didik
sebagai
landasan
Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru harus mampu
melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional
apabila mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada
etika kerja, independent (bebas dari tekanan pihak luar), cepat (produktif),
tepat (efektif), efisien dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip
pelayanan prima. Prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada unsur-unsur ilmu
atau teori yang sistematis, kewenangan profesional, pengakuan masyarakat
dan kode etik yang regulatif. Pengembangan wawasan dapat dilakukan
melalui forum pertemuan profesi, pelatihan ataupun upaya pengembangan
dan belajar secara mandiri. Sejalan dengan hal di atas, seorang guru harus
terus meningkatkan profesionalismenya melalui berbagai kegiatan yang dapat
mengembangkan kemampuannya dalam mengelola pembelajaran maupun
kemampuan lain dalam upaya menjadikan peserta didik memiliki keterampilan
belajar. Keterampilan tersebut mencakup keterampilan dalam memperoleh
pengetahuan (learning to know), keterampilan dalam pengembangan jati diri
(learning to be), keterampilan dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu
(learning to do), dan keterampilan untuk dapat hidup berdampingan dengan
sesama secara harmonis (learning to live together).
Paradigma pendidikan berbasis kompetensi yang mencakup kurikulum,
pedagogi, dan penilaian, menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum
berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses
pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan
pedagogi yang mencakup strategi mengajar atau metode mengajar,
sedangkan tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada
hasil penilaian yang mencakup penilaian, tugas-tugas dan pengamatan.
Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, khususnya kompetesi pedagogik
mengharuskan guru menguasai dan mampu menerapkan berbagai
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara
kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. Di samping itu secara profesional
guru dituntut untuk mengembangkan materi pembelajaran yang diampu
secara kreatif, melalui pemilihan materi pembelajaran serta mengolah materi
pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
Page 2
Page 3
Page 4
BAB II
PROFESI KEGURUAN
1. Profesi Guru
Dengan ditetapkannya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, yang
sering disebut dengan Guru dan Dosen (UUGD), maka secara hokum
ditegaskan bahwa pekerjaan sebagai guru adalah suatu profesi. Profesi
maksudnya adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari
para anggotanya. Guru sebagai jabatan profesi maka pekerjaan sebagai guru
harus memenuhi standar-standar keprofesionalan di bidang yang
bersangkutan. Jadi, menjadi guru sebagai suatu profesi (profession) bukan
lagi merupakan pekerjaan biasa yang sekedar sebagai pencaharian
(occupation) dan pekerjaan sebagai guru tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang, tetapi profesi guru harus dilakukan oleh orang yang
sengaja dipersiapkan melalui pendidikan dan pelatihan untuk memangku
jabatan tersebut.
Secara lebih luas suatu profesi ditandai dengan ciri-ciri keprofesionalan yang
meliputi :
1. Adanya standar keahlian/profesionalitas di bidang yang bersangkutan.
2. Ada organisasi profesi yang mengkoordinasikan pelaksanaan profesi
tersebut dan yang berwenang mengontrol proses sertifikasi atau
pemerolehan lisensi (sertifikat) bagi mereka yang memasuki profesi
tersebut.
3. Ada kode etik yang menjadi standar perilaku etis dalam menjalankan profesi
tersebut.
4. Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan tersebut sebagai suatu
profesi.
5. Ada suatu proses yang relatif lama untuk mencapai standar
keahlian/profesionalitas melalui pendidikan dan pelatihan. Artinya, ada
lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya untuk
memenuhi standar menjadi anggota profesi tersebut.
Page 5
Page 6
Kompetensi Guru
Pada UUGD pasal 10 ditulis bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh para
guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Penjabaran lebih rinci dari keempat
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru terdapat pada Peraturan Menteri
Nomor 16 Tahun 2007, yaitu:
A. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi ini merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensikompetensi sebagai berikut:
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang studi yang
diampu.
4. Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang mendidik
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
untuk
reflektif
untuk
peningkatan
kualitas
Page 7
B. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi ini merupakan profil kepribadian yang harus dimiliki oleh guru,
yakni meliputi kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
C. Kompetensi Sosial
Kompetensi ini merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, dan masyarakat
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau dengan bentuk lain.
D. Kompetensi Profesional
Kompetensi ini merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan bidangnya masingmasing. Ini meliputi kompetensi-kompetensi sebagai berikut :
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 8
dasar
mata
Page 9
Page 10
Page 11
BAB III
PENGEMBANGAN PROFESI GURU
Page 12
Page 13
secara
berkelanjutan
dengan
Page 14
Page 15
pembuatan alat peraga dan alat bimbingan. Menciptakan karya seni meliputi
karya seni sastera, lukis, patung, pertunjukan, dan lain sebagainya.
Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan, meliputi teknologi
yang bermanfaat di bidang pembelajaran, seperti alat praktikum, dan alat
bantu teknis pembelajaran. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum,
meliputi keikutsertaan dalam penyusunan standar pendidikan dan pedoman
lain yang bertaraf nasional.
Wujud dari kegiatan karya tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan dapat
berupa:
1. Hasil penelitian yang dipublikasikan lam bentuk buku yang diterbitkan
an diedarkan secara nasional
2. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam majalah ilmiah yang diakui.
3. Hasil penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di
perpustakaan dalam bentuk buku
4. Hasil penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di
perpustakaan dalam bentuk makalah
5. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri
dalam bidang pendidikan yang dipublikasikan dalam bentuk buku yang
diterbitkan dan diedarkan secara nasional
6. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri
dalam bidang pendidikan yang dipublikasikan dalam majalah ilmiah
yang diakui
7. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri
dalam bidang pendidikan yang tidak dipublikasikan tetapi
didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk buku
8. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri
dalam bidang pendidikan yang tidak dipublikasikan tetapi
didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah
9. Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang
disebarluaskan melalui media massa
10. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan, atau ulasan
ilmiah dalam pertemuan ilmiah
11. Buku pelajaran atau modul bertaraf nasional
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 16
Page 17
Page 18
yang
merupakan
motor
penggerak
Page 19
Page 20
BAB IV
PARTISIPASI AKTIF SISWA DI DALAM PROSES
BELAJAR MENGAJAR
Page 21
Page 22
Page 23
Foto B
Petunjuk:
Perhatikan dengan seksama kedua gambar di atas.
Foto A mengilustrasikan metode tradisional di dalam kelas.
Foto B mendemonstrasikan para siswa yang belajar dengan pendekatan
aktif.
Page 24
Fokus
Foto A
Foto B
BAB V
EVALUASI PEMBELAJARAN
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 25
Tes
Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat
tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut
pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian
setiap tes menuntut keharusan adanya respon dari subyek ( orang yang dites )
yang dapat disimpulkan suatu atribut yang dimiliki oleh subyek yang sedang
dicari informasinya. Jadi bila ada tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan
oleh seseorang tetapi tidak ada jawaban atau cara mengerjakan yang benar
atau salah, atau suatu usaha pengukuran yang tidak mengharuskan subyek
untuk menjawab atau mengerjakan suatu tugas, maka itu bukanlah tes.
Pengukuran
Pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut
atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu
menurut aturan atau fomulasi yang jelas. Misalnya dengan mengukur tinggi
atau berat seseorang dengan mudah kita memahami karena aturannya telah
diketahui secara umum. Pengukuran dalam bidang pendidikan adalah
pengukuran yang dilakukan untuk mengukur atribut atau karakteristik peserta
didik tertentu, bukan peserta didik itu sendiri. Guru dapat mengukur
penguasaan peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu tetapi bukanlah
mengukur peserta didik itu sendiri.
Pengukuran pendidikan adalah salah satu pekerjaan profesional guru. Tanpa
kemampuan melakukan pengukuran pendidikan, seorang guru tidak akan
dapat mengetahui dengan persis dimana ia berada pada suatu saat atau pada
suatu kegiatan.
Ada dua karakteristik pengukuran yang utama, yaitu penggunaan angka atau
skala tertentu dan menurut suatu aturan atau formula tertentu. Skala atau
angka dapat dikalsifikasikan dalam 4 (emapt) kategori, yaitu:
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 26
Skala nominal
Skala ordinal
Skala atau angka interval
Skala atau angka rasio.
Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang
menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Jadi maksud penilaian adalah
memberi nilai tentang kualitas sesuatu. Tidak hanya sekedar mencari jawaban
terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab
pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh suatu proses atau suatu hasil yang
diperoleh seseorang atau suatu program.
Secara garis besar evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan dengan maksud memantau
sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang
telah direncanakan. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk mengetahui
sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit pembelajaran
ke unit berikutnya.
Dari uraian singkat mengenai tes, pengukuran dan evaluasi di atas dapat
disimpulkan bahwa ketiga hal tersebut saling berhubungan satu dengan yang
lain. Penilaian hasil belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan benar bila
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, yang
menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Tentu saja tes hanya merupakan
salah satu alat yang dapat digunakan. Dapat saja informasi tentang hasil
belajar tersebut diperoleh tanpa menggunakan tes sebagai instrumen ukurnya.
Misalnya dapat digunakan alat ukur non-tes, seperti observasi, skala rating,
porttofolio, dan lain-lain.
Page 27
2. Penempatan
3. Diagnosa atau remedial
4. Umpan Balik
5. Memotivasi dan membimbing belajar
6. Perbaikan kurikulum dn program pembelajaran
7. Pengembangan ilmu
2. Perencanaan Tes
Tes baru akan berarti bila terdiri dari butir-butir soal yang menguji tujuan yang
penting dan mewakili ranah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
secara representative. Untuk itu, peranan perencanaan dalam pengujian
menjadi
sangat
penting.
Tes
tanpa
rencana
yang
dapat
dipertanggungjawabkan dapat menjadi usaha yang sia-sia, bahkan mungkin
akan mengganggu proses pencapaian tujuan. Ada enam hal yang harus
dipertimbangkan dalam perencanaan tes, yaitu
1. Pengambilan sampel dan pemilihan butir soal
2. Tipe tes yang akan digunakan
3. Aspek yang akan diuji
4. Format butir soal
5. Jumlah butir soal
6. Distribusi tingkat kesukaran butir soal.
3. Dasar-dasar Penyusunan Tes Hasil Belajar
Tes Hasil Belajar (THB) merupakan salah satu alat ukur yang paling banyak
digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses
belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 28
Page 29
kunci jawaban yang sudah disediakan. Tedapat dua pendakatan yang berlaku
dalam penilaian pembelajaran, yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan
Penilaian Acuan Patokan (PAP). PAN merupakan penentuan nilai peserta
didik dalam suatu proses pembelajaran yang didasarkan pada tingkat
penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan
skor di kolompok itu. Sedangkan PAP merupakan suatu cara menentukan nilai
seseorang yang didasarkan pada pencapaian tujuan pembelajaran. Kelulusan
telah ditentukan/dipatok minimal harus menguasai sekian % dari tujuan
pembelajaran. Bilamana seseorang telah memenuhi patokan tersebut ia
dinyatakan berhasil. Tetapi bila belum memenuhi patokan tersebut dikatakan
gagal atau belum menguasai bahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Page 30
Page 31
Page 32
Page 33
BAB I
PENELITIAN TINDAKAN
Page 34
Page 35
Page 36
Page 37
BAB II
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SEBAGAI KEGIATAN
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 38
Macam kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan oleh guru atau pengawas
sekolah berbeda-beda. Hal itu karena berbedanya tugas dan tanggung jawab mereka.
Sebagai gambaran, berikut disajikan ringkasan macam kegiatan pengembangan profesi
dari para guru di sekolah, yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku saat ini.
GURU
1. Membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI),
2. Menemukan Teknologi Tepat Guna,
3. Membuat alat peraga/bimbingan,
4. Menciptakan karya seni, dan
5. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulurm.
Dari tabel di atas tampak bahwa: menyusun Karya Tulis Ilmiah merupakan satu bentuk dari
kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan oleh para profesi guru maupun
pengawas.
2. Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Karya tulis banyak macamnya, salah satu diantaranya adalah Karya Tulis Ilmiah
(KTI). Adanya tambahan kata "ilmiah" menjadikan KTI sebagai karya tulis yang
berciri khusus. KTI itu harus bersifat dan memenuhi persyaratan kegiatan ilmiah.
Kegiatan ilmiah di antaranya adalah berupa kegiatan penelitian, pengembangan dan
evaluasi. Dan laporan tertulis dari kegiatan ilmiah tersebut, umum disebut sebagai
Karya Tulis Ilmiah (KTI).
Karena kegiatan ilmiah berbeda-beda, maka KTI juga beragam bentuknya. Ada yang
berbentuk laporan penelitian, ungkapan gagasan, skripsi, tulisan ilmiah populer,
buku dan lain-lain.
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 39
Wujud fisik KTI juga berbeda-beda, tergantung kepada media pemuat dan juga
tujuan penulisannya. Pada umumnya, jurnal ilmiah, panitia seminar, perguruan
tinggi, memberikan pedoman dan tatacara penulisan bagi KTI yang diterbitkan
olehnya.
Meskipun berbeda macam (dan juga besaran angka kreditnya), semua KTI selalu
mempunyai kesamaan, yaitu:
a. Hal yang
keilmuan
dipermasalahkan
berada
pada
kawasan pengetahuan
Dari tabel di atas terlihat bahwa KTI yang berupa laporan hasil penelitian dapat
dipakai sebagai salah satu macam kegiatan pengembangan profesi tenaga pendidik.
Bahkan akhir-akhir ini kegiatan membuat KTI yang berupa laporan hasil penelitian
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 40
Page 41
BAB III
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 42
Page 43
3. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai
bahan yang ditugaskan kepada siswa,
4. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang
mengajar, dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar yang dapat diamati
guru, siswa, atau keduanya.
5. Hasil pembelajaran, merupakan produk yang harus ditingkatkan, pasti terkait
dengan tindakan unsur lain, yaitu proses pembelajaran, peralatan atau sarana
pendidikan, guru, atau siswa sendiri.
6. Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang
melingkungi siswa di rumahnya. Pada penelitian tindakan, bentuk perlakuan
atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi
lebih kondusif.
7. Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat diatur/
direkayasa dalam bentuk tindakan. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas
merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam
bentuk tindakan. Yang digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan misalnya
cara mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan urutan
jadual, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan
peralatan milik siswa dan sebagainya.
Page 44
Page 45
Page 46
4. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dll) dan
peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan
keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action).
5. Di samping itu, PTK dilakukan hanya bila ada
Keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan,
Bertujuan meningkatkan profesionalisme guru,
Alasan pokok: ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan, dan
Bertujuan memperoleh pengetahuan dan atau sebagai pemecahan masalah.
Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan yang dirancang sebelumnya maka obyek
penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai
aktivitas.
Di samping itu, karena PTK menggunakan kegiatan nyata di kelas maka PTK menuntut
etika, antara lain :
1. Tidak boleh mengganggu tugas proses pembelajaran dan tugas mengajar guru.
2. Jangan terlalu menyita banyak waktu (dalam pengambilan data, dll).
3. Masalah yang dikaji harus merupakan masalah yang benar-benar ada dan
dihadapi oleh guru,
4. Dilaksanakan dengan selalu memegang etika kerja (minta ijin, membuat laporan,
dll).
7. Kolaborasi Merupakan Hal Penting Dalam PTK
Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru,
kepala sekolah, siswa, dll) dan peneliti (dosen, widyaiswara) dalam pemahaman,
kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan
kesamaan tindakan (action).
Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerjasama (kolaborasi) antara guru
dengan peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui kerjasama inilah, mereka
bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi guru dan/atau
siswa di sekolah.
Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, maka harus secara jelas diketahui peranan
dan tugas yang harus dilakukan di antara guru dengan peneliti.
Dalam PTK, kedudukan peneliti (dosen/widyaiswara) setara dengan guru, dalam arti
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 47
masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan
saling melengkapi untuk mencapai tujuan.
Peran kerjasama (kolaborasi) sangat menentukan keberhasilan PTK terutama pada
kegiatan: mendiagnosa masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian
(melaksanakan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi dan refleksi), menganalisis
data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.
8. Pelaksanaan PTK Tanpa Kolaborasi Dengan Peneliti
Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh guru. Guru melakukan PTK tanpa
kerjasama dengan peneliti. Dalam hal ini guru berperan sebagai peneliti yang sekaligus
juga sebagai praktisi pembelajaran.
Menurut Suharsimi (2002), pada kedaaan seperti ini, maka guru melakukan sendiri
pengamatan terhadap diri sendiri ketika sedang melakukan tindakan. Untuk itu guru
harus mampu melakukan pengamatan diri secara obyektif agar kelemahan yang terjadi
dapat terlihat dengan wajar dan tidak harus ditutup-tutupi.
Guru yang profesional, memang seharusnya mampu mengajar sekaligus meneliti. Di
samping itu melalui PTK seperti itu guru dapat
1. Mengkaji dan meneliti sendiri praktik pembelajarannya.
2. Melakukan PTK dengan tanpa mengganggu tugasnya.
3. Mengkaji permasalahan yang dialami dan yang sangat dipahami.
4. Melakukan kegiatan guna mengembangkan profesionalismenya.
Jadi boleh saja guru melakukan PTK tanpa kolaborasi dengan peneliti, namun
perhatikan kritik berikut ini.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru tanpa kerjasama dengan peneliti,
mempunyai kelemahan karena para praktisi umumnya (dalam hal ini adalah guru)
kurang akrab dengan teknik-teknik dasar penelitian. Di samping itu, guru umumnya
tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan penelitian sehubungan dengan padatnya
kegiatan pengajaran yang dilakukannya. Akibatnya, hasil PTK menjadi kurang
memenuhi kriteria validitas metodologi ilmiah.
BAB IV
MENYUSUN USULAN PTK
Page 48
Page 49
manfaatnya.
Umumnya di bawah judul dituliskan pula sub judul. Sub judul sangat umum ditulis untuk
menambahkan keterangan lebih rinci tentang populasi, seperti misalnya di mana
penelitian dilakukan, kapan, di kelas berapa, dan lain-lain.
Berikut adalah beberapa contoh judul PTK
Meningkatkan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata
peiajaran X.(tuliskan nama topik bahasan dari mata pelajarannya). Umumnya juga
disertai sub judul yang menunjukkan secara lebih rinci populasi penelitian, seperti
di kelas berapa, tahun berapa, di sekolah mana, dan lain-lain.
10
11
12
Pemanfaatan
media
televisi
untuk
Cycle
untuk
meningkatkan
meningkatkan
Education
aktivitas
dalam
dan
Page 50
14
Page 51
Judul PTK
Rumusan Masalah
Tujuan
Indikator Kinerja
Page 52
Penerapan
Pembelajara
n
Model
Problem
Based
Learning
(PBL) untuk
Meningkatka
n Kreativitas
dan
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Pada Mata
Pelajaran X
Apakah
penerapan
Meningkatkan
PBL
dapat
kreativitas
meningkatkan
belajar
kreativitas ?
Kemauan
dan
kemampuan
serta
aktivitas
dalam
bertanya,
diskusi,
mengajukan gagasan,
hipotesis, penyimpulan,
dll
Sejauhmana
penerapan PBL dapat
meningkatkan
kemampuan
dalam
pemecahan masalah
pada mata pelajaran X
?
Kemampuan
dalam
proses
dan
hasil
pemecahan
masalah
melalui berbagai tes
yang dilakukan
Meningkatkan
keterampilan
pemecahan
masalah
Bagaimana
pengembangan
Mengembangka
Adanya rancangan dan
pembelajaran
PBL n pembelajaran
bahan ajar
pada mata pelajaran X PBL
?
Kajian pustaka: Pada bagian ini hendaknya dengan jelas dapat diuraikan kajian teori
dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian
tindakan. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung
pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan
untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian.
Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator
keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.
Sebagai contoh, akan dilakukan PTK yang menerapkan model pembelajaran
berkelompok (learning together). Pada kajian pustaka harus jelas dapat dikemukakan:
1. Bagaimana teori learning together, siapa saja tokoh-tokoh di belakangnya,
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 53
bagaimana sejarahnya, apa yang spesifik dari teori ini, apa persyaratannya, dan
lain-lain.
2. Bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut dalam
pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pelaksanaan, dan sebagainya.
3. Bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan model tersebut dengan
perubahan yang diharapkan, atau terhadap masalah yang akan dipecahkan. Hal
ini hendaknya dapat dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai.
4. Bagaimana prakiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan
model di atas pada pembelajaran terhadap hal yang akan dipecahkan.
Rencana dan prosedur penelitian: Pada bagian ini akan diuraikan secara jelas
prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, waktu dan lamanya
tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci pada setiap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observsi, evaluasi-refleksi yang bersifat daur ulang
atau siklus.
Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator keberhasilan
yang dicapai dalam setiap siklus sebelum pindah ke siklus lain. Jumlah siklus
diusahakan lebih dari satu siklus meskipun harus diingat juga jadual kegiatan belajar di
sekolah.
Dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan hendaknya digambarkan
peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti sehingga tampak jelas
tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut.
Untuk dapat membantu menyusun bagian ini, disarankan untuk terlebih dahulu
menuliskan pokok-pokok rencana kegiatan dalam suatu tabel sebagaimana contoh
berikut ini.
Page 54
Perencanaan:
Identifikasi masalah
dan penetapan
alternatif pemecahan
masalah
Tindakan
Siklus I
Pengamatan
Refleksi
Perencanaan
Siklus
II
Tindakan
Pengamatan
Merencanakan pembelajaran yg
akan diterapkan dalam PBM
Menentukan pokok bahasan
Mengembangkan skenario
pembelajaran
Menyusun LKS
Menyiapkan sumber relajar
Mengembangkan format evaluasi
Mengembangkan format observasi
pembelajaran
Menyiapkan tindakan mengacu pada
skenario yang direncanakan dan LKS
Melakukan observasi dengan
memakai format observasi
Menilai hasil tindakan dengan
menggunakan format LKS
Melakukan evaluasi tindakan yg
telah dilakukan yg meliputi evaluasi
mutu, jumlah dan waktu dari setiap
macam tindakan
Melakukan pertemuan untuk
membahas hasil evaluasi tentang
skenario, dll
Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan
pada siklus berikutnya
Evaluasi tindakan I
Identifikasi masalah dan penetapan
alternatif pemecahan masalah
Pengembangan program tindakan II
Pelaksanaan program Tindakan II
Pengamatan data tindakan II
Evaluasi tindakan II
Refleksi
Siklus-siklus berikutnya
Kesimpulan, saran, rekomendasi
Pada bagian ini jelaskan pula rencana jadual pelaksanaan yang meliputi
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil
penelitian. Biasanya jadual ini disajikan dalam bentuk gambar diagram.
Berikut disajikan contoh sajian jadual rencana kegiatan suatu PTK.
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 55
No
1
Rencana Kegiatan
Persiapan
Menyusun konsep
pelaksanaan
Menyepakati jadual dan tugas
Menyusun instrumen
Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan alat
Penyusunan Laporan
Menyusun konsep laporan
Perbaikan laporan
Page 56
BAB V
SISTEMATIKA USULAN PTK
A. Judul Penelitian
Judul penelitian hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas
menggambarkan masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk mengatasi
masalah itu serta nilai manfaatnya.
B. Bidang Kajian.
Tuliskan bidang kajian yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti
C. Perdahuluan
Penelitian tindakan kelas
dilakukan
untuk
memecahkan masalah
pendidikan dan pembelajaran. Kemukakan secara jelas masalah yang diteliti
yang merupakan masalah nyata terjadi di kelas/sekolah dan didiagnosis oleh guru di
sekolah. Masalah yang akan diteliti merupakan masalah penting dan mendesak untuk
dipecahkan serta dapat dilaksanakan jika dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya
dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah
masalah penelitian didiagnosis, selanjutnya perlu diidentifikasi secara cermat akar
penyebab masalahnya. Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota
peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab masalah tersebut. Disamping itu
prosedur dan alat yang digunakan dalam melakukan tindakan perlu dijelaskan
secara sistematis. Masalah hendaknya nyata, guru berwewenang memecahkan,
mendesak untuk dipecahkan, dan dapat dilakukan.
D. Perumusan Dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan masalah
Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk rumusan masalah penelitian tindakan
kelas. Dalam merumuskan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup
yang menjadi batasan dalam penelitian. Rumusan masalah seyogyanya
menggunakan kalimat pertanyaan, dengan mengajukan alternatif tindakan yang
akan diambil dan hasil positif yang diharapkan.
Page 57
2. Pemecahan masalah
Dalam mengajukan alternatif pemecahan masalah agar diuraikan pendekatan dan
konsep yang akan digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti sesuai dengan
kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah menunjukkan adanya
akar penyebab masalah dengan upaya tindakan yang jelas dan terarah.
3. Tujuan penelitian
Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan
mendasarkan pada permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian
sebelumnya. Tujuan ini dapat diuraikan secara jelas sehingga tampak indikator
keberhasilannya.
4.
Manfaat Penelitian
Uraikan manfaat penelitian sehingga tampak potensiai untuk perbaikan
pembelajaran di kelas dan tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun
komponen pendidikan lain di sekolah. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan
dari penelitian ini dan kelihatan perbedaan dengan pembelajaran yang biasa
dilakukan sehari-hari.
Page 58
G. Jadual Penelitian
Jadual kegiatan penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan, analisis dan persiapan
siklus berikutnya, penyusunan laporan penelitian, dan penyerahan laporan, dalam
bentuk tabel. Jadual kegiatan penelitian disusun sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.
Page 59
BAB VI
MELAKSANAKAN PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
1
1. Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Pelaksanaan PTK
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan
PTK yakni:
1. PTK merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan
siswa dalam berbagai tindakan
2. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran dan evaluasi) dilakukan berdasarkan
pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid
guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah
yang terjadi.
3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan
dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik
pembelajaran).
Dalam melaksanakan PTK hendaknya selalu memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. PTK tidak boleh mengganggu tugas proses pembelajaran dan tugas mengajar
guru.
2. PTK tidak boleh terlalu banyak menghabiskan waktu, karena itu PTK sudah
harus dirancang dan dipersiapkan dengan rinci dan matang.
3. Pelaksanaan tindakan hendaknya konsisten dengan rancangan yang telah dibuat.
4. Masalah yang dikaji harus merupakan masalah yang benar-benar ada dan
dihadapi oleh guru.
5. Pelaksanaan PTK harus mengikuti etika kerja yang berlaku (memperoleh ijin dari
kepala sekolah, membuat laporan, dll).
6. Harus selalu menjadi fokus bahwa PTK bertujuan untuk menjadikan adanya
perubahan atau peningkatan mutu proses dan hasil belajar, melalui serangkaian
bentuk tindakan-tindakan pembelajaran. Karena itu adanya kemauan dan
kemampuan untuk berubah menjadi sangat penting.
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 60
7. PTK juga dimaksudkan untuk pembelajaran guru agar meningkat kemauan dan
kemampuan berpikir kritis dan sistematis.
8. PTK juga bertujuan untuk lebih membiasakan atau pembelajaran guru untuk
menulis, membuat catatan, dan berbagai kegiatan akademik-ilmiah yang lain.
9. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan
tajam.
PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus yang berulang yang di dalamnya terdapat
empat tahapan utama kegiatan yaitu:
1. perencanaan
2. tindakan,
3. pengamatan dan
4. refleksi.
6. Siklus Kegiatan PTK.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa PTK terdiri rangkaian empat kegiatan yang
dilakukan dalam siklus berulang.
Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah (a) perencanaan, (b) tindakan,
(c) pengamatan, dan (d) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Permasalahan
Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
SIKLUS I
Pengamatan/
Pengumpulan Data I
Tindakan I
Refleksi I
Permasalahan
Baru Hasil
Refleksi
Pelaksanaan
Tindakan II
Perencanaan
Tindakan II
Pengamatan/
Pengumpulan Data II
Tindakan I
Refleksi II
SIKLUS II
Bila
Permasalahan
Belum
Terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Page 61
Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus yang pertama yang terdiri dari empat kegiatan.
Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang
dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru (bersama peneliti, bila PTKnya tidak
dilakukan sendiri oleh guru) menentukan rancangan untuk siklus kedua.
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan
sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan, atau untuk meyakinkan atau
menguatkan hasil. Tapi umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai
berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk
memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, maka guru dapat melanjutkan
dengan tahap kegaitan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama.
Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjutkan
dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu.
Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus
tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari
dua siklus.
Page 62
Page 63
6. Belajar kooperatif.
Merancang strategi dan skenario penerapan pembelajarannya yang menggunakan
prinsip pembelajaran konstruktivisme, seperti mengaktifkan proses bertanya,
penemuan, pemodelan, dan lain-lain yang dibuat dengan rinci.
Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.
B. Melaksanakan Tindakan
Pada tahapan ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan
diterapkan. Tentu saja rancangan tindakan tersebut telah "dilatihkan" kepada si
pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan
skenarionya. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan benar-benar, namun harus
tampak dan berlaku wajar.
Pada PTK yang dilakukan oleh guru, pelaksanaan tindakan ini umumnya dilakukan
dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat
menyelesaikan sajian beberapa pokok bahasan mata pelajaran tertentu.
Berikut disajikan contoh ringkasan rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan
pada satu PTK:
Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok
bahasan : A, B, C dan D
Format tugas: Pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih ketua,
sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk kelompok
dengan cara random dan dengan cara yang menyenangkan.
Kegiatan kelompok: mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok
bekerja/belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam OHT untuk persiapan
presentasi.
Presentasi dan diskusi pleno: masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam
pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan sebagai hasil
pembelajaran.
Jenis data yang dikumpulkan: Makalah kelompok, lembar OHT hasil kerja kelompok,
siswa yang aktif dalam diskusi, dll.
C. Melakukan Pengamatan atau Observasi
Tahapan ini, sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 64
dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya berlangsung dalam
waktu yang sama.
Pada tahapan ini, si peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan
menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun. Termasuk juga
pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan, dari waktu ke waktu dan
dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.
Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi,
nilai tugas, dan lain-lain) tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan
siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain.
Instrumen yang umum dipakai adalah
1. soal tes,
2. kuis,
3. rubrik,
4. lembar observasi, dan
5. cacatan lapangan.
Instrumen tersebut dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat
terekam melalui lembar observasi, seperti misalnya aktivitas siswa selama pemberian
tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai
sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data sebagai berikut:
1. skor tes uraian tanpa rubrik,
2. skor tes uraian dengan rubrik,
3. skor kualitas (kualitatif) dalam pelaksanaan diskusi dan jumlah pertanyaan dan
jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran dan
4. hasil observasi dan catatan Iapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa.
Untuk itu akan dipakai instrumen
1. soal tes yang berbentuk uraian yang akan diskor tanpa rubrik maupun dengan
rubrik,
2. rubrik yaitu pedoman dan kriteria penilaian/skoring baik dari tes uraian maupun
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 65
Indikator Keberhasilan
PTK
Semakin efektifnya
waktu belajar oleh
mahasiswa
Semakin efektifnya
kegiatan belajar siswa
dengan pihak lain
Semakin efektifnya
Page 66
Meningkatkan
kemampuan
melakukan penilaian
terhadap diri sendiri
Dari rincian sub indikator di atas, dirancang format-format yang akan dipakai dalam
pengumpulan data.
Apabila dicermati sebagian besar dari data yang akan terkumpul dari contoh di atas
adalah data kuantitatif. Dengan menggunakan data terkumpul tersebut dilakukan analisis
dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
D. Melakukan Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi
guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup
analisis, sintesis terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.
Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang
melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan
pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.
BAB VII
MENYUSUN LAPORAN PTK DALAM BENTUK
MAKALAH DAN ARTIKEL JURNAL
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 67
Kerangka Penulisan
Page 68
Page 69
penulisan, bahkan juga cara pengirimannya naskah (ada yang harus mengirimkan
dalam bentuk disket berikut print out nya) dll.
Berikut contoh sistematika penulisan pada Jurnal Teknologi Pendidikan (PPS IKIP
Malang, ISSN 0854-7599).
Setiap karangan harus disertai (a) abstrak, (b) kata-kata kunci, (c) identitas pengarang,
(d) pendahuluan yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan dan (e)
daftar pustaka. Hasil penelitian disajikan dengan sistematika sebagai berikut (a) judul,
(b) nama pengarang, (c) abstrak, (d) kata-kata kunci, (e) pendahuluan berisi
pembahasan kepustakaan dan tujuan penelitian, (f) metode, (g) pembahasan, (i)
kesimpulan dan saran, dan (h) daftar pustaka.
Dengan demikian isi dan sistematika KTI laporan hasil penelitian yang diajukan untuk
dimuat di jurnal, sedikitnya terdiri dari :
Judul Penelitian
Bab I Pendahuluan
Latar belakang masalah,kajian teori/pustaka tujuan dan manfaat
penelitian
Bab II Metode Penelitian
Bab III Hasil dan Pembahasan
Bab IV Kesimpulan dan Saran
Judul penelitian dinyatakan secara jelas namun sesingkat mungkin dan memuat
permasalahan yang akan diteliti. Upayakan agar dengan membaca judul itu, pembaca
akan tertarik untuk membaca lebih jauh isi usulan penelitian.
Bagian terpentinq pada KTI hasil penelitian adalah ungkapan permasalahan
(khususnya rumusan masalahnya). Rumusan masalah adalah pertanyaanpertanyaan yang jawabannya ingin dikaji melalui penelitian. Latar Belakang
Masalah merupakan penjelasan mengapa sesuatu itu dipermasalahkan. Alasan itu
diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat urgensi, tujuan dan manfaat dari
penelitian yang diajukan. KTI hasil penelitian harus pula menuliskan tujuan dan
manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
Secara singkat hasil penelitian juga perlu mencantumkan pembahasan teori dari hal
yang dipermasalahkan dan hipotesis yang dapat ditarik dari teori tersebut, serta akan
diuji berdasar fakta empirik. Uraian tentang metode penelitian, yang terdiri dari cara
pengumpulan, hasil yang diperoleh serta analisis data juga harus dituliskan dengan
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 70
singkat. Akhirnya pertu disajikan diskusi singkat, yang kemudian menghasilkan beberapa
kesimpulan serta (bila ada) pengajuan saran.
Hal yang tidak mudah dalam menulis KTI hasil penelitian untuk jurnal adalah
keterbatasan halaman. Umumnya jumlah halaman dari satu artikel yang dimuat di
jurnal antara 12 - 16 halaman (untuk ukuran kertas A4, font 12, spasi dua). Karena itu
kemampuan untuk memadatkan laporan agar isinya tetap terkomunikasikan dan terjaga,
dengan tetap enak dibaca dan mampu menarik minat menjadi kemampuan yang
memerlukan latihan.
Untuk menyusun laporan penelitian diperlukan pedoman penulisan yang dapat dipakai
sebagai acuan para peneliti pelaksana, sehingga tidak ditemukan adanya variasi bentuk.
Di samping itu juga perlu disesuaikan dengan pedoman yang sudah ditetapkan Diknas
dalam rangka memenuhi persyaratan penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dalam uapya
meningkatkan jabatan/golongan guru lewat pengembangan profesi.
Berikut ini disampaikan bentuk laporan PTK dalam rangka mempertanggungjawabkan
kegiatan yang dilakukan dengan dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
A. BAGIAN AWAL
a. Halaman Judul
b. Halaman Pengesahan
c. Abstrak
Menguraikan dengan ringkas unsur-unsur permasalahan, tujuan,
prosedur dan hasil penelitian.
d. Kata Pengantar
e. Daftar Isi
f. Daftar tabel/lampiran
B. BAGIAN ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 71
Deskpsikan masalah penelitian secara jelas dengan dukungan data faktual yang
menunjukan adanya masalah pada setting tertentu, pentingnya masalah untuk
dipecahkan. Uraikan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata, berada
dalam kewenangan guru dan akibat yang ditimbulkan kalau masalah itu tidak
dipecahkan.
B. Rumusan Masalah
Rumuskan masalahnya dalam bentuk kalimat pertanyaan, sehingga akan terjawab
setelah tindakan selesai dilakukan. Diupayakan rumusan masalah ini dapat dirinci
ke dalam proses, situasi dan hasil yang diperoleh.
C. Tujuan Penelitian
Kemukakan tujuan penelitian secara rinci sesuai dengan rumusan masalah yang
dikemukakan pada bagian sebelumnya.
D. Manfaat Penelitian
Dalam menyampaikan manfaat penelitian tidak perlu ambisius, rumuskan yang
terkait dengan siswa dan dapat juga diperluas ke guru.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
Kemukakan teori dan hasil kajian/temuan/penelitian yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Serta memberi arah dan petunjuk pada pelaksanaan tindakan yang
dilaksanakan dalam penelitian. Diperlukakan untuk dapat membangun argumentasi
teoritis yang menunjukan bahwa tindakan yang diberikan dimungkinkan dapat
meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas. Pada akhir bab ini dapat
dikemukakan hipotesis tindakan.
BAB III Pelaksanaan Penelitian
Mengandung unsur: deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik
siswa di sekolah sebagai subjek penelitian. Kejelasan tiap siklus: rancangan,
pelaksanaan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, usaha validasi
hipotesis dan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan
feasible serta collaborative.
Page 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Berisi lampiran tentang instrumen yang digunakan dalam penelitian, sampul lembar
jawaban dari siswa/guru, Foto kegiatan, ijin penelitian dan bukti lain yang dipandang
penting.
DAFTAR PUSTAKA
Blaxter, L., Hughes, C., dan Thight, M., How to research second edition,
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK
Page 73
Seluk beluk malakukan riset edisi kedua, (alih bahasa Agustina R.E.
Sitepoe), penerbit PT. INDEKS Kelompok Gramedia, 2006, Jakarta.
Bell, J., Doing your reseach project: A guide for first-time researchers in
education, helth and sosial science, Melakukan proyek penelitian
secara mandiri: Penuntun bagi para peneliti pemula dalam bidang
pendidikan, kesehatan, dan ilmu sosial, (alih bahasa Jacobus Embu Lato),
penerbit PT. INDEKS Kelompok Gramedia, 2006, Jakarta.
Dijendikti Depdiknas, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research), 2004, Jakarta.
Depdiknas, Materi TOT Block Grant Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
2007, Jakarta.
Santyasa, I. W., Metodologi Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada
Workshop tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Para Guru SMP 2
dan SMP 5 Nusa Penida Klungkung, pada tanggal 30 Nopember s.d 1
Desember 2007 di Nusa Penida.
Widoyoko, S. E. P., Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Profesi
Guru, Makalah pada Seminar Peningkatan Kualitas Profesi Guru Melalui
Penelitian Tindakan Kelas yang Diselenggaran Oleh Universitas
Muhammadyah Purwekerto Pada Tanggal 14 September 2008.
Page 74