Anda di halaman 1dari 12

Nama : Hesti Puspita Sari

Nim : 1911230003

Kelas : TBI 3E

1. Proses kewarganegaraan dan cara mencintai NKRI

a. Proses kewarganegaraan

Warga negara merupakan penduduk yang tinggal di suatu negara dan keberadaannya diakui
negara secara sah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Di Indonesia sendiri,
pengertian status kewarganegaraan penduduk diakui dan dijamin oleh pemerintah. Dalam
Undang-Undang No. 12 tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
disebutkan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan undang-udang. Sebagaimana disebutkan
sebelumnya, keberadaan dan penetapan seseorang untuk menjadi warga negara dilakukan
berdasarkan undang-undang kewarganegaraan. Penetapan dan pengesahan ini tentunya
dilakukan berdasarkan asas-asas kewarganegaraan. Selain itu, penetapan dan pengesahan
status kewarganegaraan juga didasarkan pada bentuk-bentuk negara di dunia yang
menjalankan dan mempunyai karakteristik sistem pemeritahan yang berbeda-beda.

Perlu kita ketahui, sebelum status warga negara di tetapkan baik di Indonesia maupun negara
lain terdapat dua pandangan mengenai cara pemerolehan status kewarganegaraan. Dua
pandangan inilah yang nantinya menentukan bagaimana cara penduduk di suatu negara untuk
mengajukan dan mendapatkan status kewarganegaraan di suatu negara. Dua pandangan atau
asas inilah yang masih dipergunakan sampai sekarang di negara-negara dunia. Pandangan
atau asas tersebut adalah Ius Soli dan Ius Sanguinis,kedua asas inilah yang mempengaruhi
suatu negara untuk memberikan status kewarganegaraannya. Masing-masing asas tentunya
mempunyai karakterisitiknya masing-masing ketika asas tersebut diterapkan di suatu negara.

1.Pengertian Ius Soli

Dalam bahasa latin, Ius Soli disebut juga dengan Jus Soli yang mempunyai makna berupa
suatu hak berdasarkan wilayah. Asas ini merupakan salah satu asas yang digunakan sebagai
salah satu cara untuk menentukan status kewarganegaraan yang dimiliki oleh seseorang. Asas
ini menekankan pada tempat lahir dari seseorang tersebut. Hal ini berarti bahwa hak untuk
mendapatkan status kewarganegaraan sesorang didasarkan pada tempa lahir atau wilayah
yang dimiliki oleh suatu negara.

Perlu dicatat, asas Ius Soli ini tidak mempedulikan kewarganegaraan yang dimiliki oleh salah
satu atau kedua orangtua dari orang yang akan memperoleh status kewarganegaraan. Asas ini
merupakan salah satu indikator bahwa negara tersebut adalah negara yang mempunyai
eksistensi dan kedaulatan negara yang tinggi dan tidak dapat dibantah oleh siapapun. Setiap
negara yang memegang teguh asas ini tentunya melakukan proses pemerolehan status
kewarganegaraan penduduk sesuai dengan sistem hukum Internasional yang berlaku, sebagai
berikut:

Berkaitan dengan peraturan dalam menentukan status kewarganegaraan yang berdasarkan


asas Ius Soli ini, negara yang menganut asas ini mempunyai kekuatan dan kewenangan
hukum yang berkaitan dengan keturunan atau disebut juga dengan Lex Soli.Lex Soli
merupakan sebuah asas hukum yang dipergunakan dalam penentuan status kewarganegaraan
yang berkaitan dengan hubungan internasional dan organisasi internasional suatu negara.Lex
Soli menjadi sebuah pengecualian manakala terdapat utusan negara lain sebagai duta besar
atau diplomat yang mempunyai keturunan (melahirkan) di negara penganut asas Ius Soli.

Pada praktik pelaksanaan asas Ius Soli yang disertai dengan asas hukum Lex Soli ini, banyak
aturan-atauran khusus yang berlaku. Salah satuya adalah pengetatan terhadap asas Lex Soli
sendiri. Hal ini mempunyai makna bahwa bagi negara penganut asas Ius Soli yang disertai
dengan Lex Soli mengharuskan setidak-tidaknya salah satu dari orangtua memiliki status
kewarganegaraan yang sesuai dengan negara yang menganut asas Ius Soli atau mempunyai
izin tinggal secara resmi pada saat terjadi peristiwa kelahiran.

Di negara-negara maju seperti Amerika, asas Ius Soli dipergunakan sebagai salah satu cara
untuk menambah kuantitas warga negaranya. Hal ini tentunya semakin mendukung
keberadaan dan eksistensi negara tersebut sebagai negara yang memiliki warga negara yang
besar.

Selain itu, penerapan asas Ius Soli di suatu negara dilakukan untuk mengingat seseorang yang
mendapatkan status kewarganegaraan secara Ius Soli terhadap hukum dan perundang-
undangan yang berlaku di negara penganut asas ini.

Asas Ius Soli ini masih diterapkan oleh beberapa negara-negara di dunia. Selain dari dua
tujuan umum penerapan asas Ius Soli yang sudah disampaikan, tentunya ada alasan lain yang
mendasari asas ini ditetapkan untuk negaranya. Adapun negara-negara yang menganut asas
Ius Soli sebagai dasar dalam menentukan status kewarganegaraan penduduknya antara lain:

 Amerika Serikat

 Argentina

 Brazil

 Chile

 Ekuador

 Fiji

 Guatemala

 Meksiko
 Peru

 Venezuela

2.Pengertian Ius Sanguinis

Ius Sanguinis merupakan asas yang digunakan untuk menentukan status kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan. Dalam bahasa latin, Ius Sanguinis disebut sebagai Jus
Sanguinis yang mempunyai makna keterikatan darah atau keturunan.Asas ini
mengkesampingkan wilayah negara ketika menentukan status kewarganegeraan bagi
penduduknya. Secara teori, asas Ius Sangunis didasarkan pada status kewarganegaraan ayah
atau ibunya secara biologis tanpa mempertimbangkan dimana anak tersebut dilahirkan. Asas
ini merupakan salah satu indikator pentingnya keberadaan keturunan suatu bangsa atau
negara. Terdapat beberapa point penting dalam asas Ius Sanguinis antara lain:

negara yang menganut asas Ius Sanguinis adalah negara yang menganggap bahwa hubungan
darah keturunan itu sangat penting.

a. Menurut sejarah dari berbagai sumber, asas Ius Sanguinis telah dikenal dari zaman
kekaisaran yang berada di Eropa dan Asia Timur.

b. Asas ini mempunyai tujuan untuk mempertahankan dan melestarikan suatu garis
keturunan agar tidak hilang di suatu hari nanti.

c. Adanya asas Ius Sanguinis dalam menentukan status kewarganegaraan seseorang


mengakibatkan munculnya negara yang mempunyai kelompok etnis yang menjadi
mayoritas.

Adapun negara-negara yang menganut asas Ius Sanguinis untuk menentukan status
kewarganegaraan penduduknya antara lain:

 Belanda

 Filipina

 Inggris

 Jerman

 Korea Selatan

 Portugal

 RRT (Republik Rakyak Tiongkok)

 Spanyol

 Turki
b. Cara mencintai NKRI

Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mencintai negara Indonesia,diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. Bangga memakai produk asli buatan Indonesia

Bangga memakai produk buatan dalam negeri adalah salah satu cara yang bisa dilakukan
anak muda untuk menunjukan rasa cintanya kepada Indonesia.Jangan salah, produk asli
Indonesia gak kalah keren dengan buatan luar negeri lho. Beberapa produk seperti tas, sepatu
atau baju bahkan berhasil dipasarkan ke luar negeri.Dengan bangga memakai produk buatan
Indonesia, kita ikut serta memajukan perekonomian dan lebih menghargai produk buatan
negara sendiri.

2. Menjaga dan merawat kebersihan lingkungan bersama

Walau sepele, nyatanya menjaga kebersihan lingkungan masih susah-susah gampang untuk
dilakukan. Mulai sekarang, coba yuk bentuk kesadaran diri sendiri untuk menjaga kebersihan.
Sederhananya, jangan buang sampah sembarangan.Menjaga dan merawat lingkungan bukan
tanggung jawab pemerintah saja. Tapi masyarakat juga ikut berperan untuk menjaganya
bersama-sama.

3. Tidak menyebarkan ujaran kebencian atau berita hoaks

Sebagai generasi muda yang lahir di era teknologi, kita pasti akrab dengan internet. Namun
internet layaknya pedang bermata dua. Di satu sisi bisa memberikan dampak yang positif,
namun di sisi lainnya bisa jadi bencana jika dipakai dengan cara yang salah.Nah, internet bisa
jadi sarana untuk menyalurkan rasa cinta kepada Indonesia lho. Contohnya dengan tidak
melakukan ujaran kebencian atau menyebarkan berita hoaks.Kamu harus cek dulu sumber
beritanya sebelum posting ke akun sosial media, atau tidak menyebarkan ujaran kebencian
yang menyinggung hal sensitif.Dengan meminimalisir berita hoaks dan ujaran kebencian,
kamu akan lebih nyaman saat berselancar di dunia maya. Yuk jadi generasi muda yang cerdas
saat menggunakan internet, supaya gak hanya smartphone kamu yang pintar, tapi pemakainya
juga.

4. Menghargai para seniman dengan tidak membeli kaset bajakan

Kebiasaan kita mengunduh lagu atau film dengan gratisan kayaknya berlangsung sejak dulu
kala. Kita lebih suka cara yang instan dan gratis daripada harus bayar.Mulai sekarang, mari
sama-sama belajar menghargai karya para seniman yuk. Mudah kok, misalnya dengan tidak
membeli kaset bajakan.Membuat musik yang bagus tidak mudah lho. Begitu juga dengan
para sineas yang sudah bekerja keras demi menghasilkan film yang keren. Walau lebih
mahal, seenggaknya sedikit demi sedikit kita bisa menghentikan pembajakan ilegal yang
merugikan negara.

5. Taat lalu lintas saat berkendara di jalanan


Kesadaran para pengendara untuk taat lalu lintas di jalanan masih sangat rendah. Demi
sampai lebih cepat, banyak dari kita yang bersikap egois dan seenaknya melanggar peraturan.
Walau begitu, belum terlambat untuk berubah jadi lebih baik kok.Masih ada waktu bagi para
anak muda untuk mulai belajar menaati peraturan lalu lintas. Seperti gak menerobos lampu
merah, gak menggunakan jalur busway, atau tidak naik ke trotoar bagi para pemotor.Ayo
disiplin saat berkendara demi keselamatan bersama.

6. Menikmati indahnya Indonesia dengan traveling ke pelosok negeri

Indonesia terkenal dengan keindahan alam dan budayanya yang luar biasa. Keindahan
Indonesia begitu istimewa karena "dilukis" langsung oleh Yang Maha Kuasa. Tentu akan
sayang sekali kalau kamu melewatkan keindahannya begitu saja.Kalau biasanya destinasi
liburanmu ke luar negeri, sesekali coba traveling ke pelosok Indonesia. Nikmati pesona alam
dan budaya negara kita yang begitu keren.Dengan menikmati pesona Indonesia, rasa cinta
dan sayang akan negeri akan tumbuh dengan sendirinya.

7. Tetap menjaga persatuan dan kesatuan negeri tercinta

Yang terakhir dan paling penting, yaitu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Jangan
pernah lupakan semboyan negara kita yang begitu indah yaitu Bhinneka Tinggal Ika.Masa
depan bangsa Indonesia ada di tangan generasi muda. Sebagai anak muda, kita harus
menghargai setiap perbedaan yang ada. Jangan biarkan perbedaan tersebut membuat kita
terpecah belah, tapi harus semakin kuat, karena itulah yang membuat negara kita istimewa.

2. Ciri nasionalisme dan penerapan pancasila

a. Ciri nasionalisme

Nasionalisme adalah kondisi pikiran, perasaan atau sentimen dari sekelompok orang, yang
tinggal di wilayah geografis yang terdefinisi dengan baik, berbicara bahasa yang sama,
memiliki literatur bahwa aspirasi bangsa telah diungkapkan, melekat pada kebiasaan umum
dan dalam beberapa kasus memiliki kesamaan agama. ini adalah produk dari faktor-faktor
politik, ekonomi, sosial dan intelektual pada tahap tertentu dalam sejarah. Nasionalisme
terdiri dari perpaduan emosional modern dan berlebihan dari dua fenomena kebangsaan dan
patriotisme.

 Ciri-Ciri Nasionalisme, sebagai berikut:

1. Selalu menempatkan bangsa terlebih dahulu sebelum negara, kelompok, atau individu lain

Nasionalisme dicirikan oleh keterikatan superioritas terhadap negara seseorang, aspirasi


untuk kelangsungannya, kemakmuran, dan menjaga penghormatan dan penghormatan yang
tinggi terhadap hukum, prinsip dan kebijakannya. Negara adalah badan buatan yang terdiri
dari beberapa orang. Singkatnya ‘asosiasi pria’. Tujuannya berkisar dari memberikan
perlindungan untuk memberikan identitas kepada warganya, warga negara, para anggotanya.
Pemerintah membentuk semua personil non-politik dan politik dalam melayani negara. Ini
akan berkisar dari Presiden hingga pegawai negeri terakhir di mana sebagai negara yang
terdiri dari kedua hamba (individu dalam pemerintahan) dan tuan (warga biasa). Dari
perbedaan inilah saya menyatakan bahwa nasionalisme tidak berkaitan dengan bentuk atau
komposisi pemerintahan tertentu melainkan seluruh tubuh negara.

2. Memerlukan dan bekerja untuk bangsa

Superioritas terhadap negara seseorang membutuhkan supremasi bangsa atas yang lain. Ini
lebih lanjut menyiratkan bahwa nasionalis akan selalu menempatkan dirinya bangsa pertama
sebelum negara lain atau individu terlepas dari apakah individu yang bersaing adalah anggota
dari negara yang sama atau tidak. Lebih lanjut, ini berarti kedekatan dari keyakinan, prinsip,
gagasan, teman, kerabat, keluarga, dan bahkan kebebasan dan kehidupan pribadi nasionalis di
dalam kehidupan pribadi atau publiknya atau hubungan ketika bertentangan dengan
negaranya. Untuk bangsa mengambil dominasi dalam kehidupan seorang nasionalis.

3.Mengejar tujuan politik, sosial dan ekonomi suatu bangsa

Bagi seorang nasionalis, itu adalah bangsa, yang membenarkan segalanya, tidak ada yang
dilakukan demi keuntungan pribadi, semua yang dilakukan adalah atas nama negara dan
negara. Seorang nasionalis memahami ini dan bekerja sia-sia. Untuk superioritas nasionalis
lebih lanjut berarti kemandirian ekonomi, politik dan sosial negaranya. Seorang nasionalis
memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan negaranya tanpa pengaruh luar. Ini tidak
berarti bahwa dia tidak akan mencari saran dari ‘sumber luar’ hanya bahwa semua yang
dilakukan akan menjadi kepentingan negara dan tidak ada yang akan dilakukan oleh negara
tersebut sebagai akibat dari tekanan yang melanggar hukum atau bahkan saran.

4. Memastikan kelanjutan suatu bangsa

Melanggar hukum dalam hal ini berarti memiliki efek dan tujuan untuk mengorbankan
keberlanjutan, kemakmuran, dan bahkan status prioritasnya di hadapan nasionalis. Bagi
seorang Superioris nasionalis negaranya berarti bahwa negara yang menjadi miliknya adalah
prioritas pertama dan independensinya yang tak tergoyahkan dalam tindakan dan
keputusannya. kemakmuran dan bahkan status prioritasnya sebelum nasionalis.

Bagi seorang Superioris nasionalis negaranya berarti bahwa negara yang menjadi miliknya
adalah prioritas pertama dan independensinya yang tak tergoyahkan dalam tindakan dan
keputusannya. kemakmuran dan bahkan status prioritasnya sebelum nasionalis. Bagi seorang
Superioris nasionalis negaranya berarti bahwa negara yang menjadi miliknya adalah prioritas
pertama dan independensinya yang tak tergoyahkan dalam tindakan dan keputusannya seperti
ciri-ciri filsafat pancasila.

5. Memastikan kemakmuran bangsa

Nasionalisme kepada nasionalis memerlukan persyaratan untuk kemakmuran negaranya.


Kemakmuran ini akan jatuh ke dalam dua kategori ekonomi dan kemakmuran kesehatan
negara, yang ia pahami diperlukan untuk memperkuat superioritas negara dan memastikan
kesinambungannya. Kita harus mencatat bahwa keduanya saling berhadapan.
Untuk negara yang lemah secara ekonomi tidak dapat menuntut supremasinya atau bahkan
mempertahankannya. Orang lemah atau sakit-sakitan juga tidak bisa menuntut superioritas
bangsa atau bahkan mengilhami orang lain untuk menjadi nasionalis; mereka tidak dapat
mempertahankan kontinuitasnya. Oleh karena itu, seorang nasionalis akan selalu bersaing
untuk kekayaan ekonomi dan kesehatan bagi negaranya.

6. Merasa memiliki dan menjaga bangsa

Nasionalisme juga berarti memiliki, dan mempertahankan rasa hormat yang tinggi, dan
memperhatikan hukum, kebijakan dan prinsip-prinsip yang menjadi landasan negara tersebut
dan yang memungkinkan keberadaan negara. Ini diterjemahkan ke dalam ketaatan dan
kepatuhan terhadap kebijakan dan hukum negara yang berlaku. Ini juga mencakup hukum
dan kebijakan internasional yang harus dihadapi negaranya.

Dia memahami bahwa kegagalan untuk mematuhi ini hanya dapat mengakibatkan
disintegrasi negara, karena bentuk ketidaktaatan ini sering diterjemahkan ke dalam perang
saudara, yang memfasilitasi kematian kesinambungan negara, kemakmuran dan bahkan
superioritas. Faktor motivasi lain untuk kepatuhannya terhadap kebijakan dan hukum karena
dianggap dibuat oleh negara itu sendiri.

7. Patuh pada hukum dan kebijakan

Para pembuat undang-undang saat membuat undang-undang adalah negara, karena mereka
adalah wakil rakyat di negara ini dan ketika mereka bersatu untuk membuat undang-undang
mereka adalah personifikasi negara. Karena di dalamnya dianggap banyak orang negeri.
Tetapi jika hukum atau kebijakan berfungsi untuk membawa kematian negara, tepatnya jika
kebijakan atau hukum tersebut mengancam superioritas, kesinambungan dan kemakmuran
negara dan melakukannya dengan beberapa kebijakan penentangan lain atau cek maka
seorang nasionalis tidak akan duduk kembali dan mematuhinya dia akan secara aktif
melawan dan melawannya. Akan tetapi, biasanya seorang nasionalis secara pasif patuh pada
kebijakan dan hukum negara tersebut; dia mengerti bahwa tidak akan pernah ada hukum atau
kebijakan yang ‘baik’ atau ‘buruk’.

8. Memastikan keunggulan tetap bertahan

Nasionalisme juga menyerukan kelanjutan negara. Kelanjutan berarti memastikan bahwa


negara selamanya unggul dan kemakmuran negara dipertahankan. Ini akan berarti
menyebarkan semangat nasionalisme kepada individu lain terlepas dari negara mana mereka
berasal. Kelanjutan juga berarti bahwa kaum nasionalis akan secara aktif mengekspresikan
perasaan nasionalistis, yaitu seorang nasionalis yang secara fisik memanifestasikan
superioritas negaranya, menghormati hukum dan kebijakannya, dan pekerja untuk
kemakmurannya, semua dalam konteks yang dijelaskan di atas. Ini berasal dari anggapan
bahwa menjadi nasionalistis berarti tidak hanya duduk kembali dan menyimpan cinta untuk
negara seseorang tetapi menempatkan cinta ini ke dalam tindakan seperti fungsi pancasila
sebagai ideologi negara.

b. Penerapan pancasila
1. Sila Ke-1: Ketuhanan yang Maha Esa

Arti dan Nilai-nilai sila "Ketuhanan Yang Maha Esa":

Sila pertama ini dilambangkan dengan bintang lima sudut. Di mana, bintang tunggal dalam
lambang ini diartikan sebagai cahaya kerohanian yang dipancarkan Tuhan kepada setiap
manusia. Jumlah bintang yang hanya satu atau tunggal ini juga melambangkan keesaan
Tuhan.

Contoh penerapannya:

 Mengimani adanya Tuhan yang Maha Esa serta mematuhi perintah dan menjauhi
larangan-Nya.

 Menerapkan toleransi antar umat beragama.

 Tidak melakukan pemaksaan dan menghormati kebebasan beragama.

 Tidak merendahkan atau mencemooh agama maupun pemeluk agama lain.

2. Sila Ke-2: "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab"

Arti dan Nilai-nilai sila "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" :

Sila ke-2 dalam Pancasila dilambangkan dengan rantai emas dengan latar belakang berwarna
merah. Rantai tersebut memiliki mata rantai yang berbentuk segi empat dan lingkatan yang
saling berkaitan. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan lingkaran
melambangkan perempuan. Simbol ini mengartikan antar kaum yang harus bersatu, bekerja
sama sehingga kuat seperti rantai.

Contoh penerapannya:

 Mengakui persamaan hak, kewajiban dan kedudukan semua orang sama di mata
hukum, agama, sosial, dan lainnya.

 Saling mengedepankan sikap toleransi atau tenggang rasa antar masyarakat.

 Menjalin pertemanan dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama dan
lainnya.

 Berani menyuarakan kebenaran untuk mempertahankan keadilan.

3. Sila Ke-3: "Persatuan Indonesia"

Arti dan Nilai-nilai sila "Persatuan Indonesia" :

Sila ini dilambangkan dengan pohon beringin. Jenis pohon beringin adalah spesies pohon
yang kuat, besar, dan berdaun rimbun. Pohon beringin diartikan sebagai tempat berteduh
sekaligus bentuk persatuan masyarakat Indonesia yang sangat sangat beragam.
Contoh penerapannya:

 Bangga menggunakan bahasa ibu atau bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan
sehari-hari.

 Melestarikan budaya Indonesia seperti baju adat, tarian, alat, bahasa, alat musik, dan
lain-lain dalam kehidupan sehari-hari.

 Membantu keluarga, teman dan kerabat yang mengalami kesulitan.

 Saling bekerja sama menjaga keutuhan NKRI dengan berpegang teguh pada nilai-nilai
Pancasila.

 Bergotong-royong.

4. Sila Ke-4: "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan dan Perwakilan"

Arti dan Nilai-nilai sila "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan" :

Sila ini dilambangkan dengan kepala banteng. Kepala banteng memiliki filosofi sebagai
hewan sosial yang suka berkumpul. Berkumpul di sini kemudian diartikan sebagai kegiatan
musyawarah antar orang-orang untuk melahirkan suatu keputusan. Pastinya, secara adil dan
atas keputusan bersama semua pihak.

Contoh penerapannya:

 Melakukan musyawarah untuk memperoleh keputusan bersama.

 Mengedepankan tolerasi dan keadilan dalam mengemukakan dan mendengar


pendapat dalam musyawarah.

 Keputusan akhir dalam musyawarah harus disetujui oleh semua pihak karena atas
keputusan bersama.

5. Sila Ke-5: "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia"

Arti dan Nilai-nilai sila "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia"

Terakhir, sila kelima Pancasila dilambang dengan padi dan kapas. Hal ini melambangkan
kebutuhan dasar setiap manusia, yaitu pangan dan sandang.

Contoh penerapannya:

 Mengedepankan sikap adil antara sesama manusia.

 Melaksanakan kewajiban dan menghormati hak orang lain.


 Kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dikedepankan dibandingkan kemakmuran
pribadi atau golongan.

3. Pembangunan nasional dan pembangunan karakter bangsa

a. Pembangunan nasional

Pembangunan nasional Indonesia adalah paradigma Pembangunan yang terbangun atas


pengamalan Pancasila yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan
pedomannya.Dari amanat tersebut disadari bahwa pembangunan ekonomi bukan semata-mata
proses ekonomi, tetapi suatu penjelmaan pula dari proses perubahan politik, sosial, dan
budaya yang meliputi bangsa, di dalam kebulatannya. Pembangunan Nasional merupakan
cerminan kehendak terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan
penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila.

Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi tidak dapat dilihat terlepas
dari keberhasilan pembangunan di bidang politik Mekanisme dan kelembagaan politik
berdasarkan UUD 1945 telah berjalan.Pelaksanan pemilu secara teratur selama Orde Baru
juga sudah menunjukkan kemajuan perkembangan demokrasi.Pembangunan di berbagai
bidang selama ini memberikan kepercayaan kepada bangsa Indonesia bahwa upaya
pembangunan telah ditempuh, seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945,
menunjukkan keberhasilan.Ini yang ingin dilanjutkan dan akan ditingkatkan dalam era baru
pembangunan.

b. Pembangunan karakter bangsa

Pembangunan karakter suatu bangsa tidak cukup dalam esensi pembangunan fisik saja tetapi
dibutuhkan suatu orientasi yang lebih kuat yaitu suatu landasan dasar atau pondasi
pembangunan karakter bangsa tersebut. Sehingga esensi fisik dari pembangunan berawal
pada internalisasi nilai-nilai untuk menuju pada pembangunan tata nilai atau sebaliknya
pembangunan yang berorientasi pada tatanan fisik tersebut dijiwai oleh semangat
peningkatan tata nilai sosio-kemasyarakatan dan budaya. Dalam hal ini Indonesia memiliki
landasan pancasila sebagai dasar untuk melakukan pembangunan karakter bangsa Indonesia.

Ketika suatu bangsa mulai membangun, maka yang pertama kali menjadi korban adalah
kelembagaan keluarga berikut seluruh tatanan nilai kekeluargaan yang ada di
dalamnya.Maksud dari penyataan tersebut adalah pembangunan yang dilakukan oleh suatu
bangsa seringkali membutuhkan pengorbanan yang sangat besar termasuk mengorbankan
keluarga atau bahkan kebersamaan dalam keluarga. Bukti nyata yang dapat kita lihat
terutama berada di negara - negara industri maju, dimana fenomena hilangnya kohesivitas
keluarga terlihat sangat jelas sejalan dengan semakin meningkatnya modernisasi di negara-
negara maju tersebut.

Pembangunan yang baik tentu tidak harus mengorbankan keluarga atau bahkan bangsanya
sendiri. Sehingga dalam melaksanakan pembangunan dan pembinaan karakter suatu bangsa
dibutuhkan pemahaman yang lebih baik, khususnya dalam menjadikan pembangunan fisik
suatu bangsa sebagai salah satu instrumen dalam pembinaan karakter bangsanya agar menjadi
lebih baik pula dengan berlandaskan pada suatu nilai.

Aspek lain yang tidak kalah penting untuk diperhitungkan dalam melakukan pembinaan
karakter bangsa adalah pengaruh dari kemajuan kapasitas berpikir manusia itu sendiri yang
pada umumnya diartikulasikan dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu
teknologi informasi dan telekomunikasi. Kedua jenis teknologi tersebut secara radikal telah
mengakselerasi proses interaksi antar manusia dari berbagai bangsa dan memberikan dampak
adanya amalgamasi berbagai kepentingan lintas bangsa (globalisasi). Dan salah satu unsur
yang ada dalam proses amalgamasi kepentingan antar manusia adalah daya saing atau
competitiveness. Pentingnya kemampuan daya saing bagi suatu bangsa untuk dapat menjadi
bangsa yang mandiri di era globalisasi tersebut sehingga dibutuhkan suatu pembinaan
karakter bangsa termasuk juga bagi bangsa Indonesia.

4. Bhineka Tunggal Ika dan UUD 1945

a. Bhineka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada
lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang
artinya adalah “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Diterjemahkan per kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam". Kata neka dalam bahasa
Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia.
Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika
diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun beranekaragam tetapi pada
hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan
kepercayaan.Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu kakawin
Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14.Kakawin
ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha.

b. UUD 1945

UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan
sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekret Presiden 5 Juli 1959
kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada
tanggal 22 Juli 1959.Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali
perubahan (amendemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia.

Sebelum dilakukan amendemen, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab,
37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat
berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat
Aturan Tambahan), serta Penjelasan.Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki
16 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.Dalam
Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, sebagai Naskah Perbantuan dan
Kompilasi Tanpa Ada Opini.

Anda mungkin juga menyukai