PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan
masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan
penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian
ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih
besar lagi. Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %.
ISPA mempunyai manifestasi klinik bermacam-macam tergantung pada beberapa
hal : usia pasien, bagian saluran nafas mana yang terserang, ada atau tidaknya kelainan
paru yang mendasarinya, penyakit lain yang menyertai, mikroorganisme yang menjadi
penyebabnya, rute infeksinya (di komunitas / rumah sakit), daya tahan tubuh pasien yang
terkena. Dengan adanya keanekaragaman manifestasi penyakitnya menimbulkan masalah
terhadap pengenalan (diagnostik) dan pengelolaan penyakit tersebut.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.
Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari
kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang
disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah
karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka
mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena
penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit
dan kurang gizi.
Tujuan dari observasi ini adalah:
1. Mengetahui deskripsi karakteristik, pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam
pengobatan anak yang menderita ISPA
2. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dalam pengobatan anak yang
menderita ISPA
3. Mengetahui hubungan antara sikap dan tindakan ibu dalam pengobatan anak yang
menderita ISPA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Secara definisi ISPA berarti timbulnya infeksi di saluran nafas yang bersifat akut
(awitan mendadak) yang disebabkan masuknya mikroorganisme (virus, bakteri, parasit,
jamur). Secara anatomis penyakit ini dibedakan ISPA bagian atas dan ISPA bagian bawah.
Batas antara kedua kelainan ini terletak di laring. Infeksi yang mengenai laring ke atas
disebut sebagai ISPA bagian atas, sedangkan bila mengenai dibawah laring disebut sebagai
ISPA bagian bawah.
Etiologi
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab (virus, bakteri, parasit,
jamur). ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh karena virus, sedangkan ISPA bagian
bawah dapat disebabkan oleh semuanya. ISPA bagian bawah yang disebabkan bakteri
umumnya mempunyai manifestasi klinik berat sehingga menimbulkan banyak problem
dalam penanganannya.
Terjadinya infeksi saluran pernapasan pada anak balita disamping adanya bibit
penyakit, juga dipengaruhi oleh faktor anak itu sendiri, seperti anak yang belum mendapat
imunisasi campak dan kontak dengan asap dapur, serta kondisi perumahan yang
ditempatinya.
ISPA disebabkan oleh berbagai infectious agent yang terdiri dari 300 lebih jenis
virus, bakteri, ricketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus
Streptococcus, Stafilococcus, Pneumococcus, Haemofilus, Bordetella, dan
Corynebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain, golongan Paramyksovirus termasuk
didalamnya virus Influenza, Parainfluenza, dan virus campak, adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Herpesvirus dan lain-lain. Pneumonia umumnya disebabkan oleh bakteri. Di
negara berkembang yang tersering sebagai penyebab pneumonia pada anak ialah
Streptococcus pneumonia dan
Haemofilus influenza. Sedangkan di negara maju, dewasa ini pneumonia pada anak
umumnya disebabkan oleh virus.
Patogenesis
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan
saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat
tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan
epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya
telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu
keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama
dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25
% atau lebih).
Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila
terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri,
sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak
ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi
saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis)
mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika
atau radiasi.
Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum
dan udara nafas.
Manifestasi klinis dan diagnosis
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri
kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama
biasanya menunjukkan adanya penyulit.
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan
virus, serologis, diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena
bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.
Penatalaksanaan
Pneumonia berat
: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur
infus , di beri oksigen dan sebagainya. Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut.
Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan
Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.
Bukan pneumonia
: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan
di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang
tidak
mengandung
zat
yang
merugikan.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala
batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh
kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.
Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
BAB III
PROFIL PUKESMAS BULUROKENG
Wilayah Kerja PKM Bulurokeng terdiri dari Kelurahan Bulurokeng dan Kelurahan Untia
dengan jumlah penduduk 14. 547 Jiwa yang terbagi atas laki-laki = 7564 jiwa,
perempuan = 6983 jiwa, Jumlah Rumah Tangga = 2984, Kepadatan penduduk = 1810
jiwa/ Km
VISI :
Terwujudnya Masyarakat sehat dan mandiri di wilayah Puskesmas Bulurokeng.
MISI :
PELAYANAN PUKESMAS :
Upaya Kesehatan Wajib
- Promosi Kesehatan
- Kesehatan Lingkungan
- Kesehatan Ibu dan Anak
- Upaya perbaikan gizi masyarakat
- Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular
- Upaya Pengobatan
BAB IV
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
A) DATA DEMOGRAFI
Nama
:An R
Umur
:3 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan :
Pendidikan
:
Suku/ Bangsa
Agama
: Bugis/ Indonesia
: Islam
Alamat
B) BIOLOGI PASIEN
Riwayat biologi keluarga :
: Baik
Kebersihan perseorangan
: Baik
Penyakit keturunan
: -
Penyakit kronis/menular
: -
: -
Pola makan
: Baik
Pola istirahat
: Baik
: 4 orang
Psikologi keluarga :
Kebiasaan buruk
Pengambilan keputusan
Ketergantungan obat
Tempat mencari pelayanan kesehatan
Pola rekreasi
Jenis bangunan
: Permanen
7
Lantai rumah
Luas rumah
Penerangan
Kebersihan
Ventilasi
Dapur
Jamban keluarga
Sumber air minum
Sumbar pencemaran air
Pemanfaatan pekarangan
Tempat pembuangan air limbah
Tempat pembuangan sampah
Sanitasi lingkungan
: Keramik
: 4x3
: Baik
: Baik
: kurang
: ada
: Ada
: Air tanah
: Tidak ada
: Ada
: Ada
: Ada
: Sedang
Spiritual keluarga :
Ketaatan beribadah
Keyakinan tentang kesehatan
: Baik
: Baik
Tingkat pendidikan
Hubungan antar anggota kel
Hubungan dengan orang lain
Kegiatan organisasi sosial
Keadaan ekonomi
: sedang
: Baik
: Baik
: Sedang
: sedang
Kultural keluarga :
: Makassar
:-
Riwayat kontak dengan orang yang bergejala sama (+).Sering terserang penyakit batuk
dan pilek, Penyakit lain yang pernah di derita adalah penyakit umum seperti flu, demam,
dan diare. Riwayat alergi obat (-)
c) Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat hiperkolesterol/hiperlipidemia (-)
Riwayat penyakit saluran pencernaan (-)
Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat alergi (-)
d) Daftar anggota keluarga
No
Nama
Hub dgn
Umu
Pendidik
Pekerjaa
Agam
Keadaa
Keadaa
Imunisa
KK
an
n gizi
si
kesehat
an
1.
Parto
Kepala
keluarga
31
SMA
Montir
Islam
SMP
Ibu
Islam
Sedang
Baik
Baik
tahu
n
2.
3.
Masriati
Hendry
Istri
30
tahu
rumah
tangga
Putra
pertama
Sedang
TK
Islam
Baik
Baik
Islam
Sedang
Baik
tahu
n
4.
Reiza
Putra
kedua
3
tahu
n
e) Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: pasien
f) Apgar score
Respons
KRITERIA
Adaptasi
Kemitraan
Pertumbuhan
Kasih Sayang
Kebersamaan
PERTANYAAN
Apakah pasien puas dengan
keluarga karena masing-masing
anggota
keluarga
sudah
menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya
Apakah pasien puas dengan
keluarga karena dapat membantu
memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi
Apakah pasien puas dengan
kebebasan
yang
diberikan
keluarga untuk mengembangkan
kemampuan yang pasien miliki
Apakah pasien puas dengan
kehangatan / kasih sayang yang
diberikan keluarga
Apakah pasien puas dengan
waktu yang disediakan keluarga
untuk menjalin kebersamaan
Hampir
selalu
Kadang
Hampir
tidak
pernah
TOTAL
Skoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak
pernah=0
Total skor
8-10 = fungsi keluarga sehat
4-7 = fungsi keluarga kurang sehat
10
g) SCREEM Keluarga
SCREEM adalah alat yang digunakan untuk menilai sumber daya dalam keluarga.
Aspek
Sumber Daya
Patologi
Sosial
Pasien dapat berinteraksi dengan
baik dengan tetangga sekitarnya
Kultural
Pasien
dan
keluarga
tidak
mempercayai mitos-mitos yang
tidak jelas kebenarannya
Religius
Pasien dan keluarga mengajarkan
moral-moral
agama
dan
menunaikan ibadah sesuai dengan
ajaran agama dengan rajin dan baik
Ekonomi
Pasien anak masih kecil
Pendidikan .
Pendidikan
keluarga
cukup
Kesehatan
Masalah kesehatan cukup bagus, Kesadaran dari ibu bapa
dekat dengan akses yankes dan tentang kondisi kesehatmemiliki jaminan BPJS
an kurang.
: 100/60 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,60C
Pemeriksaan fisis
Kepala
Leher
Thorax
Cor
3. MANDALA OF HEALTH
Pendapatan
sederhana,lingkungan baik,
tidak jauh dari kota
PERILAKU KESEHATAN:
kurang asupan makanan
bergizi.
PEL. KESEHATAN :
dekat dengan
pukesmas
bulurokeng
PASIEN : 3 TH,
KURUS
LINGKUNGAN
KERJA : tidak ada
12
KOMUNITAS :Persekitaran
berDEBU, sanitasi sedang
4. DIAGNOSIS HOLISTIK
AKSIS I : Datang dengan keluhan batuk pilek sejak 4hari yang lalu
AKSIS II : diagnosis kerja yang ditegakkan adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
AKSIS III : factor internal, perilaku kesehatan yang tidak menjaga makan seperti kurang
asupan makanan bergizi dan tidak menjaga higien.
AKSIS IV: faktor eksternal, keadaan persekitaran yang mungkin menyumbang kepada
hipertensi
AKSIS V : skala fungsional pasien , pasien tingga bersama ibu ayah dan abangnya.
5. RENCANA PENANGANAN
AKSIS I : memberikan obat dalam bentuk puyer mengandungi CTM , Ambroxol dan
paracetamol (3x1) dan antibiotic amoxilin 500mg (3x1)
13
AKSIS II : memberikan terapi obat-abat yang tepat, dengan dosis yang benar, waktu
pemberian yang adekuat, dan harga yang terjangk
AKSIS III : memperbaiki status gizi pasien guna meningkan daya tahan tubuh juga agar
proses tumbuh kembang lebih baik. Perbaikan status gizi dengan mengurangi jajanan
makanan sehingga pasien tidak merasa kenyang dan dapat makan makanan yang bergizi di
rumah. Dengan perbaikan status gizi secara tidak langsung juga akan memperbaiki
imunitas pasien terhadap penyakit.
AKSIS IV : meningkatkan kesadaran keluarga akan pentingnya kesehatan dan memberikan
pengetahuan dan informasi kepada keluarga tentang ISPA.
AKSIS V : mengedukasi keluarga pasien cara pencegahan yang dapat dilakukan dengan
menjaga keadaan gizi agar tetap baik, imunisasi, menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan, mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
6. PROGNOSIS
Prognosis penyakit :
Prognosis pasien adalah baik. Pasien mengalami gejala batuk, pilek dan demam
pada beberapa hari yang lalu, namun pada saat kunjungan demam telah menurun dan
sekret hidung telah encer, tidak lagi tersumbat. Saat kunjungan keadaan umum pasien baik
(data-data telah dicantumkan di atas). Dengan data yang ada dan pemeriksaan serta
pengamatan saat kunjungan disimpulkan pasien mengalami Infeksi Saluran Napas Atas
( ISPA ) tipe non-pneumonia.
Prognosis keluarga :
Prognosis untuk penyakit pasien di atas adalah baik, jika orangtua cepat menangani
dengan membawa ke dokter sehingga dokter segera mendiagnosa. Pasien tinggal satu
rumah dengan ayah dan ibunya yang mengalami hal yang sama terlebih dahulu. Jadi
pengobatan harus dilakukan menyeluruh sehingga tidak semakin parah.
Prognosis masyarakat :
Lingkungan masyarakat dan anggota keluarga yang mendukung dalam proses
penyembuhan ISPA tersebut. Namun pasien sebelumnya sering bermain dengan anak-anak
di kompleksHal ini dapat mempersulit sembuhnya ISPA tersebut dengan cepat sehingga
anak sering mengalami sakit yang sama/berulang.
14
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
ISPA yang diderita pasien merupakan ISPA e.c bukan pneumonia, dilihat dari gejala
klinis yang tidak disertai dengan adanya infeksi, tarikan dinding dada saat bernapas serta
tidak ditemukannya pernapasan cepat pada pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. ISPA
pasien tersebut dapat dipicu dari lingkungan tempat tinggal anak yang kurang mendukung
dan keadaan fisik orang tuanya yang juga mempengaruhi kesehatan anak.
Meskipun faktor kebersihan lingkungan dan kesadaran keluarga akan kesehatan
pasien cukup baik namun pasien tetap dapat mengalami sakit karena adanya
ketidakseimbangan yang berperan terhadap terjadinya gangguan pada kesehatan pasien.
Oleh sebab itu untuk mengatasi suatu penyakit dalam masyarakat juga perlu
memperhatikan factor di sekeliling masyarakat tersebut, seperti halnya kesehatan
perseorangan yang dilakukan pada survey pendekatan keluarga ini. Hal ini menjadi hal
yang perlu disadari pemerintah, pelayanan kesehatan swasta, serta masyarakat sendiri agar
tercipta masyarakat yang sehat dan produktif.
15
Untuk pasien pada kasus ini, disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA :
1) WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan 2007.
2) WHO. Acute Respiratory Infections (Update September 2009). [serial online].
2009. [cited 4 APRIL 2016]. Available from:
www.who.int/vaccine_research/diseases/ari/en/print.html
3) Wahyono Dj, Hapsari I, Astuti IWB. Pola Pengobatan Infeksi Saluran Napas
Akk Usia Bawah Lima Tahun (Balita) Rawat Jalan di Puskesmas I Purwareja
Klampok Kabupaten Banjarnegara Tahun 2004.[serial online]. 2008. [cited 30
march 2016]. Available from: http://mfi.farmasi.ugm.ac.id
4) Falsey, Ann R et al. respiratory Synctial Virus Infection in Elderly and High
Risk Adults. 2005. [cited 1 april 2016].Availabele from : www.nejm.org.
5) Goldman, Lee and Aussielo, Dennis. Cecil Medicine 23rd Edition.USA :
Elsevier Inc. 2008.
16
LAMPIRAN :
17
18
19