Anda di halaman 1dari 28

BAB 1.

PENDAHULUAN

Berbagai macam bahan kimia dapat menyebabkan luka bakar pada kulit dan
mata serta memberi efek sistemik baik karena absorbsi atau inhalasi, pengobatan
dibutuhkan di sebagian besar kasus-kasus medis atau bedah. Mengingat sifat dari
agen yang terlibat dan jenis cedera (kedalaman, trauma paru-paru, keterlibatan mata,
dll) .
Lebih dari 25.000 bahan kimia yang biasa digunakan dalamindustri, pertanian,
pembersih rumah dan lain-lain, dan banyak bahan kimia telah diidentifikasi memiliki
potensi untuk menyebabkan luka bakar. Hal ini membuat resiko kecelakaan akibat
bahan kimia di rumah ataupun industri menjadi sangat besar. Pengetahuan tentang
potensi kecelakaan akibat agen kimia sangat rendah di masyarakat, sedangkan di
industri sering diremehkan. Ditahun-tahun sebelumnya, penggunaan bahan kimia
mengalami peningkatan yang signifikan, terutama untuk wanita, penggunaan
kosmetik berbahan kimia di wajah dan tubuh. Di sisi lain, ketidakstabilan
internasional di beberapa daerah tempat terjadinya konflik dan perang penggunaan
senjata kimia mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir
dilaporkan peningkatan angka cedera dan kecacatan akibat paparan fosfor putih. .
Luka bakar kimia dapat menjadi dilema bagi dokter dalam mengelola kasus tersebut.
Penilaian tingkat luka bakar sering sulit dan keputusan mengenai tatalaksana dan
penanganannya tidak selalu jelas.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI KULIT
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 %
berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari
letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium
minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada
telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan
terhadap bakteri, virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur
melalui vasodilatasi pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Setelah
kehilangan seluruh kulit,maka ciran tubuh yang penting akan menguap dan elektrolitelektrolit yang penting akan menghilang dari tubuh, akan menguap dan lektrolitelektrolit akan hilang dalam beberapa jam saja. Contoh dari keadaan ini adalah
penderita luka bakar. Bau yang sedap atau tidak sedap dari kulit berfungsi sebagai
pertanda penerimaan atau penolakan sosial dan seksual. Kulit juga merupakan tempat
sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang
bertautan.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat

Secara anatomis kulit tersusun atas 3 lapisan pokok terdiri dari :


a. lapisan epidermis,
b. lapisan dermis,
c. subkutis,
d. alat-alat tambahan : antara lain kuku, rambut, kelenjar sebacea, kelenjar
apokrin, kelenjar ekrin. Keseluruhan tambahan yang terdapat pada kulit
dinamakan appendices atau adnexa kulit.

Gambar 1. Anatomi Kulit

A. EPIDERMIS
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk (keratinosit), mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
2. Stratum Lusidum. Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum. Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.
Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale
dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans.

5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat


dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.
Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini
tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang
mengandung melanosit.

Gambar

2.

Lapisan
Epidermis
Fungsi

Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan
dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
B. DERMIS
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
True Skin. Lapisan dermis ini paling tebal dapat dijumpai di punggung dan paling
tipis pada palpebrae. Hubungan antara dermis dan epidermis ini tidaklah sebagai
bidang yang rata, tetapi berbentuk gelombang. Bagian dermis yang menonjol ke
dalam epidermis dinamakan papilla, sedangkan bagian epidermis yang menonjol ke
dermis disebut rete ridge. Papila ini pada telapak tangan dan jari-jari terutama
tersusun linier yang member gambaran kulit yang berbeda-beda sebagai
dermatoglyphic (sidik jari). Bagian dermis papiler ini tebalnya sekitar seperlima dari

tebal dermis total. Bagian bawah dari dermis papiler ini dinamakan dermis retikuler
yang mengandung vasa darah dan lymphe, serabut syaraf, adnexa dan lainnya
Dermis ini tersusun dari beberapa unsure atau organ yang meliputi: unsure seluler,
unsure fibrous, substansi dasar, pembuluh darah dan limphe, system saraf. Kelima
unsure atau organ yang menyusun dermis akan kita bahas satu demi satu.
1. Unsur seluler lebih banyak didapatkan pada stratum papillaris yang terdiri
dari:
1. fibroblast: merupakan sel pembentuk unsur untuk fibrous dan
substansi dasarnya
2. Sel mast : merupakan sel pembentuk dan penyimpanan histamine dan
histamine like substance yang berperan dalam anafilaksis.
3. Makrofag : merupakan sel fagosit yang berfungsi memfagosit bahanbahan asing fan mikroorganisme.
4. Leukosit : Banyak dijumpai pada proses-proses peradangan yang dapat
berupa mononuclear ataupun granulosit.
2. Unsur fibrous lebih padat pada stratum retikularis dibandingkan pada stratum
papilaris. Unsur fibrous terdiri dari :
1. Kolagen : merupakan 70% dari berat kering seluruh jaringan ikat,
serabut ini terbentuk oleh fibroblast, tersusun atas fibrin dari rantai
polypeptide. Serabut ini bertanggung jawab pada ketegangan kulit
merupakan unsure pembentuk garis langer (cleavage line)
2. Elastin : Hanya 2 % dari berat kering jaringan ikat. Serabut elastin, ini
juga dibentuk oleh fibroblast tetapi susunannya lebih halus

disbandingkan dengan kolagen. Serabut elastin ini bertanggung jawab


atas elastisitas kulit.
3. Retikulin : Merupakan serabut kolagen yang masih muda dan
hanyalah dapat dilihat dengan pewarna khusus.
3. Substansi dasar, tersusun dari bahan mukopolisakaris (asam hialuronat dan
dermatan sulfat), yang juga dibentuk oleh fibroblast. Substansi dasar hanya
merupakan 0,1% dari berat kering jaringan ikat, tetapi substansi dasar ini
mampu menahan sejumlah air, sehingga akan menempati ruang terbesar dari
dermis.
4. Pembuluh darah dan limfe :
Pada kulit yang masih normal, darah yang sampai pada kulit merupakan 10% dari
seluruh peredaran darah dalam tubuh. Pembuluh darah di dalam kulit terdiri dari 2
plexus yaitu :
1. Plexus superficialis : terdapat pada bagian atas dermis dan tersusun sejajar
dengan epidermis. Plexus superficialis ini terdiri dari atas kepiler-kapiler,
endarteriole dan venulae yang member makan ke papilla.
2. Plexus profunda : Terdapat pada bagian bawah dermis atau dekat subcutis dan
terutama terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar dari pada
plexus superficialis.
Pada jari-jari di antara arteriole dan venulae terdapat kelompokan otot polos yang
mempunyai fungsi khusus yaitu mengatur shunt arterio-venosa dan sering dinamakan
glomus. Sedangkan pembuluh limfe biasanya mengikuti pembuluh darah.

1. Sistem saraf
7

Kulit diinervasi oleh kira-kira 1.000.000 serabut saraf aferen. Sebagian besar
terdapat pada wajah dan ekstremitas, sedangkan pada punggung relative sedikit.
Serabut saraf ini mempunyai akson dengan badan sel yang berada pada dorsal root
ganglia . Serabut saraf ini masuk kulit melalui lapisan lemak subkutan, kemudian
masing-masing terbagi dua yaitu serabut saraf bermyelin dan serabut saraf tidak
bermyelin. Serabut saraf bermyelin berjalan horizontal membentuk anyaman dengan
serabut yang sama, kemudian naik ascenden bersama pembuluh darah dan
menginervasi dermis bagian superficial. Dalam perjalanan selanjutnya serabut ini
dibungkus oleh sel Schwann dan sebagian tidak bermyelin. Sebagian berakhir di
dermis, beberapa melakukan penetrasi membrane basalis tetapi tidak jauh melanjut ke
epidermis.
Ada 3 macam serabut saraf yag terdapat pada kulit, yaitu :
1. Serabut adrenergic : berfungsi untuk menginervasi pembuluh darah (untuk
vasokonstriksi pembuluh darah, m erector papilare (untuk kontraksi otot
tersebut), dan kelenjar apokrin (untuk pengatur sekresi kelenjar apokrin.
2. Serabut kolinergik : berfungsi menginervasi kelenjar ekrin.
3. Serabut sensorik : berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar tubuh. Ada
beberapa akhiran serabut saraf sensorik, yaitu : 1. Korpuskulum Meisnerri, 2.
Korpuskulum Paccini, 3. Akhiran serabut saraf bebas.
Ketiga akhiran serabut sensorik tersebut lebih jauh adalah sebagai berikut :
1. Korpuskulum Meisnerri berfungsi menerima rangsangan sentuhan dan
tekanan ringan. Terdapat pada papilla dermis dan paling banyak dapat
dijumpai pada telapak tangan dan kaki.

2. Korpuskulum Paccini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan dalam


dan terdapat pada dermis bagian dalam terutama pada bagian-bagian badan
yang sering menahan beban berat.
3. Akhiran saraf rambut bebas berfungsi untuk menerima rangsangan panas,
dingin, nyeri, gatal. Akhiran saraf bebas ini terdapat terutama pada papilla
dermis dan sekitar folikel rambut.
Batas antara epidermis dan dermis dibentuk oleh zone membrane basalis. Dengan
menggunakan mikroskop electron, membrane ini dapat dilihat terdiri dari 4
komponen yaitu : membrane sel dari sel basal dengan hemidesmosom, celah
intermembranous, lamina basalis, komponen fibrous dermis yang dapat dilihat
dengan mikroskop biasa dengan pewarna khusus menggunakan PAS. Zone membrane
basalis ini merupakan filter semipermeable yang memungkinkan pertukaran sel dn
cairan antara dermis dan epidermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan
shearing forces dan respon inflamasi.
C. SUBKUTIS
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah
di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis
untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

VASKULARISASI KULIT
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan
subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap
papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak
terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran
epidermis.

FISIOLOGI KULIT
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,
trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang
raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.
Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses
keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa
bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit.
Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan
mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal
kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun,
pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan
panas.
10

LUKA BAKAR KIMIA

DEFINISI
Luka bakar adalah suatu kerusakan atau kehilangan jaringan kulit atau
jaringan organik lainnya yang disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh api, benda
panas lain, radiasi, bahan radioaktif, listrik, bahan kimia baik secara kontak langsung
ataupun tidak langsung. Radiasi ultraviolet, dan kerusakan saluran pernafasan akibat
inhalasi asap rokok juga termasuk pengertian di dalamnya. Luka bakar kimia adalah
kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh kontak terhadap bahan-bahan kimia.
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, 500.000 orang dirawat di unit gawat darurat, sementara
74.000 pasien perlu perawatan inap di rumah sakit akibat luka bakar. Lebih dari
20.000 pasien mengalami luka bakar yang sangat hebat sehingga memerlukan
perawatan pada suatu pusat perawatan khusus luka bakar. Kematian luka bakar
berkurang sejak tahun 1920, dan dewasa ini penderita luka bakar lebih dari 50%
daerah permukaan tubuh memiliki vukup kemungkinan untuk tetap bertahan bila
dirawat dengan tepat.
Luka bakar adalah masalah yang umum terlihat di instalasi gawat darurat.
Telah ada penurunan jumlah luka bakar di Amerika Serikat hingga tahun 2000,
Kebanyakan luka bakar secara parsial dan terjadi pada ekstremitas. Sekitar 5% dari
individu dengan luka bakar yang datang ke Instalasi gawat darurat membutuhkan
perawatan.
Pada tahun 2008, American Association of Poison Control Center (AAPCC)
melaporkan 26.596 kasus eksposur terhadap zat asam, 39.741 kasus eksposur
11

terhadap zat alkali, 9958 kasus eksposur peroksida, dan 58.892 kasus eksposur
pemutih. Selama waktu itu, 1.868 kasus paparan fenol atau produk turunan fenol
yang dilaporkan. Tercatat kasus luka bakar akibat bahan kimia sekitar 2-6% dari total
pasien pusat luka bakar.
Di seluruh dunia, zat korosif yang biasanya digunakan untuk serangan kimia.
Zat yang paling umum digunakan adalah asam alkali dan asam sulfat.cDalam laporan
tahun 2008 dari American Association of Poison Control Center, eksposur terhadap
asam dan produk yang mengandung asam dan bahan kimia mengakibatkan 10
kematian, 83 kasus toksisitas utama, dan 1788 kasus toksisitas moderat. Eksposur
oleh alkali dan bahan kimia mengakibatkan 9 kematian, 168 kasus toksisitas utama,
dan 2.684 kasus toksisitas moderat. Tidak ada laporan kematian yang diakibatkan
paparan oleh peroksida, namun dilaporkan, 9 kasus toksisitas utama, dan 154 kasus
toksisitas moderat akibat paparan zat peroksida. Eksposur oleh pemutih hipoklorit
dan yang mengandung senyawa hipoklorit lain dilaporkan 2 kematian, 43 kasus
toksisitas utama, dan 2016 kasus toksisitas moderat. Eksposur oleh produk yang
mengandung fenol tidak mengakibatkan kematian, 2 kasus toksisitas utama, dan 70
kasus toksisitas moderat.
Serangan dengan bahan kimia kaustik seluruh dunia lebih mungkin terjadi
terhadap perempuan. Dewasa dan anak-anak hampir sama terkena bahan kimia
kaustik. Dewasa terkena bahan kimia kekuatan industri sering menderita luka bakar
lebih parah.
ETIOLOGI

Asam Kuat
Asam kuat dapat menyebabkan nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan

rasa nyeri yang hebat. Asam hidroflurida mampu menembus jaringan sampai ke

12

dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang kecil
sekalipun.

Basa Kuat
Basa kuat yang banyak terdapat dalam alat rumah tangga antara lain bahan

pemutih pakaian, berbagai cairan pembersih,. Luka bakar yang disebabkan oleh basa
kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive
necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat daripada
asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi
denaturasi protein dan kolagen.]
PATOFISIOLOGI
Tubuh memiliki system pertahanan yang sangat spesifik terhadap luka bakar
dan perbaikan pasca luka bakar karena panas, listrik,radiasi, ataupun bahan kimia.
Terjadi denaturasi protein dalam tubuh saat mengalami luka bakar. Namun, luka
bakar akibat bahan kimia berbeda dengan luka bakar akibat panas. Luka bakar kimia
kebnyakan terjadi karena kontak yang lebih lama terhadap bahan-bahan kimia, dan
luka bakar kimia bahkan masih berlangsung saat dilakukan resusitasi awal, berbeda
dengan luka bakar akibat panas yang berhenti bereaksi saat penyebab luka bakar
dapat diatasi. Dalam perjalanannya, bahan kimia akan memberkan gejala sistemik
jika komponen kimia tersebut ikut beredar dalam sirkulasi dengan tingkat toksin yang
berbahaya untuk tubuh. Tingkat toksik bahan kimia terhadap tubuh,bergantung pada:

Konsentrasi

Kuantitas bahan kimia

Durasi kontak terhadap bahan kimia

Penetrasi
13

Mechanism of action

MEKANISME REAKSI
Berikut adalah enam mekanisme terjadinya luka bakar akibat bahan-bahan kimia
secara biologi:
(1) Oksidasi
Terjadinya denaturasi protein akibat penyusupan oksigen, sulfur, atau atom
halogen ke dalam gugus protein.
(2) Reduksi
Bahan kimia bereaksi dengan menempelkan electron bebas dalam membrane
protein. Reaksi reduksi akan menghasilkan panas yang akan bereaksi dengan
tubuh, dengan berbagai macam gambaran reaksinya. Zat yang bereaksi secara
reduksi antara lain asam hidroclorat, asam nitrit, dan alkil-merkuri.
(3) Korosi
Proses ini menyebabkan denaturasi protein saat kontak dengan bahan kimia.
Korosi menyebabkan timbulnya scar pada kulit dan dalam perjalanannya dapat
menyebabkan ulserasi. Contoh bahan kimia yang menyebabkan korosif antara
lain Senyawa fenol, sodium hipoclorida, pospor.
(4) Racun protoplasmic
Bahan protoplasmic menghasilkan efek karena gugus ester yang bereaksi dengan
gugus protein atau dengan memanfaatkan atau menghambat kalsium atau ion lain
yang berpengaruh pada fungsi dan fisiologi jaringan. Bahan yang beraksi dengan
cara ini antara lain asam format, asam asetat, asam hidroflourid.

14

(5) Vesicants
Dengan mekanisme kerja ini zat yang tergolong vesicants menyebabkan iskemia
dengan cara nekrosis anoksia di tempat terjadinya kontak. Dimethyl sulfoxide
(DMSO) adalah contoh zat dalam kategori ini.
(6) Dessicants
Dengan reaksi ini zat dessicants menyebabkan kerusakan karena dehidrasi
tingkat jaringan. Kerusakan terjadi akibat terjadinya panas yang tidak mampu di
toleransi oleh tubuh. Dalam kelompok ini antara lain adalah asam sulfat dan
asam muriatic.
GEJALA KLINIS

Tanda dan gejala dari luka bakar kimia meliputi:


o

Kemerahan, iritasi, atau terbakar di lokasi kontak

Nyeri atau mati rasa di lokasi kontak

Pembentukan lepuh atau kulit mati hitam di situs kontak

Visi perubahan jika bahan kimia masuk ke mata

Batuk atau sesak napas

Muntah

Dalam kasus yang parah, dapat terjadi dari salah satu dari gejala berikut:
o

Tekanan darah rendah

Pingsan, kelemahan, pusing

Sesak nafas atau batuk parah

Sakit kepala

Sentakan otot atau kejang

Serangan jantung atau detak jantung tidak teratur

15

PENILAIAN PASIEN
Anamnesis
Pengabilan suatu anamnesis yang menyeluruh merupakan suatu tugas yang
paling penting dan seringkali paling sulit dilakukan dalam merawat pasien luka bakar.
Tanggal, jam, dan lokasi kejadian merupakan informasi yang penting dalam
penatalaksanaan pengobatan awal. Penyakit kronis yang telah ada sebelumnya,
termasuk penyakit pembuluh koroner, diabetes melitus, penyakit paru kronis,
penyakit cerebrovascular, dan AIDS dapat memperburuk prognosis dan perlu dicatat.
Penentuan Luas dan Derajat Luka Bakar
Luas luka bakar dinyatakan daam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada
orang dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha
kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai da kali kiri masing-masig 9%,
sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu untuk menaksir luasnya
permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
Pada anak dan bayi, digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan
kepala anak lebih besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak
kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan
kiri masing-masing 15%.

16

Rumus Walace rule of nine ini dapat digunakan untuk menghitung luas luka
bakar secara cepat, namun perhitungannya lebih kasar, terutama pada anak. Untuk
dapat mengetahui luas luka bakar secara lebih rinci, dapat digunakan perhitungan
dengan menggunakan Lund and Browder Chart.

Lund and Browder Chart

17

Penentuan derajat luka bakar dipengaruhi oleh tingginya suhu dan lamanya
pajanan suhu tinggi. Selain api yang langung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar
juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari
bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron selain mudah terbakar juga
mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat
kedalaman luka bakar.

Luka bakar derajat I


Luka bakar hanya mengenai lapisan epidermis dan biasanya sembuh
dalam 5-7 hari; misal pada kasus tersengat sinar matahari. Luka
tampak

sebagai

eritema

dengan

keluhan

rasa

nyeri

atau

hipersensitivitas setempat.
Luka bakar derajat II
Luka bakar yang mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen
epitel sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut misalnya sel epitel
basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan
adanya sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu.
Gejala yang timbul adalah nyeri, luka dapat terlihat basah dan
mengeluarkan serum, dapat juga tampak sebagai gelembung, atau bula
berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena
permeabilitas dinding pembuluh darah yang meningkat.
Luka bakar derajat II yang lebih dalam mungkin disertai lepuh.
Penderita luka bakar dermis yang dalam akan berkurang sensasi raba

dan tusuk pada daerah luka.


Luka bakar derajat III
Luka bakar derajat III meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin
subkutis, atau bahkan organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi elemen
epitel yang tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka;
biasanya diikuti dengan terbentuknya eskar (luruhan kulit yang
18

terkoagulasi dan tebal yang terbentuk akibat luka bakar) yang


merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi protein jaringan kulit.
Tidak ada bula dan tidak ada rasa nyeri.

Gambar . Derajat Kedalaman Luka Bakar

Gambar. Luka Bakar Derajat 1

Gambar. Luka Bakar Derajat 2


(Partial thickness deep)

19

`Gambar. Luka Bakar Derajat 3

Pemeriksaan Fisik
Pasien luka bakar merupakan pasien trauma dan evaluasinya perlu dilakukan
secara aman dan tangkas menurut petunjuk Advanced Trauma Life Support dari
American Collage of Surgeons Penyebab ketidakstabilan yang paling dini yang
timbul pada pasien luka bakar adalah cerera inhalasi yang berat, yang menimbulkan
kerusakan jalan nafas atas dan obstruksi, atau keracunan karbonmonoksida yang
mendekati lethal. Pengamatan pertama yang herus dengan cepat dapat mengenali
semua kesulitan-kesulitan ini. Pada pengamatan kedua yang menyeluruh dapat
dideteksi adanya cedera-cedera lain yang menyertainya. Perubahan status neurologik
dapat menunjukkan adanya cedera kepala terututup. Tanda-tanda vital dan penilaian
denyut perifer memungkinkan interpretasi perunahan-perubahan selanjutnya,
khususnya pada pasien dengan luka bakat melingkar pada ekstremitas. Harus
dilakukan suatu pemeriksaan pada abdomen yang cermat sebelum pasien mendapat
analgesik dan sedatif.

Pemeriksaan Penunjang
Laboratrium
Hitung darah lengkap, elektrolit, dan profil biokimia standar perlu diperoleh
segera setelah pasien tiba di fasilitas perawatan. Konsentrasi gas darah dan
20

karboksihemoglobin perlu seera diukur karena pemberian karbondioksida dapat


menutupi keparahan keracunan CO yang dialami penderita.
Pemeriksaan Radiologi
Semua pasien sebaiknya dilakukan rontgen dada; tekanan yang terlalu kuat
pada dada, usaha kanulasi pada vena centralis, serta fraktur iga dapat menimbulkan
pneumothoraks atau hemothoraks. Pasien yang juga mengalami trauma tumpul yang
menyertai luka bakar harus menjalani pemeriksaan radiografi dari seluruh vertebra,
tulang panjang, dan pelvis.

PENATALAKSANAAN
Penangan Umum
Secara umum penangan awal trauma luka bakar kimia adalah seperti pengangan
trauma lain, jalan nafas, saturasi dan perfusi oksigen serta sirkulasi menjadi sangat
penting untuk diperhatikan pada resusitasi awal. Peanganan pertama untuk luka bakar
kimia antara lain :

Menghilangkan penyebab

Penangan terhadap efek sistemik dan efek samping bahan kimia

Penangan Trauma secara umum

Penangan spesifik terhadap penyebab luka bakar

Penangan spesifik terhadap daerah tubuh yang terkena efek luka bakar

Riwayat trauma secara menyeluruh diperlukan untuk memastikan agen penyebab


dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk meminimalkan kerusakan jaringan.
Durasi kontak kimia dengan kulit adalah penentu utama keparahan cedera.
A.

Eliminasi agen penyebab

21

Luka bakar kimia ditandai dengan kerusakan jaringan berlangsung selama agen
kontak dengan tubuh. Karena itu, mengeliminasi agen penyebab menjadi sangat
penting dalam penanganan luka bakar kimia. Hal ini termasuk melepas pakaian dan
irigasi menyeluruh dengan air di tempat kejadian. Ini harus diulang ketika pasien tiba
di pusat luka bakar atau rumah sakit. Irigasi dilakukan sebanyak mungkin, dan
dengan air mengalir, menghindari menempatkan pasien ke dalam bak mandi, yang
bisa memperburuk kerusakan jaringan. irigasi dan eliminasi agen penyebab sangat
membantu memperbaiki kelembaban kulit dan meminimalkan efek merugikan yang
ditimbulkan terhadap jaringan. Dengan cara ini perubahan pH permukaan kulit tidak
akan banyak berubah. Irigasi awal dan dengan cairan yan cukup telah terbukti
mengurangi tingkat keparahan luka bakar dan lama perawatan di rumah sakit. Tidak
ada ukuran irigasi yang di tetapkan, semakin banyak dan adekuat irigasi yang
dilakukan maka akan lebih baik hasilnya bagi daerah yang terpapar, karena pH
permukaan kulit dapat terjaga dan tidak banyak berubah. Irigasi dilakukan selama 30
menit sampai 2 jam untuk mempertahankan pH antara 5 dan 11. Meskipun irigasi
dengan air dilakukan pada hamper semua jenis luka bakar kimia, ada beberapa
pengecualian. Beberapa bahan kimia membuat exothermy signifikan bila bereaksi
dengan air, dan bahan kimia lainnya yang tidak larut dalam air. Fenol adalah bahan
yang larut dalam air dan harus segera di eliminasi dari kulit dengan spons direndam
dalam agen solublizing seperti 50% polietilen glikol. Dry lime mengandung kalsium
oksida, yang bereaksi dengan air untuk membentuk kalsium hidroksida, yang
merugikan. Oleh karena itu, dry lime harus dibersihkan dari kulit sebelum dilakukan
irigasi. Asam muriatic dan asam sulfat pekat menghasilkan panas yang ekstrim bila
dikombinasikan dengan air. Agen ini harus dinetralkan dengan sabun atau air kapur
sebelum irigasi
B.

Agen penetral

22

Cara penangan dengan teknik ini masih menjadi kontroversi dari diskusi
kimia pengobatan luka bakar. Beberapa penulis telah menunjukkan bahwa dilusi
adalah titik kunci terapi luka bakar kimia, karena sangat efektif untuk aparan bahan
asam dan alkali. Namun, secara teoritis menetralkan agen penyebab efektif
menghilangkan bahan kimia aktif dari luka dan mencegah cedera lebih lanjut.
Pengendalian kuantitas dari bahan penetral sulit untuk dilakukan. Masalah terkait
dengan penggunaannya termasuk reaksi eksotermis menyebabkan kerusakan lebih
lanjut akibat panas dan keterlambatan hidroterapi karena menunggu agen penetral
yang sesuai. Penting untuk diingat bahwa agen yang menetralisir juga memberikan
efek toksik. Namun, di beberapa kasus ketika agen penetral yang tepat diketahui, ada
beberapa

keuntungan

dalam

penggunaannya.

Penggunaannya

juga

telah

direkomendasikansetelah dilakukan irigasi awal dengan air, lalu dinetralkan,


kemudian dilakukan irigasi kedua dengan air. Pendekatan lain yang digunakan dalam
lingkungan kerja di Eropa adalah kulit / mata aktif didekontaminasi dengan
Diphoterine. Diphoterine adalah bubuk yang larut dalam air yang diproduksi oleh
Laboratoire Prevor, Valmondois, Prancis, dan disediakan untuk digunakan dilarutkan
dalam air dan disterilkan dengan autoklaf. Diphoterine adalah polivalen (aktif
mengikat beberapa zat), amfoterik, hipertonik, chelating molekul dengan situs aktif
mengikat asam, basa, oksidator, mengurangi reaksi agen, yang menyebabkan
bengkak, lachrymators, iritasi, pelarut. Penggunaannya baru-baru ini ditunjukkan
untuk mencegah atau mengurangi keparahan luka bakar, secara cepat mengurangi
nyeri, dan telah mengurangi indikasi untuk tindakan medis atau bedah perawatan luka
bakar. Penelitian lebih lanjut telah dilakukan untuk menghasilkan hasil berbasis bukti
yang dapat meningkatkan hasil pada luka bakar kimia.
C.

Penanganan umum, estimasi dari luka bakar, dan perawatan lokal


Prinsip-prinsip umum manajemen trauma diikuti (ABC). Resusitasi

konvensional digunakan bila diperlukan, pemantauan output urin, penilaian

23

kecukupan perfusi organ. Gangguan pH adalah komplikasi sistemik utama. Analisa


gas darah dan elektrolit harus dilakukan sampai stabilitas metabolik telah terjamin.
Setiap pasien dengan irigasi cairan terhadap paparan kimia berpotensi mengalami
hipotermia. Oleh karena itu, penting untuk mempertahankan suhu diantara 28-31 OC
dan cairan untuk irigasi diusahakan mendekati suhu permukaan tubuh. Penilaian
klinis kedalaman dan tingkat luka bakar akibat bahan kimia sulit karena tidak bisa
disamakan pada masing-masing agen penyebabnya karena sifat dan mekanisme
reaksi masing-masing agen berbeda-beda. Kadang signifikan luka bakar yang dalam
dapat muncul gejala yang minimal. Setelah lavage dan debridement luka, luka bakar
kimia di terapi dengan prinsip yang sama seperti luka bakar akibat panas. Luka bakar
bias diobati dengan agen kemoterapi, krim atau salep. Eksisi awal dan grafting
jaringan dianjurkan sesegera mungkin. Selain kulit, mata sering ikut terkena dalam
proses luka bakar kimia. Bahkan dalam volume sangat kecil cairan korosif kuat dapat
menghasilkan kerusakan yang signifikan. Dalam kasus ini dokter mata harus
dikonsultasikan langsung untuk penangan lebuh lanjut. Irigasi dengan air harus
dimulai sesegera mungkin dan untuk jangka waktu yang lama (0,5-1 jam).
D.

Toksisitas sistemik dan cedera inhalasi


Dokter memikirkan kemungkinan aktifitas toksik dari penyerapan sistemik

agen penyebab luka bakar kimia. Toksisitas asam fluoride secara sistemik dapat
menyebabkan hipokalsemia dan fibrilasi ventrikel. Penyerapan asam format dapat
menghasilkan hemolisis intravaskular, gagal ginjal dan pankreatitis narcotising.
Toksisitas sistemik jarang disebabkan agen lain, meskipun demikian,dokter harus
selalu memikirkan kemungkinan ini. Disfungsi hati mungkin muncul juga akibat
toksisitas agen organik. Trauma saluran nafas juga bisa terjadi pada luka bakar kimia
ketika kimia aerosol atau asap dihirup masuk ke saluran pernafasan. Penangan
dilakukan seperti pada tatalaksana trauma akibat inhalasi asap, dengan obat protektif
terhadap saluran nafas dan terapi oksigen, dengan ventilasi mekanis.

24

Pemberian cairan intravena


Sebelum infus diberikan, sangat perlu untuk menentukan luas dan dalamnya
luka bakar secara teliti. Dari data tersebut, baru dapat dihitung jumlah cairan infus
yang akan diberika. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung
kebutuhan cairan ini.
Cara Evans
1. NaCl per-24 jam (mL)
Luas luka bakar (%) x berat badan (kg)

2. Plasma per-24 jam (mL)


Luas luka bakar (%) x berat badan (kg)
*(1) dan (2) diberikan untuk mengganti cairan yang hilang akibat udem
3. Glukosa per-24 jam
2000 cc glukosa 5% per-24 jam
*(3) diberikan sebagai pengganti cairan yang hilang akibat pengapan
Pemberian:
Hari pertama
o 8 jam pertama diberikan separuh jumlah dari (1), (2), dan (3).
o 16 jam berikutnya diberikan sisanya.
Hari kedua
o Diberikan separuh dari jumlah pemberian hari pertama.
Hari ketiga
oDiberikan separuh dari jumlah pemberian hari kedua.
Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x Berat badan (kg) x 4 mL larutan Ringer
Pemberian:
Hari pertama
25

o 8 jam pertama diberikan separuh jumlah cairan berupa kristaloid (Ringerlaktat)


o 16 jam berikutnya diberikan sisanya.
Hari kedua
o Diberikan separuh dari jumlah pemberian hari pertama.
Penderita mula-mula dipuasakan karena peristatik usus terhambat pada
keadaan prasyok dan mulai diberikan minum segera setelah fungsi usus normal
kembali. Jika pada diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat minum
tanpa kesulitan, infus dapat dikurangi, bahkan dihetikan. Pemberian cairan dapat
ditambah, misalnya bila penderita dalam keadaan syok, atau jika diuresis berkurang.
Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal, yaitu sekurangkurangnya 1000-1500 mL/24 jam atau 1 mL/kg BB/jam dan 3 mL/kg BB/jam pada
pasien anak.

Obat-Obatan
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi.
Antibiotik yang banyak digunakan adalah golongan aminoglikosida karena golongan
ini efektif terhadap pseudomonas. Untuk mengatasi nyeri, paling baik digunakan
opiat melalui intravena dalam dosis yang serendah mungkin yang dapat memberi efek
analgesik yang adekuat tanpa disrtai hipotensi. Selanjutnya diberikan pencegahan
tetanus berupa ATS dan atau toksoid.
Kebutuhan nutrisi penderita luka bakar
Minuman diberikan pada penderita luka bakar
Segera setelah peristaltik menjadi normal
Sebanyak 25 mL/kgBB/hari
Sampai diuresis sekurang-kurangnya mencapai 30 mL/jam
Makanan diberikan oral pada penderita luka bakar
Segera setelah dapat minum tanpa kesulitan
Sedapat mungkin 2500 kalori/hari
Sedapat mungkin mengandung 100-15- gr protein/hari
26

Sebagai tambahan diberikan setiap hari


Vitamin A,B, dan D
Vitamin C 500 mg
Fe sulfat 500 mg
mukoprotektor
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.5003.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Pada masa kini, tiap unit luka bakar
sudah menerapkan pemberian dini nutrisi enteral melalui selang nasogastrik untuk
mencegah terjadinya ulkus Curling dan untuk memenuhi kebutuhan status
hipermetabolisme yang terjadi pada fase akut luka bakar.
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi
untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu,
sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional dengan bidai.

27

DAFTAR PUSTAKA

Greenwood, J and Kavanagh, S. 2011. Emergency Management of Adult Burns: 2011


Practice Guidelines . Royal Adelaide Hospital.
Zhang, et al. 2011. Factors Associated with Chemical Burns in Zhejiang Province,
China: An epidemiological study. BMC Public Health 2011, 11:746
Brigham and Womens Hospital. Burn Injury; Initial Management of the Burn
Patient page 29-35.
Palao, et al. 2009. Chemical Burn: Pathophysiology and Treatment. Elsevier Ltd and
ISBI.
Esselman, P. 2012. Burn Rehabilitation. University of Washington.
Debra, et al. 2000. Management of chemical Injuries to the Upper Extremity.
University of Southern California Burn Center. Los Angeles, California.
Catherine, et al. 2007. Rehabilitation Methods for the Burn Injured Individual.
Department of Physical Medicine and Rehabilitation, University of Michigan Health
System, 325 E. 18 (2007) 925948.

28

Anda mungkin juga menyukai