Oleh:
Ahmad Fadhil
NIM: 10.3.00.1.02.01.0012
Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2011-2012 M.
Pendahuluan
Al-Afghani pernah menyindir umat Islam yang gemar bersikap
romantis, yaitu membangga-banggakan prestasi kaum Muslimin pada
zaman dulu. Diceritakan di dalam buku Zuama al-Islah bahwa AlAfghani
pernah
dikunjungi
oleh
Shakib
Arsalan,
lalu
Arsalan
berkata
kepada
mereka,
Berprestasilah,
mereka
menjawab, Dulu, leluhur kami telah melakukan ini itu. Mereka hidup
di dunia khayal tentang prestasi leluhur mereka dan tidak berpikir
bahwa kemuliaan leluhur mereka tidak menafikan kemunduran dan
kerendahan mereka. Orang-orang Timur, jika hendak berapologi atas
kemunduran mereka saat ini, akan mengatakan, Apa kalian tidak
tahu prestasi leluhur kami. Leluhur kalian memang orang-orang
besar. Tapi, kalian tetap seperti keadaan kalian saat ini. Kalian tidak
pantas untuk membangga-banggakan prestasi-prestasi leluhur kalian,
kecuali kalian berbuat seperti mereka.1
Sikap tersebut tidak benar dan tidak produktif. Tapi tidak benar
juga sikap menolak jasa umat Islam terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan seperti yang diutarakan oleh Ernest Renan. Menurut
Renan, tidak mendorong berkembangnya ilmu, filsafat, dan kajian
bebas, melainkan penghalang baginya.2
Tulisan ini posisi umat Islam dalam perkembangan pemikiran
ilmu pengetahuan, terutama ilmu filsafat. Tulisan terbagi menjadi tiga
bagian. Bagian pertama menjelaskan bahwa ilmu dan filsafat itu
muncul di Timur, dan bukannya di Barat. Bagian kedua menunjukkan
pandangan Islam terhadap akal. Dan bagian ketiga menunjukkan
bahwa umat Islam memainkan peran penting dalam perkembangan
filsafat Barat, baik pada zaman pertengahan maupun modern.
1
pada
memasukkannya
masa
ke
lalu
dalam
dalam
mata
berbagai
kuliah
di
aspek.
perguruan
Mereka
tinggi,
3
Kamus Umum Bahasa Indonesia, J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, cet. III, Desember 1996, h. 1510.
4
Kamus Bahasa Inggris Indonesia, john m. Echols dan Hassan Shadili,
Jakarta: Gramedia, cet. XXV, 2000, h. 205 dan 408.
5
Al-Mawrid A Modern English-Arabic Dictionary, Munir al-Balabaki, Beirut:
Dar al-Ilm li al-Malayin, 2005, h. 302 dan 638.
Pithecanthropus
Erectus,
fosil
tertua
makhluk
yang
Boucher de Perthes dan Edward Lartet dari Perancis diakui sebagai pendiri
ilmu Sebelum Sejarah, juga Gabriel de Mortilllet, Joseph Dechelette. Lihat:
Muhammad Abu al-Mahasin Usfur, al-Sharq al-Adna Qabla Usurih al-Tarikhiyyah,
Kairo: Matbaah al-Misri, 1962, h. 2, footnote no. 1-4; Abd al-Latif Ahmad Ali,
Muhadarat fi Tarikh al-Sharq al-Adna al-Qadim, Beirut: Maktab Karidiyyah Ikhwan,
1991, h. 2-3, 14.
10
Al-Usul al-Sharqiyyah li al-Ilm al-Yunani, Mahmud Muhammad Ali
Muhammad, Elharam: Ein for Human and Social Studies, cet. I, 1998, h. 5;
Turathuna wa Fajr al-Ilm al-Hadith, Wail Bashir al-Atasi, Damaskus: Wizarah alThaqafah, 1999, h. 11-13.
adalah
ilmu
yang
berlandaskan
pada
pengalaman
dan
Al-Falsafah al-Hindiyyah Dirasah Bad Nawahiha maa al-Muqaranah bi alFalsafah al-Gharbiyyah, Abu al-Nasr Ahmad al-Husayni, Kairo: Matbaah Misr, cet. I,
h. 7.
12
Al-Usul al-Sharqiyyah li al-Ilm al-Yunani, h. 5-6.
keagamaan
lainnya.
Tapi,
mereka
mengatakan
bahwa
bangsa
mengkaji
ilmu-ilmu
dengan
semangat
ilmiah
dan
memilikinya.
Sikap
fanatik
itu
tercela
karena
membuat
Kian
berkembang
bangsa-bangsa
dan
sarana-sarana
bagi
kebudayaan
Yunani,
banyak
penulis
yang
telah
al-Iskandarani
mengatakan
bahwa
Democritos
bentuk yang sesuai dengan pola pikir Yunani. 15 Ahiqar adalah menteri
Raja Ashur.16 Literatur kisah Ahiqar tertua ditemukan oleh Delegasi
Jerman (1906-1908) di pulau al-Filah, Mesir, yang ditulis pada kertaskertas al-burdi pada zaman Kerajaan Iran pada masa pemerintahan
Darius dan Ahshuyirush, yakni pada abad 5 SM, atau menurut
perkiraan Edward Sachau, pada tahun 550-450 SM..17
Al-Husayni mengatakan bahwa akar filsafat Yunani ada di
India.18 Dia berdalil dengan perkataan Gorres, peneliti Jerman yang
hidup pada tahun 1776-1848, yang berpendapat bahwa Iskandar dari
Makedonia, ketika menyerang India, mengambil beberapa buku India
dalam bidang filsafat dan logika, lalu mengirimkannya kepada
gurunya,
Aristoteles,
yang
kemudian
mengambil
dan
15
juga
halnya
dengan
Plotinus
pendiri
aliran
Neo-
terhadap
ilmu
dan
filsafat.
Pendahuluan
ini
hendak
Dikutip oleh al-Husayni dari buku India in European Thought & Literature,
h. 8. Lihat al-Falsafah al-Hindiyyah Dirasah Bad Nawahiha maa al-Muqaranah bi alFalsafah al-Gharbiyyah, h. 9.
21
Dikutip oleh al-Husayni dari buku The Intellectual Development of Europe,
vol. I, h. 153, karya Draper. Lihat al-Falsafah al-Hindiyyah Dirasah Bad Nawahiha
maa al-Muqaranah bi al-Falsafah al-Gharbiyyah, h. 10.
22
al-Falsafah al-Hindiyyah Dirasah Bad Nawahiha maa al-Muqaranah bi alFalsafah al-Gharbiyyah, h. 12-13.
10
tertentu
adalah
tidak
memiliki
kemampuan
dalam
saling
mempengaruhi
satu
dengan
lainnya
tanpa
juga
karena
mengantarkannya
hal
ini
akan
kepada
mewujudkan
kesempurnaan,
makna
seiring
dirinya,
dengan
pengetahuannya tentang satu dari sekian tujuan yang bisa diraih oleh
kekuatan manusia.24
Sikap Islam terhadap Akal
Sebelum Islam bangsa Arab tidak memiliki pemikiran filosofis.
Mereka tidak berusaha mencari illat atau relasi antara premis dengan
konklusi di dalam opini-opini dan kisah-kisah yang tersebar di antara
mereka. Mereka memang mempunyai pengetahuan-pengetahuan
astronomis dan fisika yang berhubungan dengan pengetahuanpengetahuan
Kaldanian
dan
Shabiah,
serta
pengetahuan-
yang
memuat
unsur-unsur
fundamental
untuk
Untuk mengenal Ghandi misalnya, bacalah buku-buku: Ruh Azim alMahatma Ghandi karya Abbas Mahmud al-Aqqad, Ghandi, Ghandi Nashatuh,
Ghandi Muqatil bila Hurub,
24
Ruh Azim al-Mahatma Ghandi, Abbas Mahmud al-Aqqad, Kairo: Shirkah
Fann al-Tibaah, tt., h. 5. Jalan paling mudah untuk melakukan hal tersebut menurut
al-Aqqad adalah mempelajari kehidupan tokoh-tokoh agung, karena mereka serupa
tapi juga sekaligus berbeda satu sama lain. Mereka memberikan kepada kita
bentuk-bentuk kemampuan, jenis-jenis fitrah, dan lebih dari itu mereka memiliki
akhlak yang mulia.
25
Dawr al-Islam fi Tatawwur al-Fikr al-Falsafi, Mahmud Hamdi Zaqzuq, Kairo:
Maktabah Wahbah, Cetakan I, 1404 H./1984 M, h. 3-8. Tulisan ini menjadi bab
pertama buku al-Manhaj al-Falsafi Bayna al-Ghazali wa Dikart, Mahmud Hamdi
Zaqzuq, Kairo: Dar al-Maarif, cetakan IV, 1997.; Al-Islam fi al-Fikr al-Gharbi: Ard wa
Munaqashah, Mahmud Hamdi Zaqzuq, Al-Kuwait: Dar al-Qalam, cetakan II, 1406
12
2.
3.
4.
13
2.
(Manahij
al-Ulama
al-Muslimin,
Franz
Rosenthal,
berkonsentrasi
mengkaji
filsafat,
menekuninya
dengan
baru,
karena
dia
akan
menjadi
mahir
berkat
pengetahuan para filsuf terdahulu itu dan menangkap pengetahuanpengetahuan baru dan karena kajian, perenungan, dan kesungguhsungguhan meniscayakan pertambahan pengetahuan.30
Sumbangan umat Islam untuk pemikiran dunia secara umum
misalnya pada:
1.
2.
umat
manusia
hingga
melahirkan
revolusi
dalam
ilmu
hisab
(aritmatika)
3.
Kemudian,
persembahan
29
14.
Zaqzuq
Islam
mengemukakan
yang
memiliki
tiga
pengaruh
konsep
penting
penting
dalam
30
14
tahun
1130
para
ulama
Kristen
di
Eropa
mulai
lembaga
penerjemahan
dan
mengangkat
Dominic
15
Gondisalvi
sebagai
ketuanya,
dan
menugasinya
untuk
dalam
membangun
pandangan
metafisikanya,
juga
al-Farabi
juga
berpengaruh
terhadap
Ibnu
Rushd
sebagai
pembela
kebenaran
yang
sejati,
terhadap
dunia
pemikiran
17
Eropa,
bahkan
terhadap
al-Tanah
al-Najla
Didd
al-Magharibah
wa
al-Yahud,
mengambil sebagian besar argumentasinya dari kitab Tahafut alFalasifah, sementara Aquinas membantah mazhab wahdah al-uqul
dengan argumentasi-argumentasi para teolog muslim Ahlussunnah
yang diketahuinya lewat al-Ghazali.
Salvador Gomez Nogales, ketika menerangkan relasi filsafat
Islam dengan filsafat Eropa, mengatakan, Saya sangat yakin bahwa
ada pengaruh langsung dari filsafat Islam terhadap Eropa pada abadabad pertengahan. Lebih dari itu saya katakan bahwa kalau bukan
karena pengaruh filsafat Islam terhadap agama Kristen ini, maka
filsafat Kristen tidak akan mampu melakukan langkah raksasa yang
kita apresiasi pada diri para jenius aliran Skolastisme seperti St.
Thomas, minimal tidak akan melakukan langkah raksasa itu dengan
kecepatan
yang
telah
kita
ketahui.
Filsafat
Islam
telah
memperoleh
keyakinan
filosofis.
Al-Ghazali
menjelaskan
langkah-langkah keraguan metodis terutama di dalam bukunya alMunqidz min al-Dalal. Pertama, al-Ghazali menegaskan pentingnya
32
35.
18
pengetahuan-pengetahuan
manusia
mulai
dari
pengetahuan inderawi hingga pengetahuan rasional. Ketiga, alGhazali mendiskusikan masalah keyakinan, wacana akidah, dan
problem pembedaan pengetahuan manusia yang diperolehnya ketika
terjaga dan tertidur. Keempat, al-Ghazali menjelaskan keraguan
metafisis yang terwujud dalam persepsi tentang setan penipu atau
makhluk penyesat, hingga akhirnya sampai kepada keyakinan filosofis
yang
tidak
tergoyahkan
dan
disebutnya
sebagai
kembalinya
sebagai
Bapak
Filsafat Modern.
Langkah-langkah
yang
19
menurut Zaqzuq, telah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu ahli sejarah
dari Tunisia, yaitu Uthman al-Kaak, pada tahun 1976, yang
menegaskan adanya bukti material di perpustakaan Descartes yang
mengafirmasi pengetahuan Descartes terhadap pemikiran al-Ghazali
dan terpengaruh oleh terjemahan buku al-Munqidh min al-Dhalal.
Ada aspek lain dalam pemikiran al-Ghazali yang mempengaruhi
filsuf Barat modern, yaitu kritik al-Ghazali terhadap prinsip kausalitas
yang menyatakan relasi sebab dengan akibat hanya berbasis kepada
kebiasaan dan sekadar relasi temporal antara dua hal. Kritik seperti
ini kita dapati juga pada pemikiran David Hume. Bahkan, Hume tidak
menyebutkan hal yang baru dalam hal ini. Itulah yang ditegaskan
oleh Renan dalam perkataannya, Hume, dalam kritiknya terhadap
prinsip kausalitas, tidak mengatakan sesuatu yang di luar apa yang
telah dikatakan oleh al-Ghazali.
Zaqzuq mengusulkan kajian-kajian komparatif lainnya antara
filsuf Islam dengan filsuf Eropa modern. Misalnya, keterpengaruhan
Spinoza oleh Ibnu Maimun (1135-1204 M) yang terpengaruh oleh para
filsuf muslim seperti terlihat di dalam bukunya Dilalah al-Hairin.34
Mengaitkan kemunduran Islam pada saat ini dengan ajaran
Islam adalah sikap yang naif. Malik bin Nabi di dalam buku Mushkilah
al-Afkar fi al-Alam al-Islami mengatakan, Penyebab kemunduran
dunia Islam pada saat ini bukan Islam. Kemunduran ini adalah
hukuman yang pantas dari Islam kepada kaum Muslimin karena
mereka telah meninggalkannya, dan bukannya karena mereka
memegang teguh ajarannya seperti dianggap oleh beberapa orang
yang naif. Hal ini disebut oleh Zaqzuq sebagai Khoja Complex, yaitu
nalar bahwa Eropa kini maju, agama yang dianut oleh kebanyakan
orang Eropa adalah Kristen, maka kemajuan Eropa adalah berkat
Kristen; dan negeri-negeri Arab kini terbelakanga, agama yang dianut
34
38.
20
hakikat akal pada badan dan hakikat Allah pada wujud. Akal
manusia adalah nur ilahi di badan manusia dan Allah adalah Cahaya
Sempurna di dalam wujud. Di dalam al-Ihya al-Ghazali, sebagaimana
dikutip oleh al-Bahi, mengatakan bahwa di dalam hati ada insting
yang disebut nur ilahi, akal, basirah batin, nurul iman, atau yakin. Di
sini dijelaskan relasi akal dengan syariat. Akal itu laksana pondasi
sedangkan syariat laksana bangunan. Wahyu tidak akan memuat
keterangan yang pasti yang bertentangan dengan pengetahuan akal.
Ketiga, tasawuf, yaitu membersihkan hati dari ikatan-ikatan
badaniah inderawi dan fokus pada pengetahuan rasional.
Keraguan al-Ghazali adalah penolakan untuk mengikuti dan
bertaklid kepada aliran-aliran dan sekte-sekte yang berbeda-beda
yang ada padazamannya, yang perbedaannya telah mengakibatkan
pecahnya
kaum
muslimin
menjadi
kelompok-kelompok
yang
35
21
kepada Allah. Pada waktu yang sama, keraguan ini berarti kritik
terhadap aliran-aliran tersebut.
Lalu, al-Bahi mengatakan bahwa metode penelitian al-Ghazali
adalah: dari keraguan, kepada keimanan kepada Allah dan akal
manusia, kepada tuntutan asketisme kepada ulama peneliti. Seorang
peneliti harus ragu, yakni menghindari subordinasi pemikiran dan
taklid, lalu harus menggunakan akal dan tunduk kepada Kitabullah
dan Sunnah yang sahih. Di dalam al-Ihya al-Ghazali menegaskan,
Orang yang menyerukan taklid buta dan mengasingkan akal secara
keseluruhan adalah orang yang bodoh, sedangkan orang yang
mencukupkan diri dengan akal dan mengabaikan cahaya-cahaya alQuran dan Sunnah adalah orang yang menipu diri sendiri.37
Berdasarkan penelitian tersebut, Zaqzuq, seperti Max Horton,
menyatakan bahwa filsafat di dunia Islam tidak mati pasca alGhazali.38 Buku Al-Manhaj al-Falsafi Bayna al-Ghazali wa Dikart adalah
buku yang penting dibaca untuk mengetahui secara lebih mendalam
kesalahan persepsi populer yang menuduh al-Ghazali sebagai orang
yang telah membasmi filsafat secara menyeluruh sehingga tidak
pernah bangkit kembali.39
37
Tadqim, Muhammad al-Bahi, dalam Al-Manhaj al-Falsafi Bayna al-Ghazali
wa Dikart, Mahmud Hamdi Zaqzuq, h. 6-8.
38
Al-Manhaj al-Falsafi Bayna al-Ghazali wa Dikart, Mahmud Hamdi Zaqzuq, h.
9, footnote no. 1.
39
Al-Manhaj al-Falsafi Bayna al-Ghazali wa Dikart, Mahmud Hamdi Zaqzuq, h.
11.
22
Daftar Pustaka
Mahmud Hamdi Zaqzuq, Al-Islam fi al-Fikr al-Gharbi: Ard wa
Munaqashah, Al-Kuwait: Dar al-Qalam, cetakan II, 1406 H./1986
M..
J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, cet. III, Desember
1996, h. 1510.
Affaf Masad al-Abd, Dirasat fi Tarikh al-Sharq al-Aqsa, Iskandariyyah:
Dar al-Marifah al-Jamiiyyah, tt..
John m. Echols dan Hassan Shadili, Kamus Bahasa Inggris Indonesia,
Jakarta: Gramedia, cet. XXV, 2000, h. 205 dan 408.
Munir al-Balabaki, Al-Mawrid A Modern English-Arabic Dictionary,
Beirut: Dar al-Ilm li al-Malayin, 2005, h. 302 dan 638.
Muhammad Abu al-Mahasin Usfur, Maalim Hadarat al-Sharq al-Adna
al-Qadim, Beirut: Dar al-Nahdah al-Arabiyyah, 1408 H./1987 M.,
h. d.
Ruyah Arabiyyah fi Tarikh al-Sharq al-Adna al-Qadim wa Hadaratih,
Muhammad Khalifah Hasan Ahmad, Kairo: Dar Quba li al-Tibaah
wa al-Nashr wa al-Tawzi, 1998, cover belakang.
Abd al-Latif Ahmad Ali, Muhadarat fi Tarikh al-Sharq al-Adna alQadim, Beirut: Maktab Karidiyyah Ikhwan, 1991, h. 15-16.
Mahmud Muhammad Ali Muhammad, Al-Usul al-Sharqiyyah li al-Ilm
al-Yunani, Elharam: Ein for Human and Social Studies, cet. I,
1998, h. 5; Turathuna wa Fajr al-Ilm al-Hadith, Wail Bashir alAtasi, Damaskus: Wizarah al-Thaqafah, 1999, h. 11-13.
Abu al-Nasr Ahmad al-Husayni, Al-Falsafah al-Hindiyyah Dirasah Bad
Nawahiha maa al-Muqaranah bi al-Falsafah al-Gharbiyyah,
Kairo: Matbaah Misr, cet. I.
Anis Farihah, Ahiqar Hakim min al-Sharq al-Adna al-Qadim, Beirut:
Manshurat Kulliyyah al-Ulum wa al-Adab Jamiah Beirut alAmrikiyyah, 1962.
23
24