Anda di halaman 1dari 9

PENA Akuatika Volume 12 No.

1 - September 2015

MANAJEMEN KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA IKAN


LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) DENGAN TEKNIK
PROBIOTIK PADA KOLAM TERPAL DI DESA VOKASI
REKSOSARI, KECAMATAN SURUH,
KABUPATEN SEMARANG
1)

Diana Rachmawati1), Istiyanto Samidjan1) dan Heryoso Setyono2)


Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, FPIK, Undip
2)
Program Studi Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, FPIK, Undip
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang-Semarang,
Email: dianarachmawati1964@gmail.com

Abstrak
Budidaya ikan lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) secara intensif dapat menyebabkan
menurunnya kualitas air media budidaya, antara lain menurunnya kandungan oksigen terlarut dan
meningkatnya kandungan limbah khususnya nitrogen organik. Aplikasi teknologi sudah dilakukan
dengan tujuan untuk mengelola kegiatan budidaya lele Sangkuriang di Desa Vokasi Reksosasi,
Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang menggunakan probiotik pada media budidaya. Tujuan
penelitian ini adalah membandingkan pertumbuhan ikan lele Sangkuriang yang dipelihara
menggunakan media budidaya sistem probiotik dan non probiotik. Hewan uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah benih ikan lele Sangkuriang berumur 10 hari sebanyak 500 ekor benih
dipelihara selama 30 hari. Pengamatan dilakukan pada hari ke-0, 15, dan 30. Parameter
pertumbuhan yang diamati adalah panjang dan bobot ikan. Parameter lingkungan yang diamati
adalah suhu air, oksigen terlarut, pH dan amoniak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan peningkatan panjang dan bobot tubuh benih lele Sangkuriang pada media budiday a
aplikasi probiotik dan non probiotik. Hasill penelitian ini mengindikasikan bahwa pakan yang
diberikan dan media pemeliharaan mampu mendukung pertumbuhan benih lele Sangkuriang.
Media pemeliharaan yang mengaplikasikan teknik probiotik menunjukkan kondisi yang lebih baik
dan relatif ideal untuk budidaya lele Sangkuriang.
Kata Kunci : Ikan lele Sangkuriang (Clarias gariepinus), Manajemen, Kualitas Air, Probiotik

Abstract
Cultivation of Sangkuriang catfish (Clarias gariepinus) intensively can result in the decrease of
quality of cultivation media water, among others the decrease of dissolved oxygen content and the
increase of waste content especially organic nitrogen. The technology has been implemented to
manage the activities of Sangkuriang catfish cultivation in Reksosari Vocational Sub -District,
Suruh District, Semarang Regency using probiotic in cultivation media. This study aimed to
compare the growth of Sangkuriang catfish raised by using probiotic and non -probiotic system
cultivation media. The test animals used in this study were Sangkuriang catfish seedlings of 10
days for 500 seedlings raised for 30 days. The observation was conducted on day -0, day-15, and
day-30. The observed parameters of growth were water temperature, dissolved oxygen, pH, and
ammonia. The study result indicated that there was a difference in length and weight increase of
Sangkuriang catfish in probiotic and non-probiotic application cultivation media. Although the
increase of growth was not significant, but it could give illustration that Sangkuriang catfish raised
using probiotic application experienced a better growth. It indicated that the feed given and the
raising media could support the growth of Sangkuriang catfish. The raising media implement ing
probiotic technique showed a better and relatively ideal condition for Sangkuriang catfish.
Keyword: Sangkuriang, catfish, management, water quality, probiotics

24

PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015

PENDAHULUAN

terutama

Budidaya
Sangkuriang

ikan

(Clarias

lele

gariepinus)

meningkatnya

kandungan

amoniak. Craigh dan Helfrich (2002)


berpendapat

bahwa

kandungan

telah

dilakukan oleh pembudidaya

amoniak sangat berpengaruh dalam

ikan

di Desa

budidaya, mengingat amoniak dalam

Kecamatan
Semarang.
berarti

Vokasi Reksosari,
Suruh,

Kabupaten

Kegiatan tersebut, cukup

dalam menopang

keluarga.

Namun

perairan besifat toksik dan bahkan


bisa mematikan ikan.

ekonomi
sayangnya,

Organisme akuatik umumnya


membutuhkan

protein

kelompok pembudidaya ikan tersebut

tinggi

umumnya

melakukan

demikian organisme akuatik hanya

pendederan lele Sangkuriang secara

dapat meretensi protein sekitar 20-

tradisional, terutama dalam menjaga

25%

kualitas media budidaya. Selain itu,

terakumulasi

kualitas dan kuantitas pakan yang

2005).

diberikan juga kurang diperhatikan.

organisme

Pakan

menghasilkan amoniak sebagai hasil

masih

yang

diberikan

terkadang

dalam

yang cukup

pakannya.

dan

Namun

selebihnya
dalam

air

Metabolisme

(Stickney

protein

akuatik

oleh

umumnya

kurang sesuai dengan kebutuhan gizi

ekskresi.

yang diperlukan oleh benih ikan. Di

protein dalam feses dan pakan yang

sisi lain, benih lele Sangkuriang (C.

tidak termakan akan diuraikan oleh

gariepinus) yang berukuran relatif

bakteri menjadi produk yang sama.

kecil,

Dengan

organ

tubuhnya

belum

berfungsi secara optimal,

sehingga

Pada

akan

demikian

dengan

mudah

konsentrasi

Akibatnya,
terganggu,
kematian

penyakit.
pertumbuhannya

sehingga
pada

sering

tahap

terjadi

yang

sama

semakin

intensif

suatu kegiatan budidaya akan diikuti

daya tahan tubuhnya rendah dan


terserang

saat

semakin

terutama

tingginya

senyawa
amoniak

nitrogen
dalam

air

(Avnimelech and Kochba, 2009).

pendederan

Terbatasnya
seperti

daya

dan

lahan,

pertama dan kedua. Selain itu, sisa

alam

pakan tambahan buatan juga dapat

menjadikan

intensifikasi

menurunkan kualitas media budidaya

pilihan

paling memungkinkan

yang

air

sumber

sebagai

25

PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015

dalam

meningkatkan

budidaya.

Berbagai

produksi

upaya

untuk

budidaya

ikan

dengan

penerapan

teknik probiotik telah menginspirasi

mengembangkan perikanan budidaya

untuk

menerapkannya

terutama pada sistem intensif hingga

kelompok

pembudidaya

kini

Sangkuriang (C. gariepinus) di Desa

masih

mengingat

terus

sistem

dilakukan

tersebut

masih

pada
ikan

lele

Vokasi Reksosari, Kecamatan Suruh,

terkendala oleh berbagai masalah di

Kabupaten

antaranya

kegiatan alih teknologi skim IbM

buangan

limbah

Semarang

akuakultur, penggunaan tepung ikan

yang

sebagai bahan baku pakan buatan

LPPM UNDIP tahun 2015. Adapun

serta

tujuan

penyebaran

penyakit

(FAO

2007).

difasilitasi

kegiatan

mengetahui
Teknologi

oleh

dalam

Dikti

adalah

dampak

dan

untuk

penerapan

probiotik

sistem

alternatif

pertumbuhan benih lele Sangkuriang,

dalam mengatasi masalah kualitas air

jika dibandingkan dengan sistem non

dalam

probiotik.

merupakan

dari

salah

satu

akuakultur
teknik

diadaptasi

pengolahan

domestik

secara

(Avnimelech

and

Beberapa

yang

penelitian

terhadap

limbah

konvensional
Kochba,

probiotik

BAHAN DAN METODE

2009).

menunjukkan

Wadah
digunakan

budidaya

berupa

kolam

yang
terpal

bahwa aplikasi teknologi probiotik

dibuat dengan rangka papan dan

berperan dalam perbaikan kualitas

bagian dalam rangka dilapisi dengan

air,

stereofoam (Tebal 1 cm), kemudian

peningkatan

peningkatan
peningkatan
penurunan

efisiensi
biaya

biosekuriti,
produktivitas.

dilapisi

pakan

Sementara

serta

produksi melalui

baru

dengan

terpal

plastik.

itu,

pembuatan

kolam

untuk

pendederan

lele

penurunan biaya pakan (Avnimelech

Sangkuriang (C. gariepinus) dengan

and Kochba, 2009; Ekasari 2008;

mengaplikasikan

Hari et al,. 2006; Kuhn et al,. 2009;

dengan

Taw et

hingga

mengelola

al., 2008). Keberhasilan


kualitas

air

media

probiotik,

menjemur
kering,

kotoran

kemudian

diawali
ayam
kotoran

kering dimasukkan ke dalam karung

26

PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015

dan disimpan selama 2 hari pada

terkontaminasi.

tempat

jerigen dibiarkan selama satu minggu

yang

kering.

Sehari

Larutan

sebelumnya, kolam terpal diisi air

agar

terjadi

hingga

Cara

penggunaan

penuh

desinfektan

kemudian

(kalium

diberi

permanganat)

adalah

dalam

fermentasi

dengan

sempurna.

larutan

tersebut

meneteskan

setiap

dan dibiarkan selama semalam. Hari

hari ke dalam kolam pendederan,

berikutnya,

sebanyak

larutan

dalam

kolam

kolam

diisi

desinfektan

dibuang,

kemudian

dengan

air

bersih

sebanyak 50% dari kolam. Ke dalam

10

tetes.

Selanjutnya

penelitian ini menggunakan metode


experimental

yang

dilakukan

di

lapangan.

kolam ditambahkan 50 ml probiotik

Pemeliharaan benih ikan lele

EM4 dan 250 ml tetes tebu, air

Sangkuriang

kolam

dilakukan selama 30 hari. Pakan

dibiarkan

selama

seminggu

(C.

gariepinus)

tanpa aerasi agar terjadi fermentasi.

yang

Lima belas hari kemudian,

benih

kandungan protein 30% sebanyak

hari

5% /bobot biomass/hari. Pemberian

dalam

kolam

pakan dilakukan berdasarkan hasil

yang

ditebar

ikan lele yang berumur 10


dimasukkan
tersebut.

ke
Benih

sebanyak 500 ekor per kolam.

diberikan

pengukuran
mortalitas

Di samping membuat media

secara

bobot
ikan

sampling

mempunyai

sampel

dan

yang

dilakukan

setiap

hari.

budidaya yang baru, pada kegiatan

Frekuensi pemberian pakan adalah 2

ini

kali sehari, yaitu pada pagi jam 06.00

dibuat

pula

kultur

probiotik

terfermentasi, yang akan digunakan


untuk

memelihara

dan sore hari jam 17.00.

media

Pengamatan kualitas air dan

pemeliharaan dan penyediaan pakan

pertumbuhan ikan dilakukan setiap 2

alami.

minggu

Kultur probiotik

dibuat di

sekali.

Pertumbuhan

yang

dalam jerigen plastik 10L dengan

diamati adalah pertumbuhan bobot

cara

air

mutlak, yang meliputi panjang dan

sebanyak 3L ditambah tetes tebu 2L

berat tubuh. Panjang mutlak adalah

dan

ukuran

mengisi

EM4

ditutup

jerigen

1L.
rapat

dengan

Jerigen kemudian
agar

tidak

umur

rata-rata
tertentu

organisme
(Effendi,

pada
2003).

27

PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015

Parameter fisik yang diamati adalah


temperatur

air

dan

udara,

HASIL DAN PEMBAHASAN

yang

Hasil

pengukuran

panjang

diukur dengan termometer alkohol.

dan berat tubuh rata-rata benih ikan

Parameter kimia yang diamati adalah

lele Sangkuriang dan kualitas media

kandungan

selama

oksigen

karbondioksida
Oksigen

terlarut,

bebas

terlarut

dan

pH.

pada

pemeliharaan
Tabel

dan

dapat

dilihat

2.

Selama

dengan

metode

pemeliharaan dilakukan pengamatan

karbondioksida

bebas

dan pengukuran pertumbuhan serta

dengan metode alkalimetri, dan pH

kualitas media pemeliharaan, pada

diukur dengan kertas pH universal.

hari

Winkler,

ke-0,

ke-15

dan

ke-30.

Data yang diperoleh dianalisis secara


deskriptif.
Tabel 1. Pertumbuhan benih ikan lele Sangkuriang (C. gariepinus) yang dipelihara
di Desa Vokasi Reksosari
Probiotik
Panjang (cm)
Bobot (g)
1,50,8
0,0460,005
4,50,7
0,2510,002
6,50,4
0,8360,005

Pengamatan
1
2
3

Non Probiotik
Panjang (cm)
Bobot (g)
1,5 0,8
0,0460,005
2,60,9
0,1410,003
3,9 0,5
0,4580,007

Tabel 2. Kualitas media pemeliharaan benih ikan lele Sangkuriang (C. gariepinus)
Parameter Pengamatan
Temperatur Air (o C)
O2 (ppm)
pH
Amoniak (ppm)

Hasil

pengukuran

kimia

pada

benih

lele

Probiotik
22-28
3-5
6-8
0,01

kualitas

media

Non Probiotik
22-26
2-3
6-7
0,1

fisik-

pemeliharaan

Sangkuriang

(C.

Kelayakan Menurut Pustaka


27 30C (SNI 01-6483.4-2000)
>5 mg/L (SNI 01-6483.4-2000)
6,5 8,5 (SNI 01-6483.4-2000)
< 0,2 ppm (Boyd, 1990)

pemeliharaan
teknik

yang

mengaplikasikan

probiotik

menunjukkan

kondisi yang lebih baik dan relatif

gariepinus)

di

Desa

Vokasi

ideal

Reksosari,

Kecamatan

Suruh,

Sangkuriang . Hal ini juga diperkuat

Kabupaten Semarang secara umum

dengan

dapat

kematian

dikatakan

bahwa

media

untuk

relatif

pendederan

rendahnya
benih

lele

tingkat
selama

28

PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015

pemeliharaan,

yaitu 10%.

Benih

memberikan gambaran bahwa benih

ikan lele Sangkuriang umur 10 hari

lele

yang

dengan aplikasi probiotik mengalami

dipelihara

mengalami

selama

30

pertumbuhan

pertambahan

panjang

hari

dengan

dan

bobot

Sangkuriang

pertumbuhan
yang

yang

panjang

lebih

dipelihara

dan

baik.

bobot

Hal

ini

Benih lele

mengindikasikan bahwa pakan yang

Sangkuriang pada aplikasi probiotik

diberikan dan media pemeliharaan-

bobot awal rata-rata 0,0460,005

nya

gram dan panjang 1,50,8 cm dan

tumbuhan

tubuh yang bervariasi.

setelah dipelihara 30 hari memiliki


bobot rata-rata 0,8360,005 gram
dan panjang rata-rata 6,50,4 cm.
Peningkatan

bobot

yang

dialami

yaitu 0,79 gram dan peningkatan


panjang 5,0 cm. Sementara itu, pada
media

tanpa

Sangkuriang

bioflok,
yang

benih

memiliki

lele
bobot

awal rata-rata 0,0460,005 gram dan


panjang 1,50,8 cm, setelah 30 hari
terjadi

peningkatan

0,4580,007

gram

menjadi

dan

panjang

mampu

mendukung

benih

lele

per-

Sangkuriang.

Menurut Craigh dan Helfrich (2002),


meskipun melalui menajemen yang
baik, pakan yang diberikan pada ikan
pasti

akan

menghasilkan

limbah.

Dari 100 unit pakan yang diberikan


kepada ikan, biasanya 10% tidak
termakan,

10% merupakan limbah

padatan, dan 30% merupakan limbah


cair yang dihasilkan oleh ikan. Dari
sisanya,

25%

tumbuh

dan

digunakan
25%

metabolisme.
tergantung

untuk

lainnya

untuk

Persentase

ini

dengan

jenis

ikan,

3,90,5 cm. Dengan demikian terjadi

aktivitas, temperatur air, dan kondisi

peningkatan bobot mencapai 0,412

lingkungan

gram dan peningkatan panjang 2,4

sangat berbahaya dan bersifat toksik

cm.

bagi
Perbedaan

peningkatan

lainnya.

ikan,

Limbah

khususnya

yang
adalah

amoniak. Limbah amoniak ini sangat

panjang dan bobot tubuh benih lele

berbahaya

dan

mampu

memicu

Sangkuriang

timbulnya

racun

ataupun

penyakit

budidaya
tanpa

pada
(aplikasi

probiotik),

kedua
probiotik
memang

media
dan

pada ikan.

tidak

budidaya

terlalu tinggi, namun hal itu cukup

langsung

Limbah amoniak dari


ikan

ke

yang

perairan

dibuang
sekitarnya

29

PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015

merupakan sumber pencemaran yang

yaitu suhu, pakan, suplai oksigen,

perlu

dan limbah metabolisme. Sementara

mendapat perhatian.

pasokan

amonia

ke

Potensi

dalam

air

itu

Effendi

budidaya ikan adalah sebesar 75%

bahwa

dari kadar nitrogen dalam pakan

keberhasilan

(Gunardi

&

Sementara
amoniak
han

menambah
detoksifikasi,
regulasi

(1990)

pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh

keberadaan

dua faktor yaitu faktor dalam dan

pertumbu-

faktor luar. Faktor dalam umumnya

masukan

adalah faktor yang sukar dikontrol

insang,

seperti sifat genetik, umur, dan jenis

rusaknya
energi

untuk

mengganggu

osmo-

dan

mengakibatkan

kelamin,
adalah

masa

pemeliharaan

kualitas

air pada

masing-masing

media

budidaya

dibandingkan

parameter

kualitas

kelayakan

pustaka

dengan
air

nilai

menurut

terlihat

masih

pula bahwa

sedangkan
makanan

Menurut

nilai parameter
apabila

Dinyatakan

faktor

luar

dan

kualitas

Stickney

(2005),

perairan.

kerusakan fisik pada jaringan.


Selama

mendapatkan

Boyd

mereduksi

akibat

dalam

karena

makanan.

mempengaruhi

oksigen

tumbuh

2008).

bahwa

karena

ikan

menyatakan

Hafsari

itu,

berpendapat

(2003),

konsentrasi oksigen yang baik untuk


ikan lele tidak boleh kurang dari 3
mg/l.

Oksigen

umumnya

yang

diikuti

rendah
dengan

meningkatnya

amoniak

karbondioksida

di

dan

air

layak untuk kegiatan budidaya lele

menyebabkan

Sangkuriang.

secara

menjadi

namun

mengganggu kelulushidupan ikan. Di

umum

Meskipun

terjadi

fluktuasi,

proses

yang
nitrifikasi

terhambat

perubahan yang terjadi masih berada

dalam kegiatan

dalam

untuk

telah diterapkan teknologi probiotik

Sangkuriang.

dan ternyata teknik tersebut mampu

Hepher (1978) berpendapat bahwa

memberikan hasil yang lebih baik

intensifikasi budidaya dapat berhasil

dibandingkan

tanpa menurunkan laju pertumbuhan

Sangkuriang yang tanpa probiotik.

apabila

Schryver et al. (2008) berpendapat

kehidupan

terhadap

batas

toleransi

benih lele

dilakukan
empat

faktor

pengawasan
lingkungan

bahwa,

alih

sehingga

pada

teknologi ini

budidaya

teknologi probiotik

lele

adalah

30

PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015

suatu

sistem

budidaya

heterotrof

dan

alga

gumpalan

flocs

bakteri

dalam suatu

secara

suatu

35%

protein (Satker

PBIAT Ngrajek, 2012).

terkontrol

dalam suatu wadah budidaya atau


merupakan

mengandung

sistem

KESIMPULAN
Berdasarkan

yang

hasil

dan

dan

pembahasan maka dapat disimpulkan

aktivitas mikroba sebagai suatu cara

bahwa penerapan teknologi probiotik

mengontrol

dengan

pada media budidaya memberikan

amonium

pengaruh yang lebih baik terhadap

memanipulasi

kepadatan
kualitas

air

mentransformasikan
menjadi

protein

mikrobial

agar

peningkatan

pertumbuhan

panjang

mampu mengurangi residu dari sisa

dan bobot benih lele Sangkuriang

pakan

(Avnimelech

serta stabilitas media pendederan.

2009).

Teknik

meningkatkan
pakan

&

Kochba.

probiotik bertujuan
efisiensi

dengan

pembentukan

biomassa mikroba makroagregat dari


bahan organik dan senyawa terlarut
(Serfling

2006).

penggunaan

teknologi

Manfaat
probiotik

apabila diaplikasikan dengan tepat


adalah meminimalisir pergantian air
atau bahkan tidak ada pergantian air
dalam

sistem

teknologi

budidaya

ini

ramah

sehingga
lingkungan.

Pakan yang digunakan pun menjadi


lebih

sedikit

ketimbang

konvensional

lain.

untuk

nila

ikan

Telah
yang

sistem
dicoba
dipelihara

dalam sistem probiotik akan tumbuh


optimum

pada

UCAPAN TERIMA KASIH

pemanfaatan

tingkat

pemberian

pakan 1,5% dengan pakan yang

Penulis

menyampaikan

terima kasih kepada DIKTI dan


UNDIP

yang

telah

memfasilitasi

terlaksananya kegiatan alih teknologi


ini

melalui

kompetitif

pengabdian

kepada masyarakat skim IbM yang


didanai oleh DIKTI tahun anggaran
2015.
DAFTAR PUSTAKA
Avnimelech Y. & Kochba M. 2009.
Evaluation
of
nitrogen
uptake
andexcretion
by
tilapia in bio floc tanks,
using
15N
tracing.
Aquaculture 287:163-168.
Boyd

CE. 1990. Water Quality


Management in Aquaculture
and
Fisheries
Science.
Amsterdam:
Elsevier

31

PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015

Scientific
Publishing
Company. 3125p.
Craigh S. & Helfrich LA. 2002.
Understanding
Fish
Nutrition,
Feeds,
and
Feeding, Viginia Coperative
Extension
Service.
Publication 420-256: 1-4.

Kuhn, DD, Boardman GD, Lawrence


AL, Marsh L, & Flick Jr.
GJ. 2009. Microbial floc
meal as a replacement
ingredient for fish meal and
soybean protein in shrimp
feed. Aquaculture 296, 5157.
Satker

Effendi

MI.
2003.
Biologi
Perikanan.
Bandung:
Yayasan Pustaka Nusantara.

Ekasari J. 2008. Bioflocs technology:


the effect of different carbon
source, salinity and the
addition of probiotics on the
primary nutritional value of
the bioflocs. Thesis. Faculty
of Bioscience Engineering.
Ghent University. Belgium.
FAO. 2007. The State of World
Fisheries and Aquaculture
2006. Rome: FAO.
Gunardi B & Hafsari DR. 2008.
Pengendalian
Limbah
Amoniak
Budidaya Ikan
Lele
dengan
Sistem
Heterotrofik Menuju Sistem
Akuakultur
Nir-Limbah.
Jurnal Riset Akuakultur 3.
Hari B, Kurup BM, Varghese JT,
Schrama JW, & Verdegem
MCJ. 2006. The effect of
carbohydrate addition on
water
quality
and
the
nitrogen budget in extensive
shrimp
culture
sistems.
Aquaculture 252, 248-263.

(Satuan Kerja) PBIAT


Ngrajek.
2012.
Pusat
Budidaya Ikan Air Tawar.
Magelang, Jawa Tengah

Schryver PD, Crab R, Defoirdt T,


Boon N, & Verstraete W.
2008. The basics of bio-flocs
technology: The added value
for aquaculture. Aquaculture
277: 125-137.
Serfling SA. 2006. Microbial flocs:
Natural treatment method
supports freshwater, marine
species
in
recirculating
sistems. Global Aquaculture
Advocate June 2006: 34-36.
Stickney RR. 2005. Aquaculture: An
Introductory Text. Oxford:
CABI Publishing, 265 p.
SNI

01-6483.4-2000
tentang
Budidaya Ikan Lele. BSN.
Diakses tanggal 10 Juli 2015

Taw N, Fuat J, Tarigan N, &


Sidabutar K. 2008. Partial
harvest/biofloc
sistem
promising for Pacific white
shrimp. Global Aquaculture
Advocate
Magazine.
September/October
2008:
84-86.

32

Anda mungkin juga menyukai