Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

Nama : Yoga Nandar Pratama


NIM :
Mata Kuliah :
Studi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Cari contoh kasus ius soli dan ius sanguinis dan perkawinan campuran

Ius Soli Dan Ius Sanguinis: Pengertian – Perbedaan Dan Contoh

Warga negara merupakan penduduk yang tinggal di suatu negara dan keberadaannya diakui negara secara
sah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. (baca juga: Pengertian Kewarganegaaraan Menurut
Para Ahli) Di Indonesia sendiri, pengertian status kewarganegaraan penduduk diakui dan dijamin oleh
pemerintah. Dalam Undang-Undang No. 12 tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
disebutkan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan undang-udang. (baca juga: Pengertian Warga Negara Asing) Sebagaimana
disebutkan sebelumnya, keberadaan dan penetapan seseorang untuk menjadi warga negara dilakukan
berdasarkan undang-undang kewarganegaraan. Penetapan dan pengesahan ini tentunya dilakukan
berdasarkan asas-asas kewarganegaraan. Selain itu, penetapan dan pengesahan status kewarganegaraan
juga didasarkan pada bentuk-bentuk negara di dunia yang menjalankan dan mempunyai karakteristik sistem
pemeritahan yang berbeda-beda.

Sebagai penduduk yang tinggal di Indonesia dan menjadi warga negara Indonesia, maka setiap warga
negara mempunyai kedudukan di dalam negara. Oleh karena itu, setiap warga negara Indonesia mempunyai
hak dan kewajiban sebagai warga negara. Perlu kita ketahui, sebelum status warga negara di tetapkan baik
di Indonesia maupun negara lain terdapat dua pandangan mengenai cara pemerolehan status
kewarganegaraan. Dua pandangan inilah yang nantinya menentukan bagaimana cara penduduk di suatu
negara untuk mengajukan dan mendapatkan status kewarganegaraan di suatu negara. Dua pandangan atau
asas inilah yang masih dipergunakan sampai sekarang di negara-negara dunia. Pandangan atau asas tersebut
adalah:

 Ius Soli
 Ius Sanguinis

Kedua asas inilah yang mempengaruhi suatu negara untuk memberikan status kewarganegaraannya.
Masing-masing asas tentunya mempunyai karakterisitiknya masing-masing ketika asas tersebut diterapkan
di suatu negara. Melalui artikel ini, dibahas mengenai asas kewarganegaraan Ius Soli dan Ius Sanguinis
secara mendalam beserta contohnya guna memperkaya pengetahuan kita terhadap dua asas yang berkaitan
dengan penentuan status kewarganegaraan tersebut.

Pengertian Ius Soli

Dalam bahasa latin, Ius Soli disebut juga dengan Jus Soli yang mempunyai makna berupa suatu hak
berdasarkan wilayah. Asas ini merupakan salah satu asas yang digunakan sebagai salah satu cara untuk
menentukan status kewarganegaraan yang dimiliki oleh seseorang. Asas ini menekankan pada tempat lahir
dari seseorang tersebut. Hal ini berarti bahwa hak untuk mendapatkan status kewarganegaraan sesorang
didasarkan pada tempa lahir atau wilayah yang dimiliki oleh suatu negara.

Perlu dicatat, asas Ius Soli ini tidak mempedulikan kewarganegaraan yang dimiliki oleh salah satu atau
kedua orangtua dari orang yang akan memperoleh status kewarganegaraan. Asas ini merupakan salah satu
indikator bahwa negara tersebut adalah negara yang mempunyai eksistensi dan kedaulatan negara yang
tinggi dan tidak dapat dibantah oleh siapapun. Setiap negara yang memegah teguh asas ini tentunya
melakukan proses pemerolehan status kewarganegaraan penduduk sesuai dengan sistem hukum
Internasional yang berlaku, sebagai berikut:

 Berkaitan dengan peraturan dalam menentukan status kewarganegaraan yang berdasarkan asas Ius
Soli ini, negara yang menganut asas ini mempunyai kekuatan dan kewenangan hukum yang
berkaitan dengan keturunan atau disebut juga dengan Lex Soli.
 Lex Soli merupakan sebuah asas hukum yang dipergunakan dalam penentuan status
kewarganegaraan yang berkaitan dengan hubungan internasional dan organisasi internasional suatu
negara.
 Lebih jelasnya, aturan hukum tambahan ini diberlakukan manakala terdapat perwakilan-perwakilan
negara lain yang berada di negara yang menganut asas Ius Soli yang bekerja sebagai duta besar
atau diplomat.
 Lex Soli menjadi sebuah pengecualian manakala terdapat utusan negara lain sebagai duta besar
atau diplomat yang mempunyai keturunan (melahirkan) di negara penganut asas Ius Soli.

Pada praktik pelaksanaan asas Ius Soli yang disertai dengan asas hukum Lex Soli ini, banyak aturan-atauran
khusus yang berlaku. Salah satuya adalah pengetatan terhadap asas Lex Soli sendiri. Hal ini mempunyai
makna bahwa bagi negara penganut asas Ius Soli yang disertai dengan Lex Soli mengharuskan setidak-
tidaknya salah satu dari orangtua memiliki status kewarganegaraan yang sesuai dengan negara yang
menganut asas Ius Soli atau mempunyai izin tinggal secara resmi pada saat terjadi peristiwa kelahiran.
Salah satu alasan negara penganut asas Ius Soli memperketat aturan ini adalah untuk memberikan batasan
kepada orang-orang yang ingin keturunannya mempunyai status kewarganegaraan dari negara penganut Ius
Soli secara jumlah. Selain itu, pengetatan aturan ini juga mempunyai tujuan untuk meminimalisir salah satu
penyebab sengketa internasional.

Negara yang menganut asas Ius Soli sebagai asas dalam pemeroleh status kewarganegaraan seseorang
mempunyai pandangan terndiri mengapa negara tersebut menerapkan asas ini.

 Di negara-negara maju seperti Amerika, asas Ius Soli dipergunakan sebagai salah satu cara untuk
menambah kuantitas warga negaranya. Hal ini tentunya semakin mendukung keberadaan dan
eksistensi negara tersebut sebagai negara yang memiliki warga negara yang besar.
 Selain itu, penerapan asas Ius Soli di suatu negara dilakukan untuk mengingat seseorang yang
mendapatkan status kewarganegaraan secara Ius Soli terhadap hukum dan perundang-undangan
yang berlaku di negara penganut asas ini.

Asas Ius Soli ini masih diterapkan oleh beberapa negara-negara di dunia. Selain dari dua tujuan umum
penerapan asas Ius Soli yang sudah disampaikan, tentunya ada alasan lain yang mendasari asas ini
ditetapkan untuk negaranya. Adapun negara-negara yang menganut asas Ius Soli sebagai dasar dalam
menentukan status kewarganegaraan penduduknya antara lain:

 Amerika Serikat  Fiji


 Argentina  Guatemala
 Brazil  Meksiko
 Chile  Peru
 Ekuador  Venezuela
Pengertian Ius Sanguinis

Selain asas Ius Soli yang diasarkan pada tempat atau wilayah kelahiran, terdpat juga asas Ius Sanguinis
yang digunakan sebagai asas dalam menentukan status kewargangeraan penduduk disuatu wilayah negara.
Asas Ius Sanguinis merupakan asas yang digunakan untuk menentukan status kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan. Dalam bahasa latin, Ius Sanguinis disebut sebagai Jus Sanguinis yang mempunyai
makna keterikatan darah atau keturunan.

Asas ini mengkesampingkan wilayah negara ketika menentukan status kewarganegeraan bagi
penduduknya. Secara teori, asas Ius Sangunis didasarkan pada status kewarganegaraan ayah atau ibunya
secara biologis tanpa mempertimbangkan dimana anak tersebut dilahirkan. Asas ini merupakan salah satu
indikator pentingnya keberadaan keturunan suatu bangsa atau negara. Hal ini untuk memperkuat eksistensi
keturunan bangsa atau negara yang menganut asas Ius Sanguinis ini di berbagai belahan dunia, sebagai
berikut:

 Perlu kita ketahui, negara yang menganut asas Ius Sanguinis adalah negara yang menganggap
bahwa hubungan darah keturunan itu sangat penting.
 Menurut sejarah dari berbagai sumber, asas Ius Sanguinis telah dikenal dari zaman kekaisaran yang
berada di Eropa dan Asia Timur.
 Asas ini mempunyai tujuan untuk mempertahankan dan melestarikan suatu garis keturunan agar
tidak hilang di suatu hari nanti.
 Adanya asas Ius Sanguinis dalam menentukan status kewarganegaraan seseorang mengakibatkan
munculnya negara yang mempunyai kelompok etnis yang menjadi mayoritas.
 Hal ini berarti penduduk negara yang menganut asas Ius Sanguinis mempunyai peluang lebih besar
untuk membangun komunitas bangsanya di negara yang tidak menganut asas Ius Sanguinis ini.

Asas Ius Sanguinis lahir dan berkembang di negara-negara yang mengenal zaman kekaisaran seperti di
Eropa dan Asia Timur. Oleh karena itu, negara-negara yang menganut asas ini biasanya terletak di benua
Eropa dan Asia bagian timur. Adapun negara-negara yang menganut asas Ius Sanguinis untuk menentukan
status kewarganegaraan penduduknya antara lain:

 Belanda  Portugal
 Filipina  RRT (Republik Rakyak Tiongkok)
 Inggris  Spanyol
 Jerman  Turki
 Korea Selatan  Yunani

Negara-negara yang disebutkan merupakan sedikit contoh dari negara-negara yang menganut asas Ius
Sanguinis untuk menentukan status kewarganegaraan. Dalam penerapannya, setiap negara mempunyai
karakteristik masing-masing guna mengatur kebijakan tentang kewarganegaraan yang terkait dengan asas
ini.

Perbedaan Asas Ius Soli dan Ius Sanguinis

Dari penjelasan yang sudah diberikan, asas Ius Soli atau Ius Sanguinis mempunyai karakteristik masing-
masing untuk diterapkan oleh suatu negara. Penerapan kedua asas ini tentunya tidak lepas dari adanya
hubungan negara dengan warga negaranya sebagai bentuk penjaminan dan perlindungan bagi setiap warga
negaranya. Berdasarkan penjelasan yang sudah diutarakan, tentunya dapat ditarik beberapa perbedaan
mendasar dari kedua asas yang mengatur dan menentukan status kewarganegaraan seseorang. Adapun
perbedaan tersebut dikelompokkan sebagai berikut:
 Pemerolehan Kewarganegaraan

Dalam menentukan status kewarganegaraan seseorang, negara yang menganut asas Ius Soli dilakukan
berdasarkan dimana seseorang tersebut dilahirkan atau secara singkatnya berdasarkan wilayah atau negara
seseorang tersebut lahir. Sedangkan asas Ius Sangunis berdasarkan keturunan dari orangtua yang memiliki
kewarganegaraan dari negara yang menganut asas ini.

 Tujuan Penerapan

Negara yang menganut asas Ius Soli biasanya mempunyai tujuan untuk menambah jumlah penduduk di
negara penganut asas Ius Soli. Sedangkan negara yang menganut asas Ius Sanguinis mempunyai tujuan
untuk mempertahankan atau melestarikan keturunan (eksistensi) bangsa dan negaranya yang tersebar di
seluruh dunia.

 Letak Negara Penerapan

Negara yang menganut asas Ius Soli untuk menentukan status kewarganegaraan seseorang biasanya terletak
di belahan bagian barat bumi seperti negara-negara yang terletak di benua Amerika. Sedangkan negara yang
menganut asas Ius Sanguinis terletak di kawasan timur dunia seperti negara-negara di Eropa dan di Asia
Timur.

Contoh Penerapan Asas Ius Soli

Penerapan asas Ius Soli dalam menentukan status kewarganegaraan penduduk di suatu negara merupakan
hal yang sangat penting untuk dilakukan guna menjaga eksistensi negara yang menganut asas ini. Guna
memudahkan pemahaman kita terhadap penerapan asas Ius Soli sebagai penentu status kewarganegaraan
seseorang, artikel ini menyajikan beberapa contoh sederhana berkaitan dengan penerapan asas ini.
(Bandingkan dengan Asas Ius Soli)

 Tomo dan Gina adalah Pasangan Suami Istri yang Mempunyai Kewarganegaraan Indonesia.

Pasangan ini sudah bekerja di Amerika selama Serikat dua tahun. Pada akhir tahun ketiga bekerja, Gina
mengandung dan melahirkan anaknya di tahun keempat mereka berkerja. Anak Gina dilahirkan di suatu
rumah sakit yang ada di Amerika Serikat. Secara hukum, anak dari kedua pasangan ini mempunyai status
kewarganegaraan Amerika karena Amerika menganut asas Ius Soli dalam penentuan status
kewarganegaraan. Oleh karena itu, selama anak ini berada di dalam negara Amerika Serikat, anak ini
mendapatkan fasilitas gratis sampai pada menginjak umur tententu sesuai dengan undang-undang atau
peraturan yang berlaku karena anak ini adalah warga negara Amerika Serikat.

 Michael dan Putri adalah Pasangan Suami Istri Berbeda Kewarganegaraan.

Michael adalah warga negara Brazil dan Putri adalah warga negara Indonesia. Setelah menikah, pasangan
suami istri ini tinggal di negara Brazil untuk bekerja. Perlu diketahui, Putri belum mengajukan permohonan
untuk menjadi warga negara Brazil selama Putri tinggal di sana. Selama mereka berkerja di Brazil, pasangan
ini dikarunai seorang anak. Karena anak mereka lahir di Brazil, maka anak ini secara otomatis mendapatkan
status kewarganegaraan sebagai warga negara Brazil. Michael sebagai ayah dari anak dan sebagai warga
negara Brazil tidak serta merta dapat menurunkan status kewarganegaraannya kepada anaknya karena
negara ini adalah penganut asas Ius Soli dalam menentukan status kewarganegaraan penduduknya.
Contoh Penerapan Asas Ius Sanguinis

Penerapan asas Ius Sanguinis dalam menentukan status kewarganegaraan menjadi sangat penting makanala
negara tersebut meyakini bahwa garis keturunan atau darah adalah warisan nenek moyang yang tidak boleh
hilang begitu saja. Tentunya, penerapan asas Ius Sanguinis ini dilakukan dengan mempertimbangkan
banyak aspek agar penerapan asas ini tidak bertentangan dengan undang-undang atau hukum yang berlaku
di negara tersebut atau di negara yang tidak menganut asas Ius Sanguinis. Guna memudahkan pemahaman
dalam penerapan asas Ius Sanguin di suatu negara, maka artikel ini menyajikan contoh secara sederhana
yang berkaitan dengan asas ini. Adapun contoh penerapannya sebagai berikut:

 Li adalah warga negara Tiongkok yang tinggal di Indonesia.

Selama tinggal di Indonesia, Li mengenal Tatik yang warga negara Indonesia dan menikahinya. Dalam
masa berkeluarga, Li dan Tatik dikarunai seorang putra yang dilahirkan di salah satu rumah sakit di
Indonesia. Kita ketahui bersama, Li adalah seorang laki-laki yang mempunyai kewargenegaraan Tiongkok.
Tiongkok sendiri adalah negara yang menerapkan asas Ius Sanguinis dalam menentukan status
kewargegaraannya. Dalam cerita ini, anak dari pasasng Li dan Tatik seharusnya menjadi warga negara
Tiongkok dilahirkan dari ayah yang berkewarganegaraan Tiongkok. Kewarganegaraan Tatik sebagai ibu
dari anak tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam menentukan status kewarganegaraan anaknya.

 Smith dan Brenda adalah Pasangan Berbeda Kewarganegaraan.

Smith merupakan warga negara Inggris sedangkan Brenda adalah warga negara Amerika. Mereka hidup
bersama dan bekerja di negara Filipina selama lima tahun. Selama lima tahun hidup bersama, mereka
dikarunai seorang anak perempuan yang dilahirkan di negara Filipina. Diketahui, kedua pasangan ini
berasal dari dua negara yang menerapkan asas yang berdeda dalam menentukan status kewarganegaraan
penduduknya. Smith sebagai warga negara Inggris menerapkan asas Ius Sanguinis sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di negaranya. Sedangkan Brenda yang merupakan warga negara Amerika tentunya menganut
asas Ius Soli sesuai dengan ketentuan yang berlaku juga di negaranya. Namun perlu kita pahami, ayah dari
anak tersebut adalah warga negara Inggris dimana negara Inggris adalah negara yang menerapkan asas Ius
Sanguinis dan anak tersebut lahir di negara Filipina yang juga menganut asas Ius Sanguinis dalam
menentukan status kewarganegaraan penduduknya. Oleh karena itu, anak dari pasangan Smith dan Brenda
tentunya menjadi warga negara Inggris sesuai dengan asas yang berlaku di kedua negara tersebut.

Itulah sedikit penjelasan mengenai asas dalam pemerolehan status kewarganegaraan di suatu negara yaitu
asas Ius Soli dan Ius Sanguinis. Kedua asas ini tentunya membawa manfaat sendiri bagi negara-negara
penganutnya. Selain itu, perbedaan dari kedua asas ini merupakan suatu keunikan dari karakteristik yang
dimunculkan berdasarkan makna yang terkandung dalam kedua asas pemerolehan status kewarganegaraan
ini. Kiranya artikel ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca sekalian.
PERKAWINAN CAMPURAN
HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN

Pengertian Perkawinan Campuran

Menurut Pasal 57 UU No. I/1974 pengertian perkawinan campuran adalah:Perkawinan antara dua orang
yang ada di Indonesia tunduk pada hokum yang berlainan karena perbedaan kewarganegaraan dan salah
satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.

Apabila melihat isi pasal tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkawinan campuran yang
sekarang berlaku di Indonesia unsurnya adalah sebagai berikut:

 Perkawinan itu dilakukan oleh seorang pria dan seorang wanita


 Dilakukan di Indonesia yang tunduk pada hukum yang berlainan
 Di antara keduanya berbeda kewarganegaraan
 Salah satu pihaknya berkewarganegaraan Indonesia.

Contoh: seorang wanita warga Negara Indonesia kawin dengan seorang laki-laki warga Negara asing atau
sebaliknya.

Syarat-syarat Perkawinan Campuran

Sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak harus memenuhi syarat-syarat yang berlaku
menurut hokum masing-masing pihak (pasal 60 ayat 1 UU No. 1/1974)

Sahnya perkawinan harus berdasarkan Pasal 2 UU No. I/1974 yang menyebutkan:

 Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hokum masing-masing agamanya dan
kepercayaan itu.
 Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perkawinan campuran yang dilakukan oleh para pihak yang kedua-duanya beragama islam dicatat di Kantor
Urusan Agama sedangkan yang berbeda di kantor Catatan sipil.

Akibat perkawinan Campuran

Menurt Pasal 58 UU No. I/1974 akibat dari perkawinan campuran yang berlainan kewarganegaraan dapat
memperoleh kewarganegaraan dari suami/istrinya dan dapat pula kehilangan kewarganegaraannya menurut
cara-cara yang telah ditentukan dalam Undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang berlaku.
Pasal 59 ayat (1) UU No. I/1974 menyebutkan:

 Kewarganegaraan yang diperoleh sebagai akibat perkawinan atau putusnya perkawinan


menentukan hokum yang berlaku baik mengenai hokum public maupun mengenai hokum perdata.
 Kedudukan anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin akan mengikuti kewarganegaraan
ayah dan ibunya dengan siapa ia mempunyai hubungan hokum keluarga.
Dengan berlakunya UU Kewarganegaraan No 12 tahun 2006 anak hasil dari perkawinan campuran adalah
warga Negara Indonesia, apabila:

 Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA (Pasal 4 sub c).
 Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI (Pasal 4 sub d)
 Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI, tetapi ayahnya tidak mempunyai
kewarganegaraan atau hokum senaga asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada
anak-anak tersebut (Pasal 4 sub e).
 Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan
yang sah dan ayahnya WNI (Pasal 4 sub 9).
 Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI (Pasal 4 sub g).
 Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah
WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan
belas) tahun atau belum kawin (Pasal 4 sub h).
 Anak yang lahir di wilayah Negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status
kewarganegaraan ayah dan ibunya (Pasal 4 sub i).
 Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara Republik Indonesia selama ayah dan
ibunya tidak diketahui (Pasal 4 sub j).
 Anak yang baru lahir di wilayah Negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui kewarganegaraan (Pasal 4 sub k).
 Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji
setia (Pasal 4 sub m)

Pasal 5 UU No. 22 Tahun 2006 menyatakan:

 Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau belum kawin diakui
secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui WNI
 Anak WNI yang belum berusia 5 tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA berdasarkan
pengadilan tetap diakui sebagai WNI

Pasal 6 ayat 1 menyatakan;

Dalam hal status kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagai dimaksud dalam Pasal 4 sub
c, sub d, sub h, sub I dan pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 tahun atau
sudah kawin, anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya akibat dari perkawinan campuran terhadap suami/istri akan kehilangan
atau mendapat kewarganegaraan.

 Perempuan WNI yang kawin dengan laki-laki WNA kehilangan kewarganegaraan republic
Indonesia jika menurut hokum Negara asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti
kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut.
 Laki-laki WNI yang kawin dengan perempuan WNA kehilangan kewarganegaraan Republik
Indonesia jika menurut hokum Negara asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti
kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut.
 Perempuan (dalam ayat 1) atau laki-laki (dalam ayat 2) di atas jika ingin tetap menjadi WNI dapat
mengajukan kepada Pejabat yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki
tersebut.
Pasal 19 antara lain menyatakan sebagai berikut;

 WNA yang kawin secara sah dengan WNI dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga Negara dihadapan Pejabat.
 Pernyataan tersebut (ayat 1) dilakukan apabila yang bersangkutan sudah bertempat tinggal di
wilayah Republik Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut,
kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut mengakibatkan berkewarganegaraan ganda.

Contoh Perkawinan Campuran antara Indonesia dengan Negara lain :

Analisa Kasus Perkawinan Shanty dengan Sebastian Paredes

Pihak Pertama

Nama : Juan Eugenio Sebastian Paredes Muirragui (Sebastian Paredes)Kebangsaan :


Ekuador
Agama : non Islam

Sebastian lahir di Ekuador 28 April 1961 dengan nama lengkap Juan EugenioSebastian Paredes Muirragui.
Di dunia perbankan, ia dikenal sebagai Dirut Bank Danamon. Pria yang biasa disapa dengan panggilan
Sebastian itu diangkat menjadi DirutBank Danamon pada 9 Mei 2005. Namun pada Januari 2010 ini ia
mundur dari jabatannya tersebut.

Meski tidak lagi menjabat Dirut Bank Danamon, Sebastian menyatakan belumakan meninggalkan Jakarta.
Ia mengaku jatuh cinta pada Indonesia dengan penduduknyayang ramah. Dan rupanya ia menemukan gadis
Indonesia untuk dijadikan istri yakniShanty.

Pihak kedua

Nama : Annissa Nurul Shanty Kusuma Wardhani Heryadie (Shanty)


Kebangsaan :Indonesia
Agama : Islam

Shanty lahir di Jakarta, 30 Desember 1978 adalah seorang penyanyi dan artisIndonesia. Shanty adalah putri
bungsu pasangan Eddy Heryadie dan Ratna Sutama. Iaadalah mantan disc jockey MTV, yang kemudian
menjalani profesi sebagai penyanyi dan bintang film.

Pembahasan :

Shanty dan Sebastian Paredes telah menikah sejak 24 Juli 2010, Kedua mempelaiyang berbeda
kewarganegaraan dan agama ini melangsungkan pernikahan di KedutaanBesar Ekuador di Jakarta.

Pada perkawinan Shanty dan Sebastian muncul pertanyaan yaitu sah atau tidak perkawinan mereka, karena
di dalam perkawinan mereka terdapat beberapa unsur yangtidak umum dalam perkawinan di Indonesia :

 perkawinan beda agama (Islam dan Non Islam)


 Perbedaan kewarganegaraan (Indonesia dan Ekuador)
Sebelum merujuk ke dua Unsur tersebut sebelumnya harus menganalisa syarat utamadalam perkawinan
campuran, yaitu Syarat materiel dan syarat formil suatu perkawinan,dua syarat inilah yang akan
menentukan sah atau tidaknya perkawinan internasional.

Syarat Materiil :

UU N0 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

 Pasal 6 (1) - Perkawinan didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai


 Pasal 6 (2) - Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapaiumur 21 (dua puluh
satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua
 Pasal 7 (1) - Perkawinan hanya diizinkan bila piha pria mencapai umur 19(sembilan belas) tahun
dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas)tahun
 Pasal 8 - Perkawinan dilarang apabila kedua pihak memeliki hubungan darah
 Pasal 3 (2) - Azas Monogami
 Pasal 10 - Dilarang mebikah lebih dari dua kali
 Pasal 11 - Masa Iddah

Semua Unsur Terpenuhi, dengan kata lain perkawinan mereka sah apabila merujuk keSyarat Materiil suatu
pernikahan di Indonesia

Syarat Formil.

Syarat Formil merupakan syarat yang mengatur mengenai tata cara sebelum dan padasaat
dilangsungkannya suatu perkawinan ( Lex Loci Celebration)

Dalam kasus Pernikahan Shanty dan Sebastian terdapat suatu prosesi perkawinanyang tidak umum, yaitu
pernikahan dilaksanakan di kedutaan besar.Dalam teori hukum Internasional dikenal azas imunitas yaitu
³Konsulat yang berada di Negara lain berhak untuk melakukan yurisdiksi negaranya di wilayah konsulat
tersebut´mengacu pada teori tersebut maka perkawinan Shanty dan Sebastian bukannlahdilaksanakan di
Indonesia melainkan di Ekuador, dengan kata lain Lex Loci Celebration-nya harus tunduk dengan hukum
Ekuador. Dengan demikian perkawinan Shanty dan Sebastian menurut syarat formil adalah Sah.

*meskipun tidak ada data yang dapat menjelaskan pelaksanaan syarat formil perkawinan Shantydan Sebastian adalah sah
dimata hukum, namun sangat besar kemungkinan syarat formil mereka telah sah,ini dikarenakan Locus perkawinan mereka
adalah kedutaan besar yang tentunya pengawasan danpelaksanaan hukumnya sangat baik.

Kesimpulan:

 Perkawinan Shanty dan Sebastian bisa dikatakan telah sah menurut hukum apabilamengacu pada
Syarat materiil dan formil suatu perkawinan internasional.
 Dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa perkawinan Shanty dan Sebastianadalah : perkawinan
beda agama antara WNI dengan WNA di luar negri

‘Perkawinan antara Juan Eugenio Sebastian Paredes Muirragui (Sebastian) dengan Annissa Nurul
Shanty Kusuma Wardhani Heryadie (Shanty) adalah sah dimata hukum Indonesia’
Perkawinan antara Gonzales dan Eva nurida siregar

 Gonzales merupakan warga negara asing yang berkebangsaan Uruguay.


 Menikah dengan Eva nurida Siregar yang berkebangsaan Indonesia.
 Mereka menikah pada tahun 1955.
 Dengan pernikahan tersebut, lahir 2 orang anak.

PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.12/2006

Status kewarganegaraan di Indonesia adalah masalah yang memang sudah sering terjadi.
Dalam kasus di atas kewarganegaraan indonesia dapat hilang jika adanya perkawinan
campuran. Dalam UU No.12/2006 disebutkan hilangnya suatu kewarganegaraan dapat
disebabkan 12 hal salah satunya disebutkan Perempuan warga negara Indonesia yang kawin dengan laki-
laki warga asing kehilangan kewarganegaraan RI jika menurut hukum
negara asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai
akibat perkawinan tersebut. Jika dalam perkawinan tersebut terdapat kehadiran seorang
anak maka anak tersebut akan berkewarganegaraan asing mengikuti ayahnya. Sebelum
diberlakukannya UU No.12/2006 di Indonesia masih berlaku Undang-Undang Nomor 62
Tahun1958 tentang Kewarganegaraan tapi UU tersebut dianggap kurang efektif sehingga
wacana dalam UU tersebut diganti.

Setelah diberlakukannya undang-undang tersebut banyak pihak yang merasa beruntung karena akhirnya
mereka memperoleh status kewarganegaraan Republik Indonesia salah satu contohnya adalah dalam kasus
di atas. KESIMPULAN Kewarganegaraan merupakan ikatan hukum antara orang orang dengan negara.
Setiap warga Negara berhak atas status kewarganegaraan mereka masing-masing di suatu Negara dan setiap
orang juga berhak memiliki satu atau lebih status kewarganegaraan sebagai bukti bahwa orang tersebut
merupakan bagian dari suatu Negara. Hal-hal yang mengatur tentang kewarganegaraan tersebut tercantum
dalam UU No.12/2006.

Sumber Catatan Referensi :

https://dokumen.tips/download/link/contoh-perkawinan-campuran-antara-indonesia-dengan-negara-lain#

https://guruppkn.com/ius-soli-dan-ius-sanguinis

https://guruppkn.com/contoh-kasus-kewarganegaraan-ganda

Anda mungkin juga menyukai