian
masing-masing terbagi dua yaitu serabut saraf bermyelin dan serabut saraf tidak
bermyelin. Serabut saraf bermyelin berjalan horizontal membentuk anyaman dengan
serabut yang sama, kemudian naik ascenden bersama pembuluh darah dan
menginervasi dermis bagian superficial. Dalam perjalanan selanjutnya serabut ini
dibungkus oleh sel Schwann dan sebagian tidak bermyelin. Sebagian berakhir di
dermis, beberapa melakukan penetrasi membrane basalis tetapi tidak jauh melanjut ke
epidermis.
Ada 3 macam serabut saraf yag terdapat pada kulit, yaitu :
1. Serabut adrenergic : berfungsi untuk menginervasi pembuluh darah (untuk
vasokonstriksi pembuluh darah, m erector papilare (untuk kontraksi otot
tersebut), dan kelenjar apokrin (untuk pengatur sekresi kelenjar apokrin.
2. Serabut kolinergik : berfungsi menginervasi kelenjar ekrin.
3. Serabut sensorik : berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar tubuh. Ada
beberapa akhiran serabut saraf sensorik, yaitu : 1. Korpuskulum Meisnerri, 2.
Korpuskulum Paccini, 3. Akhiran serabut saraf bebas.
Ketiga akhiran serabut sensorik tersebut lebih jauh adalah sebagai berikut :
1. Korpuskulum Meisnerri berfungsi menerima rangsangan sentuhan dan
tekanan ringan. Terdapat pada papilla dermis dan paling banyak dapat
dijumpai pada telapak tangan dan kaki.
VASKULARISASI KULIT
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan
subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap
papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak
terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran
epidermis.
FISIOLOGI KULIT
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,
trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang
raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.
Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses
keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa
bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit.
Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan
mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal
kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun,
pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan
panas.
10
DEFINISI
Luka bakar adalah suatu kerusakan atau kehilangan jaringan kulit atau
jaringan organik lainnya yang disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh api, benda
panas lain, radiasi, bahan radioaktif, listrik, bahan kimia baik secara kontak langsung
ataupun tidak langsung. Radiasi ultraviolet, dan kerusakan saluran pernafasan akibat
inhalasi asap rokok juga termasuk pengertian di dalamnya. Luka bakar kimia adalah
kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh kontak terhadap bahan-bahan kimia.
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, 500.000 orang dirawat di unit gawat darurat, sementara
74.000 pasien perlu perawatan inap di rumah sakit akibat luka bakar. Lebih dari
20.000 pasien mengalami luka bakar yang sangat hebat sehingga memerlukan
perawatan pada suatu pusat perawatan khusus luka bakar. Kematian luka bakar
berkurang sejak tahun 1920, dan dewasa ini penderita luka bakar lebih dari 50%
daerah permukaan tubuh memiliki vukup kemungkinan untuk tetap bertahan bila
dirawat dengan tepat.
Luka bakar adalah masalah yang umum terlihat di instalasi gawat darurat.
Telah ada penurunan jumlah luka bakar di Amerika Serikat hingga tahun 2000,
Kebanyakan luka bakar secara parsial dan terjadi pada ekstremitas. Sekitar 5% dari
individu dengan luka bakar yang datang ke Instalasi gawat darurat membutuhkan
perawatan.
Pada tahun 2008, American Association of Poison Control Center (AAPCC)
melaporkan 26.596 kasus eksposur terhadap zat asam, 39.741 kasus eksposur
11
terhadap zat alkali, 9958 kasus eksposur peroksida, dan 58.892 kasus eksposur
pemutih. Selama waktu itu, 1.868 kasus paparan fenol atau produk turunan fenol
yang dilaporkan. Tercatat kasus luka bakar akibat bahan kimia sekitar 2-6% dari total
pasien pusat luka bakar.
Di seluruh dunia, zat korosif yang biasanya digunakan untuk serangan kimia.
Zat yang paling umum digunakan adalah asam alkali dan asam sulfat.cDalam laporan
tahun 2008 dari American Association of Poison Control Center, eksposur terhadap
asam dan produk yang mengandung asam dan bahan kimia mengakibatkan 10
kematian, 83 kasus toksisitas utama, dan 1788 kasus toksisitas moderat. Eksposur
oleh alkali dan bahan kimia mengakibatkan 9 kematian, 168 kasus toksisitas utama,
dan 2.684 kasus toksisitas moderat. Tidak ada laporan kematian yang diakibatkan
paparan oleh peroksida, namun dilaporkan, 9 kasus toksisitas utama, dan 154 kasus
toksisitas moderat akibat paparan zat peroksida. Eksposur oleh pemutih hipoklorit
dan yang mengandung senyawa hipoklorit lain dilaporkan 2 kematian, 43 kasus
toksisitas utama, dan 2016 kasus toksisitas moderat. Eksposur oleh produk yang
mengandung fenol tidak mengakibatkan kematian, 2 kasus toksisitas utama, dan 70
kasus toksisitas moderat.
Serangan dengan bahan kimia kaustik seluruh dunia lebih mungkin terjadi
terhadap perempuan. Dewasa dan anak-anak hampir sama terkena bahan kimia
kaustik. Dewasa terkena bahan kimia kekuatan industri sering menderita luka bakar
lebih parah.
ETIOLOGI
Asam Kuat
Asam kuat dapat menyebabkan nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan
rasa nyeri yang hebat. Asam hidroflurida mampu menembus jaringan sampai ke
12
dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang kecil
sekalipun.
Basa Kuat
Basa kuat yang banyak terdapat dalam alat rumah tangga antara lain bahan
pemutih pakaian, berbagai cairan pembersih,. Luka bakar yang disebabkan oleh basa
kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive
necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat daripada
asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi
denaturasi protein dan kolagen.]
PATOFISIOLOGI
Tubuh memiliki system pertahanan yang sangat spesifik terhadap luka bakar
dan perbaikan pasca luka bakar karena panas, listrik,radiasi, ataupun bahan kimia.
Terjadi denaturasi protein dalam tubuh saat mengalami luka bakar. Namun, luka
bakar akibat bahan kimia berbeda dengan luka bakar akibat panas. Luka bakar kimia
kebnyakan terjadi karena kontak yang lebih lama terhadap bahan-bahan kimia, dan
luka bakar kimia bahkan masih berlangsung saat dilakukan resusitasi awal, berbeda
dengan luka bakar akibat panas yang berhenti bereaksi saat penyebab luka bakar
dapat diatasi. Dalam perjalanannya, bahan kimia akan memberkan gejala sistemik
jika komponen kimia tersebut ikut beredar dalam sirkulasi dengan tingkat toksin yang
berbahaya untuk tubuh. Tingkat toksik bahan kimia terhadap tubuh,bergantung pada:
Konsentrasi
Penetrasi
13
Mechanism of action
MEKANISME REAKSI
Berikut adalah enam mekanisme terjadinya luka bakar akibat bahan-bahan kimia
secara biologi:
(1) Oksidasi
Terjadinya denaturasi protein akibat penyusupan oksigen, sulfur, atau atom
halogen ke dalam gugus protein.
(2) Reduksi
Bahan kimia bereaksi dengan menempelkan electron bebas dalam membrane
protein. Reaksi reduksi akan menghasilkan panas yang akan bereaksi dengan
tubuh, dengan berbagai macam gambaran reaksinya. Zat yang bereaksi secara
reduksi antara lain asam hidroclorat, asam nitrit, dan alkil-merkuri.
(3) Korosi
Proses ini menyebabkan denaturasi protein saat kontak dengan bahan kimia.
Korosi menyebabkan timbulnya scar pada kulit dan dalam perjalanannya dapat
menyebabkan ulserasi. Contoh bahan kimia yang menyebabkan korosif antara
lain Senyawa fenol, sodium hipoclorida, pospor.
(4) Racun protoplasmic
Bahan protoplasmic menghasilkan efek karena gugus ester yang bereaksi dengan
gugus protein atau dengan memanfaatkan atau menghambat kalsium atau ion lain
yang berpengaruh pada fungsi dan fisiologi jaringan. Bahan yang beraksi dengan
cara ini antara lain asam format, asam asetat, asam hidroflourid.
14
(5) Vesicants
Dengan mekanisme kerja ini zat yang tergolong vesicants menyebabkan iskemia
dengan cara nekrosis anoksia di tempat terjadinya kontak. Dimethyl sulfoxide
(DMSO) adalah contoh zat dalam kategori ini.
(6) Dessicants
Dengan reaksi ini zat dessicants menyebabkan kerusakan karena dehidrasi
tingkat jaringan. Kerusakan terjadi akibat terjadinya panas yang tidak mampu di
toleransi oleh tubuh. Dalam kelompok ini antara lain adalah asam sulfat dan
asam muriatic.
GEJALA KLINIS
Muntah
Dalam kasus yang parah, dapat terjadi dari salah satu dari gejala berikut:
o
Sakit kepala
15
PENILAIAN PASIEN
Anamnesis
Pengabilan suatu anamnesis yang menyeluruh merupakan suatu tugas yang
paling penting dan seringkali paling sulit dilakukan dalam merawat pasien luka bakar.
Tanggal, jam, dan lokasi kejadian merupakan informasi yang penting dalam
penatalaksanaan pengobatan awal. Penyakit kronis yang telah ada sebelumnya,
termasuk penyakit pembuluh koroner, diabetes melitus, penyakit paru kronis,
penyakit cerebrovascular, dan AIDS dapat memperburuk prognosis dan perlu dicatat.
Penentuan Luas dan Derajat Luka Bakar
Luas luka bakar dinyatakan daam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada
orang dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha
kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai da kali kiri masing-masig 9%,
sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu untuk menaksir luasnya
permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
Pada anak dan bayi, digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan
kepala anak lebih besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak
kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan
kiri masing-masing 15%.
16
Rumus Walace rule of nine ini dapat digunakan untuk menghitung luas luka
bakar secara cepat, namun perhitungannya lebih kasar, terutama pada anak. Untuk
dapat mengetahui luas luka bakar secara lebih rinci, dapat digunakan perhitungan
dengan menggunakan Lund and Browder Chart.
17
Penentuan derajat luka bakar dipengaruhi oleh tingginya suhu dan lamanya
pajanan suhu tinggi. Selain api yang langung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar
juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari
bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron selain mudah terbakar juga
mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat
kedalaman luka bakar.
sebagai
eritema
dengan
keluhan
rasa
nyeri
atau
hipersensitivitas setempat.
Luka bakar derajat II
Luka bakar yang mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen
epitel sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut misalnya sel epitel
basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan
adanya sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu.
Gejala yang timbul adalah nyeri, luka dapat terlihat basah dan
mengeluarkan serum, dapat juga tampak sebagai gelembung, atau bula
berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena
permeabilitas dinding pembuluh darah yang meningkat.
Luka bakar derajat II yang lebih dalam mungkin disertai lepuh.
Penderita luka bakar dermis yang dalam akan berkurang sensasi raba
19
Pemeriksaan Fisik
Pasien luka bakar merupakan pasien trauma dan evaluasinya perlu dilakukan
secara aman dan tangkas menurut petunjuk Advanced Trauma Life Support dari
American Collage of Surgeons Penyebab ketidakstabilan yang paling dini yang
timbul pada pasien luka bakar adalah cerera inhalasi yang berat, yang menimbulkan
kerusakan jalan nafas atas dan obstruksi, atau keracunan karbonmonoksida yang
mendekati lethal. Pengamatan pertama yang herus dengan cepat dapat mengenali
semua kesulitan-kesulitan ini. Pada pengamatan kedua yang menyeluruh dapat
dideteksi adanya cedera-cedera lain yang menyertainya. Perubahan status neurologik
dapat menunjukkan adanya cedera kepala terututup. Tanda-tanda vital dan penilaian
denyut perifer memungkinkan interpretasi perunahan-perubahan selanjutnya,
khususnya pada pasien dengan luka bakat melingkar pada ekstremitas. Harus
dilakukan suatu pemeriksaan pada abdomen yang cermat sebelum pasien mendapat
analgesik dan sedatif.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratrium
Hitung darah lengkap, elektrolit, dan profil biokimia standar perlu diperoleh
segera setelah pasien tiba di fasilitas perawatan. Konsentrasi gas darah dan
20
PENATALAKSANAAN
Penangan Umum
Secara umum penangan awal trauma luka bakar kimia adalah seperti pengangan
trauma lain, jalan nafas, saturasi dan perfusi oksigen serta sirkulasi menjadi sangat
penting untuk diperhatikan pada resusitasi awal. Peanganan pertama untuk luka bakar
kimia antara lain :
Menghilangkan penyebab
Penangan spesifik terhadap daerah tubuh yang terkena efek luka bakar
21
Luka bakar kimia ditandai dengan kerusakan jaringan berlangsung selama agen
kontak dengan tubuh. Karena itu, mengeliminasi agen penyebab menjadi sangat
penting dalam penanganan luka bakar kimia. Hal ini termasuk melepas pakaian dan
irigasi menyeluruh dengan air di tempat kejadian. Ini harus diulang ketika pasien tiba
di pusat luka bakar atau rumah sakit. Irigasi dilakukan sebanyak mungkin, dan
dengan air mengalir, menghindari menempatkan pasien ke dalam bak mandi, yang
bisa memperburuk kerusakan jaringan. irigasi dan eliminasi agen penyebab sangat
membantu memperbaiki kelembaban kulit dan meminimalkan efek merugikan yang
ditimbulkan terhadap jaringan. Dengan cara ini perubahan pH permukaan kulit tidak
akan banyak berubah. Irigasi awal dan dengan cairan yan cukup telah terbukti
mengurangi tingkat keparahan luka bakar dan lama perawatan di rumah sakit. Tidak
ada ukuran irigasi yang di tetapkan, semakin banyak dan adekuat irigasi yang
dilakukan maka akan lebih baik hasilnya bagi daerah yang terpapar, karena pH
permukaan kulit dapat terjaga dan tidak banyak berubah. Irigasi dilakukan selama 30
menit sampai 2 jam untuk mempertahankan pH antara 5 dan 11. Meskipun irigasi
dengan air dilakukan pada hamper semua jenis luka bakar kimia, ada beberapa
pengecualian. Beberapa bahan kimia membuat exothermy signifikan bila bereaksi
dengan air, dan bahan kimia lainnya yang tidak larut dalam air. Fenol adalah bahan
yang larut dalam air dan harus segera di eliminasi dari kulit dengan spons direndam
dalam agen solublizing seperti 50% polietilen glikol. Dry lime mengandung kalsium
oksida, yang bereaksi dengan air untuk membentuk kalsium hidroksida, yang
merugikan. Oleh karena itu, dry lime harus dibersihkan dari kulit sebelum dilakukan
irigasi. Asam muriatic dan asam sulfat pekat menghasilkan panas yang ekstrim bila
dikombinasikan dengan air. Agen ini harus dinetralkan dengan sabun atau air kapur
sebelum irigasi
B.
Agen penetral
22
Cara penangan dengan teknik ini masih menjadi kontroversi dari diskusi
kimia pengobatan luka bakar. Beberapa penulis telah menunjukkan bahwa dilusi
adalah titik kunci terapi luka bakar kimia, karena sangat efektif untuk aparan bahan
asam dan alkali. Namun, secara teoritis menetralkan agen penyebab efektif
menghilangkan bahan kimia aktif dari luka dan mencegah cedera lebih lanjut.
Pengendalian kuantitas dari bahan penetral sulit untuk dilakukan. Masalah terkait
dengan penggunaannya termasuk reaksi eksotermis menyebabkan kerusakan lebih
lanjut akibat panas dan keterlambatan hidroterapi karena menunggu agen penetral
yang sesuai. Penting untuk diingat bahwa agen yang menetralisir juga memberikan
efek toksik. Namun, di beberapa kasus ketika agen penetral yang tepat diketahui, ada
beberapa
keuntungan
dalam
penggunaannya.
Penggunaannya
juga
telah
23
agen penyebab luka bakar kimia. Toksisitas asam fluoride secara sistemik dapat
menyebabkan hipokalsemia dan fibrilasi ventrikel. Penyerapan asam format dapat
menghasilkan hemolisis intravaskular, gagal ginjal dan pankreatitis narcotising.
Toksisitas sistemik jarang disebabkan agen lain, meskipun demikian,dokter harus
selalu memikirkan kemungkinan ini. Disfungsi hati mungkin muncul juga akibat
toksisitas agen organik. Trauma saluran nafas juga bisa terjadi pada luka bakar kimia
ketika kimia aerosol atau asap dihirup masuk ke saluran pernafasan. Penangan
dilakukan seperti pada tatalaksana trauma akibat inhalasi asap, dengan obat protektif
terhadap saluran nafas dan terapi oksigen, dengan ventilasi mekanis.
24
Obat-Obatan
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi.
Antibiotik yang banyak digunakan adalah golongan aminoglikosida karena golongan
ini efektif terhadap pseudomonas. Untuk mengatasi nyeri, paling baik digunakan
opiat melalui intravena dalam dosis yang serendah mungkin yang dapat memberi efek
analgesik yang adekuat tanpa disrtai hipotensi. Selanjutnya diberikan pencegahan
tetanus berupa ATS dan atau toksoid.
Kebutuhan nutrisi penderita luka bakar
Minuman diberikan pada penderita luka bakar
Segera setelah peristaltik menjadi normal
Sebanyak 25 mL/kgBB/hari
Sampai diuresis sekurang-kurangnya mencapai 30 mL/jam
Makanan diberikan oral pada penderita luka bakar
Segera setelah dapat minum tanpa kesulitan
Sedapat mungkin 2500 kalori/hari
Sedapat mungkin mengandung 100-15- gr protein/hari
26
27
DAFTAR PUSTAKA
28