Anda di halaman 1dari 6

Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Mata Katarak

pada Manusia Berbasis Web


Yudi1, Yessi Nofrima2
STMIK IBBI
Jl. Sei Deli No. 18 Medan, Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548
e-mail: ynn_linc@yahoo.com1 yessinofrima@rocketmail.com2
Abstrak
Katarak adalah salah satu dari sekian banyak penyakit mata. Penyakit ini merupakan penyebab
kebutaan No. 1 didunia pada manusia. Hal ini ditandai dengan adanya kekeruhan pada lensa mata
manusia yang sebelumnya jernih. Terdapat beberapa jenis katarak diantaranya katarak kongenital,
juvenile, senile, traumatika dan komplikata. Hasil penelitian menunjukan bahwa katarak yang
berdasarkan penyebab yakni traumatika dan komplikata bisa terjadi pada semua umur. Sehingga dapat
disimpulkan jenis penyakit katarak yang diteliti adalah katarak kongenital, kongenital traumatika,
kongenital komplikata, katarak juvenile, juvenile traumatika, juvenile komplikata dan katarak senile,
senile traumatika, senile komplikata. Penggunaan metode inferensi forward chaining untuk diagnosa
penyakit katarak ini relative sama dengan diagnosa yang dilakukan oleh seorang pakar (Dokter).
Selanjutnya, untuk memperoleh hasil pengujian dari diagnosa yang akan lebih akurat dan lebih tepat lagi
perlu diuji dengan banyak data.
Kata kunci : Inferensi Forward Chaining, Katarak, Kongenital, Juvenile, Senile, Traumatika, komplikata
Abstract
Cataract is the one of eyes diseases. The disease is number one cause of human blindness in the
world. It is marked by the opacity in the lens of humans eyes that is previously clear. There are several
types of cataract such as congenital cataracts, juvenile, senile, traumatic, and complication.
The method to diagnose the cataract is inference method, namely forward chaining. In applying the
inference forward chaining method, it is started by analyzing the indication of cataract and finally the
conclusion as a solution.
Research result shows that the cataract is caused by traumatic and complication can occur at
all ages of humans. So that, it can be concluded that the types of cataract which is being studied are
congenital cataracts, traumatic congenital, complication congenital, juvenile cataracts, traumatic
juvenile, complication juvenile and senile cataract, traumatic senile, complication senile. The use of
forward chaining inference method in diagnosing the cataract is relatively similar with the experts
diagnosing (doctor). Furthermore, in order to achieve the testing result of diagnose which will be more
accurate and exactly, it needs to be examined by using many data.
Keywords: Inference Forward Chainin, Cataract, Congenital, Juvenile, Senile, Traumatic, Complication
1. Pendahuluan
Kesehatan merupakan harta yang paling berharga dan mahal bagi setiap manusia, oleh karenanya
kita harus mampu menjaga kesehatan dari berbagai jenis penyakit yang menyerang salah satunya adalah
penyakit mata katarak. Seperti yang diketahui mata adalah suatu panca indra yang sangat penting dalam
kehidupan manusia untuk melihat. Dengan mata, manusia dapat melihat, menikmati keindahan alam dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar dengan baik. Jika mata mengalami gangguan atau penyakit mata,
maka akan berakibat sangat fatal bagi kehidupan manusia. Jadi sudah semestinya mata merupakan
anggota tubuh yang perlu dijaga dalam kesehatan sehari-hari.
Katarak merupakan penyakit mata penyebab kebutaan no.1 di dunia, dan Indonesia merupakan
salah satu negara yang saat ini jumlah penderita katarak terus bertambah setiap tahunnya.

Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Mata Katarak (Yudi)

14

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadi pertambahan penderita katarak di Indonesia, diantaranya adalah masih kurang pengetahuan masyarakat akan penyebab terjadi katarak serta jumlah Ophthalmologist yang masih minim.
Berdasarkan uraian diatas Penulis mengangkat laporan skripsi ini dengan judul Perancangan
Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Mata Katarak Pada Manusia Berbasis Web. Pemilihan metode forward
chaining sebagai metode yang akan diterapkan pada sistem pakar diagnosa penyakit katarak, dikarenakan
pada sistem yang akan dibangun ini proses yang berjalan adalah penelusuran gejala-gejala penyakit
katarak dan outputnya berupa pertanyaan seputaran gejala atau tanda-tanda apa yang dirasakan oleh
pasien, selanjutnya sistem akan memberikan solusi atau kesimpulan atas jawaban yang diberikan penggu na/pasien.
2. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data terlebih dahulu. Data yang
dibutuhkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung
dari lapangan yaitu data yang berhubungan dengan sistem yang dirancang. Data Sekunder adalah data
yang diperoleh langsung dari sumber lain dalam bentuk laporan atau publikasi yang didapat dari sumber
studi perpustakaan yang ada hubungannya dengan objek penelitian dan bersifat teoritis.
Proses pengumpulan data dilakukan atas sejumlah tahap dengan menggunakan beberapa metode
berikut : Identifikasi, Konseptualisasi. Identifikasi yaitu mengidentifikasi masalah-masalah dengan
batasan yang jelas dengan teknik studi pustaka, merupakan usaha untuk mencari, menggali dan mencari
semua informasi yang berhubungan dengan penelitian. Iinformasi ini di dapat dari buku, dan informasiinformasi lain yang dirasakan menunjang pembuatan program. Konseptualisasi yaitu merancang basis
pengetahuan, mesin inferensi dan desain interface. Merencanakan beberapa kemampuan untuk dimiliki
oleh program yang akan dibuat. Formalisasi yaitu dari hasil tahap kedua ditemukan alat pengembangan
yang akan dilakukan. Implementasi yaitu Hasil dari tahapan-tahapan diatas akan dipindahkan kedalam
sistem komputerisasi. Pengujian yaitu tahapan untuk menguji jalannya program yang dibuat, melakukan
koreksi-koreksi dari kesalahan-kesalahan yanag terjadi dan juga mengecek kekurangan yang ada yang
mungkin harus ditambah.
Metode perancangan yang dilakukan terdiri dari : pembuatan tabel keputusan, pembuat pohon
keputusan, kaidah produksi dan perancangan basis data.
Tabel 1. Tabel Keputusan mengidentifikasi gejala dan penyakit mata
KODE

P1

P2

P3

P4

P5

P6

P7

P8

P9

G01
G02
G03
G04
G05
G06
G07
G08
G09
G10
G11
G12
G13
G14
G15
G16
G17
G18
G19
G20
G21
G22

15

Gambar 1. Pohon Pelacakan


Berikut adalah rancangan sistem untuk diagnosa penyakit katarak dengan menerapkan metode
inferensi forward chaining. Diagram Alir (flowchart) perancangan sistem dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 2. Flowchart Perancangan dan Flowchart input Penyakit, Gejala dan Solusi
Pada Perancangan basis data sistem pakar dilakukan dengan merancang Identifikasi External
Entity, Diagram Alir Data (DAD), Entity Relationalship Diagram (ERD), Rancangan Data Base, Rancangan Input.Output.
No.
1

Eksternal Entity
Admin/Ass Dok.

Pakar/Dokter

Tabel 2. External entity


Input
Output
a. Data Pasien
Laporan Hasil Diagnosa
b. Diagnosa
a. Data Penyakit
b. Data Gejala
c. Data Pengetahuan
d. Data Pencegahan
e. Data Pengobatan

Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Mata Katarak (Yudi)

16

f.
g.

Aturan
Solusi

Gambar 3. Hubungan Antar Tabel (Entity Relationship Diagram/ERD)

3. Analisis dan Hasil


3.1 Analisis
Pada mesin inferensi ini, data yang telah diinput asisten akan di proses pada mesin inferensi dengan menggunakan metode forward chaining, berdasarkan gejala yang dimasukan, kemudian gejala-gejala
tersebut akan dikelompokkan sesuai dengan jenis penyakit yang diderita, dan akan dilakukan pemeriksaan
pada basis pengetahuan apakah gejala tersebut merupakan salah satu jenis penyakit mata katarak. Kemudian akan diberikan rekomendasi berupa cara pencegahan dan pengobatan.
Mekanisme inferensi dengan menggunakan metode forward chaining untuk sistem pakar diagnosa penyakit katarak dengan langka-langka sebagai berikut:

Gambar 4 Mesin Inferensi Dengan Metode

17

3.2 Hasil implementasi


Setelah diselesaikan perancangan, peneliti membuat coding program dan kemudian mengeksekusi
program tersebut. Hasil eksekusi tampak seperti gambar berikut.

Gambar 5. Hasil implementasi

4. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan tinjauan teori dan implementasi yang telah dilakukan mengenai pembuatan aplikasi
sistem pakar, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : aplikasi sistem pakar mampu mengidentifikasi
penyakit pada mata katarak beserta gejala yang ada dan saran pencegahannya. Keunggulan dari aplikasi
sistem pakar ini adalah bersifat dinamis dan mudah digunakan dimana pakar dapat menambahkan,
mengubah, dan menghapus pengetahuan atau aturan baru tanpa harus memulai dari awal. Guna
pengembangan sistem pakar lebih lanjut, peneliti memberikan beberapa saran berikut : pengetahuan
sistem pakar identifikasi penyakit mata katarak dapat semakin diperkaya dengan penambahan

Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Mata Katarak (Yudi)

18

kompleksitas gejala yang diberikan, agar dapat memberikan penjelasan informasi kepada pengguna yang
lebih komplek. Adanya pengembangan penambahan jumlah gejala yang dapat dimasukkan, agar dapat
mempersempit keterbatasan pengguna dalam mencari informasi.
Referensi
Buku Teks:
[1]
[2]
[3]
[4]

Arhamni M. Konsep Dasar Sistem Pakar. Yogyakarta: Andi. 2004.


Ilyas Sidarta H. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: FKUI.
Sutojo T., Mulyanto Edy, Suhartono Vincent. Kecerdasan Buatan. Yogyakarta : Penerbit Andi.
2010.
T. Sutojo, Edy Mulyanto, Vincent Suhartono. Kecerdasan Buatan. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
2010.

Anda mungkin juga menyukai