: Rini Jayusman
NIM
: 04.45301.00255.06
P. Studi
: Teknik Sipil
Pavement
Agregat kasar
Base
Aspal
Sub-base
Sub-grade
Tidak semua jalan yang ada menggunakan system perkerasan seperti yang tampak
pada gambar diatas, apabila lapisan tanah dasar (sub-grade) dirasa sudah cukup
kuat untuk memikul beban lalu lintas yang ada diatasnya dan lalu lintas yang
bekerja diatasya relative kecil maka lapisan perkerasan tidak perlu dibuat
berlapis-lapis sehingga dapat menghemat biaya bila ditinjau dari segi ekonomis.
Sistem perkerasan dibagi menjadi 2, yaitu;
Sistem perkerasan lentur
Sistem perkerasan kaku
Ditinjau dari tingkat kenyamanannya, perkerasan lentur jauh lebih nyaman bila
dibandingkan dengan perkerasan kaku. Namun dari segi kekuatannya system
perkerasan kaku memiliki kekuatan yang lebih tinggi.
Semakin lentur suatu jalan maka akan semakin berkurang kekuatannya, dan
semakin kaku suatu jalan maka aspal tersebut akn semakin mudah teroksidasi dan
berpotensi mengalami kerusakan (aspal menjadi getas).
Gradasi
sehingga
tidak
mampu
mampu
terhadap
mengakomodasi
aspal
Stabilitas kurang tinggi
rutting
(perubahan deformasi)
Kelenturan rendah
Pen 40/50
Aspal alam
Aspal
padat
Pen 60/70
Pen 80/100
dst
Aspal
RC (Rapid curing)
Aspal buatan
Aspal
cair
MC (Medium curing)
SC (Slow curing)
Rapid setting
Aspal
emulsi
Medium setting
Slow setting
kelebihan
Udara
VIM
Aspal
VFA
VBA
VMA
Keterangan:
VIM
Agregat
VFA
VMA
VIM
Nilai VIM pada saat penghamparan aspal jangan sampai mencapai nilai
minimumnya. Hal ini bertujuan untuk menyisakan rongga.
Desain VMA
Menyediakan ruang yang cukup untuk aspal sehingga tersedia adhesi yang cukup
untuk mengikat agregat akan tetapi tanpa mengakibatkan bleeding pada saat temperature
naik dan aspal mengembang.
VMA
(%)
Kering
Basah
1
Berdasarkan grafik diatas, Apabila suatu jalan masih mengalami pemadatan akibat
beban lalu lintas yang terjadi diatasnya maka nilai yang paling aman adalah
mengambil kadar aspal sedikit sebelum garis ke-2 atau nilai minimum VMA nya.
Hal ini bertujuan untuk menghadapi peluang pemadatan selanjutnya yaitu beban
pelayanan lalu lintas dan untuk menghindari kemungkinan adanya bleeding pada
saat temperature meningkat sehingga kadar aspal masih berada disekitar wilayah
minimum VMA nya, tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah.
Lengkung VMA akan terus menurun sampai mencapai nilai minimumnya seiring
bertambahnya kadar aspal, karena rongga diantara agregat yang semula kosong
terisi oleh campuran aspal. Akan tetapi, kemudian lengkung VMA akan kembali
naik dengan bertambahnya kadar aspal karena agregat yang berada didalam
campuran aspal tersebut akan saling berjauhan atau meluber akibat kadar aspal
yang terlalu banyak.
VMA vs Kadar Aspal (Untuk berbagai pemadatan)
Minimum VMA
35 Tumbukan
VMA
(%)
50 Tumbukan
75 Tumbukan
VIM
(%)
35 Tumbukan
50 Tumbukan
75 Tumbukan