DISUSUN OLEH:
KELOMPOK B, dengan anggota:
No.
Nama Mahasiswa
NPM
No.Urut
Daftar Hadir
1.
1401160139
2.
Darhasani
1401160157
3.
Fitri Anggita
1401160127
13
4.
1401160087
14
5.
Hendrie Ardhiansyah
1401160122
15
Paraf
PROPERTI INVESTASI
PSAK 13
I.
A. LANDASAN TEORI
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup PSAK 13 meliputi :
a. Pernyataan ini ditetapkan dalam pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
properti investasi
b. Pernyataan ini juga ditetapkan untuk pengukuran hak atas properti investasi dalam
sewa yang di catat sebagai sewa pembiayaan dalam laporan keuangan lessee dan
dicatat sebagai sewa operasi dalam laporan keuangan lessor
PSAK 13 tidak mencakup dalam hal yang diatur dalam PSAK 30 tentang sewa seperti :
a. Pengklasifikasian sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi;
b. Pengakuan penghasilan sewa dari properti investasi (lihat juga PSAK 23:
Pendapatan);
c. Pengukuran hak atas properti dalam sewa yang dicatat sebagai sewa operasi dalam
laporan keuangan lessee;
d. Pengukuran investasi neto lessor yang di catat sebagai sewa pembiayaan dalam
laporan keuangan lessor;
e. Akuntansi untuk transaksi jual dan sewa balik; dan
f. Pengungkapan tentang sewa pembiayaan dan sewa operasi.
PSAK 13 juga tidak berlaku untuk hak penambangan dan cadangan mineral seperti
minyak, gas alam dan sumber daya serupa yang tidak dapat diperbaharui.
II. DEFINISI
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu
bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee/penyewa melalui
sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduaduanya, dan tidak untuk:
a. digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif; atau
b. dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari
Properti yang digunakan sendiri adalah properti yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee
melalui sewa pembiayaan) untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa atau untuk tujuan administratif.
Hak atas properti yang dikuasai oleh lessee melalui sewa operasi dapat
dikelompokkan dan dicatat sebagai properti investasi jika, dan hanya jika, properti
tersebut akan memenuhi definisi properti investasi dan lesse menggunakan nilai wajar.
Properti investasi dapat dikuasai untuk menghasilkan rental atau untuk mendapatkan
kenaikan nilai atau keduanya. Dengan demikian, properti investasi tersebut
menghasilkan arus kas yang sebagian besar tidak bergantung pada aset lain yang
dikuasai oleh entitas. Hal ini membedakan properti investasi dari properti yang
digunakan sendiri. Proses produksi atau pengadaan barang atau jasa (atau penggunaan
properti untuk tujuan administratif) dapat menghasilkan arus kas yang dapat
diatribusikan tidak hanya ke properti, tetapi juga ke aset lain yang digunakan dalam
proses produksi atau persediaan. PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap berlaku untuk
properti yang digunakan sendiri.
c) nilai wajar properti investasi tidak termasuk penghasilan sewa operasi dibayar
dimuka atau telah terakru karena entitas mengakuinya secara terpisah sebagai
aset atau liabilitas
d) nilai wajar properti investasi yang dimiliki dalam suatu sewa mencerminkan arus
kas yang diharapkan (termasuk rental kontinjen yang diperkirakan meniadi
terutang)
Ketidakmampuan Mengukur Nilai Wajar secara Andal
Terdapat praduga (rebuttable presumption) bahwa entitas dapat mengukur
nilai wajar properti investasi secara andal atas dasar berkelanjutan. Akan tetapi,
dalam beberapa kasus yang jarang terjadi bahwa properti tidak dapat diukur secara
andal atas dasar berkelanjutan. Jika entitas menentukan bahwa nilai wajar dari
Properti investasi (selain properti investasi dalam proses pembangunan) tidak dapat
diukur secara andal atas dasar berkelanjutan, maka entitas mengukur properti
investasi tersebut (hanya atas aset yang tidak dapat diukur secara andal atas dasar
berkelanjutan) menggunakan model biaya seperti aset tetap sesuai PSAK 16 hingga
pelepasan.
Jika sebelumnya entitas telah mengukur properti investasi pada nilai wajar,
maka entitas melanjutkan pengukuran properti tersebut pada nilai wajar hingga
pelepasan
Model Biaya
Untuk entitas yang memilih model biaya untuk mengukur seluruh properti
investasinya maka menggunakan dalam PSAK 16. Setelah pengakuan awal entitas
yang memilih model biaya mengukur seluruh properti investasi sesuai dengan
ketentuan dalam PSAK 16; Aset Tetap.
V. PENGALIHAN
Pengalihan (reklasifikasi) hanya dilakukan jika dan hanya jika :
a. Dimulai penggunaan oleh pemilik (reklasifikasi menjadi properti yang digunakan
sendiri)
b. Dimulai pengembangan untuk dijual (reklasifikasi menjadi persediaan)
c. Berakhirnya pemakaian oleh pemilik (reklasifikasi menjadi properti investasi)
d. Dimulai sewa operasi kepada pihak lain (reklasifikasi menjadi properti investasi)
Untuk entitas yang menggunakan model biaya, reklasifikasi tidak mengubah
jumlah tercatat properti yang dialihkan. Sedangkan untuk entitas yang menggunakan
model nilai wajar maka pengalihannya terbagi dalam beberapa kondisi :
a. Untuk properti investasi yang dicatat pada nilai wajar dan dialihkan menjadi properti
yang digunakan sendiri atau persediaan, pencatatan akuntansinya mengacu pada
PSAK 16 atau PSAK 14 : persediaan yang manan biaya perolehan bawaan sebagai
nilai wajar.
b. Untuk yang reklasifikasi dari properti yang digunakan sendiri menjadi properti
investasi mengacu pada PSAK 16 perubahan nilai wajar dan nilai tercatat mendapat
perlakuan sebagaimana revaluasi pada PSAK 16 yakni setiap penurunan dalam
jumlah tercatat properti diakui dalam laba rugi dan jika surplus revaluasi yang terkait
dengan properti tersebut, maka penurunan tersebut diakui dalam penghasilan
komprehensif lain dan mengurangi surplus revaluasi dalam ekuitas begitu juga
sebaliknya.
c. Untuk reklasifikasi dari persediaan akan dicatat pada nilai wajar, selisih antara nilai
wajar dan jumlah tercatat diakui dalam laba rugi.
d. Ketika entitas menyelesaikan pembangunan atau pengembangan properti investasi
yang dibangun sendiri dan yang akan dicatat dalam nilai wajar, setiap perbedaan
antar nilai wajar pada tanggal tersebut dan jurnlah tercatatnya diakui dalam laporan
laba rugi.
VI. PELEPASAN
Properti investasi dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau ketika
properti investasi tidak lagi digunakan secara permanen dan tidak memiliki manfaat
ekonomik di masa depan (seperti dijual atau disewakan dengan sewa pembiayaan).
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti
investasi ditentukan dari selisih antara hasil neto pelepasan dan jumlah tercatat aset,
dan diakui dalam laba rugi.
VII. PENGUNGKAPAN
Entitas mengungkapkan
a. Menerapkan model nilai wajar atau model biaya
b. Jika menerapkan nilai wajar, apakah, dan dalam keadaan bagaimana, hak atas
properti yang dimiliki dalam sewa operasi diklasifikasi dan dicatat sebagai proprti
investasi.
c. Jika tidak ada penilaian nilai wajar properti investasi oleh penilai independen yang
memiliki kualifikasi profesional yang diakui dan relevan maka hal-hal dibawah ini
harus diungkapkan :
(i)
Penghasilan rental dari sewa operasi
(ii)
Beban operasi langsung (perbaikan dan pemeliharaan) yang timbul dari
properti investasi yang menghasilkan penghasilan rental selama periode
(iii)
Beban operasi langsung (perbaikan dan pemeliharaan) yang timbul dari
properti investasi yang tidak menghasilkan penghasilan rental selama periode
(iv)
Perubahan kumulaif dalam nilai wajar yang diakui dalam laba rugi atas
penjualan properti invetasi
d. Keberadaan dan jumlah pembatasan atas kemampuan realisasi dari properti
investasi atau atas pengiriman penghasilaan dan hasil pelepasan
e. Kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun/mengembangkan, memperbaiki,
memelihara, atau meningkatkan properti investasi.
Selain hal diatas, ada beberapa penambahan pengungkapan yang berbeda
antara model nilai wajar dan metode biaya.
Model Nilai Wajar
(a) Penambahan , dengan pengungkapan terpisah yntuk penambahan yang dihasilkan
dari perolehan dan dai pengeluaran selanjutnya yang diakui dalam jumlah tercatat
aset
(b) Penambahan dari akuisisi melalui kombinasi umum
(c) Aset yang diklaifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau termasuk aset lepasan
yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual
(d) Keuntungan dan kerugian neto dari penyesuaian terhadap nilai wajar
(e) Selisih kurs neto dari penjabaran laporan keuangan dan kegiaan usaha luar negeri
dari mata uang fungsional menjadi mata uang penyaji
(f) Pengalihan ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri
(g) Perubahan lain
Model Biaya
(a) Metode penyusutan yang digunakan
(b) Umur manfaat atau tarif penyusutan
(c) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (termasuk akumulasi rugi
penurunan)
(d) Rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode
(e) Atas properti investasi yang nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal atas
dasar berkelanjutan maka harus mengungkapkan
i.
Deskripsi properti investasi
ii.
Penjelasan mengapa nialai wajar tidak dapat dikur secara andal
iii.
Jika emungkinkan , rentang estimasi nilai wajar kemungkinan berada
I.
B. STUDI KASUS
Kasus
1. Pengakuan (Perolehan)
PT. Alexa pada tanggal 10 Januari 2016 melakukan pembelian sebidang tanah di
daerah Purnawarman. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian tanah tersebut
adalah sebesar Rp 4.500.000.000,00. PT. Alexa masih belum menentukan untuk
apakah tanah ini nantinya digunakan. Sementara PT. Alexa hanya membiarkan tanah
tersebut apa adanya.
Jawab:
PT. Alexa melakukan penjurnalan sebagai berikut:
Tanah (Properti Investasi)
Kas
Rp 4.500.000.000,00
Rp 4.500.000.000,00
Rp 150.000.000,00
Rp 150.000.000,00
3. Pengalihan
a) Setelah 1 tahun berlalu, akhirnya manajemen PT. Alexa memutuskan untuk
segera membangun gedung di atas tanah tersebut yang nantinya akan dijadikan
gedung pemasaran. PT. Alexa melakukan penilaian kembali terlebih dahulu atas
tanah tersebut dan mendapat nilai Rp 4.700.000.000,00.
Jawab:
31 Desember 2017
Tanah (Properti Investasi)
Rp 50.000.000,00
Keuntungan atas kenaikan
nilai wajar tanah
Rp 50.000.000,00
(masuk ke Laporan Laba Rugi)
Reklasifikasi
Tanah (Aset Tetap)
Tanah (Properti Investasi)
Rp 4.700.000.000,00
Rp 4.700.000.000,00
b) Akibat sepinya minat warga Purnawarman selama lima tahun berlalu, PT. Alexa
memutuskan untuk menyewakan gedung pemasaran tersebut ke salah satu
warga Purnawarman. Penilai dipanggil untuk menilai harga tanah dan gedung
tersebut dan didapat angka Rp 6 M untuk tanah, dan Rp 1,45 M untuk gedung.
Harga perolehan gedung adalah Rp 2 M dan penyusutan sampai tanggal mulai
penyewaan sebesar Rp. 10 juta. Penilaian tanah sebelumnya Rp 5,9 M dan
penilaian gedung sebelumnya Rp 1,5 M. Terdapat saldo revaluasi sebesar Rp 50
juta.
Jawab:
Tanah (Aset Tetap)
Rp 100.000.000,00
Keuntungan belum terealisasi
Rp 100.000.000,00
Atas kenaikan nilai wajar (OCI)
Tanah (Properti Investasi)
Tanah (Aset Tetap)
Rp 6.000.000.000,00
Rp 6.000.000.000,00
Beban penyusutan
Akumulasi penyusutan
Rp 10.000.000,00
Rp 10.000.000,00
Rp 1.450.000.000,00
Rp
10.000.000,00
Rp
40.000.000,00
Rp 1.500.000.000,00
4. Pelepasan
Hanya berlangsung beberapa bulan, penyewa memutuskan untuk membeli gedung
dan tanah tersebut. PT. Alexa menyetujuinya dan memutuskan untuk menjual tanah
dan bangunan tersebut sebesar Rp 6.100.000.000,00 untuk tanah, dan Rp
1.400.000.000,00 untuk bangunannya.
Jawab:
Kas
Kerugian atas penjualan gedung
Tanah (Properti Investasi)
Gedung (Properti Investasi)
Keuntungan atas penjualan
Tanah
Rp 7.500.000.000,00
Rp
50.000.000,00
Rp 6.000.000.000,00
Rp 1.450.000.000,00
Rp
100.000.000,00
5. Pengungkapan
PT. Kedaung Indah Can Tbk adalah perusahaan yang beroperasi dalam
memproduksi kaleng, wadah logam, dan enamel dapur.
Berikut terlampir potongan Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan yang
diambil dari Laporan Keuangan PT. Kedaung Indah CAN Tbk untuk tahun yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2016.
Sumber:
http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_I
nfo_JSX/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan
/Laporan%20Keuangan%20Tahun%202015/Audit/KICI/KICI_LKT_Des_2015.pdf
Gambar. 5.1
Pada Gambar.5.1 di atas, pengungkapan Properti Investasi di Neraca telah sesuai
dengan standar yang berlaku. Properti Investasi berada pada kelompok Aset Tidak
Lancar, namun terpisah dari Aset Tetap.
Gambar.5.2
Gambar.5.3
Pada Gambar.5.2 dan Gambar.5.3 di atas, terlihat pengungkapan Properti Investasi
pada Catatan atas Laporan Keuangan PT. Kedaung Indah CAN Tbk. Menurut
pengungkapan tersebut, Properti Investasi dicatat dengan metode biaya. Namun
pada paragraf penjelasan, dinyatakan bahwa pihak manajemen telah mendapat nilai
wajar untuk properti investasi tersebut. Bahkan nilai yang didapatkan teramat besar
perbedaannya dengan nilai berdasarkan metode biaya. Hal ini bertentangan dengan
PSAK 13 tentang Properti Investasi yang menyatakan metode biaya dapat dilakukan
apabila nilai wajar tidak dapat diestimasikan dengan tepat. Apabila entitas
memutuskan untuk menggunakan metode biaya, maka harus diungkapkan alasan
mengapa tidak menggunakan metode nilai wajar. Hal ini tidak tampak dalam
pengungkapan Properti Investasi di CaLK.
revaluasi properti investasi diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan
laba rugi pada periode terjadinya.
7. Frekuensi Revaluasi
Pada aset tetap revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk
memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah
yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
Sementara itu properti investasi perlu dilakukan penyesuaian nilai wajar pada setiap
tanggal neraca.
8. Penurunan Nilai (Impairment)
Indikasi adanya impairment pada aset tetap direview setiap tanggal neraca (PSAK
48), baik model cost maupun model revaluasi. Sementara itu properti investasi yang
menggunakan cost model melakukan penilaian impairment, tetapi jika revaluation
model tidak perlu penilaian adanya impairment.
9. Penyusutan
Penyusutan dilakukan pada aset tetap dengan alokasi secara sistematis sepanjang
umur manfaatnya. Pada properti investasi yang disusutkan hanya yg menggunakan
model biaya, sedangkan yang menggunakan model revaluasi tidak dilakukan
penyusutan.
Contoh Kasus Penetuan Suatu Aset sebagai Properti Investasi atau sebagai Aset Tetap:
- Suatu perusahaan, misalnya Lippo Group membeli sebuah bangunan, jika
perusahaan tersebut menyiapkan bangunan tersebut secara signifikan dalam rangka
agar dapat dioperasionalkan sebagai pusat perbelanjaan yang memadai (dijadikan
mall), maka bangunan merupakan aset tetap bukan dicatat sebagai property
investasi. Akan tetapi jika perusahaan tersebut hanya menyewakan saja bangunan
tersebut kepada merchant-merchant untuk berdagang, tanpa menyediakan
bangunan tersebut dengan fasilitas yang memadai untuk dijadikan sebagai pusat
perbelanjaan, maka property tersebut adalah property investasi.
- Selanjutnya jika Lippo Group menyediakan fasilitas yang signifikan agar bangunan
yang telah dibeli tersebut dapat digunakan untuk dioperasionalkan sebagai pusat
perbelanjaan maka bangunan tersebut adalah diakui sebagai aset teta karena
fasilitas yang signifikan berarti perusahaan menjalankan usaha pengelolaan pusat
perbelanjaan. Akan tetapi jika fasilitas yang digunakan untuk melengkapi bangunan
yang telah dibeli tadi tidak signifikan, dapat diibaratkan bangunan tersebut sebagai
bangunan kosong yang hanya disewakan, sehingga bangunan diklasifikasikan
sebagai property investasi.
- Dalam menentukan signifikansi fasilitas atau aset lainyang ada dalam suatu
bangunan atau property tergantung pada judgement professional penyusun laporan
keuangan.
- Masih dalam kasus pusat perbelanjaan, jika jasa yang diberikan oleh Lippo Group
sepada bangunan tersebut antara lain misalnya jasa customer service, tata ruang
bangunan toko, cleaning service, security (satpam), dan lain-lain maka bangunan
yang dikelola tersebut diklasifikasikan sebagai aset tetap karena diasumsikan Lippo
Group menjalankan usaha pengelolaan pusat perbelanjaan menggunakan bangunan
tersebut. Akan tetapi jika Lippo Group, misalnya hanya menyediakan jasa security
(satpam) maka diasumsikan jasa tambahan yang diberikan Lippo Group tidak
signifikan sehingga bangunan diklasifikasikan sebagai property investasi.
III. Studi Kasus Aset Menara/BTS
Emiten
Pengakuan
Properti Investasi
Aset Tetap
Properti Investasi
Properti Investasi
Aset Tetap
Aset Tetap
Aset Tetap
Aset Tetap
Aset Tetap
Menurut PSAK 13, properti investasi adalah properti yang dikuasai untuk
menghasilkan rental atau kenaikan nilai atau keduanya. Definisi ini dipakai oleh mahzab
Properti Investasi, karena penyewaan menara tidak akan membangun menara di suatu
tempat tertentu tanpa terlebih dahulu ada pesanan dari operator sehingga risikonya lebih
kecil dibandingkan para pengembang properti yang misalnya harus membuka lahan
baru dan memiliki visi jauh ke depan.
Sedangkan bagi mahzab Aset Tetap, menara memiliki nilai yang cenderung sama
atau malah menurun bila perusahaan tidak ada tambahan site baru. Sehingga tidak
cocok dimasukkan Properti Investasi.
Selanjutnya bagi mahzab Aset Tetap, beranggapan bahwa menara tersebut
digunakan untuk operasional perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Sedangkan
mahzab Properti Investasi beranggapan bahwa fungsi utama menara tersebut lebih
kepada menghasilkan pendapatan sewa daripada untuk operasional perusahaan.
Jika menara diakui sebagai aset tetap, kemungkinan pertama dicatat dengan
metode cost yang berefek terdapat beban depresiasi yang disajikan pada laporan laba
rugi. Kemungkinan kedua dicatat dengan metode revaluasi, yang memiliki efek pada
comprehensive income terhadap selisih revaluasi. Sementara jika diakui sebagai
Properti Investasi, menara tersebut harus disajikan sebesar nilai wajarnya yg berdampak
pada laba rugi.
Pada Exposure Draft ISAK nomor 31 tentang Interpretasi atas PSAK 13 (karena
keterbatasan akses penulis belum membaca ISAK 31) mendefinisikan bangunan
memiliki dinding, lantai, dan atap yang melekat. Artinya karena menara jelas tidak
memiliki dinding dan atap, sepatutnya masuk ke Aset Tetap.
Hal ini tentu bertolak belakang dengan bunyi SE OJK nomor 27/SEOJK.04/2015,
yang secara spesifik menyebutkan bahwa aset menara telekomunikasi Emiten dan/atau
entitas anaknya yang disewakan harus diakui sebagai properti investasi.
Dengan ada SE ini, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) akhirnya
mengalah, terlihat dari laporan keuangan 31 Desember 2015 sudah memasukkan aset
menara ke properti investasi, dimana sebelumnya aset tetap. Sedangkan PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) masih memasukkan aset menara sebagai aset
tetap.
Penulis berpendapat perusahaan seharusnya diberi keleluasaan untuk memilih
model untuk mengakui aset berupa menara yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan IFRS
yang menganut principle base. Yang memilih Properti Investasi didasarkan jika sangat
yakin menara akan memiliki kenaikan dan stabil. Sedangkan yang memilih aset tetap
jika merasa menara memiliki nilai wajat yang fluktuatif.
Memang kelemahannya adalah laporan keuangan antar emiten tidak dapat
diperbandingkan. Namun, bagi penulis hal tersebut tidak sampai melanggar salah satu
karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu dapat dibandingkan. Karena dalam
paragraf 41 KDPPLK menyebutkan bahwa kebutuhan daya banding jangan dikacaukan
dengan keseragaman semata-mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam
memperkenalkan standar akuntansi yang lebih baik.
Sumber:
1. PSAK 13 Properti Investasi
2. PSAK 16 Aset Tetap
3. http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info
_JSX/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Lapo
ran%20Keuangan%20Tahun%202015/Audit/KICI/KICI_LKT_Des_2015.pdf
4. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan nomor 27/SEOJK.04/2015
5. Laporan keuangan konsolidasian PT Sarana Menara Nusantara Tbk. tanggal 31
Desember 2015
6. Laporan keuangan konsolidasian PT Sarana Menara Nusantara Tbk. tanggal 31
Desember 2014
7. Laporan keuangan konsolidasian PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. tanggal 31
Desember 2015
8. https://akuntansiterapan.com/2015/10/08/permasalah-tower-selesai-dengan-suratedaran-ojk/ (diakses pada 28 September 2016 pukul 22.00 WIB)