Anda di halaman 1dari 29

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pantai
2.1.1. Definisi Daerah Pantai
Menurut Triatmodjo (1999) terdapat dua istilah tentang kepantaian
di
Indonesia yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Pesisir adalah daerah dara
t di
tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, arus laut, dan
perembesan air laut. Sedang pantai adalah daerah di tepi perai
ran yang
dipengaruhi oleh pasang tertinggi dan air surut terendah.
Gambar 2.1. Definisi dan batasan pantai (Triatmodjo, 1999).
Definisi daerah pantai menurut Nuryuwono (1986) dalam Pratikto, dkk
(1997)
1. Pantai adalah daerah ditepi perairan (laut atau danau) sebatas
antara surut
terendah dengan pasang tertinggi.
2. Daerah pantai adalah suatu pesisir beserta perairannya dimana pad
a daerah
tersebut masih dipengaruhi oleh aktivitas darat maupun laut.
6
3. Pesisir adalah daerah tepi laut yang masih terpengaruh oleh aktivitas darat
an.
4. Sempadan pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan
bagi
pengamanan dan kelestarian pantai.
Definisi daerah pantai selengkapnya seperti yang disajikan dalam Gambar 2.2.
Pratikto, dkk (1997)
Gambar 2.2. Definisi Daerah Pantai
Menurut Soegiharto (1976) dalam Dahuri (2001) definisi wilayah pesisir
yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat da
n laut,
kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kerin
g maupun
terendam dalam air yang masih dipengaruhi sifat sifat air laut seperti pasang
surut, angin laut, perembesan air asin, sedang kearah laut yang masih dipengaruh
i
oleh proses dari darat seperti sedimentasi dan pengaruh kegiatan manusia di dara
t.
2.1.3. Klasifikasi Pantai
Triatmodjo (1999) secara garis besar membagi pantai menjadi dua, yaitu:
1. Pantai berpasir
7
Pantai jenis ini mempunyai karakteristik berupa kemiringan 1: 20 s
ampai
dengan 1: 50, pada umumnya menghadap ke samudra Indonesia seperti pantai
selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan pantai barat Sumatra. Pada
kondisi
gelombang biasa (tidak ada badai), pantai ada dalam keadaan kesimbang
an
dinamis dimana sejumlah besar pasir bergerak pada profil pantai
tetapi
angkutan netto pada lokasi yang ditinjau sangat kecil. Sebaliknya, pantai dapat
mengalami erosi pada kondisi badai dimana gelombang besar dan ele
vasi
muka air diam lebih tinggi karena adanya set-up gelombang dan angin.
2. Pantai berlumpur

Pantai jenis ini mempunyai karakteristik berupa sebagian besar b


erada
didaerah pantai dengan banyak sungai yang mengangkut sedimen suspensi
bermuara di daerah tersebut dan gelombang yang relatif kecil, seperti pantai
utara pulau Jawa dan timur pulau Sumatra. Pantai ini mempunyai kemiringan
yang sangat kecil sampai dengan 1: 5000. Sedimen suspensi menyebar pada
daerah perairan yang luas sehingga membentuk pantai yang luas, datar
dan
dangkal yang merupakan daerah rawa terendam air saat pasang. Ko
ndisi
gelombang yang kecil menyebabkan sedimen suspensi tidak terbawa ke laut
lepas.
2.2. Muara Sungai
Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan dengan
laut. Mulut sungai adalah bagian paling hilir dari muara sungai y
ang langsung
bertemu dengan laut. Sedang estuari adalah bagian dari sungai yang dipengaruhi
oleh pasang surut. Muara sungai berada dibagian hilir dari daerah aliran sungai,
8
yang menerima masukan debit diujung hulunya. Pada periode pasang
muara
sungai juga menerima debit aliran yang ditimbulkan oleh pasang surut.
Dalam
satu periode pasang dengan durasi sekitar 6 atau 12 jam, diestuari
terkumpul
massa air dalam jumlah yang besar. Pada waktu periode surut dengan durasi yang
hampir sama, volume air tersebut harus dikeluarkan ke laut, se
hingga
menyebabkan aliran yang sangat besar. Fenomena tersebut berlangsung t
erus
menerus, sehingga morfologi muara sungai akan menyesuaikan diri dengan gaya
gaya hidrodinamis yang bekerja padanya. Tampang aliran estuari menjadi bes
ar
untuk dapat melewatkan debit aliran tersebut. Biasanya kedalaman dan
lebar
estuari lebih besar dari pada daerah dihulunya.
Menurut Odum (1971), perairan estuari adalah suatu daerah dimana terjadi
pertemuan antara air tawar dengan air laut. Sedangkan menurut Nybakken (1988),
estuari didefinisikan sebagai bentuk teluk dipantai yang sebagian tertutup, dima
na
air tawar dan air laut bertemu dan bercampur. Definisi ini memberikan arti adany
a
hubungan bebas antar laut dengan sumber air tawar. Air tawar massa
jenisnya
lebih ringan daripada air laut dan bila keduanya bertemu maka air ta
war akan
terapung diatas laut.
2.2.1. Morfologi muara sungai
Menurut Yuwono (1994) dalam Triatmodjo (1999) morfologi muara
sungai (estuarin) dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang tergantu
ng pada
faktor dominan yang mempengaruhinya. Ketiga faktor dominan tersebut adalah
gelombang, debit sungai dan pasang surut. Gelombang memberikan penga
ruh
paling dominan pada sungai kecil yang bermuara di laut terbuka
(luas).
9
Sebaliknya sungai besar yang yang bermuara di laut tenang akan di dominasi oleh
debit sungai.
2.2.2. Muara yang didominasi gelombang laut

Gelombang besar yang yang terjadi pada pantai berpasir dapat


menyebabkan / menimbulkan angkutan (transpor) sedimen (pasir), baik d
alam
arah tegak lurus maupun sejajar / sepanjang pantai. Kedua jenis transpor terse
but
transpor sedimen sepanjang pantai adalah yang paling dominan. Tr
anspor
sepanjang pantai terdiri dari dua komponen yaitu transpor sedimen dalam bentuk
mata gergaji di garis pantai dan transpor di sepanjang pantai
di surf zone.
Angkutan sedimen tersebut dapat bergerak masuk ke muara sungai dan karena di
daerah tersebut kondisi gelombang sudah mulai tenang maka sedime
n akan
mengendap.
Gambar 2.3. Sedimentasi pada Muara Sungai yang didominasi gelombang laut.
(Triatmodjo 1999).
2.2.3. Muara yang didominasi debit sungai
10
Muara ini terjadi pada sungai dengan debit sepanjang tahun cukup besar
yang bermuara di laut dengan gelombang yang relatif kecil. Sunga
i tersebut
membawa angkutan sedimen dari hulu cukup besar. Sedimen yang sampai
di
muara sungai merupakan sedimen suspensi dengan diameter partikel sangat kecil,
yaitu dalam beberapa mikron. Sifat-sifat sedimen kohesif ini lebih
tergantung
pada gaya - gaya permukaan daipada gaya berat, yang berupa gaya tarik menarik
dan gaya tolak menolak. Mulai salinitas air sekitar 3
0
/
00
, gaya tolak menolak
antara partikel berkurang dan partikel-partikel tersbut akan bergabung membentuk
flokon dengan diameter jauh lebih besar dari partikel individu.
Kecepatan
endapnya juga meningkat tajam. Pada waktu air surut sedimen terseb
ut akan
terdorong ke muara dan menyebar ke laut.
Gambar 2.4. Sedimentasi pada Muara Sungai yang didominasi Debit Su
ngai.
(Triatmodjo 1999).
2.2.4. Muara yang didominasi pasang
11
Apabila tinggi pasang cukup besar, volume air pasang yang masuk ke
sungai sangat besar. Air tersebut akan berakumulasi dengan air dari hulu sungai.
Pada waktu air surut, volume air yang sangat besar tersebut mengalir keluar dala
m
periode waktu tertentu yang tergantung pada tipe pasang surut. Dengan demikian
kecepatan arus selama air surut tersebut besar., yang cukup potensi
al untuk
membentuk muara sungai. Muara tipe sungai ini berbentuk corong atau lonceng.
(Yuwono, 1994 dalam Triatmodjo, 1999).
Gambar 2.5. Pola sedimentasi yang didominasi pasang (Triatmodjo, 1999).
2.3. Sedimen
2.3.1. Pengertian Sedimen
Menurut Pipkin, et al. (1977) Sedimen adalah pecahan batuan, mine
ral
atau material organik yang ditransportasikan dari berbagai sumber
dan
dideposisikan oleh udara, angin, es dan air. Pethic (1984) mendefinisikan sedime

n
12
secara umum sebagai sekumpulan rombakan material (batuan, mineral dan bahan
organik) yang mempunyai ukuran butir tertentu.
2.3.2. Klasifikasi sedimen
Menurut Wibisono (2005) klasifikasi sedimen berdasarkan asal usulnya
sedimen dasar laut dapat dibedakan/ digolongkan sebagai berikut: (1)Lithogenous;
(2) Biogenous; (3) Hidrogenous dan (4) Cosmogenous
(1) Lithogenous
Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan (weathering) batuan dari
daratan,
lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik. Sedimen ini
memasuki kawasan laut melalui drainase air sungai.
(2) Biogenous
Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati yang terd
iri dari
remah remah tulang, gigi-geligi dan cangkang cangkang tanaman maupun
hewan mikro. Komponen kimia yang sering ditemukan dalam sedimen ini
adalah CaCO
3
dan SiO
2
.
(3) Hidrogenous
Sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam air laut
dengan
konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga terjadi pengendapan (deposisi)
di
dasar laut. Contohnya endapan Mangan (Mn) yang berbentuk nodul, endapan
fosforite (P
2
O
5
), dan endapan glauconite (hydro silikat yang berarna kehijauan
dengan komposisi yang terdiri dari ion ion K, Mg, Fe dan Si).
(4) Cosmogenous
13
Sedimen ini berasal dari luar angkasa dimana partikel dari benda
benda
angkasa ditemukan di dasar laut dan mengandung banyak unsur besi sehingga
mempunyai respons magnetik dan berukuran antara 10 640m
Menurut Nybakken (1988) arus dan ukuran partikel merupakan faktor yang
penting yang mempengaruhi pengendapan sedimen. Oleh karena itu pada daerah
yang arusnya kuat akan diendapkan material kasar (pasir atau kerikil) sebaliknya
jika perairan tenang dan arusnya lemah, akan mengendapkan material halus.
Klasifikasi sedimen berdasarkan ukuran/ besar butir menurut skala
Wenworth dalam Wibisono (2005)
Tabel 2.1. Ukuran besar butir untuk sedimen menurut Skala Wentworth
Nama Partikel Ukuran (mm)
Batu (Stone) Bongkah (Boulder) > 256
Krakal (Coble) 64 - 256
Kerikil (Peble) 4 - 64
Butiran (Granule) 2 - 4
Pasir (Sand) Pasir sangat kasar (v. Coarse sand) 1 - 2
Pasir kasar (coarse sand) 1/2 1
Pasir sedang (medium sand) 1/4 - 1/2
Pasir halus (fine sanf) 1/8 1/4
Pasir sangat halus (very fine sand) 1/16 1/8
Lumpur (Silt) Lumpur kasar (coarse silt) 1/32 1/16
Lumpur sedang (medium silt) 1/64 1/32

Lumpur halus (fine silt) 1/128 1/64


Lumpur sangat halus (v. Fine silt) 1/256 1/128
Lempung (Clay) Lempung kasar (coarse clay) 1/640 1/256
Lempung sedang (medium clay) 1/1024 1/640
14
Lempung halus (fine clay) 1/2360 1/1024
Lempung sangat halus (v. Fine clay) 1/5096 1/2360
Sumber: Wibisono, 2005
Sheprad (1954) dalam Sunoto (2001) menyatakan bahwa ukuran partik
el
terbagi atas tiga jenis yaitu : sand, silt dan clay. Pengklasifikasian digambar
kan
dalam segi tiga sama sisi yang masing masimg sisinya terisi persentase ukuran
butir dalam hal ini meletakan angka 75 pada daerah dekat masing masing sisi
dan didapatkan jenis campuran antar dua jenis sedimen atau pertemuan ketiga titi
k
yang mencerminkan pencampurannya seperti gambar berikut ini:
Gambar 2.6. Segitiga Sedimen (Sumber: Shepard 1954, dalam Sunoto 2001)
2.3.3. Sedimentasi
Pettijohn (1975) mengatakan sedimentasi sebagai proses pembentukan
sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari mat
erial
pembentukannya atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan
15
pengendapannya yaitu delta, danau, pantai, estuari, laut dangkal
sampai laut
dalam. Sedimentasi menurut Krumbein dan Sloss (1971) adalah pembent
ukan
sedimen/ endapan atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan atau
akumulasi dari material pembentuk asalnya pada lingkungan pengendapan (delta,
danau, pantai, laut dangkal sampai laut dalam). Ada 4 proses sedime
ntasi yaitu
kerusakan oleh cuaca (pelapukan), transportasi, deposisi dan lithifikasi. Deposi
si
inilah yang kita kenal dengan sedimentasi.
Proses proses yang menyangkut didalam sedimentasi adalah pelapukan,
pengangkutan, pengendapan, pemampatan dan pembatuan. Sedimentasi yan
g
terjadi dimuara sungai terjadi akibat penumpukannya sedimen dimuara baik yang
berasal dari sungai maupun dari erosi pantai sekitarnya.
2.3.5. Transpor Sedimen Sepanjang Pantai
Transpor sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama, yaitu
transpor sedimen dalam bentuk mata gergaji di garis pantai dan
transpor
sepanjang pantai di surf zone seperti yang terlihat pada Gambar 2.10.
Pada waktu gelombang menuju pantai dengan membentuk sudut terhadap
garis pantai maka gelombang tersebut akan naik ke pantai (uprush)
yang juga
membentuk sudut. Massa air yang naik tersebut kemudian turun lagi dalam arah
tegak lurus pantai. Gerak air tersebut membentuk lintasan seperti ma
ta gergaji,
yang disertai dengan terangkutnya sedimen dalam arah sepanjang p
antai.
Komponen kedua adalah transpor sedimen yang ditimbulkan oleh arus sepanjang
pantai yang dibangkitkan oleh gelombang pecah. Transpor sedimen ini
terjadi
pada surf zone (Triatmodjo, 1999).
16
Gambar 2.7. Transpor Sedimen sepanjang Pantai (Triatmodjo, 1999)
Triatmodjo (1999) menyatakan bahwa transpor sedimen sepanjang pantai

banyak menyebabkan permasalahan seperti pendangkalan di pelabuhan,


erosi
pantai dan sebagainya. Oleh karena itu prediksi transpor sedimen sepanjang panta
i
adalah sangat penting.
Transpor sedimen sepanjang pantai dapat dipelajari dengan cara
memprediksinya dengan menggunakan rumus empiris. Rumus yang ada untuk
menghitung transpor sedimen sepanjang pantai dikembangkan berdasarkan da
ta
pengukuran model dan prototip pada pantai berpasir. Sebagian rumus
rumus
tersebut merupakan hubungan yang sederhana antara transpor sedimen
dan
komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai dalam bentuk:
n
KP Qs
1
= ............................................................................
........(2.1)
b b b b
C H
g
P o o

cos sin
8
2
1
= ........................................................(2.2)
17
Dimana: Qs = angkutan sedimen sepanjang pantai (m
3
/hari)
P
1
= komponen fluk energi gelombang sepanjang pantai pada saat
pecah (Nm/d/m)
= apat massa ai laut (kg/m
3
)
H
b
= tinggi gelombang pecah (m)
C
b
= cepat ambat gelombang pecah (m/d) =gd
b

b
= sudut dtng gelombng pech
K,n = konstnt
2.4. Arus
2.4.1. Definisi rus
Secr umum yng dimksud dengn rus lut dlh gerkn mss ir
lut ke rh horizontl dlm skl besr (Wibisono, 2005). Arus m
erupkn
gerkn menglir sutu mss ir yng dpt disebbkn oleh tiupn ngin, tu
kren perbedn dlm densits ir lut tu dpt pul disebbkn oleh gerkn
bergelombng pnjng (Nontji, 2005). Arus merupkn pergerkn mss
ir

secr horizontl yng disebbkn oleh tiupn ngin, tu kren perbedn dlm
densits ir lut, tu kren gerkn gelombng. Arus dipengruhi
pul oleh
bentuk topogrfi dsr lut dn pulu pulu yng d disekitrny ser
t gy
coriolis dn rus Ekmn. Arus dimur sungi terutm disebbkn oleh kegitn
lirn ir sungi (Hutbrt dn Evns, 1986)
psng surut dn
. Arus yng
disebbkn oleh psng surut bisny lebih bnyk dimti diperirn
pnti
terutm pd selt selt yng sempit dengn kisrn psng surut yng tinggi.
18
Di lut terbuk,
rh dn kekutn
rus dilpisn permukn s
ngt bnyk
ditentukn oleh ngin.
Angin yng berhembus di perirn Indonesi terutm dlh ngin musim
(monsoon) yng dlm sethun terjdi du kli pemblikn rh yng
mntp
ngin musim brt dn ngin musim timur (Non
msing msing disebut
tji,
1993).
Arus dlh gerkn bdn ir. Di pnti dengn perirn dngkl, r
us
dpt dibngkitkn oleh psut, gelombng dn smpi tingkt tertentu
ngin.
Pengethun mengeni dinmik rus pd sutu wilyh perirn sngt penting
untuk kjin mengeni dinmik dn kulits lingkungn sert rekys wilyh.
Teknik pengukurn rus dpt dilkukn dengn pendektn Lgrngin t
u
Eulerin. Pendektn lgrnge dilkukn dengn pengmtn gerkn mss i
r
dipermukn dlm rentng wktu tertentu. Implementsiny bisny dilkukn
dengn sebuh pelmpung. Selm selng wktu tetentu dn intervl wktu yng
tertentu pul, pengmt menctt posisi pelmpung tersebut. Studi dinmik rus
demikin sngt penting mislny untuk mengkji model tumphn minyk 
tu
pengngkutn mteri oleh bdn
ir dipermukn. Sementr, pendek
tn
Eulerin dilkukn dengn pengmtn rus pd posisi tertentu disutu
kolom
ir. Dt yng diperoleh dengn pendektn ini dlh kekutn dn 
rh rus
pd sutu tempt sebgi sutu fungsi wktu (Poerbdono dn Djunsjh, 2005).
kibt ngin,
Arus yng terjdi di pnti bersl dri rus globl,
kibt
psng surut, rus yng disebbkn oleh gelombng (wve-induced currents) yng
19
terjdi diderh surf zone (ntr derh gelombng pech dn gris pnti), dn
rh rus orbitl gelombng (Bchtir, 2002).
2.4.2. Fktor fktor pembngkit rus permukn
Gerkn ir dipermukn lut terutm disebbkn oleh dny ngin
yng bertiup di tsny. Hubungn ini kenytnny tidklh demi
kin
sederhnny, seklipun diliht dri perbndingn singkt ntr ngi
n utm
bertiup dn rh dri rus rus permukn. Alsnny dlh bhw rus rus
dipengruhi leh pling tidk tig fktor lin, selin dri ngin. A
kibtny rus
yng menglir dipermukn lutn merupkn hsil kerj gbungn dri merek
ini. Fktor fktor itu dlh :

1. Bentuk tofogrfi dsr lutn dn pulu pulu yng d disekitrny
Beberp sistem lutn duni dibtsi oleh mss drtn dri tig s
isi dn
pul
oleh rus equtoril counter disisi yng keempt. Bts
bts ini
menghsilkn sistem lirn yng hmpir tetrtutup dn cenderung membut
lirn ir mengrh dlm sutu bentuk bultn. Dri sinilh terbent
ukny
dny gyre.
2. Gy Coriolis dn rus Ekmn
ir, dimn

Gy
Coriolis mempengruhi lirn mss
gy ini
kn
membelokn rh merek dri rh yng lurus. Gy ini timbul kib
t dri
kn mengrh ke knn
perputrn bumi pd porosny. Pembelokn ini
dibelhn bumi utr, dn mengrh kekiri dibumi bgin seltn. Gy inilh
yng menghsilkn dny lirn gyre yng mengrh kerh jrum jm ( ke
knn) pd belhn bumi sebelh utr dn mengrh kerh lwn jrum
20
jm ( ke kiri) pd
belhn bumi sebelh seltn. Gy
koriol
is jug
menyebbkn timbulny
perubhn-perubhn
rh
rus yng kompleks
susunnny, yng terjdi sesui dengn mkin dlmny kedlmn sut
u
perirn. Pd umumny teng ngin yng diberikn pd lpisn permukn
ir dpt membngkitkn timbulny
rus permukn yng mempunyi
keceptn sekitr 2 % dri keceptn ngin itu sendiri. Keceptn 
rus ini
kn berkurng cept sesui dengn mkin bertmbhny kedlmn perirn
dn khirny ngin menjdi tidk berpengruh sm sekli terhdp keceptn
rus pd kedlmn di bwh 200 meter. Pd st keceptn rus berkurng,
rus yng disebbkn oleh gy koriolis
mk
tingkt perubhn
kn
meningkt. Akibtny kn timbul sutu lirn rus dimn mkin dl
m
sutu perirn mk rus yng terjdi pd
lpisn-lpisn perirn
kn
mkin dibelokkn rhny. Hubungn ini dikenl sebgi rus Ekmn.
3. Perbedn perbedn teknn ir
Pd umumny ir di derh tropik dn subtropik rt rt lebih ti
nggi
dripd di derh kutub. Wlupun perbedn perbedn ini kecil, me
rek
ir yng berkibt ir

menyebbkn timbulny
perbedn teknn
kn
menglir dri derh derh yng berteknn tinggi ke drh derh yng
berteknn rendh.
Menurut Wirtky (1961) dlm Wibisono (2005) besr kecilny
keceptn rus sngt dipengruhi oleh beberp pktor ntr lin:
1. Keceptn ngin
21
Keceptn ngin ini dpt menimbulkn gy gesek dipermukn lut. Arus
yng ditimbulkn disebut sebgi drift current. Jenis
rus ini k
ebnykn
terjdi disekitr perirn pnti. Keceptn drift current yng pl
ing besr
bisny berd di perirn selt yng posisiny serh drngn rh
ngin.
Kondisi demikin disebut sebgi longshore drift current, ykni rus
sejjr

pnti yng ditimbulkn kren tiupn ngin. Mkin besr keceptn n


gin
rus yng ditimbulkn. Sedngkn tiupn ngin yng
semkin besr
merupkn penyebb utm
timbulny rus permukn disebut sebgi
previling winds. Jdi, rus yng ditimbulkn oleh cuc/ ngin musim jug
bis
dugolongkn sebgi drift current. Di lut leps
tu smud
r, drift
current jug bis terjdi dilpisn permukn.
2. Thnn dsr
Wlupun sift fisis
ir sellu mencri tempt yng lebih rendh,
nmun
mkin tinggi thnn dsr mk rus kn semkin lemh. Hl ini
berrti
bentuk permukn dsr lut tidk rt benr.
3. Gy Coriolis
kibt gerk rotsi bumi dn posisi bumi dlm
Efek ini timbul
mengitri
mthri, sert berpern dlm menentukn rh rus. Besrny gy Coriolis
(F) ini sngt tergntung pd prmeter Coriolis (f) dn keceptn rus rt
rt (v) di sutu loksi. Sedngkn prmeter (f) diformulsikn dlm bentuk
persmn sebgi berikut:
) sin ( 2 u = e F ......................................(2.3)
22
Dimn: = kecepatan po os bumi selama 1x
otasi dalam seha i yan
g
besa nya 7.3 x 10
-5
det
-1
, = lintang geog afis, menu ut G oss (1972) di
dae ah kitub sin = 1, sedangkan di dae ah equato sin = 0. Dengan
demikian gaya Co iolis dapat dituliskan dalam fo mula sede hana sebag
ai
be ikut:
v f F . = .(2.4)
4. Pe bedaan Densitas
Selain d ift cu ent sepe ti yang telah disebutkan diatas, maka a us juga bisa
timbul sebagai akibat pe bedaan densitas. A us demikian bisa dinam
akan
sebagai Geot ophic Cu ent. Pada dasa nya a us ini be sama dengan d
ift
cu ent membentuk a us umum atau a us ho izontal atau a us a us pe mukaan
yang se ing kita uku dilapangan.
Da i penelusu an pustaka ada pendapat yang menyatakan baha a us yang
ditimbulkan oleh pe bedaan densitas juga me upakan penyebab a us ve tikal
keatas (upelling). .Sedangkan a us yang timbul sebagai akibat da i pe bedaan
suhu dan salinitas disebut a us si kulasi the mohaline (the mohali
ne
ci culation).
2.4.3. A us pasut
Ge ak ve tikal (naik dan tu unnya) pe mukaan ai laut ka ena pasut pada
ilayah pe ai an dan inte aksinya dengan batas batas pe ai an tempat
pasut
te sebut te jadi menimbulkan ge ak badan ai
kea ah ho izontal. Bata
s batas
pe ai an te sebut dapat be upa dinding (pantai dan kedangkalan)
dan lantaui
(dasa ) pe ai an. Fenomena ini sangat te asa pada ilayah pe ai
an te tutup
23

(teluk), pe ai an dangkal, kanal kanal pasut dan mua a sungai (delta dan estua i
).
Istilah tidal st eam atau tidal cu ent atau a us pasut kemudian dibe
iakan pada
fenomena ini yang me upakan ge ak ho izontal baan ai
menuju dan me
njauhi
pantai sei ing dengan naik dan tu unnya muka laut yang disebabkan oleh gaya
gaya pembangkit pasut.
A us pasut mempunyai sifat be ge ak dengan a ah yang saling be tolak
belakang atau be di ectional. A ah a us pada saat meninggi biasanya be to
lak
belakang dengan a ah a us saat ai
me endah. Kecepatan a us pasut
minimum
atau efektif nol te jadi pada saat ai tingi atau ai endah (slack ate s). Pad
a saat
saat te sebut te jadi pe ubahan a ah a us pasut. Kecepatan a us pasut maksimum
te jadi pada saat saat ai
tinggi dan ai
endah. Dengan demi
kian, pe iode
kecepatan a us pasut akan mengikuti pe iode pasut yang membangkitkannya.
Kekuatan maksimum a us pasut dapat dipe ki akan da i amplitudo pasut
dan kedalaman pe ai an pada dae ah yang diamati dan dinyatakan dengan (Knaus
(1979) dalam Wibisono (2005)):
d
g
A u =
max
.(2.5)
dengan u
max
= kecepatan maksimum a us pasut, A = amplitudo pasut, g =
aksele asi ka ena g avitasi bumi dan d = kedalaman pe ai an. Seba a
n vekto
pengamatan a us pada suatu kaasan pesisi me upakan info masi penting untuk
mengetahui pe ge akan a us da i aktu ke aktu. Kecepatan a us dapat dipakai
untuk mempe ki akan besa nya ene gi yang beke ja di dasa
pe ai
an yang
mampu memindahkan sedimen da i suatu tempat ke tempat lain. Ak
ibat
pe pindahan sedimen ini akan te jadi e osi atau deposisi (sedimentasi).
24
Seca a umum a us pasang su ut menyebabkan p oses t anspo t asimet ik
akibat adanya dua a ah ali an yang be laanan, a us kea ah da atan
saat ai
be ge ak pasang (flood tide) dan saat ai laut be ge ak su ut (ebb tide). Ge aka
n
ali an ini be pe an dalam esuspensi dan pe ge akan sediment baik kea ah da atan
maupun kea ah laut (Dye
1990 dalam Bachtia
2002). Waktu saat
te jadi
kecepatan ali an sama dengan nol (slack ate ) pada posisi pasang tinggi
(high
ate ) dan saat su ut (lo ate ) (Petick, 1986 dalam Bachtia , 2002
). Hal ini
membe ikan kesempatanmate ial sedimen dalam kolom ai
untuk mengendap.
Sebagian da i endapan mate ial ini mengalami esuspensi dan te angkut kembali
kea ah laut oleh a us saat be ge ak su ut.
Umumnya dist ibusi ve tikal kecepatan a us pada saat ai
laut be g
e ak
su ut menunjukan baha pada bagian dekat pe mukaan mempunyai kecepata
n
a us yang lebih besa
disbanding pada bagian dekat dasa , khususnya

estua i
dengan tunggang pasang su ut besa . Sebaliknya, kecepatan a us pada saat ai lau
t
be ge ak pasang, pada bagian dekat dasa mempunyai kecepatan ali an yang lebih
besa dibandingkan pada bagian dekat pe mukaan (Dye , 1990 dalam Bacht
ia ,
2002). A us dekat dasa
be pe an dalam mengangkat pa tikel dasa
menjadi
suspensi. Sebagai hasilnya, konsent asi sediment pada kolom ai estua y saat ai
laut be ge ak pasang lebih tinggi da i pada saat be ge ak su ut.
Aktual
esuspensi dan t anspo t sediment di pe ai an pantai cuku
p
kompleks ka ena selain penga uh a us pasang su ut, juga ada penga uh
ali an
akibat angina. Aktifitas nelayan mempunyai kont ibusi yang besa te hadap p oses
esuspensi sediment dasa pe ai an. Penga uh masing masing facto tidak bisa
25
dijelaskan seca a tegas. Dalam kajian penga uh a us te hadap esuspensi sediment
,
penentuan bed shea st ess me upakan penga uh a us akibat angin dan p
asang
su ut, yang dapat dihubungkan untuk penentuan flux esuspensi pa tikel sedimen
(Bachtia , 2002)
2.4.4. A us di Dekat Pantai
Gelombang yang menjala
menuju pantai membaa massa ai
dan
momentum dalam a ah penjala an gelombang. T anspo massa dan momentum
te sebut menimbulkan a us di dekat pantai. Di dae ah lepas pantai (offsho e zone
),
gelombang menimbulkan ge ak o bital ai . O bit lintasan pa tikel tidak
te tutup
sehingga menimbulkan t anspo massa ai . T anspo massa te sebut dapat dise tai
dengan te angkutnya sedimen dasa
dalam a ah menuju pantai (onsho e)
dan
meninggalkan pantai (offsho e). Di su f zone, gelombang pecah menim
bulkan
a us dan tu bulensi yang sangat besa
yang dapat mengge akan sedime
n dasa .
Setelah pecah, gelombang melintasi su f zone menuju pantai. Di
dae ah ini
kecepatan pa tikel ai hanya be ge ak dalam a ah penjala an gelombang. Di sash
zone, gelombang yang sampai pantai yang menyebabkan massa ai
be
ge ak
keatas dan kemudian tu un kembali pada pe mukaan pantai. Ge ak massa
ai
te sebut dise tai dengan te angkutnya sedimen.
Dianta a ketiga dae ah te sebut, ka ate istik gelombang di su f zone
dan
sash zone adalah yang paling penting dalam analisis p oses pantai. A us yang
te jadi di dae ah te sebut sangat te gantung pada a ah datang gelombang. Apabila
gelombang pecah datang dengan membentuk sudut te hadap ga is pantai (
b
> 5
o
),
kn menimbulkn rus sejjr pnti. Pd sutu pnti yng pnjn
g dpt
26
terjdi beberp sirkulsi sel, yng tergntung pd kondisi topogrf
i di derh
tersebut. Komponen komponen dri sirkulsi sel dlh trnspor mss ir ke

rh drt yng terjdi ketik gelombng pech, rus sejjr pnti dn rip curr
ent
Gmbr 2.8. Longshore current dn rip current
2.4.5. Arus Sepnjng Pnti
Arus sepnjng pnti menjlr sejjr gris pnti dn berd dint
r
rus sepnjng
zon gelombng pech dn gris pnti. Sebgin besr
pnti
dibngkitkn oleh komponen sepnjng pnti dri gerk gelombng yng secr
tidk lngsung mendekti gris pnti.
Arus sepnjng pnti bisny memiliki nili rt rt 0.3 m/s t
u
lebih kecil. Meskipun pd umumny memiliki keceptn rendh, nmun penting
dlm dlm proses litorl sebb rus sepnjng pnti menglir sepnjng pnti
27
untuk wktu yng pnjng, mentrnspor sedimen yng terbw perge
rkn
gelombng dikrenkn gelombng pech.
Vribel yng pling penting dlm menentukn keceptn rus sepnjng
pnti dlh sudut ntr punck gelombng dn gris pnti (CERC,
1984).
Menurut Setiono (1994) kedn topogrfi yng lndi menjdikn gelo
mbng
lut lebih kecil ketik mencpi gris pnti dn rus sepnjng gris pnti re
ltif
lemh.
Arus sepnjng pnti yng ditimbulkn oleh gelombng pech dengn
membentuk sudut terhdp gris pnti dibngkitkn oleh momentum
yng
dibw oleh gelombng. Longuet Huggins dlm Komr (1985) menurunkn
rumus untuk menghitung eus sepnjng pnti berikut ini:
V = 1,17 (gH
b
)
1/2
sin
b
cos
b
............................................................(2.96
Dengn : V : keceptn rus sejjr pnti
g : perceptn grvits
H
b
: tinggi gelombng pech

b
: sudut dtng gelombng pech
Distribusi keceptn rus sepnjng pnti di gris pnti keceptn dlh
nol, kemudin bertmbh jrk dri gris pnti, mencpi mksimum di
sekitr
titik tengh surf zone dn berkurng dengn cept dilur derh gelombng pech.
Arus sejjr pnti yng diberikn oleh rumus 2.12 dpt mengngku
t
sedimen yng digerkn (dierosi) oleh gelombng, dn terus terbw sep
njng
pnti. Sedimen yng terngkut tersebut dikenl dengn trnspor
sedimen
sepnjng pnti.
28

2.5. Gelombng
2.5.1. Definisi gelombng
Gelombng merupkn slh stu fenomem lut yng pling nyt bis
diliht dn bis dirskn. Yng dimksud dengn gelombng dlh gerkn dri
setip prtikel ir lut yng berup gerk longitudinl dn or
bitl secr
bersmn disebbkn oleh trnmisi energi sert wktu (momentum) dlm rtin
impuls vibrsi mellui berbgi rgm bentuk mteri (Wibisono, 2005
). Dlm
hl ini berbentuk prtikel ir lut. Secr teoritis mediumny sendiri tetp ti
dk
bergerk mengikuti rh energi yng melluiny. Energi dimksud bis
berup
tiupn ngin, gerk rotsi bumi
tu gerkn lpis sedimen bwh l
ut, gemp
tektonik dn lin lin. Menurut Bscom (1959) dlm Bird (1984) y
ng
dimksud dengn gelombng dlh gerkn berombk dri permukn ir yng
dihsilkn oleh tiupn ngin yng bergerk ditsny.
ksi hidrodinmik yg terjdi di lut.
Gelombng lut merupkn
Gelombng lut timbul kibt pengruh ngin, gemp bumi, gunung pi
bwh
lut dn dny ktifits mnusi. (Knuss,1978). Sedngkn menurut Dhuri et
l (2001), gelombng di permukn lut umumny
terbentuk kren
dny
proses lirn energi dri
ngin ke permukn lut
tu pd st-s
t tertentu
disebbkn oleh gemp di dsr lut.
Gelombng yng smpi di pnti
kn pech dn melepskn energi.
Gelombng ini dpt mengikis btun dsr pnti, mengduk mteril-mter
il
sedimen dn mentrnsportsi ulng tu menyebrkn mteril-mteril sedimen
sepnjng pnti. (Knuss,1978)
29
Gelombng di lut dpt dibedkn menjdi beberp mcm yng
tergntung pd gy
pembngkitny. Gelombng tersebut dlh gelomb
ng
ngin yng dibngkitkn oleh tiupn ngin di permukn lut, gelombng psng
surut yng dibngkitkn oleh gy trik bend-bend lngit terutm mthri dn
buln terhdp bumi, gelombng tsunmi terjdi kren letusn gunung
berpi
tu gemp di lut, gelombng yng dibngkitkn oleh kpl yng bergerk, dn
sebginy (Tritmodjo, 1999)
ngin mempunyi pernn dlm
Gelombng yng ditimbulkn oleh
pergerkn sedimen di perirn pnti bik secr
lngsung mupu
n tidk
lngsung. Ukurn gelombng yng dibngkitkn oleh ngin di pengruhi oleh tig
prmeter, yitu;
1. Fetch, yitu jrk dimn ngin dpt bertiup dits permukn ir dengn r
h
yng konstn
2. Dursi ngin bertiup dits permukn ir dengn rh yng konstn
3. Keceptn ngin
Meningktny prmeter tersebut
kn meningktkn tinggi gelombng
(Dvis, 1991 dlm Bchtir, 2002)
Prmeter penting untuk menjelskn krkteristik gelombng lut dlh
tinggi gelombng, periode, pnjng gelombng dn kedlmn perirn di
mn
gelombng mermbt. Prmeter-prmeter itu dpt mendeterminsikn
prmeter linny seperti cept rmbt gelombng dn perceptnny. Gm

br
2.7 skets du-dimensionl sutu gelombng dn komponen-komponenny yng
berd pd koordint x dn y, dimn gelombng menjlr pd rh sumbu x
30
Gmbr. 2.9. Definisi dri prmeter-prmeter gelombng (Tritmodjo, 1999)
Keterngn untuk notsi yng dipki pd gmbr 2.12 dlh :
d = kedlmn lut (jrk ntr SWL dn dsr lut)
= frekueni gelombang (2t/T) (jumlah gelombang dalam atu atuan waktu)
a = amplitudo gelombang (H/2) (jarak antara puncak tertinggi/lembah terdalam
dengan SWL)
(x,t) = fluktuai muka air terhadap muka diam
H = tinggi Gelombang
L = panjang gelombang
C = kecepatan gelombang (jarak yang ditempuh oleh gelombang yang merambat,
dalam atuan waktu)
T = periode gelombang
k = angka gelombang
2.5.2. Klaifikai Gelombang
Gelombang laut dapat diklaifikaikan ke dalam beberapa kategori,
berdaarkan karakteritik fii yang dimilikinya antara lain berdaarkan perio
de
31
(T), Tinggi Gelombang (H), Kedalaman Relatif (d/L) atau bentuknya ketika pecah
di perairan dangkal.
1. Berdaarkan periode gelombang
Pada aplikai oeanografi dan yang lain, gelombang permukaan
didominai oleh tenaga gravitai, oleh karena itu gelombang ini diebu
t dengan
gelombang gravitai. Kinman (1965) dalam Gro
(1990) mengklaifika
ikan
gelombang laut berdaarkan periodenya eperti pada Gambar 2.13 dan tabel 2.2
berikut ini.
Gambar 2.10. Klaifikai Gelombang Laut Berdaar Periode (Gro, 1990)
Tabel 2.2. Klaifikai Gelombang Laut berdaarkan periode ( Munk,1951)
Klaifikai Periode
Gelombang Kapiler < 0.1 detik
Gelombang Ultra Gravitai 0.1 1 detik
Gelombang Gravitai 1 - 30 detik
Gelombang Infra Gravitai 30 detik 5 menit
Gelombang Periode Panjang 5 menit 12 jam
32
Klaifikai Periode
Gelombang Paut 12 24 jam
Gelombang Tran-Tidal > 24 jam
2. Berdaarkan tinggi gelombang
Klaifikai berdaarkan tinggi gelombang dibuat karena adanya perbedaan
yang jela diantara gelombang-gelombang yang tinggi gelombangnya angat kecil
dan yang berhingga. Klaifikai yang pertama biaanya diebut ge
lombang
amplitudo kecil, dimana diperoleh nilai yang cukup kecil dari o = H/d dan H/L.
Untuk mempelajarinya dipakai teori gelombang linier Airy atau teori gelombang
Stoke orde pertama. Klaifikai kedua biaanya diebut gelombang amp
litudo
berhingga dan dipelajari dengan memakai teori Stoke
orde kedua (at
au yang
lebih tinggi), teori gelombang Cnoidal, dan Solitary.
3. Berdaarkan kedalaman relatif
Berdaarkan kedalaman relatif,yaitu perbandingan antara kedalaman
perairan d dan panjang gelombang L, (d/L), gelombang diklaifikaikan menjadi
beberapa kelompok. Tabel 2.2 menyajikan pengklaifikaian gelombang berdaar

kedalaman relatif.
Tabel. 2.3. Klaifikai Gelombang Berdaar Kedalaman Relatif (Triatmodjo,
1999)
Klaifikai Kedalaman Relatif Keterangan
Gelombang Panjang d/L < 0,05 Gelombang di laut dangkal
Gelombang Perairan Menengah 0,05 < d/L , 0,5 Gelombang di laut tranii
Gelombang Pendek d/L > 0,5 Gelombang di laut dalam
33
Gambar. 2.11. Parameter Fungi Kedalaman Relatif (Triatmodjo, 1999)
2.5.3. Gelombang Pecah
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengalami
perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Gelombang
pecah dipengaruhi oleh kemiringan, yaitu perbandingan antara tinggi dan panjang
gelombang. Di laut dalam kemirinan gelombang makimum dimana gelombang
mulai tidak tabil diberikan oleh bentuk berikut:
142 . 0
7
1
0
0
= =
L
H
................................................................................
(2.7
Pada kemiringan terebut kecepatan partikel dipuncak gelombang ama
dengan kecepatan rambat gelombang. Kemiringan yang lebih tajam dari
bata
makimum terebut menyebabkan kecepatan partikel di puncak gelombang lebih
bear dari kecepatan rambat gelombang ehingga terjadi ketidaktab
ilan dan
gelombang pecah.
34
Apabila gelombang bergerak menuju laut dangkal , kemiringan bata

terebut tergantung pada kedalaman relatif d/L dan kemiringan da
ar laut.
Gelombang dari laut dalam bergerak menuju pantai akanbertambah
kemiringannya ampai pada akhirnya tidak tabil dan pecah pada ke
dalaman
tertentu, yang diebut dengan kedalaman gelombang pecah d
b
. Tinggi gelombang
pecah diberi notai H
b
. Munk (1949) dalam CERC (1984) memberi rumu untuk
menentukan tinggi dan kedalaman gelombang pecah berikut ini:
3
0
'
0
'
0
) / ( 3 , 3
1
L H
H
H
b
= ........................................................................(2.8

)
28 . 1 =
b
b
H
d
................................................................................
.........(2.9)
Parameter H
b
/H
0
disebut dengn indek tinggi gelombng pech.
Rumus 2.7 dn 2.8 tidk memberikn pengruh kemiringn dsr lut
terhdp gelombng pech. Beberp peneliti lin (Inversen, Glvin, God dlm
CERC, 1984) membuktikn bhw H
b
/H
0
dn d
b
/H
b
tergntung pd kemiringn
pnti dn kemiringngelombng dtng. Gmbr 2.9 menunjukn hubun
gn
ntr H
b
/H
0
dn H
0
/L
0
untuk berbgi kemiringn dsr lut.
35
Gmbr 2.12. Penentun tinggi gelombng pech (Tritmojdo, 1999)
Sedngkn gmbr2.10 menunjukn hubungn ntr d
b
/H
b
dn H
b
/gT
2
untuk berbgi kemiringn dsr.
Gmbr 2.13. Penentun kedlmn gelombng pech (Tritmojdo, 1999)
36
2.6. Psng surut
2.6.1. Definisi Psng Surut
Psng surut (sering disingkt: psut) dlh gerkn nik turunny muk
lut secr berirm yng disebbkn oleh gy trik buln dn mthri (Nontji,
2005). Menurut Tritmodjo (1999) psng surut
dlh fluktusi muk
ir lut
kren dny gy trik bend bend lngit, terutm mthri dn
buln
terhdp mss ir lut dibumi.
Psut lut (ocen tide) dlh fenomen nik dn turunny permukn ir
lut secr periodik yng disebbkn oleh pengruh grvitsi bend bend lngit
terutm buln dn mthri. Pengruh grvitsi bend bend lngit te

rhdp
bumi tidk hny menyebbkn psut lut, tetpi menyebbkn perubhn bentuk
bumi (bodily tide) dn tmosfer (tmospheric tides). Istilh psut lut dinytk
n
dengn psut yng merupkn gerk nik dn turun muk lut dengn periode rt
rt sekitr 12.4 jm tu 24.8 jm (Poerbdono dn Djunsjh, 2005).
Pengethun tentng psng surut dlh penting didlm perencnn
pembngunn pnti dn pelbuhn. Elevsi muk ir tertinggi (ps
ng) dn
terendh (surut) sngt penting untuk merencnkn bngunn bng
unn
tersebut. Sebgi contoh, elevsi punck bngunn pemech gelombng, dermg
dn sebginy, ditentukn oleh muk ir psng. Sementr
kedlm
n lur
pelyrn/ pelbuhn ditentukn oleh muk ir surut.
2.6.2. Gy pembngkit psng surut
Menurut Tritmodjo (1999), gy
gy pembngkit psng surut
ditimbulkn oleh gy trik menrik ntr bumi, buln dn mthri.
37
Grvitsi buln merupkn pembngkit utm psut. Wlupun mss
mthri juh lebih besr dibnding mss buln, nmun kren jrk buln yng
juh lebih dekt kebumi dibnding mthri, mthri hny memberi pengruh
yng lebih kecil terhdp pembngkitn psut dibumi (Poerbdono dn Djunsh,
2005).
Dlm meknisme lm semest, jrk lebih menentukn dripd mss.
Oleh krennny pul
buln mempunyi pernn yng lebih besr dri
pd
mthri dlm menentukn psng surut. Perhitungn perhitungn mtemtis
telh menunjukn bhw
gy trik buln yng mempengruhi psng
surut
besrny kurng lebih 2,2 kli lebih kut dri pd gy trik mthri. Bdn
bdn stronomis linny pun sebenrny
mempengruhi psng surut,
tetpi
pengruhny sngt kecil dn bis dibikn.
Dri semu
bend
bend ngks
yng mempengruhi proses
pembentukn psut ir lut, hny mthri dn buln yng sngt mempengruhi
mellui tig gerkn utm yng menentukn denyut prs lut di bumi
ini.
Ketig gerkn itu dlh:
1. Revolusi buln terhdp bumi, dimn orbitny
berbentuk elips
dn
memerlukn wktu 29,5 hri untuk menyelesikn revolusiny;
2. Revolusi bumu terhdp mthri, dengn orbit y berbentuk elips j
ug dn
periode yng diperlukn untuk ini dlh 365,25 hri;
3. Perputrn bumi pd porosny sendiri dn wktu yng diperlukn dlh 24
jm (one solr dy) (Priwono dlm Ongkosongo dn Suyrso, 1989).
38
Fenomen pembngkitn psng surut menyebbkn perbedn tinggi
permukn ir lut pd kondisi kedudukn kedudukn tertentu dri bumi, buln
dn mthri. St spring, yitu st kedudukn mthri segris dengn sumbu
bumi buln, mk terjdi psng mksimum pd titik dipermukn bumi yng
berd di sumbu kedudukn reltif bumi, buln dn mthri. St tersebut terjd
i
ketik buln bru dn buln purnm. Fenomen psut pd kedudukn demikin
disebut dengn spring tide tu psut perbni.
St nep, yitu pd st kedudukn mthri tegk lurus dengn sumbu
bumi buln, terjdi psut minimum pd titik dipermukn bumi yn
g tegk
lurus sumbu bumi buln. St tersebut terjdi diperempt buln

wl dn
perempt buln khir. Fenomen psut pd kedudukn demikin disebut dengn
nep tide tu psut mti. Tunggng psut (jrk vertikl kedudukn permukn
it tertinggi dn terendh) st spring lebih besr dibnding st nep.
BL BL
Buln
mti
C
B
BL
BL
Seperempt
pertm
C
B
A
(A)
(B)
A
Buln
Purnm
39
Gmbr 2.14. Kedudukn bumi-buln-mthri st psng purnm (A) dn
psng perbni (B) (Tritmodjo,1999).
Apbil buln dn mthri berd kurng lebih pd sutu gris lurus
dengn bumi seperti pd st buln purnm, mk gy trik keduny
kn
sling memperkut. Dlm kedn demikin terjdilh psng surut purn
m
(spring tide), dengn tinggi ir yng lur bis, melebihi psng
yng umum.
Seblikny
surutny
pun sngt rendh. Tetpi jik buln dn m
thri
membentuk sudut siku siku terhdp bumi mk gy trik keduny k
n
sling menidkn. Akibtny perbedn fungsi ir ntr psng dn surut hny
kecil sj
dn kedn ini dikenl sebgi psng surut perbn
i (nep tide)
(Nontji, 2005)
2.6.3. Beberp tipe psng surut
Bentuk psng surut diberbgi derh tidk sm. Disutu derh dlm
stu hri dpt terrjdi stu kli
tu du kli psng surut.
Secr umum tipe
psng surut diberbgi derh dpt dibedkn menjdi empt tipe, yitu psng
surut hrin tunggl (diurnl tide), hrin gnd (semi diurnl tide) dn du je
nis
cmpurn.
1. Psng surut hrin gnd (semi diurnl tide)
Dlm sehri terjdi du kli ir psng dn du kli ir surut dengn tinggi
yng hmpir sm dn psng surut terjdi secr berurutn secr te
rtur.
Periode psng surut rt rt dlh 12 jm 24 menit. Psng suru
t ini
terjdi diselt Mlk smpi lut Andmn.
2. Psng surut hrin tunggl (diurnl tide)
40
Dlm stu hri terjdi stu kli ir psng dn stu kli
ir s
urut. Periode
psng surut dlh 24 jm 50 menit. Psng surut tipe ini terjdi di perirn
selt Krimt.

3. Psng surut condong kehrin gnd (mixed tide previling semi diurnl)
Dlm stu hri terjdi du kli ir psng dn du kli ir surut, tetpi tingg
i
dn periodeny berbed. Psng surut jenis ini bnyk terdpt di
perirn
Indonesi Timur.
4. Psng surut cmpurn condong ke hrin tunggl (mixed tide pr
eviling
diurnl)
Pd tipe ini dlm stu hri terjdi stu kli ir psng dn stu kli ir sur
ut,
tetpi kdng kdng untuk sementr wktu terjdi du kli psng dn du
kli surut dengn tinggi dn periode yng sngt berbed. Psng surut jenis
ini terjdi di selt Klimntn dn pnti utr Jw Brt (Trimodjo, 1999)
Gmbr. 2.15. Tipe psng surut (Tritmodjo,1999)
41
Secr kuntittif, tipe psut sutu perirn dpt ditentukn o
leh
ntr
mplitudo (tinggi gelombng) unsur-unsur psut
perbndingn
tunggl
utm dengn unsur-unsur gnd utm. (Dhuri et l, 2001). Perbnd
ingn ini
dikenl sebgi bilngn Formzhl yng mempunyi formul sebgi berikut :
2 2
1 1
S M
K O
F
+
+
= .............(2.10)
Dimn :
F : bilngn formzhl
O
1
: mplitudo psut tunggl utm yng disebbkn oleh gy trik buln
K
1
: mplitudo psut tunggl utm yng disebbkn oleh gy trik mthri
M
2
: mplitudo psut gnd utm yng disebbkn oleh gy trik buln
S
2
: mplitudo psut gnd utm yng disebbkn oleh gy trik mthri
Dri persmn tersebut, tipe psng dibedkn menjdi
1. Psut gnd : F 0,25
2. Psut cmpurn dengn tipe gnd lebih menonjol : 0,25 < F 1,5
3. Psut cmpurn dengn tipe tunggl lebih menonjol : 1,5 < F 3
4. Psut tunggl : F > 3
2.7. Pemodeln Hidrodinmik
Menurut Lckhn nd Trenhile (1989), model dpt diklsifiksikn
sebgi model fisik, dn model mtemtik. Model fisik berup representsi fisik
yng dpt dipegng dimn elemen-elemenny terbut dri mteril
dn
perngkt kers, seperti model ikonik, model skl dn model komputer nlog.
42
Sedngkn model mtemtik
dlh sekumpuln teori, simbol, konsep
tu
tu sift. Model ini mempunyi berbgi ting
model-model mentl

kt
kompleksits dn bnyk digunkn dlm sutu sistem kren lebih gene
rl,
bergm, sert fleksibel (Lckhn nd Trenhile, 1989).
Menurut Istirto dn Legono (2001), model mtemtik dlh simulsi
numerik yng didsrkn pd formulsi persmn-persmn mtemtik yng
menggmbrkn prinsip hidrulik, tu yng menggmbrkn fenomen fisik
,
dn penyelesin persmn-persmn tersebut secr numerik yng umumny
dilkukn dengn dn di dlm komputer.
Menurut Tritmodjo (1999) model mtemtik merupkn penyelesin
numerik dri persmn mtemtis yng menggmbrkn fenomen lm yng
berpengruh. Fenomen lm ini dpt digmbrkn dlm bentuk stu, du dn
tig dimensi (1D, 2D tu 3D).
Model mtemtis dilkukn dengn menyelesikn persmn-persmn
yng menggmbrkn fenomen yng diteliti (yng bis digmbrkn dengn tig
persmn hidrolik
yitu persmn kontinuits, persmn energi
dn
persmn momentum) dengn menggunkn metode bed
hingg
(finite
differences methode) tu metode elemen hingg (finite elements
methode)
(Tritmodjo, 1999).
2.7.1. Persmn Dsr Pemodeln
Persmn dsr model mtemtik didsrkn pd 3 persmn dsr
dinmik fluid yitu: persmn kontinuits, persmn momentum d
n
43
persmn energi. Ketig persmn tersebut menggmbrkn fenomen fisik dn
merupkn ekspresi mtemtik dri tig prinsip fundmentl fisik, yitu :
1. Kekekln mss
2. Hukum II Newton: F = m x 
3. Kekekln energi. (Wiwid, 2006)
2.7.1.1. Persmn Kontinuits
Menurut Sers dn Zemnsky (1962) persmn kontinuits dlh
sutu ungkpn mtemtis mengeni hl bhw jumlh netto mss yng menglir
ke dlm sebuh permukn terbts sm dengn pertmbhn mss.
Tinju sutu kontrol volume seperti dlm gmbr berikut :
Alirn mss fluid yng msuk ke dlm kontrol volume pd bidng
dydz dlm wktu dt dlh :
udydzdt ......................................................................
....................(2.11)
Alirn mss fluid yng kelur kontrol volume pd bidng dydz dlm wktu dt
dpt ditentukn dri urin deret Tylor smpi ordo-1 sebesr :
dxdydzdt
x
u
udydzdt
c
c
+
) (
.............................................................(2.12)
Perubhn mss dlm rh-x sm dengn lirn mss yng kelur kon
trol
volume yng dikurngi dengn lirn mss yng msuk kontrol volume :
dxdydzdt
x
u
udydzdt dxdydzdt
x

u
udydzdt
c
c
=
c
c
+
) ( ) (

..........(2.13)
udydzdt
dxdydzdt
x
u
pudydzdt
c
c
+
) (
dz
dx
dy
44
Dengn cr yng sm dpt dicri perubhn mss dlm rh-y dn rh-z.
Perubhn mss totl dlm kontrol volume dlh jumlh perubhn m
ss
dlm rh-x, rh-y dn rh-z, yng besrny :
dxdydzdt
z
w
y
v
x
u
(

c
c
+
c
c
+
c
c

) ( ) ( ) (
..............................................(2.14)
Perubhn mss terhdp wktu dri wktu t smpi wktu (t+dt) dlh :
dxdydzdt
t c
c

.............................................................................(
2.15)
Dengn menymkn persmn (2.14) dn (2.15) dpt diperoleh :

dxdydzdt
t
dxdydzdt
z
w
y
v
x
u
c
c
=
(

c
c
+
c
c
+
c
c ) ( ) ( ) (
.................(2.16)
Atu: 0
) ( ) ( ) (
=
c
+
c
c
+
c
c
+
c
c
dz
w
y
v
x
u
t

.................................................(2.17)
Persmn dits dpt dijbrkn menjdi :
0 =
c
+
c
c
+
c
c
+
|

|
.
|
\
|
c
c
+
c
c
+
c
c
+
c
c
dz
w
y
v
x
u
z
w
y
v
x
u
t

................................(2.18)
Dt
D
z
w
y
v
x
u

1
=
c
c
+
c
c
+
c
c
....................................................................(2.19)
Bil fluid dlh inkompresibel, mk 0 =
Dt
D
, sehingg persmn (2.20dpt
disederhnkn menjdi :

0 =
c
c
+
c
c
+
c
c
z
w
y
v
x
u
...............................................................................(
2.21)
Persmn (2.15) menytkn persmn kontinuits untuk fluid
yn
g
inkompresibel
( Nugroho dlm wiwid, 2005).
45
2.7.2.2.Persmn Momentum
Persmn momentum menytkn persmn gerk. Dlm hukum II
Newton menytkn Bil sistem mendptkn gy dri lingkungn, mk
besrny gerk sistem yng disebut momentum liner berubh dengn l
ju
perubhn yng sm
dengn jumlh gy yng bekerj. Dlm prose
s
hidrodinmik
gerkn fluid (keceptn
rus ditimbulkn kren d
ny
perbedn elevsi dn gesekn dsr. Mihrdj dn Hdi (1994) menyt
kn,
persmn momentum 3 dimensi pd setip komponen dlh dpt dituli
s
sebgi :
) ( ) (
) ( ) ( ) ( ) (
2
2
2
2
2
2
x
u
z
dy
u
x
u
h
x
vf
z
uw
y
vu
x
u

t
u
c
c
+
c
+
c
c
+
c
P

c
c
+
c
c
+
c
c
+
c
c

c
=


..(2.22)
) ( ) (
) ( ) ( ) ( ) (
2
2
2
2
2
2 2
y
u
z
dy
u
x
u
h
y
vf
z
uw
y
v
x
uv
t
u
c
c
+
c
+

c
c
+
c
c
=
c
c
+
c
c
+
c
c
+
c
c


..(2.23)
) ( ) (
) ( ) ( ) ( ) (
2
2
2
2
2
2 2
z
u
z
dy
v
x
v
h
Z
uf
z
w
y
vw
x
uw
t
w
c
c
+
c
+
c
c
+
c
P c


c
c
+
c
c
+
c
c
+
c
c


..(2.24)
dengn : x, y, z = koordint krtesin,
t = wktu,
u, v, w = dlh keceptn pd koordint x,y dn z,
P = teknn,

= densits,
h dn z = viskosits Eddy pd rh horizontl dn vertikl, dn
f = prmeter coriolis (Kurniwn dlm Nugroho, 2005)
46
2.7.2. Lngkh lngkh penyelesin persmn mtemtik dsr
pemodeln
2.7.2.1. Diskretissi Persmn Mtemtik
Diskretissi persmn mtemtik yitu metode pendektn persmn
diferensil tu integrl-diferensil dengn mengubhny menjdi st
u set
persmn ljbr untuk setip vribel yng dicri, yng berlku di
stu set
diskret tempt dn wktu dri domin model.
Ad bnyk metode tersedi, nmun yng utm dn pling sering dipki
dlh metode diferensi hingg (finite difference), volume hingg (finite volume
),
tu elemen hingg (finite element).
Metode diskretissi finite difference dlh domin model dicch
kedlm grid. Pd
setip titik grid, persmn diferensil dign
ti dengn
persmn yng merupkn fungsi nili-nili persmn tersebut di titik-titik gr
id.
Metode ini pling mudh dipki untuk domin bergeometri sederh
n. Inti
metode ini dlh persmn dlm bentuk diferensil. Nmun pd sisi
lin,
metode finite difference kurng menjmin prinsip persmn dn memerluk
n
perlkun khusus untuk menjmin terjgny prinsip tersebut.
Metode diskretissi finite volume memnftkn persmn dlm bentuk
integrl. Domin model dicch menjdi sejumlh volume kontrol, dn persmn
kekekln diterpkn pd setip volume kontrol tersebut. Kekurngn metode ini
dlh kesulitn di skem orde di ts du.
Pd
metode finite element, domin model dicch menjdi sejuml
h
volume diskret tu elemen hingg, yng umumny membentuk grid
tk47

terstruktur (unstructured grid). Metode ini mmpu untuk menngni


segl
bentuk geometri domin. Kekurngn metode finite element dlh kehr
usn
untuk menngni mtriks yng sngt tk-berturn sebgi konsekue
nsi
pemkin grid tk-terstruktur. (Istirto dn Legono, 2001)
2.7.2.2. Sistem Koordint
Persmn kontinuits dn momentum ditulis dlm sistem koordint
geogrfik (longitude ltitude). Pemilihn sistem ini dipengruhi oleh konfigurs
i
lirn yng kn dimodelkn.
Menurut Istirto dn Legono (2001) persmn pembngun model ditulis
dlm sistem koordint Crtesius. Pemilihn sistem koordint ini, se
benrny
dipengruhi oleh konfigursi mteri yng kn dimodelkn. Selin
sistem
koordint untuk referensi tempt, diperlukn pul sistem koordint untuk besrn
vektor, mislny
untuk keceptn lirn, dn besrn tensor, misl
ny untuk
tegngn norml dn geser; sistem koordint vektor dn tensor tidk sellu hrus
sm dengn sistem koordint untuk posisi/tempt.
2.7.2.3. Grid
lirn hrus dihitung ditentukn dengn g
Loksi dimn
vribel
rid
numerik. Grid ini pd dsrny dlh representsi dri domin mod
el. Grid
menunjukkn pembgin domin model kedlm sub-domin yng berup titik.
Bentuk-bentuk grid pd dsrny terdiri dri tig jenis. Grid
terstruktur
(structured grid) yng memberi bnyk kemudhn dlm penyelesin hitungn,
tetpi kurng fleksibel pbil bentuk geometri domin kompleks. Grid multi blok
(blokced-structured grid). Grid tk-berturn (unstructured grid) yng m
emberi
48
kemudhn dlm menngni geometri domin yng rumit, nmun mtri
ks
koefisien persmn mtemtik sering kli menjdi rumit sehingg memperlmbt
hitungn.
2.7.2.4. Skem penyelesin persmn diskret
Pemilihn skem penyelesin diskret berpengruh terhdp kursi hsil
model, tingkt kesulitn pemrogrmn, dn keceptn hitungn. Akursi
hsil
meningkt seiring dengn pemkin skem berorde lebih tinggi. Nmun,
orde
tinggi membutuhkn memori komputer lebih bnyk, yng memks pemkin
kursi hsil. Sutu
grid ksr, yng berkibt pd
pengurngn
kompromi
ntr kesederhnn skem, kemudhn implementsi, kursi hsil,
dn
efisiensi hitungn, hruslh dicri.
Diskretissi persmn pembngun model kn menghsilkn stu sistem
persmn ljbr non-liner yng sngt besr, cr itersi digun
kn untuk
menyelesikn sistem persmn tersebut. Persmn-persmn non-line
r
tersebut dilinerkn dn sistem persmn liner yng didpt ke
mudin
diselesikn.
2.7.2.5. Kriteri konvergensi

Kriteri ini dipki untuk menytkn kpn itersi telh smpi p


d
penyelesin sistem persmn Oleh kren penyelesin sistem persm
n
dilkukn dengn cr itersi, diperlukn kriteri konvergensi, st dimn iter
si
telh smpi pd penyelesin sistem persmn. Ad du tingkt itersi, yitu
itersi untuk menyelesikn persmn liner dn itersi untuk menyel
esikn
49
persmn non-liner. Diperlukn kriteri yng tept untuk menghentikn itersi
di setip tingkt.
2.7.2.6. Syrt Bts Fisik
Syrt bts kli disebut dengn nili wl (initil conditions) menentukn
hsil yng bersift unik dri penyelesin persmn-persmn (Isti
rto dn
Legono, 2001). Syrt bts tersebut dlh syrt bts fisik, yitu kondisi se
sui
dengn tu ditentukn oleh lm. Dlm model mtemtik, syrt bts tersebut
hrus ditungkn dlm formulsi numerik. Jik lirn di lm ditent
ukn oleh
syrt bts fisik, mk lirn hsil hitungn dengn model di
tentukn oleh
formulsi numerik yng dirncng untuk meniru syrt bts fisik tersebut.
2.7.2.7. Verifiksi Model
Verifiksi merupkn proses peninjun kembli secr
mendetil yng
sngt penting dlm pemodeln ketik hsil model telh mendekti kondi
si di
lm. Verifiksi model ditujukn untuk pemeriksn kehndln dri sutu model
(Fox, 1982 dlm Lkhn nd Trenhile, 1989)
2.7.3. Lngkh Apliksi Model
Lngkh pemkin model mtemtik untuk simulsi sutu ksus dpt
dikelompokkn menjdi jenis pekerjn berikut ini:
1. Pengumpuln dt prototipe, meliputi ntr lin geometri (bts derh, pe
t
dsr) dn hidrolik (elevsi muk ir/hidrogrf, krkteristik gelomb
ng di
beberp loksi kontrol, konsentrsi sedimen, tempertur ir, dn sebginy).
2. Pembutn domin model, pembutn grid.
50
3. Penetpn syrt bts (debit di inlet, kedlmn lirn di outlet, konsent
rsi
sedimen dn tempertur ir di inlet).
4. Penetpn nili wl di seluruh domin model.
5. Hitungn (run)
wl: verifiksi dn vlidsi (dilkukn untuk m
odel yng
dibut sendiri), yitu melkukn pencocokn hsil model dengn h
sil
penyelesin nlitik untuk ksus sederhn.
6. Klibrsi, yitu pencrin nili prmeter model yng sesui dengn kondis
i
nyt, ini dilkukn dengn memberikn vrisi nili prmeter m
odel
sedemikin hingg hsil model sesui dengn dt pengukurn untuk kondisi
hidrulik yng sm.
lirn dengn konfigursi geome
7. Hitungn simulsi, yitu prediksi
tri tu
hidrulik rncngn.

Anda mungkin juga menyukai