Anda di halaman 1dari 5

Laporan Fisika

Bunyi

XII IPA 3

Nama :
Luhut Antonius P.

Sekolah Menengah Atas Negeri 6


Jalan Pasirkaliki no. 51
Bandung
2014

Percobaan 1
A. Judul Percobaan
Memetik Karet
B. Tujuan Percobaan
Mengetahui faktor yang mempengaruhi keras dan tingginya suara.
C. Alat dan Bahan
Karet
D. Cara kerja
1. Renggangkan karet di jari jempol dan telunjuk.
2. Mendekatkan karet kedekat telinga.
3. Memetik karet dengan amplitudo yang berbeda-beda dan dengan tegangan
karet yang berbeda beda lalu amati perubahan suaranya.
E. Hasil Pengamatan
Semakin besar kita tarik karet maka suara yang dihasilkan semakin keras, dan
semakin tegang karet maka suara yang dihasilkan semakin tinggi.
F. Teori Dasar
Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal,yaitu gelombang yang terdiri atas
partikel-partikel yang berosilasi searah dengan gerak gelombang tersebut, membentuk
daerah bertekanan tinggi dan rendah (rapatandan renggangan). Partikel yang saling
berdesakan akan menghasilkan gelombang bertekanan tinggi, sedangkan molekul yang
meregang akan menghasilkan gelombang bertekanan rendah. Kedua jenis gelombang ini
menyebar dari sumber bunyi dan bergerak secara bergantian padamedium.
Gelombang bunyi dapat bergerak melalui zat padat, zat cair, dan gas, tetapi tidak bisa
melalui vakum, karena di tempat vakum tidak ada partikel zat yang akan
mentransmisikan getaran. Kemampuan gelombang bunyi untuk menempuh jarak tertentu
dalam satu waktu disebut kecepatan bunyi. Kecepatan bunyi di udara bervariasi,
bergantung temperatur udara dan kerapatannya. Apabila temperatur udara meningkat,
maka kecepatan bunyi akan bertambah. Semakin tinggi kerapatan udara, maka bunyi
semakin cepat merambat. Kecepatan bunyi dalam zat cair lebih besar daripada cepat
rambat bunyi di udara. Sementara itu, kecepatan bunyi pada zat padat lebih besar
daripada cepat rambat bunyi dalam zat cair dan udara. Tabel 1.1 menunjukkan cepat
rambat bunyi pada berbagai materi.
Sifat Bunyi

Pada umumnya, bunyi memiliki tiga sifat, yaitu tinggi rendah bunyi, kuat lemah bunyi,
dan warna bunyi. Tinggi rendah bunyi adalah kondisi gelombang bunyi yang diterima
oleh telinga manusia berdasarkan frekuensi (jumlah getaran per detik). Tinggi suara (
pitch) menunjukkan sifat bunyi yang mencirikan ketinggian atau kerendahannya terhadap
seorang pengamat. Sifat ini berhubungan dengan frekuensi, namun tidak sama.
Kekerasan bunyi juga memengaruhi titi nada. Hingga 1.000 Hz, meningkatnya kekerasan
mengakibatkan turunnya titi nada. Gelombang bunyi dibatasi oleh jangkauan frekuensi
yang dapat merangsang telinga dan otak manusia kepada sensasi pendengaran. Jangkauan
ini adalah 20 Hz sampai 20.000 Hz, di mana telinga manusia normal mampu mendengar
suatu bunyi. Jangkauan frekuensi ini disebut audiosonik. Sebuah gelombang bunyi yang
memiliki frekuensi di bawah 20 Hz dinamakan sebuah gelombang infrasonik.
Sementara itu, bunyi yang memiliki frekuensi di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik.
Banyak hewan yang dapat mendengar bunyi yang frekuensinya di atas 20.000 Hz.
Misalnya, kelelawar dapat mendeteksi bunyi yang frekuensinya sampai 100.000 Hz, dan
anjing dapat mendengar bunyi setinggi 50.000 Hz. Kelelawar menggunakan ultrasonik
sebagai alat penyuara gema untuk terbang dan berburu. Kelelawar mengeluarkan decitan
yang sangat tinggi dan menggunakan telinganya yang besar untuk menangkap
mangsanya. Gema itu memberitahu kelelawar mengenai lokasi mangsanya atau rintangan
di depannya (misalnya pohon atau dinding gua).
Kuat lemah atau intensitas bunyi adalah kondisi gelombang bunyi yang diterima oleh
telinga manusia berdasarkan amplitudo dari gelombang tersebut. Amplitudo adalah
simpangan maksimum, yaitu simpangan terjauh gelombang dari titik setimbangnya.
Intensitas menunjukkan sejauh mana bunyi dapat terdengar. Jika intensitasnya kecil,
bunyi akan melemah dan tidak dapat terdengar. Namun, apabila intensitasnya besar,
bunyi menjadi semakin kuat, sehingga berbahaya bagi alat pendengaran. Untuk
mengetahui hubungan antara amplitudo dan kuat nada, dapat diketahui dengan
melakukan percobaan menggunakan garputala. Garputala dipukulkan ke meja dengan dua
pukulan yang berbeda, akan dihasilkan yaitu pukulan yang keras menghasilkan bunyi
yang lebih kuat.
Hal ini menunjukkan bahwa amplitudo getaran yang terjadi lebih besar. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kuat lemahnya nada atau bunyi bergantung pada
besar kecilnya amplitudo. Semakin besar amplitudo getaran, maka semakin kuat pula

bunyi yang dihasilkan. Warna bunyi adalah bunyi yang diterima oleh alat pendengaran
berdasarkan sumber getarannya. Sumber getaran yang berbeda akan menghasilkan bentuk
gelombang bunyi yang berbeda pula. Hal ini menyebabkan nada yang sama dari dua
sumber getaran yang berbeda pada telinga manusia.
G. Kesimpulan
Semakin besar amplitude yang dibuat, maka semakin keras suara yang
dihasilkan.
Semakin tegang karet yang dibuat , maka semakin tinggi suara yang dihasilkan.

Percobaan 2
A. Judul Percobaan
Memukul sendok
B. Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh besarnya energi terhadap kerasnya suara yang
dihasilkan.
C. Alat dan Bahan
Sendok (2 buah)
D. Cara Kerja
1. Memukul sendok dengan kekuatan yang berbeda beda.
2. Mengamati apa yang terjadi.
E. Kesimpulan

Semakin besar energi yang diberikan maka semakin keras pula suara
yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai