Anda di halaman 1dari 74

Tujuan Pelatihan Pengembangan Profesionalisme Guru

Setelah mengikuti pelatihan, para peserta pelatihan diharapkan dapat :


1. Menganalisis konsep dan tugas guru professional
2. Mengidentifikasi
karakteristik
peserta
pengembangan program pembelajaran

didik

sebagai

landasan

3. Mengembangkan pembelajaran yang mendidik dan kontekstual


4. Mengidentifikasi 5 (lima) aktifitas yang dapat dilakukan guru profesional
5. Merancang program kerja sebagai guru profesional untuk mengatasi masih
rendahnya akses dan pemerataan pendidikan
6. Merancang program kerja sebagai guru profesional untuk mengatasi
masalah masih kurangnya sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia
7. Mengidentifikasi faktor-faktor untuk meningkatkan kualitas dan proses
pembelajaran di kelas.
8. Mengembangkan program pembelajaran untuk mengatasi masalah yang
ditimbulkan akibat negatif teknologi.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 1

BAB I
PENDAHULUAN

Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru harus mampu
melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional
apabila mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada
etika kerja, independent (bebas dari tekanan pihak luar), cepat (produktif),
tepat (efektif), efisien dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip
pelayanan prima. Prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada unsur-unsur ilmu
atau teori yang sistematis, kewenangan profesional, pengakuan masyarakat
dan kode etik yang regulatif. Pengembangan wawasan dapat dilakukan
melalui forum pertemuan profesi, pelatihan ataupun upaya pengembangan
dan belajar secara mandiri. Sejalan dengan hal di atas, seorang guru harus
terus meningkatkan profesionalismenya melalui berbagai kegiatan yang dapat
mengembangkan kemampuannya dalam mengelola pembelajaran maupun
kemampuan lain dalam upaya menjadikan peserta didik memiliki keterampilan
belajar. Keterampilan tersebut mencakup keterampilan dalam memperoleh
pengetahuan (learning to know), keterampilan dalam pengembangan jati diri
(learning to be), keterampilan dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu
(learning to do), dan keterampilan untuk dapat hidup berdampingan dengan
sesama secara harmonis (learning to live together).
Paradigma pendidikan berbasis kompetensi yang mencakup kurikulum,
pedagogi, dan penilaian, menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum
berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses
pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan
pedagogi yang mencakup strategi mengajar atau metode mengajar,
sedangkan tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada
hasil penilaian yang mencakup penilaian, tugas-tugas dan pengamatan.
Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, khususnya kompetesi pedagogik
mengharuskan guru menguasai dan mampu menerapkan berbagai
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara
kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. Di samping itu secara profesional
guru dituntut untuk mengembangkan materi pembelajaran yang diampu
secara kreatif, melalui pemilihan materi pembelajaran serta mengolah materi
pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 2

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada satuan


pendidikan, di samping memuat kompetensi yang harus dicapai juga memuat
pendidikan kecakapan hidup yang dapat diberikan secara terintegrasi dengan
materi setiap mata pelajaran. Pendidikan kecakapan hidup tersebut mencakup
kecakapan kepribadian, sosial, akademik, dan atau kecakapan vokasional.
Pada hakekatnya, integrasi pendidikan kecakapan hidup ke dalam mata
pelajaran di sekolah bertujuan untuk membekali peserta didik (generasi muda)
dengan seperangkat kemampuan tertentu yang relevan dengan kehidupan
dunia nyata yang sangat berguna bagi mereka untuk hidup di masyarakat,
bekerja dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Membekali
siswa dengan seperangkat kompetensi ilmu pengetahuan yang terintegrasi
dengan kecakapan hidup membutuhkan strategi pembelajaran yang bermutu,
bermakna dan relevan dengan tingkat perkembangan siswa. Dalam hal ini
fokus utama dari kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa
mengaktualisasikan potensi dan kreativitasnya. Oleh karena itu guru sebagai
agen pembelajaran yang profesional perlu mempersiapkan strategi
pembelajaran dengan mempertimbangkan seluruh dimensi pembelajaran,
meliputi: karakteristik dan gaya belajar siswa, karakterstik dan tujuan mata
pelajaran, partisipasi aktif siswa, relevansi materi pembelajaran dengan
kehidupan nyata, suasana belajar baik fisik maupun emosional, sumbersumber belajar yang relevan, serta meramu/mengemas semua dimensi ini
menjadi sebuah strategi pembelajaran yang bermakna bagi guru dan siswa.
Sebagai seorang guru yang professional harus mampu mengembangkan
Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 yang meliputi:
1. Prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,
2. Menentukan pengalaman belajar yang dapat mendorong siswa untuk
mencapai prestasi, potensi, dan kreativitas,
3. Menentukan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran,
4. Menentukan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, prestasi, potensi,
kreativitas secara optimal,
5. Berkomunikasi secara efektif, empatik, santun dengan siswa,
6. Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara utuh,
7. Menyusun rancangan dan melaksanakan pembelajaran yang lengkap, baik
untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan,
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 3

8. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran serta


mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
Diharapkan para guru peserta pelatihan PLPG akan lebih termotivasi untuk
meningkatkan proses belajar secara profesional melalui rancangan dan
penerapan berbagai strategi, pendekatan, dan metode yang beragam dalam
pengajaran dan pembelajaran yang terintegrasi.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 4

BAB II
PROFESI KEGURUAN

1. Profesi Guru
Dengan ditetapkannya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, yang
sering disebut dengan Guru dan Dosen (UUGD), maka secara hokum
ditegaskan bahwa pekerjaan sebagai guru adalah suatu profesi. Profesi
maksudnya adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari
para anggotanya. Guru sebagai jabatan profesi maka pekerjaan sebagai guru
harus memenuhi standar-standar keprofesionalan di bidang yang
bersangkutan. Jadi, menjadi guru sebagai suatu profesi (profession) bukan
lagi merupakan pekerjaan biasa yang sekedar sebagai pencaharian
(occupation) dan pekerjaan sebagai guru tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang, tetapi profesi guru harus dilakukan oleh orang yang
sengaja dipersiapkan melalui pendidikan dan pelatihan untuk memangku
jabatan tersebut.

Secara lebih luas suatu profesi ditandai dengan ciri-ciri keprofesionalan yang
meliputi :
1. Adanya standar keahlian/profesionalitas di bidang yang bersangkutan.
2. Ada organisasi profesi yang mengkoordinasikan pelaksanaan profesi
tersebut dan yang berwenang mengontrol proses sertifikasi atau
pemerolehan lisensi (sertifikat) bagi mereka yang memasuki profesi
tersebut.
3. Ada kode etik yang menjadi standar perilaku etis dalam menjalankan profesi
tersebut.
4. Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan tersebut sebagai suatu
profesi.
5. Ada suatu proses yang relatif lama untuk mencapai standar
keahlian/profesionalitas melalui pendidikan dan pelatihan. Artinya, ada
lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya untuk
memenuhi standar menjadi anggota profesi tersebut.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 5

6. Menekankan pada pelayanan/pengabdian kepada masyarakat luas secara


pprofesional, bukan semata-mata mencari pendapatan bagi diri sendiri.
Dalam hal ini setiap profesi selalu memiliki kelompok sasaran yang menjadi
kliennya, misalnya: guru-murid, dokter-pasien dan lain sebagainya.
National Education Association (NEA) merumuskan kriteria/ciri jabatan profesi
guru sebagai berikut:
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup yang permanent.
6. Jabatan yang memerlukan baku standarnya sendiri.
7. Jabatan yang lebih mementingkan pelayanan di atas keuntungan pribadi.
8. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin
erat.
Dalam UUGD jelas dilihat bahwa tujuan pemerintah adalah ingin
meningkatkan kualitas pendidikan secara nasional. Untuk itu langkah pertama
yang diambil adalah meningkatkan kualitas sekaligus profesionalitas para guru
di Indonesia. Peningkatan tersebut dilakukan dengan meningkatkan kualifikasi
dan kompetensi guru melalui sertifikasi profesi guru. Sehubungan dengan itu,
dalam UUGD, Pasal 8, ditulis bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi Akademik Guru
Menurut UUGD tersebut, guru di Indonesia harus memiliki kualifikasi
pendidikan sarjana. Kualifikasi akademik tersebut diperoleh melalui pendidikan
tinggi program sarjana (S-1) atau program diploma empat (Pasal 9). Dalam
Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru ditegaskan bahwa program sarjana atau
diploma empat tersebut harus sesuai dengan bidangnya. Dalam praktiknya
pemberlakuan pasal ini dilaksanakan secara bertahap. Pemerintah memberi
batas akhir waktu sampai pada tahun 2015 semua guru sudah harus
berpendidikan S-1.
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 6

Kompetensi Guru
Pada UUGD pasal 10 ditulis bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh para
guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Penjabaran lebih rinci dari keempat
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru terdapat pada Peraturan Menteri
Nomor 16 Tahun 2007, yaitu:
A. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi ini merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensikompetensi sebagai berikut:
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang studi yang
diampu.
4. Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang mendidik
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

untuk

7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta


didik
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran
10. Melakukan tindakan
pembelajaran.

reflektif

untuk

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

peningkatan

kualitas

Page 7

B. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi ini merupakan profil kepribadian yang harus dimiliki oleh guru,
yakni meliputi kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

C. Kompetensi Sosial
Kompetensi ini merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, dan masyarakat
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau dengan bentuk lain.

D. Kompetensi Profesional
Kompetensi ini merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan bidangnya masingmasing. Ini meliputi kompetensi-kompetensi sebagai berikut :
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 8

mendukung mata pelajaran yang diampu.


2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

dasar

mata

3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.


4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri.
Hal yang agak janggal di sini adalah penggunaan istilah kompetensi
profesional untuk penguasaan bidang studi. Mengapa janggal? Karena
seolah-olah dengan menguasai kompetensi tersebut seorang guru sudah
dapat disebut profesional, padahal itu hanyalah salah satu kompetensi dari
empat kompetensi yang harus dikuasai yang secara keseluruhan menjadikan
seorang guru betul-betul profesional. Selain itu banyak ahli tidak sependapat
jika kompetensi keguruan dikotak-kotakkan atau dipisah-pisahkan dalam
empat bidang secara tegas, karena memberi kesan tiap-tiap kompetensi dapat
dikuasai secara terpisah dari kompetensi yang lain. Sedangkan dalam
kenyataannya keempat kompetensi tersebut dan mungkin masih ada
kompetensi kompetensi lain harus saling terkait erat dan tidak mudah
dipisahkan satu sama lain.
Sertifikat Pendidik
Menurut UUGD pasal 11 (2) dinyatakan bahwa sertifikasi pendidik dibedakan
menjadi dua : sertifikasi guru dalam jabatan dan sertifikasi guru
prajabatan.Untuk guru dalam jabatan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV.
Pemerolehan sertifikat pendidik dilakukan dengan mengikuti program
sertifikasi guru yang diselenggarakan oleh pemerintah. Program ini
dilaksanakan dalam dua jalur, yaitu: (1) jalur uji kompetensi melalui penilaian
portofolio, dan (2) jalur pendidikan melalui kuliah di Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK). Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Nomor
18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Pada pasal 2 ayat (1)
ditegaskan bahwa sertifikasi tersebut dilaksanakan melalui uji kompetensi dan
pada pasal 2 ayat (2) dituliskan bahwa Uji kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.
Sedangkan sertifikasi lewat jalur pendidikan melalui kuliah diatur dalam
Peraturan Menteri Nomor 18 pasal 3. Untuk sertifikasi guru prajabatan (calon
guru yang belum diangkat bekerja sebagai guru tetap) pemerolehan sertifikat
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 9

guru dilakukan dengan mengambil program profesi sebagai kelanjutan dari


pendidikan S-1 yang telah diselesaikannya. Program ini terbuka bagi lulusan
S-1 kependidikan maupun nonkependidikan. Isi program profesi ini adalah
penambahan/pemantapan penguasaan kompetensi pedagogik, sosial, dan
profesional dengan mengikuti perkuliahan.
Sehat Jasmani dan Rohani
Persyaratan untuk kesehatan jasmani dan rohani dipenuhi dengan
menunjukkan surat dokter (hasil pemeriksaan kesehatan dilakukan secara
menyeluruh dan jujur). Tugas guru yang mulia dan sungguh berat haruslah
dilakukan oleh orang-orang yang tidak berpenyakitan, tidak cacat fisik, tidak
terganggu mentalnya, dan tidak sakit jiwanya. Sehingga guru yang profesional
haruslah guru yang sehat jasmani dan sehat rohani.
Memiliki Kemampuan untuk Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional
Guru yang profesional adalah guru yang juga mampu melaksanakan tugasnya
dengan sebaik-baiknya demi terwujudnya tujuan pendidikan yang telah
digariskan. Ini ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan guru yang sejalan
dengan tujuan pendidikan nasional, yakni tercapainya manusia Indonesia
yang seutuhnya. Yang bertugas mengembangkan ketentuan tentang standar
kompetensi guru tersebut adalah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
yang kemudian ditetapkan dengan peraturan pemerintah. BSNP adalah badan
mandiri dan independent yang bertugas mengembangkan, memantau
pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan dalam rangka
menjaga mutu pendidikan di Indonesia (PP No. 19, Tahun 2005). Selanjutnya
BSNP dalam menjalankan tugasnya berpegang pada PP No. 19, Tahun 2005,
tentang Standar Nasional Pendidikan. Lingkup kerjanya meliputi 8 bidang
yang harus distandarisasikan, yaitu: (1) standar isi; (2) standar proses; (3)
standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5)
standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar
pembiayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan.
2. Kode Etik Guru
Jabatan guru sebagai profesi mempunyai kode etik yang merupakan ramburambu bagi setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugas berorientasi
pada norma-norma tersebut. Tujuan diberlakukannya kode etik adalah untuk:
1. Menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 10

3. Meningkatkan pengabdiaan para angota profesi.


4. Menigkatkan mutu pelayanan profesi.
5. Meningkatkan mutu organisasi profesi.
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah resmi
profesi guru-guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan merupakan bidang
pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan tanah air, dan
terhadap kemanusiaan pada umumnya. Oleh sebab itu guru di Indonesia
terpanggil untuk melaksanakan tugas-tugas dengan berpedoman pada dasardasar berikut ini:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia yang seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua sekitarnya untuk
membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap
pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 11

BAB III
PENGEMBANGAN PROFESI GURU

1. Prinsip Pengembangan Profesi Guru

Reformasi pendidikan adalah suatu komitmen untuk melakukan perubahan


tentang bentuk pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas. Salah satu visi
baru tentang pengajaran di dalam kelas adalah melibatkan semua siswa
dalam proses belajar mengajar dan dalam mencari jawaban pertanyaanpertanyaan yang signifikan dalam suasana yang mendukung. Untuk mencapai
visi ini, guru perlu pengetahuan, keterampilan, perilaku yang baru dan
perubahan peran. Para guru perlu merasa memiliki peranan dalam visi baru
dan merasa mampu dan menyenangkan untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang tepat untuk para siswanya. Di samping itu, para guru
memiliki rasa bahwa pengetahuannya tentang materi pelajaran dapat
menjamin membantu siswa dalam belajar. Pengembangan profesi dalam
refomasi pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat kritis. Terdapat
sedikitnya tujuh prinsip tentang kriteria pengembangan profesi guru yang
efektif, yaitu
1. Pengembangan profesi yang efektif diarahkan oleh citra tentang
pengajaran dan pembelajaran yang efektif. Sebagai contoh, memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap semua siswa dalam pembelajaran di
kelas; menekankan pembelajaran berbasis penemuan, investigasi,
pemecahan masalah, aplikasi pengetahuan; menggunakan suatu
pendekatan yang menekankan pemahaman yang mendalam atas konsepkonsep utama dan menantang siswa untuk membangun pemahaman baru;
dan memiliki kejelasan dalam mengukur pencapaian siswa secara
bermakna.
2. Pengembangan profesi yang efektif memberikan kesempatan kepada guru
untuk membengun pengetahuan dan keterampilannya. Sebagi contoh,
membantu guru mendalami pengetahuan di bidangnya maupun
pedagogiknya (mendengarkan gagasan-gagasan siswa, mengajukan
pertanyaan, memperbaiki berbagai miskonsepsi); dan membantu guru
dalam memilih dan mengintegrasikan kurikulum dengan pengalaman
pembelajaran.
3. Pengembangan profesi yang efektif menggunakan model dan strategi
pembelajaran yang sesuai. Sebagai contoh, memulai dan membangun dari
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 12

kemampuan guru; memberikan waktu yang banyak untuk melakukan


investigasi, kolaborasi dan refleksi; dan mengaitkan dengan aktivitas
pengembangan profesi guru yang lain.
4. Pengembangan profesi yang efektif membangun suatu masyarakat belajar.
Sebagai contoh, belajar secara terus menerus merupakan bagian dari nilai
dan budaya sekolah, guru diberi penghargaan dan didorong untuk selalu
belajar, dan guru belajar bekerja sama satu sama lain.
5. Pengembangan profesi yang efektif mendorong guru untuk terjun dalam
mengambil peran dalam kepemimpinan. Sebagai contoh, sebagai
pendukung guru lainnya, sebagai agen perubahan, dan sebagai
penggagas reformasi.
6. Pengembangan profesi yang efektif menyediakan saluran akses dengan
bagian-bagian lain dalam sistem pendidikan. Sebagai contoh,
pengembangan profesi diintegrasikan dengan sekolah dalam satu rayon
atau melakukan pengembangan kurikulum dan assesmen, dan
memberikan dukungan secara aktif dalam masyarakat tersebut.
7. Pengembangan profesi yang efektif secara terus menerus melakukan
assesmen terhadap dirinya dan membuat perbaikan untuk meningkatkan
dampak positif terhadap keefektifan guru, pembelajaran siswa,
kepemimpinan, dan masyarakat sekolah.
Dengan menganut prinsip-prinsip di atas, Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) bidang studi sebagai suatu wadah pengembangan profesinalisme
guru dapat melakukan pengembangan profesi guru sesuai dengan bidang
studinya. Tentu saja tidak mudah melakukan pengembangan profesi guru
secara efektif. Hal ini disebabkan kelangkaan sumber-sumber belajar, baik
berupa material seperti buku mutakhir (dalam Bahasa Indonesia), audio
visual, maupun sumber daya manusia. Namun demikian pengembangan
profesi guru harus tetap dapat dilakukan melalui strategi kemitraan, baik
secara lembaga maupun individual. Melalui kemitraan ini dapat
dikembangkan pula strategi-strategi lain, seperti penelitian tindakan kelas
(PTK), loka-karya, dan lain sebagainya.
Guru yang profesional dapat mengembangkan proses pembelajarannya di
kelas secara lebih baik. Untuk mengembangkan lebih jauh kompetensi dasar
dan inti melalui stategi atau metode pembelajaran yang sesuai maka guru
hendaklah dapat menguasai kompetensi-kompetensi dasar seperti
1. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 13

2. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik


pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang
diampu.
3. Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diampu.
4. Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di
dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
5. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di
lapangan.
6. Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
7. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
8. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta
didik mencapai prestasi secara optimal.
9. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan
potensi peserta didik termasuk kreativitasnya.
10. Mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik .
11. Mengembangkan
keprofesionalan
melakukan tindakan reflektif.

secara

berkelanjutan

dengan

2. Kegiatan Pengembangan Profesi Guru


Kegiatan pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka
penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
keterampilan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dalam rangka
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan pada umumnya
maupun lingkup sekolah pada khususnya.
Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan
mutu guru agar guru lebih profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya. Jadi, kegiatan tersebut bertujuan untuk memperbanyak guru yang
profesional, bukan untuk mempercepat atau memperlambat kenaikan
pangkat/golongan. Selanjutnya sebagai penghargaan kepada guru yang
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 14

mampu meningkatkan mutu keprofesionalannya, diberikan penghargaan, di


antaranya dengan kenaikan pangkat/golongannya.
Setiap guru wajib melakukan berbagai kegiatan dalam melaksanakan tugas
dan tanggung-jawabnya. Lingkup kegiatan guru tersebut meliputi
1. Mengikuti pendidikan.
2. Menangani proses pembelajaran.
3. Melakukan kegiatan pengembangan profesi.
4. Melakukan kegiatan penunjang.
Dalam rangka melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawsabnya, guru
harus berusaha meningkatkan atau mengembangankan kualitas pelayanan
profesinya.
Untuk setiap kegiatan dalam kegiatan pengembangan profesi yang dilakukan
dengan baik dan benar diberikan angka kredit. Angka kredit adalah angka
yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh
seorang guru dalam mengerjakan butir rincian kegiatan yang dipergunakan
sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat dalam
jabatan guru. Penetapan angka kredit adalah penetapan hasil penilaian
prestasi kerja guru yang telah memenuhi syarat untuk kenaikan
jabatan/pangkat yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
1. Kegiatan pengembangan profesi tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut:
2. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan.
3. Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan.
4. Menciptakan karya seni.
5. Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan.
6. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Lingkup kegiatan karya tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan, meliputi :


karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi di bidang
pendidikan, karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah gagasan sendiri
dalam bidang pendidikan, tulisan ilmiah populer, pemakalah dalam pertemuan
ilmiah, buku pelajaran, diktat pelajaran dan karya alih bahasa atau karya
terjemahan. Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan, meliputi
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 15

pembuatan alat peraga dan alat bimbingan. Menciptakan karya seni meliputi
karya seni sastera, lukis, patung, pertunjukan, dan lain sebagainya.
Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan, meliputi teknologi
yang bermanfaat di bidang pembelajaran, seperti alat praktikum, dan alat
bantu teknis pembelajaran. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum,
meliputi keikutsertaan dalam penyusunan standar pendidikan dan pedoman
lain yang bertaraf nasional.
Wujud dari kegiatan karya tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan dapat
berupa:
1. Hasil penelitian yang dipublikasikan lam bentuk buku yang diterbitkan
an diedarkan secara nasional
2. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam majalah ilmiah yang diakui.
3. Hasil penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di
perpustakaan dalam bentuk buku
4. Hasil penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di
perpustakaan dalam bentuk makalah
5. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri
dalam bidang pendidikan yang dipublikasikan dalam bentuk buku yang
diterbitkan dan diedarkan secara nasional
6. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri
dalam bidang pendidikan yang dipublikasikan dalam majalah ilmiah
yang diakui
7. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri
dalam bidang pendidikan yang tidak dipublikasikan tetapi
didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk buku
8. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri
dalam bidang pendidikan yang tidak dipublikasikan tetapi
didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah
9. Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang
disebarluaskan melalui media massa
10. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan, atau ulasan
ilmiah dalam pertemuan ilmiah
11. Buku pelajaran atau modul bertaraf nasional
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 16

12. Buku pelajaran atau modul bertaraf provinsi


13. Diktat pelajaran
14. Mengalihbahasakan buku pelajaran/ karya ilmiah yang bermanfaat
bagi pendidikan.
3. Perkembangan Teknologi Informasi
Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru maka perkembangan
teknologi informasi harus dijadikan sebagai peluang untuk mengubah pola
hubungan guru-murid, teknologi instruksional dan sistem pendidikan secara
keseluruhan. Adanya revolusi informasi harus dapat dimanfaatkan oleh guru di
bidang pendidikan sebagai alat mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya
justru menjadi penghambat. Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak
dan etika yang dilandasi oleh ilmu pendidikan dengan dukungan berbagai
pengalaman para praktisi pendidikan di lapangan.
Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi) menyebabkan
peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah
tidak lagi akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas
belajar tidak lagi terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan
menjadi satu-satunya sumber belajar karena banyak sumber belajar dan
sumber informasi yang mampu memfasilitasi seseorang untuk belajar.
Apabila anak diajarkan untuk mampu belajar sendiri, mencipta, dan menjalani
kehidupannya dengan berani dan percaya diri atas fasilitasi lingkungannya
(keluarga dan masyarakat) serta peran sekolah tidak hanya menekankan
untuk mendapatkan nilai-nilai ujian yang baik saja, maka akan jauh lebih baik
dapat menghasilkan generasi masa depan. Orientasi pendidikan yang
terlupakan adalah bagaimana agar lulusan sekolah mempunyai pengetahuan
dan kompeten dalam bidangnya, dan matang serta sehat kepribadiannya.
Bahkan konsep tentang sekolah di masa yang akan datang akan berubah
secara drastis. Secara fisik, sekolah tidak perlu lagi menyediakan sumbersumber daya yang secara tradisional berisi bangunan-bangunan besar, tenaga
yang banyak dan perangkat lainnya. Sekolah harus bekerja sama secara
komplementer dengan sumber belajar lain terutama fasilitas internet yang
telah menjadi sekolah maya.
Bagaimanapun kemajuan teknologi informasi di masa yang akan datang,
keberadaan sekolah tetap akan diperlukan oleh masyarakat. Kita tidak dapat
menghapus sekolah, karena dengan alasan telah ada teknologi informasi yang
maju. Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak dapat
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 17

tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi mengembangkan


kepribadian atau membina hubungan sosial, rasa kebersamaan, kohesi sosial,
dan lain-lain.
Teknologi informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi penyebaran
informasi dan sumber belajar atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang
semula disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu dapat diubah menjadi
pembelajaran yang diindividualisasikan melalui jaringan internet yang dapat
diakses oleh siapapun dari manapun secara individu. Inilah tantangan profesi
guru. Apakah perannya akan digantikan oleh teknologi informasi, atau guru
yang memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang peran profesinya.
Dunia pendidikan harus menyiapkan seluruh unsur dalam sistim pendidikan
agar tidak tertinggal atau ditinggalkan oleh perkembangan teknologi informasi
tersebut. Melalui penerapan dan pemilihan teknologi informasi yang tepat
(sebagai bagian dari teknologi pendidikan), maka perbaikan mutu yang
berkelanjutan dapat diharapkan. Perbaikan yang berlangsung terus menerus
secara konsisten/konstan akan mendorong orientasi pada perubahan untuk
memperbaiki secara terus menerus dunia pendidikan. Adanya revolusi
informasi dapat menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan karena mungkin
kita belum siap menyesuaikan. Sebaliknya, hal ini akan menjadi peluang yang
baik bila lembaga pendidikan mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan
dan berusaha memilih jenis teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang
pencapaian mutu pendidikan. Pemilihan jenis media sebagai bentuk aplikasi
teknologi dalam pembelajaran harus dipilih secara tepat, cermat dan sesuai
kebutuhan, serta bermakna bagi peningkatan mutu pembelajaran.
4. Desentralisasi Pendidikan
Paradigma pembangunan yang dominan telah mulai bergeser ke paradigma
desentralistik. Sejak diundangkan UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah
maka mulailah desentralisasi dalam banyak urusan yang semula dikelola
secara sentralistik. Menurut Tjokroamidjoyo (dalam Jalal dan Supriyadi, 2001),
bahwa salah satu tujuan dari desentralisasi adalah untuk meningkatkan
pengertian rakyat serta dukungan mereka dalam kegiatan pembangunan dan
melatih rakyat untuk dapat mengatur urusannya sendiri. Ini artinya bahwa
kemauan berpartisipasi masyarakat dalam pembangunan (termasuk dalam
pengembangan pendidikan) harus ditumbuhkan dan ruang partisipasi perlu
dibuka selebar-lebarnya.
Belajar dari pengalaman bahwa ketika peran pemerintah sangat dominan dan
peran serta masyarakat hanya dipandang sebagai kewajiban, maka
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 18

masyarakat justru akan terpinggirkan dari proses pembangunan itu sendiri.


Penguatan partisipasi masyarakat haruslah menjadi bagian dari agenda
pembangunan itu sendiri, lebih-lebih dalam era globalisasi. Peran serta
masyarakat harus lebih dimaknai sebagai hak dari pada sekadar kewajiban.
Kontrol rakyat (anggota masyarakat) terhadap isi dan prioritas agenda
pengambilan keputusan pembangunan harus dimaknai sebagai hak
masyarakat untuk ikut mengontrol agenda dan urutan prioritas pembangunan
bagi dirinya atau kelompoknya.
Desentralisasi adalah penyerahan sebagian otoritas pemerintah pusat ke
daerah, untuk mendistribusikan beban pemerintah pusat ke daerah sehingga
daerah dan masyarakatnya ikut menanggung beban tersebut. Tujuannya
adalah:
1. mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan tentang masalahmasalah kecil di tingkat local.
2. meningkatkan partisipasi masyarakat.
3. menyusun program-program perbaikan pada tingkat lokal yang lebih
realistik,
4. melatih rakyat mengatur urusannya sendiri.
5. membina kesatuan nasional
memberdayakan daerah.

yang

merupakan

motor

penggerak

Dalam desentralisasi pendidikan, pemerintah pusat lebih berperan dalam


menghasilkan kebijaksanaan mendasar (menetapkan standar mutu
pendidikan secara nasional), sementara kebijaksanaan operasional yang
menyangkut variasi keadaan daerah didelegasikan kepada pejabat daerah
bahkan sekolah.
Kurikulum dan proses pendidikan dalam kerangka otonomi daerah, ada
bagian yang perlu dibakukan secara nasional, tetapi hanya terbatas pada
beberapa aspek pokok, yaitu:
1. Substansi pendidikan yang berada dibawah tanggungjawab pemerintah,
seperti PKn, Sejarah Nasional, Pendidikan Agama, dan Bahasa Indonesia.
2. Pengendalian mutu pendidikan, berdasarkan standar kompetensi minimum.
3. Kandungan minimal konten setiap bidang studi, khususnya yang
menyangkut ilmu-ilmu dasar.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 19

4. Standar-standar teknis yang ditetapkan berdasarkan standar mutu


pendidikan.

Dengan desentralisasi pendidikan ini maka guru diberi keleluasaan untuk


merancang program pembelajaran yang lebih sesuai dengan kondisi di daerah
agar bisa meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan. Guru dituntut
secara professional untuk mengembangkan diri mendesain pembelajaran di
kelas danmengemas materi-materi yang sesuai di muatan lokal. Guru melalui
sekolah dan dinas pendidikan setempat harus mampu menyediakan
pengalaman belajar yang mendidik bagi siswa yang mampu meningkatkan
perluasan akses dan pemeretaan pendidikan.
Beberapa contoh untuk kegiatan/program yang bisa meningkatkan akses dan
pemerataan pendidikan adalah mendirikan sekolah-sekolah satu atap,
mengembangkan kemampuan guru secara profesional dalam menangani
program pembelajaran dalam kelas ganda dan kelas heterogen, memfasilitasi
penyelenggaraan perpustakaan keliling, pelaksanaan program guru kunjung,
memamfaatkan komite sekolah untuk mendesain program pembiayaan subsidi
silang untuk membantu siswa yang kurang mampu dari segi finansial,
memamfaat kemajuan teknologi informasi dalam menunjang program
pembelajaran secara profesional, dan lain-lain.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 20

BAB IV
PARTISIPASI AKTIF SISWA DI DALAM PROSES
BELAJAR MENGAJAR

1. Pembelajaran yang Mendidik


Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menyediakan seperangkat
kondisi lingkungan yang dapat merangsang anak untuk melakukan aktivitas
belajar. Dalam hal ini, guru termasuk orang dewasa berperan menciptakan
lingkungan yang kondusif dan dinamis untuk anak belajar. Ada 4 pilar belajar
yang dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan pembelajaran yang
mendidik, yaitu: (1) learning how to know, (2) learning how to do, (3) learning
how to be, dan (4) learning how to life together.
Bagian pertama, guru menciptakan lingkungan belajar yang dapat memicu
rasa ingin tahu anak. Misalnya dengan mengajak anak berhadapan dengan
lingkungan yang baru, menghadapkan anak pada gejala yang berbeda dari
situasi keseharian anak. Wujud dari perilaku anak yang memiliki rasa ingin
tahu antara lain, bertanya-tanya tentang sesuatu, mengamati sesuatu secara
seksama, dan ingin mencoba pengalaman/keterampilan baru. Dalam hal ini
guru hendaknya menjadi pendengar yang baik, melayani pertanyaan anak
tanpa memberikan jawaban yang instan. Selain itu anak perlu digiring pada
pengalaman baru yang menyebabkan rasa keingintahuannya itu terpenuhi.
Bagian pedua, berkecamuknya rasa ingin tahu anak akan memerlukan suatu
kompensasi. Anak akan mencoba memahami sesuatu dengan melakukan
kegiatan secara langsung (a hand on experiences). Anak bereksperimen,
memanipulasi alat-alat bermainnya, mengkonstruksi sesuatu dan lain
sebagainya secara trial and error. Peran guru dan orang dewasa adalah
memfasilitasi dengan berbagai sarana/alat permainan manipulatif, sehingga
anak merasa tertantang melakukan sesuatu (bermain secara aktif).
Biarkan mereka secara kreatif memecahkan masalahnya, tanpa intervensi
guru. Bila diperlukan guru berperan sebagai partner/mitra anak dalam belajar
dan bermain, sambil mengamati perkembangan anak.
Bagian ketiga, apa yang dilakukan anak pada bagian kedua tadi akan
membentuk kepribadian anak. Kemandirian, keuletan, belajar dari kesalahan
dan rasa sukses dalam memecahkan permasalahan akan membuat anak
memiliki konsep diri yang positif, dan rasa percaya diri yang mantap.
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 21

Bagian keempat, kesempatan anak untuk bersosialisasi dengan


lingkungannya perlu dikembangkan. Misalnya dengan cara collaborative
learning and playing. Kebersamaan, kekompakan, mau menyadari kelebihan
dan kekurangan diri sendiri dan orang lain merupakan tujuan dari learning
how to life together.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk memfasilitasi karakteristik
perkembangan dan belajar anak melalui pembelajaran terpadu. Keterpaduan
ini meliputi proses dan materinya, sehingga menghasilkan pembelajaran yang
bermakna dan menyenangkan. Pembelajaran yang bermakna dan
menyenangkan akan merangsang anak untuk bermain dan belajar secara
aktif. Peran guru adalah mendorong terjadinya belajar. Untuk lebih
memperluas wawasan dan berkembangnya kemampuan berbahasa dan
sosial anak, maka pembelajaran hendaknya memungkinkan anak berinteraksi
dengan lingkungannya. Interaksi anak dengan lingkungan dan objek-objek
belajar akan memungkinkan anak mengkonstruksi pengalaman belajarnya
secara efektif.
Dari uraian di atas dapat dituliskan karakteristik pembelajaran yang mendidik
sebagai:
1. Memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa keingintahuannya,
2. Memberi kesempatan anak untuk mengadakan eksplorasi terhadap
lingkungan dan objek-objek belajarnya secara langsung (a hand on
experiences), secara trial and error, sebagai wahana untuk
mengkonstruksi pengalaman belajarnya,
3. Anak terfasilitasi untuk membentuk konsep diri, rasa percaya diri, disiplin,
mandiri dan kemampuan mengendalikan diri berdasarkan nilai
keagamaan, norma sosial, serta kreatif dalam memecahkan
permasalahannya,
4. Memungkinkan anak berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain,
sehingga aspek perkembangan moral dan sosial anak berkembang secara
optimal di era globalisasi dan teknologi informasi,
5. Pembelajaran bermuara kepada outcome berupa terbentuknya kecakapan
pribadi, sosial, akademik dan vokasional pada anak usia dini.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang mendidik ini, pembelajaran
hendaknya bersifat kontekstual. Dalam pembelajaran kontekstual, guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan memdorong anak membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 22

kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian anak memperoleh


pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi
sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
2. Merangsang Partisipasi Aktif Siswa di Dalam Proses belajar Mengajar
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah
konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan
dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang
langgeng. Satu hal yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng
hanyalah kegiatan belajar aktif. Para guru siswa difasilitasi belajar/beraktifitas
menggunakan otak melalui: mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan
menerapkan apa yang mereka telah pelajari. Belajar aktif harus gesit,
menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering
meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras.
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mendengarnya,
melihatnya, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan
teman (secara koperatif) dan guru. Bukan cuma itu, siswa perlu
mengerjakan- yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri,
menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan keterampilan, dan
mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus
mereka dapatkan.
Melvin L. Silberman mengemukakan Paham Belajar Aktif, yang dikutip
sebagai modifikasi dari kata-kata bijak Konfusius, yaitu :
Yang saya dengar, saya lupa.
Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan, atau diskusikan dengan orang lain,
saya mulai pahami.
Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan
pengetahuan dan keterampilan.
Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
Kata-kata bijak di atas, yaitu dengar, lihat, pertanyakan, diskusikan, terapkan,
dan ajarkan adalah hal-hal pokok yang paling mendasar dan sangat penting
dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai keberhasilan kegiatan
pembelajaran. Ketika kegiatan belajar bersifat aktif, siswa akan
mengupayakan sesuatu. Dia menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan,
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 23

membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara


untuk mengerjakan tugas. Kegiatan belajar aktif tidak dapat berlangsung tanpa
partisipasi siswa. Belajar aktif tidak hanya diperlukan untuk menambah
kegairahan, namun juga untuk menghargai perbedaan individual dan
beragamnya kecerdasan. Oleh karena itu kemampuan merangsang
(menstimulate ) partisipasi aktif siswa di dalam proses pembelajaran adalah
kompetensi inti yang harus dikuasai guru yang profesional.
Selanjutnya perhatikan foto situasi pembelajaran di dua kelas yang berbeda
di bawah ini. Kemudian isi tabel yang sudah disediakan.
Foto A.

Foto B

Petunjuk:
Perhatikan dengan seksama kedua gambar di atas.
Foto A mengilustrasikan metode tradisional di dalam kelas.
Foto B mendemonstrasikan para siswa yang belajar dengan pendekatan
aktif.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 24

Silahkan membandingkan kedua gambar tersebut.

Fokus

Foto A

Foto B

Apa yang siswa sedang lakukan?


Apakah yang siswa gunakan?
Dimanakah siswa sedang duduk?
Bagaimana siswa duduk?
Siapa siswa yang berbicara?
Apa pendapat anda tentang perasaan siswa?
(mis: bosan, bergairah?
Apakah berpikir bahwa guru sedang
melakukan sesuatu?
Mengapa anda berpikir demikian?
Apakah anda berpikir bahwa guru sedang
berbicara?
Kepada siapa? Mengapa anda berpikir
demikian?
Menurut anda, dimanakah guru berada?
Mengapa anda berpikir demikian?
Kesimpulan:
Apa kata-kata yang kamu akan gunakan untuk menguraikan keseluruhan
suasana dan lingkungan pada setiap foto?
Adakah proses pembelajaran yang interaktif, inspirasional, menyenangkan,
dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif?

BAB V
EVALUASI PEMBELAJARAN
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 25

1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran


Sebelum masuk pada pengertian evaluasi pembelajaran perlu kita ditinjau
beberapa pengertian berikut ini.

Tes
Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat
tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut
pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian
setiap tes menuntut keharusan adanya respon dari subyek ( orang yang dites )
yang dapat disimpulkan suatu atribut yang dimiliki oleh subyek yang sedang
dicari informasinya. Jadi bila ada tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan
oleh seseorang tetapi tidak ada jawaban atau cara mengerjakan yang benar
atau salah, atau suatu usaha pengukuran yang tidak mengharuskan subyek
untuk menjawab atau mengerjakan suatu tugas, maka itu bukanlah tes.

Pengukuran
Pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut
atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu
menurut aturan atau fomulasi yang jelas. Misalnya dengan mengukur tinggi
atau berat seseorang dengan mudah kita memahami karena aturannya telah
diketahui secara umum. Pengukuran dalam bidang pendidikan adalah
pengukuran yang dilakukan untuk mengukur atribut atau karakteristik peserta
didik tertentu, bukan peserta didik itu sendiri. Guru dapat mengukur
penguasaan peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu tetapi bukanlah
mengukur peserta didik itu sendiri.
Pengukuran pendidikan adalah salah satu pekerjaan profesional guru. Tanpa
kemampuan melakukan pengukuran pendidikan, seorang guru tidak akan
dapat mengetahui dengan persis dimana ia berada pada suatu saat atau pada
suatu kegiatan.
Ada dua karakteristik pengukuran yang utama, yaitu penggunaan angka atau
skala tertentu dan menurut suatu aturan atau formula tertentu. Skala atau
angka dapat dikalsifikasikan dalam 4 (emapt) kategori, yaitu:
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 26

Skala nominal
Skala ordinal
Skala atau angka interval
Skala atau angka rasio.

Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang
menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Jadi maksud penilaian adalah
memberi nilai tentang kualitas sesuatu. Tidak hanya sekedar mencari jawaban
terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab
pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh suatu proses atau suatu hasil yang
diperoleh seseorang atau suatu program.
Secara garis besar evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan dengan maksud memantau
sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang
telah direncanakan. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk mengetahui
sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit pembelajaran
ke unit berikutnya.

Dari uraian singkat mengenai tes, pengukuran dan evaluasi di atas dapat
disimpulkan bahwa ketiga hal tersebut saling berhubungan satu dengan yang
lain. Penilaian hasil belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan benar bila
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, yang
menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Tentu saja tes hanya merupakan
salah satu alat yang dapat digunakan. Dapat saja informasi tentang hasil
belajar tersebut diperoleh tanpa menggunakan tes sebagai instrumen ukurnya.
Misalnya dapat digunakan alat ukur non-tes, seperti observasi, skala rating,
porttofolio, dan lain-lain.

Ada beberapa alasan untuk menggunakan pengukuran, tes dan evaluasi


dalam proses proses pembelajaran, antara lain bertujuan untuk:
1. Seleksi
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 27

2. Penempatan
3. Diagnosa atau remedial
4. Umpan Balik
5. Memotivasi dan membimbing belajar
6. Perbaikan kurikulum dn program pembelajaran
7. Pengembangan ilmu

Dalam menggunakan tes haruslah diingat etika penggunaan tes, yaitu


kerahasiaan tes harus dijamin, keamanan tes harus dijamin, interpretasi hasil
tes haruslah tepat dan objektif, dan penggunaan tes harus tepat (tidak boleh
disalahgunakan).

2. Perencanaan Tes
Tes baru akan berarti bila terdiri dari butir-butir soal yang menguji tujuan yang
penting dan mewakili ranah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
secara representative. Untuk itu, peranan perencanaan dalam pengujian
menjadi
sangat
penting.
Tes
tanpa
rencana
yang
dapat
dipertanggungjawabkan dapat menjadi usaha yang sia-sia, bahkan mungkin
akan mengganggu proses pencapaian tujuan. Ada enam hal yang harus
dipertimbangkan dalam perencanaan tes, yaitu
1. Pengambilan sampel dan pemilihan butir soal
2. Tipe tes yang akan digunakan
3. Aspek yang akan diuji
4. Format butir soal
5. Jumlah butir soal
6. Distribusi tingkat kesukaran butir soal.
3. Dasar-dasar Penyusunan Tes Hasil Belajar
Tes Hasil Belajar (THB) merupakan salah satu alat ukur yang paling banyak
digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses
belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 28

pembelajaran. Alat ukur lainnya yang penggunaannya sangat terbatas antara


lain pedoman wawancara, pedoman observasi, angket, skala sikap, daftar
isian dan portofolio. Kesemua alat ukur ini mempunyai peranan tersendiri
namun alat ukur yang satu dengan yang lainnya saling mendukung dalam
pengukuran hasil belajar.
Adapun dasar-dasar penyusunan tes hasil belajar adalah sebagai berikut
1. THB harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses
belajar mengajar sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum
di dalam kurikulum yang berlaku.
2. THB disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang
telah dipelajari.
3. Pertanyaan THB hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek
tingkat belajar yang diharapkan.
4. THB hendaknya disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu
sendiri, karena tes dapat disusun untuk berbagai keperluan.
5. THB disesuaikan dengan pendekatan pengukuran yang dianut
apakah mengacu pada kelompok (norm reference, standar relatif)
ataukah mengacu pada patokan
tertentu (criterion reference,
standar multak).
6. THB hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar
4. Pengadministrasian Tes
Pengadministrasian tes berhubungan dengan pelaksanaan tes mulai dari
proses penyuntingan naskah tes sampai dengan mengerjakan tes. Langkahlangkah pengadministrasian tes meliputi:
1. Penyuntingan tes
2. Penggandaan naskah tes
3. Pelaksanaan tes

5. Pengolahan Hasil Tes


Pengolahan hasil tes merupakan kegiatan lanjutan pengadministrasian ujian,
yaitu memeriksa hasil ujian dengan mencocokkan jawaban peserta dengan
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 29

kunci jawaban yang sudah disediakan. Tedapat dua pendakatan yang berlaku
dalam penilaian pembelajaran, yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan
Penilaian Acuan Patokan (PAP). PAN merupakan penentuan nilai peserta
didik dalam suatu proses pembelajaran yang didasarkan pada tingkat
penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan
skor di kolompok itu. Sedangkan PAP merupakan suatu cara menentukan nilai
seseorang yang didasarkan pada pencapaian tujuan pembelajaran. Kelulusan
telah ditentukan/dipatok minimal harus menguasai sekian % dari tujuan
pembelajaran. Bilamana seseorang telah memenuhi patokan tersebut ia
dinyatakan berhasil. Tetapi bila belum memenuhi patokan tersebut dikatakan
gagal atau belum menguasai bahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adimassana, Y., (2008). Hiruk Pikuk Sekitar Profesionalisme Guru di


Indonesia, KASADHAR Media Komunikasi Alumni Sanata Dharma, No. 7/
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 30

Th. VII/ Juli 2008, Hal 10-12.


2. ., Pengembangan dan Pembelajaran Pendidikan Kecakapan
Hidup: Matematika, Modul Pelatihan 6. Konsorsium proyek Decentralized
Basic Education 3 (DBE3) dan tidak mencerminkan pandangan USAID
atau pemerintah Amerika Serikat.
3. ., (2003) Program MGMP Matematika SLTP Negeri 31 Bandung
dalam Pengembangan Profesi Guru Matematika.
4. Sucipto dan Kosasi Raflis, (1994). Profesi Keguruan. Jakarta: Dirjen
Pendidikan Tinggi Depdiknas.
5. Surya, M. dan Natawidjaya, R. (1986), Pengantar Bimbingan Penyuluhan.
Jakarta: Karunika.
6. Sulipan, Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Draf artikel.
7. Zainul, A. dan Nasution, N., (2001) Penilaian Hasil Belajar, PEKERTI:
Buku 1.15, Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan
Aktivitas Instruksional, DIKTI, Depdiknas, Jakarta.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 31

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 32

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


SERTIFIKASI GURU RAYON 31
UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA
2011
Tujuan Pelatihan PTK
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta pelatihan diharapkan dapat :
1. Menjelaskan makna dan maksud penelitian tindakan
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 33

2. Menjelaskan kriteria penelitian tindakan


3. Menjelaskan pendekatan penelitian tindakan
4. Memahami pengunaan penelitian tindakan
5. Menjelaskan makna dan maksud Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai
bagian kegiatan pengembangan profesi guru
6. Menjelaskan keterkaitan pengembangan profesi dengan Karya Tulis Ilmiah
7. Menjelaskan pengertian Penelitian Tindakan Kelas
8. Menjelaskan makna kelas dalam PTK
9. Menguraikan permasalahan-permasalahan yang dapat dikaji melalui PTK
10. Menjelaskan tujuan PTK
11. Menjelaskan luaran PTK
12. Menjelaskan ciri PTK
13. Menjelaskan peranan (tugas-tugas) guru dalam kolaborasi pada PTK
14. Menjelaskan ciri-ciri judul PTK
15. Menjelaskan sitematika usulan PTK
16. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan PTK
17. Menjelaskan maksud siklus pada kegiatan PTK
18. Menjelaskan rincian kegiatan pelaksanaan PTK
19. Menjelaskan tata cara penulisan laporan PTK
20. Menyusun abstrak KTI
21. Menyusun proposal (usulan) PTK

BAB I
PENELITIAN TINDAKAN

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 34

Penelitian tindakan merupakan aktivitas yang kompleks, dinamis, yang


melibatkan upaya-upaya terbaik dari anggota komunitas atau organisasi
dan peneliti profesional. Aktivitas ini secara simultan melibatkan
pemunculan informasi dan analisis baru bersama dengan tindakantindakan yang ditujukan pada transformasi situasi dalam arahan
demokratis. Penelitian tindakan bersifat holistik dan juga terikat konteks,
menghasilkan solusi praktis dan pengetahuan baru sebagai bagian dari
serangkaian aktivitas yang terintegrasi. Penelitian tindakan adalah cara
untuk membuat hasil-hasil yang nyata dan yang diinginkan bagi orangorang yang terlibat dalam penelitian dan merupakan sebuah proses
pemunculan pengetahuan yang menghasilkan pandangan-pandangan bagi
para peneliti dan para peserta. Penelitian ini merupakan proses kompleks
dari pemunculan pengetahuan melalui tindakan, kepentingan dari
pengetahuan dan inisiatif orang dalam adalah nyata, menandai
perbedaan yang jelas dari penelitian ortodoks yang secara sistematis tidak
mempercayai pengetahuan orang dalam sebagai sebuah pengetahuan
tambahan. Tujuan penelitian tindakan adalah selalu dan secara eksplisit
untuk memperbaiki praktik. Penelitian tindakan merupakan pendekatan yang
semakin populer di kalangan peneliti skala kecil dalam bidang ilmu sosial,
terutama mereka yang bekerja dalam bidang profesional seperti bidang
pendidikan, kesehatan dan perawatan sosial. Penelitian ini sangat
sesuai untuk kebutuhan orang-orang yang melakukan penelitian di
tempat kerja, dan yang memiliki fokus pada aspek-aspek perbaikan dari
praktik kerja mereka maupun praktik kolega mereka. Misalnya seorang
guru yang peduli untuk memperbaiki proses belajar mengajar di dalam
kelas. Penelitian tindakan ini bermanfaat bagi guru karena menawarkan
sebuah pendekatan sistematis terhadap definisi, solusi, dan evaluasi dari
masalah-masalah dan hal-hal yang selalu mengganggu dam
pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas.
Penelitian tindakan juga merupakan pendekatan yang penting bagi
mereka yang memiliki perhatian lebih luas terhadap keadilan sosial.
Penelitian ini meminjamkan dirinya pada keterlibatan dan kolaborasi
langsung dengan mereka yang menjadi penerima manfaat dari penelitian
ini. Hal ini khususnya untuk kasus penelitian tindakan yang mempunyai
sifat siklus demi siklus, yang tidak didesain dan dilakukan oleh "pakarpakar" penelitian, tetapi dilaksanakan oleh anggota komunitas yang
terlibat di dalam isu-isu yang sedang diteliti.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 35

Secara umum terdapat tujuh kriteria untuk membedakan penelitian tindakan


dengan jenis penelitian lainnya. Penelitian tindakan mempunyai ciri sebagai
berikut:
1. Bersifat edukatif;
2. Berurusan dengan individu sebagai anggota kelompok-kelompok sosial;
3. Terfokus pada masalah, spesifik dalam konteks dan berorientasi ke masa
depan;
4. Melibatkan perubahan intervensi;
5. Bertujuan pada perbaikan dan keterlibatan;
6. Melibatkan proses siklik dimana penelitian, tindakan, dan evaluasi saling
berkaitan;
7. Ditemukan dalam hubungan penelitian dimana mereka yang terlibat adalah
peserta di dalam proses perubahan;

Sebaliknya, penelitian tindakan tidak sesuai dilakukan jika penelitian tersebut


bertujuan untuk:
1. Mengusung kebijakan atau inisiatif yang tidak popular;
2. Melakukan eksperimen dengan solusi-solusi yang berbeda-beda tanpa
memikirkan dengan hati-hati kebaikan dan etika yang terlibat;
3. Memanipulasi pekerja atau para praktisi ke dalam pemikiran bahwa mereka
telah memberikan kontribusi terhadap sebuah keputusan kebijakan
tertentu.
4. Mencoba membawa tim atau kelompok kerja yang disfungsional menjadi
satu;
5. Menghidupkan kembali karier yang sudah menurun.

Penelitian tindakan adalah sebuah pendekatan yang dapat diterapkan,


salah satu pendekatan yang dapat dianggap bersifat eksperimental.
Pendekatan i ni
menawarkan sebuah desain penelitian yang
menghubugkan proses penelitian dengan konteksnya dan yang diprediksi
berdasarkan ide penelitian yang memiliki sebuah tujuan praktis dalam
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 36

pandangan dan mengarah pada sebuah perubahan. Seperti yang


ditunjukkan dalam diagram di bawah dimana pendekatan ini sesuai
dengan ide tentang proses penelitian sebagai sebuah aktivitas spiral,
yang melalui siklus berulang dan berubah setiap saat.

Spiral Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan merupakan pendekatan yang tepat dalam konteks apa


pun. Dengan demikian, penelitian tindakan bukanlah soal metode atau
teknik. Seperti dalam semua penelitian, metode pengumpulan informasi
yang dipilih tergantung pada sifat informasi yang diperlukan. Penelitian
terapan dilakukan para praktisi yang telah mengidentifikasi sendiri
kebutuhan mereka akan perubahan atau peningkatan. Seringkali dengan
dukungan dari luar institusi, tetapi pada kesempatan lain mereka memang
tidak membutuhkannya. Tujuannya adalah 'untuk dapat memenuhi
rekomendasi pelaksanaan yang baik, yang mampu menangani persoalan
atau meningkatkan kinerja organisasi dan individu melalui perubahan
peraturan dan prosedur dimana organisasi atau individu itu beroperasi".
Beberapa pertanyaan yang berguna bagi peneliti tindakan dengan juduljudul tujuan, fokus, hubungan, metode, dan validasi di berikan di bawah
ini.
1. Dapatkah saya meningkatkan praktik saya sehingga menjadi semakin
efektif ?
2. Dapatkah saya meningkatkan pemahaman tentang praktik sehingga
membuatnya menjadi lebih tepat ?
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 37

3. Dapatkah saya menggunakan pengetahuan dan pengaruh untuk


meningkatkan situasi?
4. Apakah saya mampu mengumpulkan 'data yang teliti' (rigorous data)
yang memberikan bukti pendukung klaim atas tindakan.
Pertanyaan yang sama dapat berfungsi sebagai pemikiran awal bagi
penelitian tindakan. Namun demikian, walau penyelidikan sudah
diselesaikan dan temuan diakui oleh semua pesertanya, pekerjaannya
belum juga tuntas. Peserta terus meninjau, mengevalusi dan
meningkatkan praktiknya. Penelitian mencakup 'rangkaian balik dimana
temuan awal menghasilkan kemungkinan adanya perubahan yang
dilaksanakan dan dievaluasi sebagai pengantar bagi penyelidikan lebih
lanjut. Hal itu termasuk proses penelitian berkelanjutan dan nilai pekerjaan
dinilai berdasarkan pemahaman dan perubahan yang diinginkan dalam
praktik yang telah dicapai.

BAB II
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SEBAGAI KEGIATAN
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 38

PENGEMBANGAN PROFESI GURU

1. Keterkaitan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Dengan Kegiatan Pengembangan


Profesi Guru

Macam kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan oleh guru atau pengawas
sekolah berbeda-beda. Hal itu karena berbedanya tugas dan tanggung jawab mereka.
Sebagai gambaran, berikut disajikan ringkasan macam kegiatan pengembangan profesi
dari para guru di sekolah, yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku saat ini.

GURU
1. Membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI),
2. Menemukan Teknologi Tepat Guna,
3. Membuat alat peraga/bimbingan,
4. Menciptakan karya seni, dan
5. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulurm.

Dari tabel di atas tampak bahwa: menyusun Karya Tulis Ilmiah merupakan satu bentuk dari
kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan oleh para profesi guru maupun
pengawas.
2. Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Karya tulis banyak macamnya, salah satu diantaranya adalah Karya Tulis Ilmiah
(KTI). Adanya tambahan kata "ilmiah" menjadikan KTI sebagai karya tulis yang
berciri khusus. KTI itu harus bersifat dan memenuhi persyaratan kegiatan ilmiah.
Kegiatan ilmiah di antaranya adalah berupa kegiatan penelitian, pengembangan dan
evaluasi. Dan laporan tertulis dari kegiatan ilmiah tersebut, umum disebut sebagai
Karya Tulis Ilmiah (KTI).
Karena kegiatan ilmiah berbeda-beda, maka KTI juga beragam bentuknya. Ada yang
berbentuk laporan penelitian, ungkapan gagasan, skripsi, tulisan ilmiah populer,
buku dan lain-lain.
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 39

Wujud fisik KTI juga berbeda-beda, tergantung kepada media pemuat dan juga
tujuan penulisannya. Pada umumnya, jurnal ilmiah, panitia seminar, perguruan
tinggi, memberikan pedoman dan tatacara penulisan bagi KTI yang diterbitkan
olehnya.
Meskipun berbeda macam (dan juga besaran angka kreditnya), semua KTI selalu
mempunyai kesamaan, yaitu:
a. Hal yang
keilmuan

dipermasalahkan

berada

pada

kawasan pengetahuan

b. Kebenaran isinya mengacu kepada kebenaran ilmiah


c. Kerangka sajiannya

mencerminan penerapan metode ilmiah

d. Tampilan fisiknya sesuai dengan tata cara penulisan karya ilmiah

3. Hubungan KTI Dengan Kegiatan Penelitian


Penelitian merupakan kegiatan ilmiah. Sehingga laporan penelitian juga merupakan
Karya Tulis Ilmiah.
Bahkan KTI yang merupakan laporan hasil penelitian merupakan bagian penting dari
macam KTI yang dapat dibuat oleh guru sebagaimana tampak pada tabel berikut.

1. KTI hasil penelitian


2. KTI tinjauan/ulasan ilmiah
3. Tulisan ilmiah Populer
4. Prasaran disampaikan dalam pertemuan ilmiah
5. Buku
6. Karya terjermahan

Dari tabel di atas terlihat bahwa KTI yang berupa laporan hasil penelitian dapat
dipakai sebagai salah satu macam kegiatan pengembangan profesi tenaga pendidik.
Bahkan akhir-akhir ini kegiatan membuat KTI yang berupa laporan hasil penelitian
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 40

menunjukkan jumlah yang semakin meningkat.

4. KTI Hasil Penelitian Makin Diminati

Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi terdapat kecenderungan


bahwa KTI hasil penelitian menjadi pilihan utama dari sebagian besar tenaga
pendidik. Mengapa?
KTI hasil penelitian cenderung diminati dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan
profesi guru, di antarannya karena:
1. Para guru memahami bahwa salah satu tujuan kegiatan pengembangan profesi
adalah dilakukannya kegiatan nyata di kelas yang ditujukan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya.
2. Kegiatan tersebut harus dilaksanakan dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah
karena hanya dengan cara itu maka para guru akan dapat mengembangan
profesinya.
3. Kegiatan itu dapat berupa pelaksanaan penelitian tindakan di dalam kelas yang
diyakini makin layak untuk menjadi prioritas. Pada kegiatan pembelajaran, tindakan
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran adalah dengan
"menguji atau menerapkan" hal-hal "baru" dalam praktik pembelajarannya.
4. Banyak inovasi baru dalam pembelajaran, terutama dalam praktik pembelajaran
(misalnya penerapan teori konstruktivisme dalam upaya mendukung pelaksanaan
KBK) memerlukan verifikasi maupun penerapan dalam proses pembelajaran.

5. PTK Disarankan Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi


Berbagai kegiatan pengembangan profesi yang melibatkan para siswa dapat dilakukan
oleh guru. Di antaranya melakukan penelitian di kelasnya. Ada dua macam penelitian
yang dapat dilakukan di dalam kelas, yaitu:
a. Penelitian eksperimen, dan
b. Penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian PTK lebih diharapkan dilakukan guru dalam upayanya rnenulis KTI karena:
a. KTI tersebut merupakan laporan dari kegiatan nyata yang dilakukan para guru di
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 41

kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajarannya. (ini tentunya


berbeda dengan KTI yang berupa laporan penelitian korelasi, penelitian deskriptif,
ataupun ungkapan gagasan, yang umumnya tidak memberikan dampak langsung
pada proses pembelajaran di kelasnya),
b. Masalah penelitian PTK diangkat dari permasalahan yang terjadi di kelas dan
paling merisaukan dari kegiatan sehari-hari yang dirasakan oleh guru, dan
c. Dengan melakukan kegiatan penelitian tersebut, maka para guru telah melakukan
salah satu tugasnya dalam kegiatan pengembangan profesinya.
Laporan penelitian yang dilakukan dengan baik dan benar akan mendapat penghargaan
berupa angka kredit. Selanjutnya angka kredit tersebut dapat dipakai untuk
melengkapi persyaratan kenaikan golongan kepangkatannya. Dengan demikian di
samping bermanfaat untuk pengembangan profesi guru juga dapat memperbaiki proses
pembelajaran serta memperbaiki hasil bel

BAB III
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 42

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya.
PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas
dan bukan pada input kelas (silabus, materi,dll) ataupun output (hasil belajar). PTK
harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari ketiga
kata "Penelitian + Tindakan + Kelas" sebagai berikut:
1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
untuk meningkatkan mutu sesuatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
2. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran
yang sama dari seorang guru.
2. Makna Kelas Dalam PTK
Pengertian kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
Siswa yang belajar itu tidak hanya terbatas di dalam sebuah ruangan tertutup saja,
tetapi dapat juga ketika anak sedang melakukan karyawisata di obyek wisata, di
laboratorium, di rumah, atau di tempat lain, ketika siswa sedang mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru.
Komponen dalam sebuah kelas yang dapat dikaji melalui penelitian tindakan adalah
pada:
1. Siswa, dapat dicermati obyeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang
asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/lapangan/laboratorium atau
bengkel, maupun ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah di malam
hari, atau ketika mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.,
2. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas,
sedang membimbing siswa-siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika
guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa,
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 43

3. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai
bahan yang ditugaskan kepada siswa,
4. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang
mengajar, dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar yang dapat diamati
guru, siswa, atau keduanya.
5. Hasil pembelajaran, merupakan produk yang harus ditingkatkan, pasti terkait
dengan tindakan unsur lain, yaitu proses pembelajaran, peralatan atau sarana
pendidikan, guru, atau siswa sendiri.
6. Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang
melingkungi siswa di rumahnya. Pada penelitian tindakan, bentuk perlakuan
atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi
lebih kondusif.
7. Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat diatur/
direkayasa dalam bentuk tindakan. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas
merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam
bentuk tindakan. Yang digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan misalnya
cara mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan urutan
jadual, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan
peralatan milik siswa dan sebagainya.

4. Permasalahan Yang Dapat Dikaji Melalui PTK


Karena makna "kelas" dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang belajar,
maka permasalahan PTK cukup luas, di antaranya adalah:
1. Masalah belajar siswa di sekolah, misalnya permasalahan belajar di kelas,
kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi, misstrategi, dan lain-lain.
2. Pengembangan profesionalisme guru dalam peningkatan mutu perancangan,
pelaksanaan dan evaluasi program pengajaran.
3. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifikasi perilaku,
teknik memotivasi, dan teknik pengembangan potensi diri.
4. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelolaan dan
prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran
(misalnya penggantian metode mengajar tradisional dengan metode mengajar
baru), interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan strategi pengajaran yang
didasarkan pada pendekatan terpadu).
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 44

5. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya pengembangan


pola berpikir ilmiah dalam diri siswa, keberanian mengeluarkan pendapat.
6. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya masalah penggunaan media,
perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas.
7. Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, seperti misalnya
masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen
asesmen berbasis kompetensi atau penggunaan alat, metode evaluasi
tertentu.
8. Masalah kurikulum, misalnya implementasi KBK, urutan penyajian materi pokok,
interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar.
4. Tujuan PTK
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam
kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi
sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan
tindakan yang dilakukan.
PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan
profesionalismenya.
Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis
dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi
guru dengan siswa yang sedang belajar.
Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain :
a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran
di sekolah.
b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
c. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
d. Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga
tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran secara berkelanjutan.
5. Luaran Penelitian Tindakan Kelas
Luaran yang diharapkan dapat dihasilkan dari PTK adalah peningkatan atau perbaikan
mutu proses dan hasil pembelajaran yang antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 45

1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.


2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.
3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu
belajar, dan sumber belajar lainnya.
4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang
digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di
sekolah.
6. Peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan
pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

6. Ciri Penelitian Tindakan Kelas


Sebagaimana telah dijelaskan bahwa PTK merupakan bagian dari penelitian tindakan.
Ciri khusus dari PTK adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan
pada situasi alami (bukan dalam laboratorium atau dikondisikan) dan ditujukan untuk
memecahkan permasalahan-permasalahan praktis.
Tindakan tersebut adalah merupakan sesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Pada penelitian tindakan, kegiatan tersebut dilakukan
dalam rangkaian siklus kegiatan.
Masih ada keunikan dari PTK, di antaranya adalah:
1. PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya untuk memecahkan
masalah, tetapi sekaligus juga mencari dukungan ilmiahnya. PTK merupakan bagian
penting dari upaya pengembangan profesional guru (tumbuhnya sikap profesional
dalam diri guru) karena PTK mampu membelajarkan guru untuk berpikir kritis dan
sistematis, mampu membiasakan dan membelajarkan guru untuk menulis dan
membuat catatan.
2. Hal yang dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoritik atau dari hasil penelitian
terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan yang nyata dan aktual yang
terjadi dalam pembelajaran di kelas. Dengan kalimat lain, PTK berfokus pada
masalah praktis bukan problem teoritis atau bersifat bebas konteks.
3. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan tajam
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 46

4. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dll) dan
peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan
keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action).
5. Di samping itu, PTK dilakukan hanya bila ada
Keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan,
Bertujuan meningkatkan profesionalisme guru,
Alasan pokok: ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan, dan
Bertujuan memperoleh pengetahuan dan atau sebagai pemecahan masalah.
Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan yang dirancang sebelumnya maka obyek
penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai
aktivitas.
Di samping itu, karena PTK menggunakan kegiatan nyata di kelas maka PTK menuntut
etika, antara lain :
1. Tidak boleh mengganggu tugas proses pembelajaran dan tugas mengajar guru.
2. Jangan terlalu menyita banyak waktu (dalam pengambilan data, dll).
3. Masalah yang dikaji harus merupakan masalah yang benar-benar ada dan
dihadapi oleh guru,
4. Dilaksanakan dengan selalu memegang etika kerja (minta ijin, membuat laporan,
dll).
7. Kolaborasi Merupakan Hal Penting Dalam PTK
Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru,
kepala sekolah, siswa, dll) dan peneliti (dosen, widyaiswara) dalam pemahaman,
kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan
kesamaan tindakan (action).
Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerjasama (kolaborasi) antara guru
dengan peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui kerjasama inilah, mereka
bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi guru dan/atau
siswa di sekolah.
Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, maka harus secara jelas diketahui peranan
dan tugas yang harus dilakukan di antara guru dengan peneliti.
Dalam PTK, kedudukan peneliti (dosen/widyaiswara) setara dengan guru, dalam arti
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 47

masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan
saling melengkapi untuk mencapai tujuan.
Peran kerjasama (kolaborasi) sangat menentukan keberhasilan PTK terutama pada
kegiatan: mendiagnosa masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian
(melaksanakan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi dan refleksi), menganalisis
data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.
8. Pelaksanaan PTK Tanpa Kolaborasi Dengan Peneliti
Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh guru. Guru melakukan PTK tanpa
kerjasama dengan peneliti. Dalam hal ini guru berperan sebagai peneliti yang sekaligus
juga sebagai praktisi pembelajaran.
Menurut Suharsimi (2002), pada kedaaan seperti ini, maka guru melakukan sendiri
pengamatan terhadap diri sendiri ketika sedang melakukan tindakan. Untuk itu guru
harus mampu melakukan pengamatan diri secara obyektif agar kelemahan yang terjadi
dapat terlihat dengan wajar dan tidak harus ditutup-tutupi.
Guru yang profesional, memang seharusnya mampu mengajar sekaligus meneliti. Di
samping itu melalui PTK seperti itu guru dapat
1. Mengkaji dan meneliti sendiri praktik pembelajarannya.
2. Melakukan PTK dengan tanpa mengganggu tugasnya.
3. Mengkaji permasalahan yang dialami dan yang sangat dipahami.
4. Melakukan kegiatan guna mengembangkan profesionalismenya.
Jadi boleh saja guru melakukan PTK tanpa kolaborasi dengan peneliti, namun
perhatikan kritik berikut ini.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru tanpa kerjasama dengan peneliti,
mempunyai kelemahan karena para praktisi umumnya (dalam hal ini adalah guru)
kurang akrab dengan teknik-teknik dasar penelitian. Di samping itu, guru umumnya
tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan penelitian sehubungan dengan padatnya
kegiatan pengajaran yang dilakukannya. Akibatnya, hasil PTK menjadi kurang
memenuhi kriteria validitas metodologi ilmiah.

BAB IV
MENYUSUN USULAN PTK

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 48

1. Makna Usulan Penelitian


Kerja penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana penelitian itu umumnya
disebut sebagai usulan penelitian.
Permohonan dana atau ijin pelaksanaan penelitian selalu mempersyaratkan adanya
usulan penelitian.
Usulan penelitian merupakan langkah pertama dalam kegiatan penelitian. Sedangkan
KTI merupakan laporan hasil peneiitian merupakan langkah terakhir.
Pada umumnya usulan PTK terdiri dari:
1. Judul PTK
2. Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang
Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah,
Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian (terutama: potensi untuk
memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi, proses, masukan atau hasil
pembelajaran dan/atau pendidikan).
3. Bab Kajian / Tinjauan Pustaka yang menguraikan kajian teori dan pustaka
yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan
penelitian tindakan.
4. Bab Metodologi Pelaksanaan yang menjelaskan tentang rencana dan
prosedur penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, perencanaan
tindakan, prosedur pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi,
prosedur refleksi hasil penelitian.
5. Penjelasan mengenai kegiatan pendukung (terutama: jadual penelitian,
sarana pendukung pembelajaran masing-masing anggota penelitian
dalam setiap kegiatan penelitian, dan kelayakan pembiayaan).
2. Penjelasan Isi Dari Usulan Penelitian
Penjelasan dan contoh dari masing-masing komponen dalam usulan penelitian PTK
adalah sebagai berikut:
Judul penelitian: Judul hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik. Hal utama yang
seharusnya tertulis di dalam judul adalah gambaran dari apa yang dipermasalahkan,
(misalnya: peningkatan hasil belajar) dan macam tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi masalahnya (misalnya penggunaan model pembelajaran kooperatif) dan apa
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 49

manfaatnya.
Umumnya di bawah judul dituliskan pula sub judul. Sub judul sangat umum ditulis untuk
menambahkan keterangan lebih rinci tentang populasi, seperti misalnya di mana
penelitian dilakukan, kapan, di kelas berapa, dan lain-lain.
Berikut adalah beberapa contoh judul PTK

Meningkatkan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata
peiajaran X.(tuliskan nama topik bahasan dari mata pelajarannya). Umumnya juga
disertai sub judul yang menunjukkan secara lebih rinci populasi penelitian, seperti
di kelas berapa, tahun berapa, di sekolah mana, dan lain-lain.

Peningkatan kreativitas siswa dalam proses belajar mata pelajaran X, melalui


penerapan model pembelajaran generatif.

Penerapan pembelajaran model Problem Based Learning untuk meningkatkan


kemampuan pemecahan masalah mata pelajaran X.

Peningkatan kemampuan membaca pemahaman pada mata pelajaran X melalui


penerapan Cooperative Learning

Pembelajaran berbasis konstruktivisme dan kontekstual pada mata pelajaran X


untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep

Penggunaan model pembelajaran Learning


keterampilan siswa pada mata pelajaran X

Peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada mata


pelajaran X dengan penggunaan model pengajaran inkuiri.

Pembelajaran dengan model Realistic Mathematical


meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika.

Peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model


pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS
SMA Negeri I Jayapura.

10

Penerapan pendekatan kolaboratif murder dalam meningkatkan aktivitas


dan hasil belajar sosiologi para siswa kelas XII IPS SMA Negeri 3
Jayapura

11

Integrasi outdoor learning dan indoor learning dalam meningkatkan


kemandirian anak di TK Cenderawati Jayapura

12

Pemanfaatan

media

televisi

untuk

Cycle

untuk

meningkatkan

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

meningkatkan

Education

aktivitas

dalam

dan

Page 50

kemampuan berbicara siswa kelas IX SMP Negeri 4 Jayapura.


13

Penerapan strategi mind mapping untuk meningkatkan kompetensi


berbicara bahasa inggris siswa kelas XI SMA Negeri 4 Jayapura

14

Implementasi tutor sebaya untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi


belajar sejarah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 jayapura.

Pendahuluan: Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan


pembelajaran. Untuk itu dalam bab pendahuluan yang intinya adalah paparan alasan
atau latar belakang penelitian, hendaknya dapat dipaparkan bahwa:
1. Masalah yang diteliti adalah benar-benar suatu masalah pembelajaran yang
terjadi di sekolah. Karena hal tersebut umumnya didapat dari pengamatan dan
kajian (diagnosis) yang dilakukan oleh guru atau tenaga kependidikan lainnya
di sekolah maka perlu dijelaskan proses atau kondisi yang terjadi.
2. Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak
untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan
waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian
tersebut.
3. Dan identifikasi masalah di atas, jelaskan hal-hal yang diduga menjadi akar
penyebab dari masalah tersebut. Secara cermat dan sistematis berikan alasan
(argumentasi) bagaimana dapat menarik kesimpulan tentang akar masalah
itu.
Perumusan dan pemecahan masalah: Pada bagian ini umumnya terdiri dari
jabaran tentang perumusan masalah, cara pemecahan masalah, tujuan serta
manfaat atau kontribusi hasil penelitian.
1. Perumusan Masalah: Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu
rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat
dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.
Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan
mengajukan alternatif tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang
diantisipasi dengan mengajukan indikator keberhasilan tindakan dan cara
pengukuran serta cara mengevaluasinya.
2. Pemecahan Masalah: Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk
memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk
menjawab masalah yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 51

tindakan kelas. Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pada akar


penyebab permasalahan dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan
terarah.
3. Tujuan Penelitian: Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang
ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan.
Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas sehingga diiukur tingkat
pencapaian keberhasilannya.
4. Kontribusi Hasil Penelitian: Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap
kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya
bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya.
Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.
Untuk memudahkan dalam menuliskan secara rinci hal-hal di atas, disarankan untuk
terlebih dahulu menetapkan pokok-pokok pikirannya.
Penggunaan tabel sebagaimana contoh berikut ini kiranya akan sangat membantu.

Judul PTK

Rumusan Masalah

Tujuan

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Indikator Kinerja

Page 52

Penerapan
Pembelajara
n
Model
Problem
Based
Learning
(PBL) untuk
Meningkatka
n Kreativitas
dan
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Pada Mata
Pelajaran X

Apakah
penerapan
Meningkatkan
PBL
dapat
kreativitas
meningkatkan
belajar
kreativitas ?

Kemauan
dan
kemampuan
serta
aktivitas
dalam
bertanya,
diskusi,
mengajukan gagasan,
hipotesis, penyimpulan,
dll

Sejauhmana
penerapan PBL dapat
meningkatkan
kemampuan
dalam
pemecahan masalah
pada mata pelajaran X
?

Kemampuan
dalam
proses
dan
hasil
pemecahan
masalah
melalui berbagai tes
yang dilakukan

Meningkatkan
keterampilan
pemecahan
masalah

Bagaimana
pengembangan
Mengembangka
Adanya rancangan dan
pembelajaran
PBL n pembelajaran
bahan ajar
pada mata pelajaran X PBL
?

Kajian pustaka: Pada bagian ini hendaknya dengan jelas dapat diuraikan kajian teori
dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian
tindakan. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung
pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan
untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian.
Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator
keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.
Sebagai contoh, akan dilakukan PTK yang menerapkan model pembelajaran
berkelompok (learning together). Pada kajian pustaka harus jelas dapat dikemukakan:
1. Bagaimana teori learning together, siapa saja tokoh-tokoh di belakangnya,
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 53

bagaimana sejarahnya, apa yang spesifik dari teori ini, apa persyaratannya, dan
lain-lain.
2. Bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut dalam
pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pelaksanaan, dan sebagainya.
3. Bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan model tersebut dengan
perubahan yang diharapkan, atau terhadap masalah yang akan dipecahkan. Hal
ini hendaknya dapat dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai.
4. Bagaimana prakiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan
model di atas pada pembelajaran terhadap hal yang akan dipecahkan.
Rencana dan prosedur penelitian: Pada bagian ini akan diuraikan secara jelas
prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, waktu dan lamanya
tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci pada setiap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observsi, evaluasi-refleksi yang bersifat daur ulang
atau siklus.
Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator keberhasilan
yang dicapai dalam setiap siklus sebelum pindah ke siklus lain. Jumlah siklus
diusahakan lebih dari satu siklus meskipun harus diingat juga jadual kegiatan belajar di
sekolah.
Dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan hendaknya digambarkan
peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti sehingga tampak jelas
tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut.
Untuk dapat membantu menyusun bagian ini, disarankan untuk terlebih dahulu
menuliskan pokok-pokok rencana kegiatan dalam suatu tabel sebagaimana contoh
berikut ini.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 54

Perencanaan:
Identifikasi masalah
dan penetapan
alternatif pemecahan
masalah

Tindakan
Siklus I

Pengamatan

Refleksi

Perencanaan
Siklus
II

Tindakan
Pengamatan

Merencanakan pembelajaran yg
akan diterapkan dalam PBM
Menentukan pokok bahasan
Mengembangkan skenario
pembelajaran
Menyusun LKS
Menyiapkan sumber relajar
Mengembangkan format evaluasi
Mengembangkan format observasi
pembelajaran
Menyiapkan tindakan mengacu pada
skenario yang direncanakan dan LKS
Melakukan observasi dengan
memakai format observasi
Menilai hasil tindakan dengan
menggunakan format LKS
Melakukan evaluasi tindakan yg
telah dilakukan yg meliputi evaluasi
mutu, jumlah dan waktu dari setiap
macam tindakan
Melakukan pertemuan untuk
membahas hasil evaluasi tentang
skenario, dll
Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan
pada siklus berikutnya
Evaluasi tindakan I
Identifikasi masalah dan penetapan
alternatif pemecahan masalah
Pengembangan program tindakan II
Pelaksanaan program Tindakan II
Pengamatan data tindakan II

Evaluasi tindakan II
Refleksi
Siklus-siklus berikutnya
Kesimpulan, saran, rekomendasi

Pada bagian ini jelaskan pula rencana jadual pelaksanaan yang meliputi
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil
penelitian. Biasanya jadual ini disajikan dalam bentuk gambar diagram.
Berikut disajikan contoh sajian jadual rencana kegiatan suatu PTK.
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 55

No
1

Waktu (Minggu ke)

Rencana Kegiatan

Persiapan
Menyusun konsep
pelaksanaan
Menyepakati jadual dan tugas

Menyusun instrumen

Diskusi konsep pelaksanaan

Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan alat

Melakukan tindakan siklus I

Melakukan tindakan siklus II


3

Penyusunan Laporan
Menyusun konsep laporan

Siminar hasil penelitian

Perbaikan laporan

Penggandaan dan pengiriman


laporan

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 56

BAB V
SISTEMATIKA USULAN PTK

A. Judul Penelitian
Judul penelitian hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas
menggambarkan masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk mengatasi
masalah itu serta nilai manfaatnya.
B. Bidang Kajian.
Tuliskan bidang kajian yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti
C. Perdahuluan
Penelitian tindakan kelas
dilakukan
untuk
memecahkan masalah
pendidikan dan pembelajaran. Kemukakan secara jelas masalah yang diteliti
yang merupakan masalah nyata terjadi di kelas/sekolah dan didiagnosis oleh guru di
sekolah. Masalah yang akan diteliti merupakan masalah penting dan mendesak untuk
dipecahkan serta dapat dilaksanakan jika dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya
dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah
masalah penelitian didiagnosis, selanjutnya perlu diidentifikasi secara cermat akar
penyebab masalahnya. Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota
peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab masalah tersebut. Disamping itu
prosedur dan alat yang digunakan dalam melakukan tindakan perlu dijelaskan
secara sistematis. Masalah hendaknya nyata, guru berwewenang memecahkan,
mendesak untuk dipecahkan, dan dapat dilakukan.
D. Perumusan Dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan masalah
Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk rumusan masalah penelitian tindakan
kelas. Dalam merumuskan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup
yang menjadi batasan dalam penelitian. Rumusan masalah seyogyanya
menggunakan kalimat pertanyaan, dengan mengajukan alternatif tindakan yang
akan diambil dan hasil positif yang diharapkan.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 57

2. Pemecahan masalah
Dalam mengajukan alternatif pemecahan masalah agar diuraikan pendekatan dan
konsep yang akan digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti sesuai dengan
kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah menunjukkan adanya
akar penyebab masalah dengan upaya tindakan yang jelas dan terarah.
3. Tujuan penelitian
Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan
mendasarkan pada permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian
sebelumnya. Tujuan ini dapat diuraikan secara jelas sehingga tampak indikator
keberhasilannya.
4.

Manfaat Penelitian
Uraikan manfaat penelitian sehingga tampak potensiai untuk perbaikan
pembelajaran di kelas dan tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun
komponen pendidikan lain di sekolah. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan
dari penelitian ini dan kelihatan perbedaan dengan pembelajaran yang biasa
dilakukan sehari-hari.

E. Kajian Teori Dan Pustaka


Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang
mendasari penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan bahan
kajian lain yang releven sebagai acuan, agar dapat dijadikan landasan untuk
menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi
permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka
berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pada bagian akhir
dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan
yang diharapkan.
F. Metode Penelitian
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang dilakukan. Kemukakan setting, obyek,
waktu dari penelitiannya. Prosedur penelitian agar dirinci dengan memperhatikan
tahapan pada setiap siklus perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan
refleksi. Kemukakan aspek yang akan diamati dengan dilengkapi alat pengumpulan
datanya. Tunjukkan siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan tingkat
keberhasilan yang akan dicapai serta jumlah siklus yang direncanakan, namun harus
diingat juga jadual kegiatan belajar mengajar dan waktu penyelesaian penelitian yang
ditetapkan.
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 58

G. Jadual Penelitian
Jadual kegiatan penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan, analisis dan persiapan
siklus berikutnya, penyusunan laporan penelitian, dan penyerahan laporan, dalam
bentuk tabel. Jadual kegiatan penelitian disusun sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 59

BAB VI
MELAKSANAKAN PENELITIAN
TINDAKAN KELAS

1
1. Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Pelaksanaan PTK
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan
PTK yakni:
1. PTK merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan
siswa dalam berbagai tindakan
2. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran dan evaluasi) dilakukan berdasarkan
pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid
guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah
yang terjadi.
3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan
dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik
pembelajaran).
Dalam melaksanakan PTK hendaknya selalu memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. PTK tidak boleh mengganggu tugas proses pembelajaran dan tugas mengajar
guru.
2. PTK tidak boleh terlalu banyak menghabiskan waktu, karena itu PTK sudah
harus dirancang dan dipersiapkan dengan rinci dan matang.
3. Pelaksanaan tindakan hendaknya konsisten dengan rancangan yang telah dibuat.
4. Masalah yang dikaji harus merupakan masalah yang benar-benar ada dan
dihadapi oleh guru.
5. Pelaksanaan PTK harus mengikuti etika kerja yang berlaku (memperoleh ijin dari
kepala sekolah, membuat laporan, dll).
6. Harus selalu menjadi fokus bahwa PTK bertujuan untuk menjadikan adanya
perubahan atau peningkatan mutu proses dan hasil belajar, melalui serangkaian
bentuk tindakan-tindakan pembelajaran. Karena itu adanya kemauan dan
kemampuan untuk berubah menjadi sangat penting.
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 60

7. PTK juga dimaksudkan untuk pembelajaran guru agar meningkat kemauan dan
kemampuan berpikir kritis dan sistematis.
8. PTK juga bertujuan untuk lebih membiasakan atau pembelajaran guru untuk
menulis, membuat catatan, dan berbagai kegiatan akademik-ilmiah yang lain.
9. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan
tajam.
PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus yang berulang yang di dalamnya terdapat
empat tahapan utama kegiatan yaitu:
1. perencanaan
2. tindakan,
3. pengamatan dan
4. refleksi.
6. Siklus Kegiatan PTK.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa PTK terdiri rangkaian empat kegiatan yang
dilakukan dalam siklus berulang.
Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah (a) perencanaan, (b) tindakan,
(c) pengamatan, dan (d) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Permasalahan

Perencanaan
Tindakan I

Pelaksanaan
Tindakan I

SIKLUS I

Pengamatan/
Pengumpulan Data I
Tindakan I

Refleksi I
Permasalahan
Baru Hasil
Refleksi

Pelaksanaan
Tindakan II

Perencanaan
Tindakan II

Pengamatan/
Pengumpulan Data II
Tindakan I

Refleksi II

SIKLUS II
Bila
Permasalahan
Belum
Terselesaikan

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Page 61

Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus yang pertama yang terdiri dari empat kegiatan.
Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang
dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru (bersama peneliti, bila PTKnya tidak
dilakukan sendiri oleh guru) menentukan rancangan untuk siklus kedua.
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan
sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan, atau untuk meyakinkan atau
menguatkan hasil. Tapi umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai
berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk
memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, maka guru dapat melanjutkan
dengan tahap kegaitan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama.
Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjutkan
dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu.
Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus
tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari
dua siklus.

3. Rincian Kegiatan Pelaksanaan PTK


Rincian kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut:
A. Merencanakan
Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan
dilakukan.
Pada PTK dimana peneliti dan guru adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun
rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya. Rancangan harus dilakukan
bersama antara guru yang akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan
mengamati proses jalannya tindakan. Hal tersebut untuk mengurangi unsur
subyektivitas pengamat serta mutu kecermatan pengamatan yang dilakukan.
Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan
perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan
untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Secara rinci, pada
tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebaga berikut:
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 62

1. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti


masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benar-benar faktual,
terjadi di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya. Masalahnya juga harus
penting dan bermanfaat pada peningkatan mutu hasil pembelajaran. Serta
masalah itu harus dalam jangkauan kemampuan si peneliti.
2. Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, dan apa yang akan
melatar belakangi PTK ini.
3. Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat
pernyataan.
4. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, yang berupa
rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai
altenatif tindakan pemecahan masalah, yang kemudian dipilih tindakan yang
paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.
5. Menentukan cara untuk dapat menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan
indikator-indikator keberhasilannya, serta berbagai instrumen pengumpul data
yang akan dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.
6. Membuat secara rinci rancangan tindakan.
Berikut disajikan contoh ringkasan permasalahan PTK yang mempunyai rumusan
masalah : Apakah metode pembelajaran konstruktivisme mampu meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran X ?
PTK ini dilakukan antara seorang peneliti yang kolaborasi dengan guru mata pelajaran
yang bersangkutan. Dengan melakukan diskusi berdasar kepada keadaan senyatanya
yang ada di kelas, si peneliti dan guru merancang PTK dengan kegiatan utama sebagai
berikut:
Merancang bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya yang disesuaikan dengan
konsep kontruktivisme, dalam hal ini isi mata pelajaran disusun dengan berbasis
kontekstual yang mengacu pada
1. Belajar berbasis masalah,
2. Pengajaran autentik,
3. Belajar berbasis inkuiri,
4. Belajar berbasis kerja,
5. Belajar berbasis proyek atau penugasan dan

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 63

6. Belajar kooperatif.
Merancang strategi dan skenario penerapan pembelajarannya yang menggunakan
prinsip pembelajaran konstruktivisme, seperti mengaktifkan proses bertanya,
penemuan, pemodelan, dan lain-lain yang dibuat dengan rinci.
Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.

B. Melaksanakan Tindakan
Pada tahapan ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan
diterapkan. Tentu saja rancangan tindakan tersebut telah "dilatihkan" kepada si
pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan
skenarionya. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan benar-benar, namun harus
tampak dan berlaku wajar.
Pada PTK yang dilakukan oleh guru, pelaksanaan tindakan ini umumnya dilakukan
dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat
menyelesaikan sajian beberapa pokok bahasan mata pelajaran tertentu.
Berikut disajikan contoh ringkasan rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan
pada satu PTK:
Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok
bahasan : A, B, C dan D
Format tugas: Pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih ketua,
sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk kelompok
dengan cara random dan dengan cara yang menyenangkan.
Kegiatan kelompok: mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok
bekerja/belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam OHT untuk persiapan
presentasi.
Presentasi dan diskusi pleno: masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam
pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan sebagai hasil
pembelajaran.
Jenis data yang dikumpulkan: Makalah kelompok, lembar OHT hasil kerja kelompok,
siswa yang aktif dalam diskusi, dll.
C. Melakukan Pengamatan atau Observasi
Tahapan ini, sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 64

dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya berlangsung dalam
waktu yang sama.
Pada tahapan ini, si peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan
menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun. Termasuk juga
pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan, dari waktu ke waktu dan
dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.
Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi,
nilai tugas, dan lain-lain) tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan
siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain.
Instrumen yang umum dipakai adalah
1. soal tes,
2. kuis,
3. rubrik,
4. lembar observasi, dan
5. cacatan lapangan.
Instrumen tersebut dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat
terekam melalui lembar observasi, seperti misalnya aktivitas siswa selama pemberian
tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai
sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data sebagai berikut:
1. skor tes uraian tanpa rubrik,
2. skor tes uraian dengan rubrik,
3. skor kualitas (kualitatif) dalam pelaksanaan diskusi dan jumlah pertanyaan dan
jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran dan
4. hasil observasi dan catatan Iapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa.
Untuk itu akan dipakai instrumen
1. soal tes yang berbentuk uraian yang akan diskor tanpa rubrik maupun dengan
rubrik,
2. rubrik yaitu pedoman dan kriteria penilaian/skoring baik dari tes uraian maupun
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 65

untuk pertanyaan dan jawaban lisan selama diskusi,


3. lembar observasi guna memperoleh data aktivitas diskusi yang diskor dengan
rubrik, dan
4. catatan Iapangan.
Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Berbagai
teknik dapat dilakukan untuk tujuan ini, seperti misalnya teknik triangulasi,
membandingkan data yang diperoleh dengan data lain, atau kriteria tertentu yang telah
baku, dan lain sebagainya.
Data yang telah terkumpul memerlukan analisis untuk dapat mempermudah
penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik analisis
statistika dapat digunakan.
Bagaimana hubungan indikator keberhasilan dengan kegiatan pengamatan? Kegiatan
pengamatan pada hakikatnya dilakukan untuk dapat mengetahui apakah tujuan PTK
tercapai atau belum. Untuk itu sangat penting untuk menjabarkan terlebih dahulu apa
indikator utama dari kegiatan PTK yang dirancangkan.
Berikut disajikan contoh indikator utama dan rinciannya dari suatu kegiatan PTK yang
dilakukan di perguruan tinggi, sebagai berikut:

Indikator Keberhasilan
PTK

Rincian (sub indikator) keberhasilan:


Siswa mampu :.......
Menggunakan waktu konsultasi dengan dosen secara
teratur

Semakin efektifnya
waktu belajar oleh
mahasiswa

Menyelesaikan tugas dengan tepat waktu


Menggunakan waktu secara efektif, efisien untuk
mengerjakan tugas
Menunjukkan kemajuan dari waktu ke waktu
Belajar/berdiskusi dengan teman dalam membahas
tugas yang diberikan

Semakin efektifnya
kegiatan belajar siswa
dengan pihak lain

Semakin efektifnya

Belajar/berdiskusi dengan orang lain yang memiliki


kecakapan/pengalaman sesuai dengan tugas yang
diberikan
Belajar melalui media pembelajaran lain (internet,
perpustakaan, dll) dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan.
Belajar dalam kelompok

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 66

Mengembangkan sifat kolaboratif satu dengan yang


lain
kegiatan PBM yang
dilakukan mahasiswa

Meningkatkan
kemampuan
melakukan penilaian
terhadap diri sendiri

Mengkontruksi, berkontribusi dan melakukan sintesis


informasi
Belajar yang diarahkan oleh dan untuk diri sendiri
Bekerja secara mendiri
Berupaya melakukan penilaian mandiri terhadap target
waktu penyelesaian tugas yang telah ditetapkan
Melakukan penilaian mandiri terhadap kuantitas dan
kualitas tugas yang telah dikerjakan

Dari rincian sub indikator di atas, dirancang format-format yang akan dipakai dalam
pengumpulan data.
Apabila dicermati sebagian besar dari data yang akan terkumpul dari contoh di atas
adalah data kuantitatif. Dengan menggunakan data terkumpul tersebut dilakukan analisis
dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

D. Melakukan Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi
guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup
analisis, sintesis terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.
Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang
melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan
pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.

BAB VII
MENYUSUN LAPORAN PTK DALAM BENTUK
MAKALAH DAN ARTIKEL JURNAL
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 67

1. Menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas


Apabila guru sudah merasa puas dengan siklus-siklus itu, langkah berikutnya tidak lain
adalah menyusun laporan kegiatannya. Proses penyusunan laporan ini tidak akan
dirasakan sulit apabila sejak awal guru sudah disiplin mencatat apa saja yang sudah
diiakukan.
Kerangka penulisan KTI yang berupa hasil laporan kegiatan penelitian pada umumnya
adalah sebagai berikut:
Ciri Khusus

Kerangka Penulisan

KTI merupakan laporan hasl


penelitian. Untuk dapat membuat
laporan penelitian, si penulis
terlebih dahulu harus melakukan
penelitian.

KTI laporan hasil penelitian umumnya terdiri dari tiga


bagian utama yaitu:

Bagian pendahuluan yang terdiri dari: halaman


judul, lembaran persetujuan, kata pengantar,
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar
Kegiatan penelitian yang umum lampiran, serta abstrak atau ringkasan.
dilakukan adalah di bidang
Bagian Isi yang umumnya terdiri dari beberapa bab
pembelajaran di kelas atau di
sebagai berikut
sekolahnya.
Karena,
tujuan
pengembangan profesinya adalah (a) Bab I Pendahuluan atau yang berisi latar
di bidang peningkatan mutu belakang masalah, pembatasan, rumusan masalah,
pembelajarannya.
tujuan, kegunaan, dll,
Macam
kegiatan
penelitian (b) Bab II Kajian teori atau pembahasan kepustakaan,
pembelajaran
yang
umum
dilakukan
adalah:
penelitian (c) Bab III Metode penelitian
tindakan kelas.
(d) Bab IV Hasil penelitian dan diskusi hasil penelitian,
(e) Bab V Kesimpulan dan Saran
Bagian penunjang yang umumnya terdiri dari sajian
daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

2. Rincian Dari Setiap Bagian Laporan PTK


Rincian dari setiap bagian laporan PTK adalah sebagai berikut:
a. Abstrak
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 68

Pada bagian ini dituliskan dengan ringkas hal-hal pokok tentang


Permasalahan, khususnya rumusan masalah
tujuan,
prosedur pelaksanaan PTK dan
hasil penelitian
b. Pendahuluan
Memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan pentingnya
masalah dipecahkan, identifikasi masalah, analisis dan rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, serta definisi istilah bila dianggap perlu.
c. Kajian Pustaka
Menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan yang memberi arah ke
pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun argumen teoritik bahwa dengan
tindakan tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri
dengan pertanyaan penelitian dan/atau hipotesis tindakan.
d. Pelaksanaan Penelitian
Mengandung unsur: deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa di
sekolah sebagai subjek penelitian. Kejelasan tiap siklus: rancangan, pelaksanaan,
cara pemantauan beserta jenis instrumen, usaha validasi hipotesis dan cara refleksi.
Tindakan yang dilakukan bersifat rasional.
e. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang
aspek keberhasilan.
3. Laporan PTK Dapat Dimuat di Jurnal Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang dapat dimuat di jurnal ilmiah dapat dipilah menjadi dua
kelompok. Pertama KTI yang berupa laporan hasil penelitian dan kedua
berupa KTI non-hasil penelitian (seperti misalnya paparan gagasan keilmuan,
ulasan atau tinjauan ilmiah).
Masing-masing jumal mempunyai tatacara penulisannya sendiri-sendiri. Ada perbedaan
di antara satu jurnal dengan jurnal yang lain. Misalnya, tentang ukuran dan macam
huruf, jumlah halaman maksimum yang diperbolehkan, kerangka dan tatacara
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 69

penulisan, bahkan juga cara pengirimannya naskah (ada yang harus mengirimkan
dalam bentuk disket berikut print out nya) dll.
Berikut contoh sistematika penulisan pada Jurnal Teknologi Pendidikan (PPS IKIP
Malang, ISSN 0854-7599).
Setiap karangan harus disertai (a) abstrak, (b) kata-kata kunci, (c) identitas pengarang,
(d) pendahuluan yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan dan (e)
daftar pustaka. Hasil penelitian disajikan dengan sistematika sebagai berikut (a) judul,
(b) nama pengarang, (c) abstrak, (d) kata-kata kunci, (e) pendahuluan berisi
pembahasan kepustakaan dan tujuan penelitian, (f) metode, (g) pembahasan, (i)
kesimpulan dan saran, dan (h) daftar pustaka.
Dengan demikian isi dan sistematika KTI laporan hasil penelitian yang diajukan untuk
dimuat di jurnal, sedikitnya terdiri dari :
Judul Penelitian
Bab I Pendahuluan
Latar belakang masalah,kajian teori/pustaka tujuan dan manfaat
penelitian
Bab II Metode Penelitian
Bab III Hasil dan Pembahasan
Bab IV Kesimpulan dan Saran
Judul penelitian dinyatakan secara jelas namun sesingkat mungkin dan memuat
permasalahan yang akan diteliti. Upayakan agar dengan membaca judul itu, pembaca
akan tertarik untuk membaca lebih jauh isi usulan penelitian.
Bagian terpentinq pada KTI hasil penelitian adalah ungkapan permasalahan
(khususnya rumusan masalahnya). Rumusan masalah adalah pertanyaanpertanyaan yang jawabannya ingin dikaji melalui penelitian. Latar Belakang
Masalah merupakan penjelasan mengapa sesuatu itu dipermasalahkan. Alasan itu
diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat urgensi, tujuan dan manfaat dari
penelitian yang diajukan. KTI hasil penelitian harus pula menuliskan tujuan dan
manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
Secara singkat hasil penelitian juga perlu mencantumkan pembahasan teori dari hal
yang dipermasalahkan dan hipotesis yang dapat ditarik dari teori tersebut, serta akan
diuji berdasar fakta empirik. Uraian tentang metode penelitian, yang terdiri dari cara
pengumpulan, hasil yang diperoleh serta analisis data juga harus dituliskan dengan
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 70

singkat. Akhirnya pertu disajikan diskusi singkat, yang kemudian menghasilkan beberapa
kesimpulan serta (bila ada) pengajuan saran.
Hal yang tidak mudah dalam menulis KTI hasil penelitian untuk jurnal adalah
keterbatasan halaman. Umumnya jumlah halaman dari satu artikel yang dimuat di
jurnal antara 12 - 16 halaman (untuk ukuran kertas A4, font 12, spasi dua). Karena itu
kemampuan untuk memadatkan laporan agar isinya tetap terkomunikasikan dan terjaga,
dengan tetap enak dibaca dan mampu menarik minat menjadi kemampuan yang
memerlukan latihan.
Untuk menyusun laporan penelitian diperlukan pedoman penulisan yang dapat dipakai
sebagai acuan para peneliti pelaksana, sehingga tidak ditemukan adanya variasi bentuk.
Di samping itu juga perlu disesuaikan dengan pedoman yang sudah ditetapkan Diknas
dalam rangka memenuhi persyaratan penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dalam uapya
meningkatkan jabatan/golongan guru lewat pengembangan profesi.
Berikut ini disampaikan bentuk laporan PTK dalam rangka mempertanggungjawabkan
kegiatan yang dilakukan dengan dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

A. BAGIAN AWAL
a. Halaman Judul
b. Halaman Pengesahan
c. Abstrak
Menguraikan dengan ringkas unsur-unsur permasalahan, tujuan,
prosedur dan hasil penelitian.
d. Kata Pengantar
e. Daftar Isi
f. Daftar tabel/lampiran

B. BAGIAN ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 71

Deskpsikan masalah penelitian secara jelas dengan dukungan data faktual yang
menunjukan adanya masalah pada setting tertentu, pentingnya masalah untuk
dipecahkan. Uraikan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata, berada
dalam kewenangan guru dan akibat yang ditimbulkan kalau masalah itu tidak
dipecahkan.
B. Rumusan Masalah
Rumuskan masalahnya dalam bentuk kalimat pertanyaan, sehingga akan terjawab
setelah tindakan selesai dilakukan. Diupayakan rumusan masalah ini dapat dirinci
ke dalam proses, situasi dan hasil yang diperoleh.
C. Tujuan Penelitian
Kemukakan tujuan penelitian secara rinci sesuai dengan rumusan masalah yang
dikemukakan pada bagian sebelumnya.
D. Manfaat Penelitian
Dalam menyampaikan manfaat penelitian tidak perlu ambisius, rumuskan yang
terkait dengan siswa dan dapat juga diperluas ke guru.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
Kemukakan teori dan hasil kajian/temuan/penelitian yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Serta memberi arah dan petunjuk pada pelaksanaan tindakan yang
dilaksanakan dalam penelitian. Diperlukakan untuk dapat membangun argumentasi
teoritis yang menunjukan bahwa tindakan yang diberikan dimungkinkan dapat
meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas. Pada akhir bab ini dapat
dikemukakan hipotesis tindakan.
BAB III Pelaksanaan Penelitian
Mengandung unsur: deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik
siswa di sekolah sebagai subjek penelitian. Kejelasan tiap siklus: rancangan,
pelaksanaan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, usaha validasi
hipotesis dan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan
feasible serta collaborative.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada awalnya dideskripsikan setting penelitian secara lengkap kemudian uraian masingmasing siklus dengan disertai data lengkap berserta aspek-aspek yang dIrekam/diamati
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 72

tiap siklus. Rekaman itu menunjukkan terjadinya perubahan akibat tindakan


yang diberikan. Ditunjukkan adanya perbedaan dengan pelajaran yang biasa
dilalukan. Pada refleksi di akhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek
keberhasilan dan kelemahan yang terjadi ke dalam bentuk grafik. Kemukakan adanya
perubahan/kemajuan/perbaikan yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru
sendiri, minat, motivasi belajar, dan hasil belajar.
Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan hasil keseluruhan siklus ke
dalam suatu ringkasan tabel/grafik. Dari tabel/grafik rangkuman itu akan dapat
memperjelas adanya perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara rinci dan
jelas.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Sajikan simpulan dari hasil penelitian sesuai dengan analisis dan tujuan penelitian yang
disampaikan sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan
yang diperoleh baik yang menyangkut segi positif maupun negatifnya .
C. BAGIAN PENUNJANG
Daftar Pustaka
Memuat semua sumber yang dirujuk dalam kajian teori yang digunakan dalam semua
bagian laporan, dengan sistem penulisan yang konsisten menurut model jurnal.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Berisi lampiran tentang instrumen yang digunakan dalam penelitian, sampul lembar
jawaban dari siswa/guru, Foto kegiatan, ijin penelitian dan bukti lain yang dipandang
penting.

DAFTAR PUSTAKA

Blaxter, L., Hughes, C., dan Thight, M., How to research second edition,
Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 73

Seluk beluk malakukan riset edisi kedua, (alih bahasa Agustina R.E.
Sitepoe), penerbit PT. INDEKS Kelompok Gramedia, 2006, Jakarta.
Bell, J., Doing your reseach project: A guide for first-time researchers in
education, helth and sosial science, Melakukan proyek penelitian
secara mandiri: Penuntun bagi para peneliti pemula dalam bidang
pendidikan, kesehatan, dan ilmu sosial, (alih bahasa Jacobus Embu Lato),
penerbit PT. INDEKS Kelompok Gramedia, 2006, Jakarta.
Dijendikti Depdiknas, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research), 2004, Jakarta.
Depdiknas, Materi TOT Block Grant Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
2007, Jakarta.
Santyasa, I. W., Metodologi Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada
Workshop tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Para Guru SMP 2
dan SMP 5 Nusa Penida Klungkung, pada tanggal 30 Nopember s.d 1
Desember 2007 di Nusa Penida.
Widoyoko, S. E. P., Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Profesi
Guru, Makalah pada Seminar Peningkatan Kualitas Profesi Guru Melalui
Penelitian Tindakan Kelas yang Diselenggaran Oleh Universitas
Muhammadyah Purwekerto Pada Tanggal 14 September 2008.

Pengembangan Profesionalisme Guru & PTK

Page 74

Anda mungkin juga menyukai