Anda di halaman 1dari 6

A.

ASPEK KENDALA
Komunikasi melalui jaringan internet tidak akan pernah terlepas dengan
Internet Protocol yang merupakan sumber daya pengalamatan jaringan internet
yang sifatnya terbatas. Sejak konsep TCP/IP dikembangkan oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat tahun 1960 dan mulai dipergunakan secara komersil
pada tahun 1986. Sejak itu permintaan alamat IPv4 terus meningkat. Internet
Protokol versi 4 (IPv4) memiliki 4 miliar alamat unik, dan menurut data yang ada
diperkirakan alokasi IPv4 akan habis dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam menghadapi semakin terbatasnya IPv4 tersebut, dibuatlah konsep
pengalamatan baru IPv6 yang memiliki jumlah alamat 6,5 x 1038 alamat unik. Dalam
5 tahun terakhir Indonesia telah bersiap untuk menghadapi migrasi IPv6. Pemerintah
yang diwakili oleh menkominfo membentuk Indonesia IPv6 Task Force (IDIPv6TF) yang menghasilkan roadmap migrasi IPv6 yang seharusnya telah berakhir
2012.
Seiring

berjalannya

waktu,

kelihatannya

migrasi

ke

IPv6

belum

mendapatkan capaian yang memuaskan. Dengan bergantinya stakeholder pemegang


kebijakan, juga menyebabkan semakin tidak jelasnya migrasi IPv6 yang ditandai
belum adanya roadmap baru sebagai pegangangan bagi penyelenggara Jaringan
Internet di Indonesia. Penelitian ini akan melakukan evaluasi sejauh mana kesiapan
dan capaian migrasi dari IPv4 ke IPv6 di Indonesia yang sudah dicanangkan
tercapai di akhir 2012 pada tingkat Penyelenggara Jaringan Internet.
Seiring dengan pertumbuhan industri Internet di Indonesia, baik disadari
maupun tidak, kebutuhan akan alamat Internet Protokol (IP) juga akan meningkat.
Operator Internet membutuhkan alamat IP untuk mengembangkan layanannya
hingga ke pelosok negeri. Jaringan Internet di Indonesia berikut perangkatperangkat pendukungnya hingga di tingkat end user masih menggunakan protokol
IPv4.
Kenyataan yang dihadapi dunia sekarang adalah menipisnya persediaan
alamat IPv4 yang dapat dialokasikan. Jumlah alamat yang dapat didukung oleh IPv4
adalah 232 bits, sedangkan saat ini hanya tersisa 7% saja di tingkat Internet Assigned
Number Authority (IANA). Negaranegara lain sudah menyadari situasi ini sejak awal dekade dan telah memilih untuk beralih
ke protokol IPv6.
IPv4 ADDRESS SPACE
1

What is the status of each of the 256 /8s?

March 2015

Internet Number Resource Report


Gambar 1. IPv4 Address Space /8s

Pada maret 2015 NRO (Number Resource Organization) memberikan laporan


dan data yang berkaitan dengan perkembangan IPv4 dan IPv6. Gambar 1 memberikan
gambaran pembagian dan jatah IPv4 di seluruh dunia dan tiap-tiap RIR. Sedangkan pada
gambar 2 terlihat bahwa IPv4 /8s yang tersedia semakin kecil. APNIC yang merupakan
induk organisasi untuk Indonesia hanya tersisa 0.75 yang menandakan semakin krisisnya
ketersediaan IPv4. Sedangkan pada gambar 3 diperlihatkan perkembangan penggunaan
IPv4 /8s dari tahun ke tahun. Di mana pada tahun 2008 - 2011 merupakan lonjakan
penggunaan IPv4 pada semua RIR. Dan lonjakan yang sangat besar terjadi untuk
APNIC.
B. INFRASTRUKTUR EKSISTING
Sebagai bagian dari persiapan Infrastruktur jaringan, kemampuan IPv6 telah
diterapkan di Indonesian Internet Exchange dan Open Internet Exchange Point . Best
Practice di negara-negara yang sudah lebih dulu menerapkan IPv6 menunjukan bahwa
pendekatan top-down dimana peralihan dimulai dari tingkat teratas ( core n etwork ) dan
dilanjutkan ke tingkat yang lebih rendah ( end user ) telah terbukti efektif. Dengan
demikian, Internet Exchange di Indonesia sudah dapat mengakomodir trafik IPv6 dari
dalam ke luar negeri serta sebaliknya.
2

Secara umum, infrastruktur jaringan utama Indonesia telah siap dalam


implementasi IPv6, namun isu utama di sisi kebijakan, tata aturan, SDM, riset,
konten, standarisasi, sertifikasi, dan sekuritas masih ada dan belum tersentuh.
Penerapan kemampuan IPv6 di jaringan Internet Indonesia bukan sekedar peralihan
protokol internet, tetapi juga sebuah adopsi teknologi mutakhir yang memberi
manfaat yang jauh lebih bernilai. Teknologi IPv6 akan memungkinkan kegiatankegiatan internet yang sebelumnya tercatat memiliki kendala. Sektor-sektor yang
akan menikmati keunggulan teknologi IPv6 ketika koneksi end-to-end melalui IPv6
yang aman dengan kualitas yang terjamin tercipta diantaranya:
1. Sektor Teknologi Infomasi dan Komunikasi : Solusi bagi aplikasi-aplikasi yang
membutuhkan alamat IP dalam jumlah masif, seperti: sensor, RFID, car-IP, IP-CCTV
; Trafik data yang lancar melalui jaringan yang lebih sederhana karena tidak
memerlukan NAT dan end-to-end security ; dan Konvergensi komunikasi dan
pengembangan multimedia .
2.

Perbankan dan finansial : Keamanan jaringan melalui autentifikasi dan enkripsi


membuat keamanan transaksi secara elektronik lebih terjamin ; dan ersonalisasi
layanan dengan alokasi alamat IP untuk tiap-tiap pelanggan.

3. Pertanian dan Kehutanan : Marka perbatasan wilayah menggunakan tagging dengan


alamat IP ; dan emantauan dan manajemen sumber daya melalui jaringan sensor .
4. Pertahanan dan Intellijen : Keamanan jaringan komunikasi seluler dan komunikasi
bergerak dalam situasi pertempuran ; p emantauan aset dan logistik militer ; s olusi
keamanan perbatasan menggunakan teknologi sensor nirkabel ; dan d eteksi lalu
lintas barang dan manusia yang lebih baik .
5. Pendidikan : Edukasi melalui pemanfaatan aplikasi-aplikasi multimedia serta
konvergensi komunikasi dan informasi : dan roses belajar mengajar jarak jauh
melalui tele-presence .
6. Perhubungan dan Pos : Pemantauan distribusi kontainer/paket pos melalui jaringan
sensor ; p emantauan dan manajemen lalu lintas oleh otoritas terkait secara realtime ; dam i nformasi lalu lintas dan cuaca ke pengguna jasa perhubungan secara real
time .
7. Kesehatan : Keamanan catatan medis dan manajemen rumah sakit ; m anajemen
kesehatan personal secara terintegrasi ; dan p roses pengobatan melalui telepresence .

C. MIGRASI FROM IPv4 to IPv6


Sebagai informasi, seiring dengan pertumbuhan industri Internet di Indonesia,
baik disadari maupun tidak, kebutuhan akan alamat Internet Protokol (IP) juga akan
meningkat. Operator internet membutuhkan alamat IP untuk mengembangkan
layanannya hingga ke pelosok negeri. Jaringan Internet di Indonesia berikut perangkatperangkat pendukungnya hingga di tingkat end user masih menggunakan protokol IPv4.
Kenyataan yang dihadapi dunia sekarang adalah menipisnya persediaan alamat IPv4
yang dapat dialokasikan. Jumlah alamat yang dapat didukung oleh IPv4 adalah 2 32 bits,
sedangkan data terakhir pada waktu penulisan dokumen ini tersisa 7% saja di tingkat
Internet Assigned Number Authority (IANA). Negara-negara lain sudah menyadari
situasi ini sejak awal dekade dan telah memilih untuk beralih ke protokol IPv6.
Teknologi IPv6 adalah protokol untuk next generation Internet . IPv6 didesain
sedemikian rupa untuk jauh melampaui kemampuan IPv4 yang umum digunakan
sekarang ini. Fitur-fitur dari aplikasi Internet masa depan dimungkinkan lewat penerapan
teknologi IPv6. Dari segi jumlah alamat, IPv6 dapat mendukung 2 128 alamat. Ini adalah
pertumbuhan yang sangat masif dari IPv4 dan jumlah tersebut lebih dari cukup untuk
menyelesaikan masalah persediaan alamat IP untuk waktu yang sangat panjang.
Arsitektur IPv6 juga didesain untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul pada
teknologi IPv4 secara permanen. Sebagian dari keunggulan IPv6 adalah keamanan
jaringan yang terintegrasi, kemampuan untuk multicast , dukungan terhadap mobilitas
yang tinggi dan kualitas layanan yang jauh lebih baik dari pendahulunya dalam
mendukung konvergensi teknologi informasi dan komunikasi.
Sehingga tujuan disusunnya Roadmap Penerapan IPv6 di Indonesia adalah:
1. Memberikan panduan kepada para stakeholder terkait dalam rangka penerapan
IPv6 di Indonesia.
2. Memberikan gambaran tentang arah dan strategi pemerintah dalam penerapan
IPv6 di Indonesia.
3. Menetapkan tahapan-tahapan pelaksanaan penerapan IPv6 di Indonesia
Berikut adalah ringkasan perbandingan antara fitur-fitur yang dimiliki teknologi IPv4 dan
IPv6.
Fitur
Jumlah
Alamat
4

IPv4
Menggunakan 32 bit sehingga
jumlah alamat unik yang

IPv6
Menggunakan 128 bit untuk
mendukung 3.4 x 10 38

Routing

Mobilitas

Keamanan

Ukuran
Header

didukung terbatas 4.294.967.296


atau diatas 4 Milyar alamat IP
saja. NAT mampu untuk sekedar
memperlambat habisnya jumlah
alamat IPv4, namun pada
dasarnya
IPv4
hanya
menggunakan 32 bit sehingga
tidak dapat mengimbangi laju
pertumbuhan Internet dunia.
Performa routing menurun seiring
dengan membesarnya ukuran
tabel routing . Penyebabnya
pemeriksaan header Maximum
Transmission
Unit
(MTU)
disetiap router dan hop switch.
Dukungan terhadap mobilitas yang
terbatas
oleh
kemampuan
roaming saat beralih dari satu
jaringan ke jaringan lain

Meski umum digunakan dalam


mengamankan jaringan IPv4,
header IPsec merupakan fitur
tambahan pilihan pada standar
IPv4.
Ukuran header dasar 20 oktet
ditambah ukuran header Options
yang dapat bervariasi.

Header
Checksum

Terdapat header checksum yang


diperiksa oleh setiap switch
(perangkat lapis ke 3), sehingga
menambah delay.

Fragmentasi

Dilakukan di setiap hop yang


melambatkan performa router .
Proses menjadi lebih lama lagi
apabila ukuran paket data
melampaui MTU paket dipecahpecah
sebelum
disatukan
kembali di tempat tujuan.

alamat IP yang unik.


Jumlah yang masif ini lebih
dari
cukup
untuk
menyelesaikan
masalah
keterbatasan jumlah alamat
pada IPv4 secara permanen.

Dengan proses routing yang


jauh lebih efisien dari
pendahulunya,
IPv6
memiliki
kemampuan
untuk mengelola tabel
routing yang besar.
Memenuhi kebutuhan mobilitas
tinggi melalui roaming dari
satu jaringan ke jaringan
lain dengan tetap terjaganya
kelangsungan sambungan.
Fitur
ini
mendukung
perkembangan
aplikasiaplikasi mobile mendatang.
IPsec dikembangkan sejalan
dengan IPv6. Header IPsec
menjadi fitur wajib dalam
standar implementasi IPv6.
Ukuran header tetap 40 oktet.
Sejumlah header pada IPv4
seperti
Identification,
Flags, Fragment offset,
Header Checksum dan
Padding telah dimodifikasi.
Proses
checksum
tidak
dilakukan di tingkat header
, melainkan secara end-toend . Header IPsec telah
menjamin keamanan yang
memadai.
Hanya dilakukan oleh host
yang mengirimkan paket
data.
Disamping
itu,
terdapat
fitur
MTU
discovery yang menentukan
fragmentasi yang lebih
tepat menyesuaikan dengan
nilai MTU terkecil yang

Configuratio
n

Kualitas
layanan

Ketika sebuah host terhubung ke


sebuah jaringan, konfigurasi
dilakukan secara manual.

Memakai mekanisme best effort


untuk
tanpa
membedakan
kebutuhan

terdapat dalam sebuah


jaringan dari ujung ke
ujung.
Memiliki fitur stateless auto
configuration
dimana
ketika
sebuah
host
terhubung
ke
sebuah
jaringan,
konfigurasi
dilakukan secara otomatis.
Memakai mekanisme best level
of effort yang memastikan
kualitas layanan. Header
traffic class menentukan
prioritas pengiriman paket
data berdasarkan kebutuhan
akan kecepatan tinggi atau
tingkat latency tinggi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kelemahan-kelemahan yang


ditemukan pada fitur-fitur IPv4 sudah diperbaiki sekaligus alasan mengapa negaranegara di dunia memilih IPv6 sebagai solusi permanen dari masalah utama yaitu
keterbatasan jumlah alamat IP.

Anda mungkin juga menyukai