Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Di negara yang maju dan berkembang banyak penduduk yang memiliki pola hidup dan
gaya hidup yang kurang baik. Semakin meningkatnya daya konsumsi masyarakat, semakin
banyak dari mereka yang memakan makanan yang kurang bergizi, jarang bergerak
(olahraga), dan mengkonsumsi fastfood. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan
akibat pola hidup dan gaya hidup yang tidak sehat adalah hipertensi. Hingga saat ini
hipertensi masih tetap menjadi permasalahn selain diabetes dan penyakit jantung karena
beberapa hal, antara lain terjadi peningkatnya prevalensi hipertensi, dan masih banyaknya
pasien yang mengidap hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah
diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, bahkan ada penderita yang tidak
tahu jika memiliki tekanan darah yang tinggi. Hal ini dapat dapat membuat bersamaan
dengan penyakit penyerta dan komplikasi yang lebih lanjut dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas. Jenis hipertensi paling banyak adalah hipertensi primer sebesar 90% dari
semua angka kejadian hipertensi. Sedangkan hipertensi yang lain adalah hipertensi
sekunder yang disertai adanya penyakit sistemik. Data epidemiologi menunjukkan bahwa
dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi
kemungkinan besar juga bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi
hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >
65 tahun. Selain itu laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam
dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi dan pengendalian tekanan darah ini
hanya mencapai 34 % dari seluruh pasien hipertensi.
Oleh karena itu perlunya pendekatan dokter keluarga untuk memastikan, mendiagnosis
dini, mengawasi para pasien dan keluarganya untuk tercapainya tujuan kesehatan. Prinsip
pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran
menyeluruh. Maka dari itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi
tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti itu diperlukan
adanya kunjungan rumah (home visit) serta melakukan pelayanan kesehatan standar. Untuk
dapat memajukan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat, perlu
adanya kerjasama antara petugas kesehatan dan pasien. Pemantauan terhadap penyakit
pasien tidak hanya sekadar mendapatkan pengobatan di puskesmas, namun lingkungan
pasien turut diikutsertakan dalam usaha meningkatkan kesehatan pasien. Home visit atau
kunjungan dilakukan dengan tujuan untuk melihat lingkungan rumah pasien dan sekaligus
mengedukasi dan memberi penyuluhan yang terkait dengan penyakit pasien.
1. Tujuan
Tujuan umumnya adalah untuk meningkatkan taraf mutu pelayanan kesehatan
masyarakat sedangkan tujuan khusus ialah mengetahui dan memahami secara mendalam
penyakit hipertensi dan penyebabnya serta dapat menerapkan prinsip-prinsip pelayanan

kedokteran secara komprehensif dan menyeluruh serta adanya peran aktif dari pasien dan
keluarga.
2. Manfaat
Menghasilkan informasi atau pengetahuan mengenai pelayanan kesehatan kedokteran
dengan pendekatan keluarga pada pasien hipertensi. Bagi mahasiswa ialah lebih
memahami secara dalam mengenai penyakit hipertensi bukan saja dari penyebabnya tetapi
dapat dari faktor-faktor resiko serta menerapkan prinsip pelayanan kedokteran keluarga
secara holistik saat melakukan observasi dan wawancara pada pasien.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Usia
lanjut membawa konsekuensi meningkatnya morbiditas dan mortalitas berbagai penyakit
kardiovaskular. Tekanan darah sistolik meningkat sesuai dengan peningkatan usia, akan
tetapi tekanan darah diastolik meningkat seiring dengan TDS sehingga usia 55 tahun, yang
kemudian menurun oleh karena terjadinya proses kekakuan arteri akibat aterosklerosis. 1
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga
melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan
produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan cardiac output.2 Hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya didefenisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih
memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi sekunder yang
diketahui sebabnya. Hipertensi sistolik terisolasi (HST) didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik 140mmHg dengan tekanan darah diastolik <90mmHg. Keadaan ini
diakibatkan oleh kehilangan elastisitas arteri karena proses menua. Kekakuan aorta akan
meningkatkan tekanan darah sistolik dan pengurangan volume aorta,yang pada akhirnya
menurunkantekanan darah diastolik. Semakin besar perbedaan tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolic atau tekanan nadi (pulse pressure), semakin besar resiko
komplikasi kardiovaskular. Tekanan nadi yang meningkat pada usia lanjut dengan
hipertensi sistolik terisolasi berkaitan dengan besarnya kerusakan yang terjadi pada organ
target;jantung,otak dan ginjal. Pada lansia, tekanan darah sistolik lebih berkaitan dengan
prognosis komplikasi Kardiovaskular dibandingtekanan darah diastolik.1
Klasifikasi dan etiologi
Hipertensi dibagi menjadi hipertensi essensial/primer ialah hipertensi yang
penyebabnya masih belum dapat diketahui. Disebut juga hipertensi idiopatik. Sekitar 90%
penderita hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan
2

pengobatan lebih banyak ditujukan bagi penderita hipertensi essensial ini. Hipertensi
sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang menjadi penyebabnya dapat
diketahui, sering disebut hipertensi renal karena kelainan ginjal menjadi penyebab
tersering. Penyebab hipertensi sekunder ini antara lain kelainan pada pembuluh darah
ginjal, gangguan kelenjar tiroid, atau penyekit kelenjar adrenal. Terdapat pada sekitar 5%
kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan
lain-lain. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi
derajat I, dan derajat II.3,4 (lihat table 1).
Klasifikasi tekanan darah

Tekanan darah sistolik


(mmHg)
Normal
<120
Prahipertensi
120-139
Hipertensi derajat 1
140-159
Hipertensi derajat 2
>160
Tabel 1: Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa > 18 tahun

Tekanan
(mmHg)
<80
80-89
90-99
>100

darah

diastolic

Anamnesis
Hal-hal yang perlu atau dapat ditanyakan dalam anamnesis antara lain identitas paien
seperti nama, alamat, usia, pekerjaan. Tanyakan keluhan utama pasien, alasan utama pasien
datang ke rumah sakit atau puskesmas misalnya badan sering lemas-lemas, pusing,
beberapa kali terjatuh. Kemudian riwayat penyakit sekarangnya: tanyakan factor-faktor
yang mempengaruhi pusingnya atau lemasnya, misalnya lemasnya atau pusingnya sehabis
aktifitas atau keadaan istirahat juga sama. Kemudian riwayat penyakit dahulu, apakah
pasien pernah didiagnosis hipertensi atau diabetes, dan penyakit yang lain seperti penyakit
pada paru-paru, ginjal maupun jantung, baik yang berhubungan dengan penyakit pasien
sekarang maupun yang tidak berhubungan. Riwayat penyakit keluarga pasien, apakah
dikeluarga pasien pernah memiliki keluhan yang sama dengan pasien atau adakan penyakit
lain yang pernah diderita oleh kelurga pasien misalnya hipertensi, DM, penyakit darah,
dsb. Riwayat sos-eko pasien seperti pola makan, pola hidup, pola jajan, merokok, minum
minuman yang berakohol, keadaan atau situasi rumah pasien tersebut, penhasilan dari
pekerjaan pasien.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan menegakkan diagnosis hipertensi, mengidentifikasi tanda
penyakit sistemik yang dapat menyebabkan hipertensi dan kerusakan target organ,
diantaranya tanda vital ( tekanan darah, frekuensi nadi, suhu, RR ), tinggi dan berat badan,
pemeriksaan thorax dan pemeriksaan fisik abdominal, serta pemeriksaan neurologis jika
pasien memiliki DM. Sebelum dilakukan pemeriksaan tekanan darah maka pasien
dianjurkan untuk beristirahat dan duduk tenang setidaknya 5 menit serta menghindari
aktivitas fisik, konsumsi kafein dan rokok setidaknya 30 menit sebelumnya.4
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan factor risiko lainnya atau mencari penyebab
hipertensi. Biasanya pemeriksaan darah rutin, gula darah, asam urat, profil lipid, kolestrol
HDL dan LDL ureum dan kreatinin serum, elektrolit serum, urinalisis, dan EKG 12
sadapan. Sebagai tambahan untuk mendeteksi kerusakan target organ atau membuktikan
kecurigaan hipertensi sekunder adalah : rontgen thorax, EKG, ekokardiografi, funduskopi,
rasio albumin kreatinin urin, CT scan cranial atau MRI.4
Diagnosis banding
Diagnosis banding untuk hipertensi esensial atau primer bisa berupa hipertensi
renovaskular, hipertensi pada penyakit ginjal, hipertensi pada penyakit jantung, hipertensi
ortostatik, dan vertigo.
Faktor resiko dan gejala klinis
Obesitas merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui
secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
daripada penderita hipertensi dengan berat badan normal. Stres diduga melalui aktivasi
saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf
simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
Faktor Keturunan juga mempengaruhi apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orang
tua, maka dugaan hipertensi essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar
monozigot (satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi. Jenis Kelamin
pada pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada
wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan),
depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan
pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran. Dengan
semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juiga semakin
besar. Asupan garam juga mempengaruhi melalui peningkatan volume plasma (cairan
tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti oleh peningkatan eksresi kelebihan garam
sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada
hipertensi essensial mekanisme inilah yang terganggu. Gaya hidup yang kurang sehat
walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan merokok,
4

minum minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula mempegaruhi peningkatan
tekanan darah. Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya
berupa: Pusing, Mudah marah,Telinga berdengung, Sukar tidur, Sesak nafas, Rasa berat di
tengkuk, Mudah lelah, Mata berkunang-kunang, Mimisan (jarang dilaporkan).4,5
Patogenesis
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu Curah jantung merupakan hasil
kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup, sedangkan isi sekuncup
ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi vascular
ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh darah dan
viskositas darah. Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
sistem saraf simpatis dan parasimpatis., sistem rennin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan
faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh
darah.3 Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan tekanan darah
dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung, memperkuat kontraktilitas miokard, dan
meningkatkan resistensi pembuluh darah. Sistem saraf parasimpatis bersifat depresif, yaitu
menurunkan tekanan darah dengan menurunkan frekuensi denyut jantung. SRAA juga
bersifat presif berdasarkan efek vasokonstriksi angiotensin II dan perangsangan aldosteron
yang menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal sehingga meningkatkan volume darah.
Selain itu terdapat sinergisme antara sistem simpatis dan SRAA yang saling memperkuat
efek masing-masing.3 Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan vasoaktif
yang sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti endotelin, tromboksan, A2 dan
angiotensin II lokal, dan sebagian lagi bersifat vasodilator seperti endothelium-derived
relaxing factor yang dikenal dengan nitric oxide (NO) dan prostasiklin (PG12). Selain itu
jantung, terutama atrium kanan memproduksi hormone yang disebut atriopeptin (atrial
natriuretic peptide, ANP) yang bersifat diuretic, natriuretik, dan vasodilator yang
cenderung menurunkan tekanan darah.3 Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan
dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor
genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian
antara curah jantung dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah.
Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis,
meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membran sel,
hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam
mekanisme hipertensi.2,3 Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi
oleh sistem renin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti
hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron
adalah sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri.
Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin aldosterouran Tekanan Darah diatur
terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan cairan,
natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliran pembuluh darah
dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi tekanan darah.2,3
Penatalaksanaan
5

A) Nonmedika mentosa
Menurunkan berat badan sampai batas ideal, mengubah pola makan pada penderita
diabetes, kegemukan, atau kadar kolestrol darah tinggi, mengurangi pemakaian garam
sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya ( disertai
dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup), mengurangi kebiasaan
buruk seperti alcohol,merokok, asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan,
olahraga, penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktifitasnya selama tekanan
darah terkendali.3,5
B) Medikamentosa
Untuk hipertensi dapat diberikan salah satu dari obat ini yaitu Hidrokloritazid
(HCT) 12,5-25 mg perhari dosis tunggal pada pagi hari. Reserpin 0,1 0,25mg perhari
sebagai dosis tunggal. Propanolol dimulai dari 10 mg 2 kali sehari dapat dinaikan 20 mg 2x
sehari ( KI : pada penderita asma ). Captopril : 12,5 25 mg , 2-3x sehari ( KI : pada
kehamilan dan asma ). Nifedipin : mulai dari 5 mg 3 x sehari bisa dinaikan 10 mg 3x
sehari. Atau alur penanganan pasien hipertensi (lihat gambar 1).

Komplikasi
Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata, ginjal,
jantung, dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai
dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
pendarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (transient ischaemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.3

BAB III
PROFIL PUKESMAS BULUROKENG
Wilayah Kerja PKM Bulurokeng terdiri dari Kelurahan Bulurokeng dan Kelurahan Untia
dengan jumlah penduduk 14. 547 Jiwa yang terbagi atas laki-laki = 7564 jiwa,
perempuan = 6983 jiwa, Jumlah Rumah Tangga = 2984, Kepadatan penduduk = 1810
jiwa/ Km

VISI :
Terwujudnya Masyarakat sehat dan mandiri di wilayah Puskesmas Bulurokeng.
MISI :

Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu


Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan pembangunan
kesehatan
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat agar mau dan mampu
menolong dirinya dalam permasalahan kesehatan

PELAYANAN PUKESMAS :
Upaya Kesehatan Wajib
- Promosi Kesehatan
- Kesehatan Lingkungan
- Kesehatan Ibu dan Anak
- Upaya perbaikan gizi masyarakat
- Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular
- Upaya Pengobatan

Upaya Kesehatan Pengembangan


- Upaya kes. Usia Lanjut
- Upaya kes. Jiwa
- Kesehatan Olah raga
- Pencegahan & penanggulangan penyakit gigi
7

- Perawatan kesehatan masyarakat


- Bina kesehatan tradisional
- Bina kesehatan kerja

BAB IV
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
A) DATA DEMOGRAFI
Nama

: Ny N

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 69 Tahun

Tanggal Lahir

: 16 Maret 1947

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu Rumahtangga

Pendidikan

:-

Suku/ Bangsa

: Bugis/ Indonesia

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Prof Dr Ir Sutami, RW 003/ RT 005 , Bulurokeng

Tgl. Kunjungan

: 29 Maret 2016

B. BIOLOGI PASIEN
a) Riwayat Biologi

Keadaan kesehatan sekarang


: Sedang. Ny N menderita hipertensi yang masih
tinggi dengan pengobatan yang diberikan.

Kebersihan perorangan
bersih dan rapi.

: Baik. Cara berpakaian dan keadaan pasien terlihat

Penyakit yang sering diderita

: Tidak ada.

Penyakit keturunan

: Tidak ada.

Penyakit kronis/menular

: Tidak ada.

Kecacatan anggota keluarga

: Tidak ada.

Pola makan
: Sedang . Pola makan normal 3x sehari, tapi Ny N
masih sulit untuk diet rendah garam dan menghindari makanan yang memicu
hipertensinya.

Jumlah anggota keluarga

: 6 orang.

b) Psikologis keluarga

Kebiasaan buruk

Pengambilan keputusan : Anak perempuan Ny N bersama suaminya.

: Ada (menggantung pakaian di dalam kamar)

Ketergantungan obat

Tempat mencari pelayanan kesehatan


Rakyat

Pola rekreasi

: Tidak ada
: Puskesmas Bulurokeng dan RS Sayang

: Jarang, karena anak Ny N dan suami sering sibuk bekerja.

c) Keadaan rumah/ lingkungan

Jenis bangunan

: Permanen

Lantai rumah

: Keramik dan semen.

Luas rumah

: 9 x 6m2

Penerangan
kurang)

: Sedang (lampu kecil, cahaya matahari yang masuk

Kebersihan

: Sedang

Ventilasi

:Sedang

Dapur

: Ada

Jamban keluarga

: Ada

Sumber air minum

Sumber pencemaran air


digunakan sehari-hari.

Pemanfaatan pekarangan : Ada

Sistem pembuangan air limbah

: Ada. Di selokan air yang mengalir.

Tempat pembuangan sampah


sampah 2 hari sekali)

: Ada ( Ada petugas kebersihan yang mengambil

Sanitasi lingkungan

: Baik. Sumber air ledeng.

:Ledeng dan galon kemasan.


: Tidak . Pembuangan jamban jauh dari sumber air yang

d) Spiritual keluarga

Ketaaatan beribadah

: cukup.

Keyakinan tentang kesehatan

:cukup.

Keadaan sosial keluarga

10

Tingkat pendidikan
tingkat pendidikan cukup.

Hubungan antar anggota keluarga : Baik.

Hubungan dengan orang lain

:Baik.

Kegiatan organisasi sosial

: Baik ( Berpartisipasi dalam kerja bakti)

Keadaan ekonomi
: Sedang. Biaya kesehatan dan makan sehari-hari
Ny N ditanggung anak perempuan dan suaminya yang sama-sama bekerja.

: Ny N pendidikan kurang. Tapi anak dan cucunya

e) Kultural keluarga

Adat yang berpengaruh

Lain-lain

: Tidak ada.
:Tidak ada

2. ANAMNESIS (PUKESMAS BULUROKENG, 29 MARET 2016)


A) Keluhan utama pasien: Pusing
Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang dengan keluhan kepala pusing dan tengkuk
terasa pegal sejak 3hari yang lalu. Rasa pusing dirasakan hilang timbul, terlebih bila pasien
kurang istirehat. Rasa pegal dan kaku dirasakan pada leher dan bahu. Rasa pusing dan
nyeri kepala tidak diikuti dengan keluhan mata berkunang, telinga tidak berdengung.
Pasien juga mengeluh sukar tidur terutama beberapa minggu kebelakangan ini karena
banyak pikiran. Pasien tidak ada keluhan mual, nafsu makan bagus. Tidak ada gangguan
BAB dan BAK. Pasien mengaku sering control penyakit hipertensinya di Pukesmas
Bulurokeng
B) Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakitnya sekarang: Pasien senang makan
makanan yang dimasak oleh anaknya yang asin, kurang gerak
C) Perilaku keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang: pasien
mengatakan tidak ada, hanya anaknya suka memasak makanan yang asin-asin dulu saat
pasien belum terdiagnosis hipertensi
D) Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang: tidak ada
E) Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang: pasien
tidak mengingat penyakit apa dahulu yang pernah diderita keluarganya atau orangtuanya
F) Riwayat penyakit keluarga yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang: Pasien
juga tidak ingat.

11

G) Daftar keluarga :
N Nama Hub
o
dgn
KK

Um
ur

Pendidi Pekerja
-kan
an

Agama

Keadaan
kesehat
an

Keadan gizi

Imunisasi

1 Ny N

Nenek

69
thn

Ibu
Rumah
Tangga

Islam

Sedang

Sedang

2 Ayah

menant
u

40
thn

Di
Proyek

Islam

3 Ibu

Anak
ny N

40
thn

Ibu
Rumah
Tangga

Islam

Sedang

Sedang

4 Anak
1

Cucu

10
thn

Islam

Sedang

Sedang

Lengkap

5 Anak
2

cucu

3
thn

Islam

Baik

Baik

Lengkap

6 Anak
3

cucu

7
bln

Islam

Baik

Baik

lengkap

KB

Steril

H) Genogram :

12

K
e
t

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: pasien

: Dengan Penyakit yang Sama

I) Apgar score
Respons
KRITERIA
Adaptasi

PERTANYAAN
Apakah

pasien

puas

Hampir
selalu

dengan

Kadang

Hampir
tidak
pernah

13

Kemitraan

Pertumbuhan

Kasih Sayang

Kebersamaan

keluarga karena masing-masing


anggota
keluarga
sudah
menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya
Apakah pasien puas dengan
keluarga karena dapat membantu
memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi
Apakah pasien puas dengan
kebebasan
yang
diberikan
keluarga untuk mengembangkan
kemampuan yang pasien miliki
Apakah pasien puas dengan
kehangatan / kasih sayang yang
diberikan keluarga
Apakah pasien puas dengan
waktu yang disediakan keluarga
untuk menjalin kebersamaan

TOTAL
Skoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak
pernah=0
Total skor
8-10 = fungsi keluarga sehat
4-7 = fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = fungsi keluarga sakit
Dari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 8, ini
menunjukan fungsi keluarga sehat.

J) SCREEM Keluarga
SCREEM adalah alat yang digunakan untuk menilai sumber daya dalam keluarga.
Aspek
Sosial
Kultural

Sumber Daya
Pasien dapat berinteraksi dengan
baik dengan tetangga sekitarnya
Pasien
dan
keluarga
tidak

Patologi

14

Religius

mempercayai mitos-mitos yang


tidak jelas kebenarannya
Pasien dan keluarga mengajarkan
moral-moral
agama
dan
menunaikan ibadah sesuai dengan
ajaran agama dengan rajin dan baik

Ekonomi

Pasien sebagai ibu


rumah tangga.
Pendidikan keluarga baik,
Pasien tidak pendidikan.
Tapi anak dan cucunya
tingkat pendidikan cukup.

Pendidikan

Kesehatan

Masalah kesehatan cukup bagus,


dekat dengan akses yankes dan
memiliki jaminan BPJS

Kesadaran dari pasien


tentang kondisi kesehatan kurang.

3. MANDALA OF HEALTH

GAYA HIDUP :sederhana,


surirumahtangga .

15

Pendapatan
sederhana,lingkungan baik,
tidak jauh dari kota

PERILAKU KESEHATAN:
banyak makan
asin,berobat bila ada
keluhan.

PASIEN : 69 TH,
OBESE, IMT 25
KG/M3

PEL. KESEHATAN :
dekat dengan
pukesmas
bulurokeng

Factor biologi : anak-anak


tidak ada factor HTN
genetik

LINGKUNGAN
KERJA : tidak ada

Rumah bersih, ventilasi


dan penerangan bagus

KOMUNITAS :Persekitaran
berbau, sanitasi sedang

4. PEMERIKSAAN FISIS DAN PENUNJANG (PUKESMAS BULUROKENG, 29


MARET 2016)
Tanda vital :
Tekanan darah

: 190/100 mmHg

16

Nadi

: 84 x/menit

Pernapasan

: 20 x/menit

Suhu

: 36,60C

Pemeriksaan fisis
Kepala

: anemis (-), sianosis (-), ikterus (-)

Leher

: Tidak ada kelainan

Thorax

: vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Cor

: SI/II reguler, murni

Abdomen

: Nyeri tekan (-)


Peristaltik (+) kesan normal

Ekstremitas

: Tidak ada kelainan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan
DIAGNOSIS
Hipertensi Grade II

5. DIAGNOSIS HOLISTIK
AKSIS I : Datang dengan keluhan pusing dan rasa pegal pada leher dan bahu
AKSIS II : diagnosis kerja yang ditegakkan adalah hipertensi grade II
AKSIS II : faktor internal, perilaku kesehatan yang tidak menjaga makan dan kurang
istirehat penyumbang kepada hipertensi
AKSIS IV: faktor eksternal, keadaan persekitaran yang mungkin menyumbang kepada
hipertensi
AKSIS V : skala fungsional pasien , pasien ibu rumahtangga yang tinggal bersama anak
menatu dan cucu-cucunya.
6. RENCANA PENANGANAN
AKSIS I : pemberian ubat hipertensi Amlodipin 10mg (1x1) dan NSAIS ibuprofen 500mg
untuk keluhan pegal dan kaku pada bahu diminum jika nyeri .
AKSIS II : pemberian ubat hipertensi Amlodipin 10mg (1x1) dan NSAIS ibuprofen 500mg
untuk keluhan pegal dan kaku pada bahu diminum jika nyeri . Menjelaskan tentang efek
samping obat dan makan obat sesuai dosis yang ditetapkan. Menasihatkan untuk
17

berkunjung ke Pukesmas untuk tetap kontrol walaupun tidak timbul sebarang gejala.
AKSIS III : memberi penyuluhan tentang diet yang harus pasien konsumsi dan pengaturan
pola makan dengan mengurangi garam dan penambah rasa. Banyakkan minum air putih.
Pengaturan olahraga untuk lansia dengan hipertensi.
AKSIS IV : Menenrangkan kepada pasien cara untuk mengendalikan stressor dan
mengatasi masalah dengan cara menenangkan diri berfikiran positif, pendekatan sosial ke
tentangga dan mendekaktkan diri pasien pada Sang Pencipta.
AKSIS V : edukasi tentang penyakit untuk selalu patuh pada pengobatan dan kontrol serta
mengingatkan komplikasi yang mungkin terjadi jika tidak dikontrol.
7. PROGNOSIS
Dubia ad bonam. pasien teratur memeriksakan diri ke Puskesmas terkait dengan
penyakit hipertensi yang dideritanya. Perhatian dan kepedulian pasien dan keluarga
terhadap masalah kesehatan membuat mereka mampu meningkatkan kualitas
kesehatan hidup secara jasmani maupun rohani.

BAB V
PENUTUP
Kesimpulam
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial karena banyaknya faktor resiko yang
bisa menyebabkan terjadinya hipertensi. Pada usia lanjut,prevalensi gagal jantung dan
strok tinggi, yang kedua tinggi ialah hipertensi. Oleh karena itu,pengobatan hipertensi
yang optimal penting dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskular. Perilaku hidup bersih dan sehat serta diet yang seimbang membantu
mencegah penyakit dari memburuk. Dan dengan pendekatan dokter keluarga ini kami
18

sebagai seorang mahasiswa kedokteran dapat belajar lebih dalam mengenai pendekatan
dokter keluarga, berkomunikasi langsung bukan hanya tentang atau dengan pasien tetapi
juga dengan keluarga yang terlibat. Dokter keluarga lebih fokus dalam meningkatkan
kesehatan fisik dan mental dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir
untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, maupun kondisi psikologis masing-masing
individu. Pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian
pelayanan medis dan peralatan untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan
pengembangan aspek social, yang akan mendukung agar setiap warga menpunyai standar
kehidupan yang kuat dalam menjaga kesehatannya merupakantanggung jawab dokter
keluarga.

DAFTAR PUSTAKA :
1

Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's
Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005.

Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran,


Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001.

Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit
FKUI, 2003.

Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin Dunia


Kedokteran No. 150, 2006.
19

LAMPIRAN

20

Gambar 1 : kondisi rumah Ny N

Gambar 2 : kondisi kamar mandi Ny N

21

Gambar 3 : kondisi dapur rumah Ny n

22

Anda mungkin juga menyukai