Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Studi Khalayak
Desa
: Desa Kondoano
Kecamatan
: Mowila
Kabupaten
: Konawe Selatan
1.2 Latar Belakang
Lada adalah sejenis rempah-rempah yang juga sering punya sebutan lain yaitu
merica. Bagian yang diambil dari tanaman lada adalah bijinya. Biji lada ini
punya fungsi yang sangat penting untuk membuat bumbu penyedap dari
berbagai jenis masakan. Rasanya sedikit pedas namun bisa membuat lezat dan
masakan yang nikmat. Yang istimewa dari lada ini adalah, hampir semua jenis
masakan di dunia selalu menggunakannya.
Selain melezatkan, lada juga punya fungsi yang lain bagi tubuh manusia.
Yaitu bisa membantu kelancaran peredaran darah, menghangatkan tubuh dan
lain-lain. Maka tidak mengherankan bila sejak jaman dulu banyak orang yang
melakukan budidaya tanaman lada ini di kebun atau ladang yang mereka
miliki. Bahkan pada masa lalu, lada menjadi salah satu komoditas hasil bumi
yang sangat berharga. Karena nilai jualnya sangat tinggi terutama di negaranegara Eropa. Hal inilah yang menjadi penyebab dari
penjelajahan bangsa Eropa ke Asia, Afrika dan sebagian Amerika. Dari sini
pula permulaan sejarah penjajahan atau kolonialisasi dimulai.
Potensi Budidaya Tanaman Lada
Meski masa kolonial atau penjajahan sudah berlalu, namun lada hingga saat
ini masih menjadi barang dagangan yang nilainya juga tetap tinggi. Maka
tidak ada salahnya bagi yang suka dengan dunia agribisnis dan pertanian atau
perkebunan untuk terjun dalam usaha budidaya tanaman lada. Karena banyak
potensi yang bisa diharapkan dari industri ini. Beberapa diantaranya adalah :
1.

Potensi Pasar

Dari jaman dulu sampai sekarang, lada tetap menjadi primadona di dunia
perdagangan hasil bumi terutama untuk rempah-rempah. Karena nilai
transaksi dagangnya terus mengalami peningkatan. Ini suatu pertanda bila
pangsa pasar hasil budidaya tanaman lada tetap bagus, sehingga tidak perlu
membuat khawatir. Bahkan menurut kabar terakhir, pada tahun-tahun
mendatang permintaan lada juga cenderung naik.
2.

Potensi Tenaga Kerja

Karena pangsa pasarnya sangat luas, maka kita juga mesti berani untuk
meningkatkan kapasitas produksi serta perluasan budidaya tanaman lada ini.
Sehingga mau tidak mau kita juga harus menambah tenaga untuk mengolah
perkebunan serta hasil panennya. Tentu akan menjadi suatu hal yang
membanggakan bila kita bisa membantu para pencari tenaga kerja agar
mereka bisa memperoleh panghasilan.
3.

Potensi Devisa Negara

Saat ini negara pengekspor terbesar biji lada adalah negara Vietnam.
Sementara Indonesia berada di urutan kedua. Kenapa kita tidak bisa menjadi
yang nomor satu? Karena jumlah produksi kita juga masih terbatas.
Jangankan untuk ekspor, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja
kadang masih kurang. Ini merupakan tantangan bagi kita untuk bisa
meningkatkan kapasitas produksi dari budidaya tanaman lada, sehingga nilai
ekspornya juga bisa meningkat. Maka pemasukan negara dari
hasilekspor untuk sektor perkebunan juga bisa lebih tinggi.
4.

Potensi Lingkungan

Proses produksi hasil budidaya tanamanlada sampai saat ini selalu bersifat
alami. Jadi bisa dikatakan bila industri perkebunan tanaman lada itu ramah
lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran, kerusakan lingkungan
dan hal-hal lain yang merugikan kehidupan alam dan ekosistem di dalamnya.
1.3 Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan

Tujuan dari kegiatan fieldtrip ini adalah untuk mengetahui dan malihat

secara langsungteknik budidaya tanaman lada dilapangan.


Mengetahui masalaha-masalah yang dihadapi para petani merica
Memberikan solusi dari masalah yang sering dihadapi para petani merica
Kegunaan

Setelah kegiatan fieldtrip ini dilakukan mahasiswa dapat mengetahui teknik yang
digunakan secara dalam budidaya tanaman lada mulai baik dari segi pemeliharaan
secara umum maupun dari pengolahan pada pasca panen.

BAB II

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Adapun percobaan ini dilakukan pada :
Hari / tanggal

: Senin, 25 Oktober 2016

Pukul

: 09:00 WITA sampai selesai

Tempat

: Dusun 1, Desa Kondoano, Kec.


Mowila,

Kab.

Konawe

Selatan,

Sulawesi Tenggara

2.2 Alat yang digunakan


Dalam kegiatan ini alat yang digunakan adalah alat tulis menulis dan
Kuisioner Mata Kuliah.

2.3 Metode Pelaksanaan


Kegiatan ini berlangsung dengan melakukan pengamatan secara langsung
dilapangan dan mendengarkan pengarahan dan penjelasan dari penyuluh
pertanian yang ada ditempat itu dilanjutkan dengan kegiatan Tanya jawab
secara langsung.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Kegiatan ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung dilapangan pada
salah satu perkebunan lada kelompok tani Kab. Konawe Selatan. Dikebun ini
kita mengamati pertanaman lada yang berumur 8 tahun dan salah satu
varietasnya adalah varietas lampung. dikebun tersebut Proses budidaya
tanaman lada yang dilakukan petani mulai dari pembibitan, bahan tanam
yang digunakan yaitu stek yang diambil dari sulur tanah, sulur cabang dan
sulur gantung yang memiliki kelebihan masing masing. Pengolahan tanah
dilakukan dengan melakukan kegiatan sanitasi disekitar areal yang akan
ditanami lada kemudian dilakukan pengajiran dengan jarak tanam 2,5 x 2,5
meter.

Gambar 1.1 Tanaman Merica Kec.Mowila Kab. Konawe Selatan

Pada umumnya petani menggunakan pohon hidup sebagai pohon yang


digunakan untuk panjatan tanaman lada yaitu gamal yang ditanam 1 tahun
sebelum penanaman lada. Tiga bulan sebelum penanaman dilakuakan
pembuatan lubang tanam 30 x 30 cm pada ajir, setelah itu dilakukan
pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kandang.
3.2 Pembahasan

Tanaman lada adalah merupakan tanaman tahunan yang banyak di


budidayakan di Indonesia termasuk daerah Sulawesi Tenggara khususnya
Kbupaten Konawe Selatan. Dalam teknik pembudidayaannya, membutuhkan
teknik yang agak rumit karena tanaman ini bukan merupakan tanaman
berkayu seperti tanaman budidaya tahunan lainnya. Tanaman lada ini
membutuhkan pohon panjatan atau pohon tajar. proses budidaya tanaman lada
yang dilakukan petani dimulai dari pembibitan. Bahan tanam yang digunakan
yaitu stek yang diambil dari sulur tanah/sulur cacing, sulur cabang dan sulur
gantung yang memiliki kelebihan masing masing. Pengolahan tanah
dilakukan dengan melakukan kegiatan sanitasi disekitar areal yang akan
ditanami lada kemudian dilakukan pengajiran dengan jarak tanam 2,5 x 2,5
meter.

Gambar 1.2 Merica Muda

Pada umumnya petani menggunakan pohon hidup sebagai pohon yang


digunakan untuk panjatan tanaman lada yaitu gamal yang ditanam 1 tahun
sebelum penanaman lada. Tiga bulan sebelum penanaman dilakuakan
pembuatan lubang tanam 30 x 30 cm pada ajir, setelah itu dilakukan
pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kandang.

Setelah dilakukan penanaman lada selanjutnya dilakukan pemeliharaan


tanaman yaitu penyiangan rumput dilakukan secara manual disekitar piringan
tanaman lada atau dengan menggunakan herbisida kontak. Pemupukan
dilakukan 2 kali setahun awal dan akhir musim hujan dengan menggunakan
pupuk NPK sebanyak 200 300 gram per tanaman dan biasanya para petani
menggunakan pupuk gandasil dengan cara disemprotkan langsung ke daun
tanaman. Cara pemupukan yang dilakukan dengan cara melingkar tetapi pada
umumnya petani memupuk dengan cara larikan diantara tanaman lada.
Pemeliharaan pohon naungan yaitu dengan memangkas pohon naungan
sebelum dilakukan pemupukan tetapi,pemangkasan tidak dilakukan pada
musim kemarau, hasil pangkasan dari pohon pelindung diletakkan diantara
tanaman lada Karena dapat terurai menjadi pupuk organik.
Tanaman lada akan mulai berproduksi pada umur 2,5 tahun tetapi bunga
pertama dikelurkan atau dilakukan perompesan bunga. Setelah tiga tahun lada
bisa berproduksi dengan baik dan puncak produksi pada tahun kelima sampai
tahun ke lima belas dan umur tanaman sampai mencapai produksi maksimal
yaitu 30 tahun setelah itu dilakukan peremajaan tanaman dengan
menggunakan sulur dari tanaman itu sendiri selanjutnya dipelihara kembali.
Proses panen dilakukan secara bertahap dengan memilih buah yang sudah
layak panen dengan melihat buah 2 3 buah yang masak dalam satu tandan
maka dilakukan pemanenan atau dengan melihat buah yang sudah tua
berwarna hijau tua atau hijau kekuning kuningan. proses pasca panen yang
dilakukan tergantung tujuan yaitu apabila yang akan dijual diolah menjadi
lada putih proses pasca panenya mulai dari perendaman buah dalam karung
pada air mengalir selama 14 hari. Selanjutnya dilakukan pemisahan biji dari
kulit biji dengan cara dirontok, kemudian dicuci dengan air bersih. Setelah itu
dilakukan penjemuran hingga diperolah hasil lada putih.

Gambaran wilayah

Citra Satelit Desa kandoano Kec. Mowila Kab. Konawe Selatan,


Sulawesi Tenggara

3.3 Keadaan Wilayah (Desa Kondoano)


Desa kondoano adalah desa yang terletak di kec. Mowila kab. Konawe
selatan sulawesi tenggara. Desa kondoano mayoritas penduduknya bekerja
sebagai petani, dikarenakan keadaan wilayah tersebut sangat cocok di jadikan
sebagai lahan pertanian, suhu di sana rata-rata 18-30 0C dan tingkat
kelembaban udara disana 58-96 % dengan tingkat hujan yang mayoritas
sedang, wilaya kondoano juga bisa di kategorikan sebagai wilayah hutan hujan
tropis dikarenakan tingkat hujan yang sangat stabil. Hal ini yang sangat
mendorong masyarakat disana utuk menggantungkan hidupnya di sarana
petanian khususnya sebagai petani merica.
3.4 Demografi
Nama Narasumber
Umur
Pekerjaan
Pendidikan

: Wayan Swardana
: 35 Tahun
: Petani Merica (Lada)
: SLTP

Diskripsi Usahatani Merica


Usahatani lada di daerah penelitian merupakan usaha perkebunan rakyat yang
pengelolaan lahan dan tanaman belum intensif. Pemangkasan tanaman lada dan tiang
panjat lada dilakukan satu kali dalam satu tahun, demikian pula dengan pemupukan.
Pupuk yang diberikan masih seadanya dan belum sesuai dengan petunjuk pemupukan
pada
tanaman lada karena keterbatasan pengetahuan dan biaya usahatani yang dimiliki petani.
Kondisi ini menyebabkan produksi lada yang diperoleh belum optimal sehingga
pendapatan yang diperoleh masih rendah.

Tabel 1. Diskripsi dan penggunaan input produksi pada usahatani terpadu lada di kec.
Mowila

Uraian
1. Luas pemilikan areal (ha) 1,35 0,94
2. Umur tanaman (tahun) 6,21 5,59

Rata-rata
Pola Usahatani Lada Pola Usahatani Lada
Terpadu
Monokultur
1,35
0,94
6,21

5,59

622,30

242,49

a. Pupuk Urea (kg/ha) 88,62 63,17

88,62

63,17

b. Pupuk SP-36 (kg/ha) 57,06 64,50

57,06

64,50

c. Pupuk KCl (kg/ha) 57,06 38,23

57,06

38,23

4.632,00

143,62

e. Fungisida (l/ha) 0,77 0,77

0,77

0,77

f. Tenaga kerja (HOK/ha/tahun) 53,66 57,71

53,66

57,71

3. Produktivitas (kg/ha) 622,30 242,49


4. Penggunaan input produksi :

d. Pupuk organik (kg/ha) 4.632,00 143,62

Rata-rata kepemilikan areal lada petani dengan pola usahatani terpadu dan
pola monokultur rata-rata 1,35 ha dan 0,94 ha dengan umur tanaman antara 5-7
tahun, kisaran umur tanaman termasuk kategori masa produktif mengingat
tanaman lada dapat berproduksi sampai umur 20 tahun dan mencapai produksi
tertinggi pada umur 7-8 tahun. Jumlah tanaman per hektar bervariasi antara 8001600 pohon karena bervariasinya jarak tanam antara 3 x 4 m, 3 m x 3 m atau 2 m
x 2 m.Penggunaan input produksi antara petani pola terpadu dengan pola
monokultur masih beragam dan perbedaan yang sangat nyata terjadi pada
penggunaan pupuk organik, dimana petani pola terpadu menggunakan bokashi
sebagai pupuk organik dengan dosis 4.632 kg/ha, sedangkan petani monokultur
menggunakan pupuk kandang dengan dosis 143,62 kg/ha. Perbedaan penggunaan
pupuk organik baik dalam jenis maupun dosisnya diduga menyebabkan tingkat
produksi yang diperoleh berbeda 379,81 kg/ha atau berbeda 156,63 %.
Penggunaan pupuk organik oleh petani merupakan upaya untuk
meningkatkan produksi lada. Wayan Swardana (2016) mengemukakan bahwa
pemberian bahan organik cukup menonjol peranannya dalam meningkatkan mutu

lahan dan efisiensi pemanfaatan pupuk anorganik yang diberikan.Usahatani pada


lahan kering mutlak memberikan pupuk organik untuk meningkatkan efisiensi
input produksi. Salah satu sumber bahan organik yang efektif yakni kotoran
ternak sehingga dengan mengintegrasikan ternak ke dalam sistem usahatani
merupakan satu langkah yang perlu dikembangkan untuk melengkapi sistem
usahatani secara utuh. Pendapatan Usahatani Lada Dalam perhitungan pendapatan
dari usahatani lada dengan memperhatikan biaya dan penerimaan. Biaya dalam
usahatani tersebut meliputi biaya pupuk dan fungisida, biaya tenaga kerja dan
penyusutan alat (Tabel2).
Table 2. Rata-rata penerimaan, biaya produksi dan pendapatan usahatani lada di
kec. Mowila
Uraian

Pola Usahatani
Terpadu

Pola Monokultur

1. Penerimaan :
a. Produksi (kg)

840,11

227,94

b. Harga produksi (Rp/kg)

12.914,29

11.743,75

c. Nilai produksi (Rp)

11.000.308,57

2.860.781,25

a. Pupuk Urea

122.035,71

82.812,50

b. Pupuk SP-36

298.571,43

117.656,25

c. Pupuk KCl

314.285,71

71.562,50

d. Pupuk organik

1.942.400,00

79.687,50

e. Fungisida

35.000,00

30.562,50

f. Susut alat

44.427,94

46.920,77

g. Tenaga kerja

1.086.964,29

811.875,00

Total biaya

3.843.685,08

1.241.077,02

3. Pendapatan

7.156.623,49

1.619.704,23

2. Biaya usahatani :

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada alokasi


biayausahatani. Pada pola usahatani terpadu alokasi biaya tertinggi terjadi pada
biaya bokashi dan upah tenaga kerja yang mencapai 50,54 % dan 28,25 % dari

total biaya produksi,sedangkan alokasi biaya tertinggi pada pola monokultur


terjadi pada upah tenaga kerja yang mencapai 65,42 % dari biaya
produksi.Penerimaan usahatani lada diperoleh dari penjualan lada. Petani
usahatani terpadu menjual lada dalam bentuk lada putih dengan variasi harga
antara Rp 12.000/kg sampai Rp 13.000/kg, sedangkan petani lada monokultur ada
yang menjual produksinya dalam bentuk lada hitam yang harganya dibawah harga
lada putih. Rata-rata penerimaan yang diperoleh petani usahatani terpadu sebesar
Rp 11.000.308,57 per tahun sehingga rata-rata pendapatannya adalah Rp
7.156.623,49, sedangkan penerimaan petani lada monokultur sebesar Rp
2.860.781,25 per tahun dengan pendapatan Rp 1.619.704,23. Dengan demikian
perbedaan pendapatan yang diterima petani yang memadukan usahatani lada
dengan ternak kambing dengan petani lada saja sebesar Rp 5.536.919,23 atau
berbeda 341,85 %.
3.5 Masalah yang sering di Hadapi
Akhir akhir ini petani merica di kec. Mowila desa kondoano
mengalami penurunan kualitas serta pendapatan yang di karenakan dari
penyakit busuk pangkal batang, yang menjadikan petani mengalami kerugian
besar, akhirnya petani harus lebih hati-hati dalam memilih dan menentukan
kualitas lada yang akan dijua.
lada di Sulawesi Tenggara terus menurun dari tahun ke tahun akibat
gangguan hama dan penyakit, terutama penyakit busuk pangkal batang lada
yang disebabkan oleh Phytophthora capsici. Luas serangan P. capsici pada
lada tahun 2005 mencapai 67% dibandingkan organisme lainnya. Sementara
itu, besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini pada awal tahun
2006 sebesar 4,9 miliar dan akhir tahun 2007 meningkat menjadi 19,5 miliar
rupiah. Pergeseran cuaca yang tidak menentu diduga kuat mendukung
terjadinya epidemi penyakit busuk pangkal batang di berbagai daerah di sana.
'Epidemi Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada di Provinsi Sulawesi
Tenggara'. Perkembangan penyakit busuk pangkal batang lada bervariasi pada
berbagai kondisi agroekosistem lada. Berdasarkan kondisi agroekosistem
pertanaman lada, intensitas penyakit busuk pangkal batang lada tertinggi
terdapat di Kabupaten Konawe, dan laju perkembangan penyakit tertinggi
terdapat pada pertanaman lada yang gulmanya sedikit. Perkembangan
penyakit ini biasanya didukung oleh patogen yang virulen dan lingkungan
yang sesuai,

Unsur cuaca yang secara langsung menyebabkan peningkatan laju


epidemik penyakit busuk pangkal batang lada pada tiap daerah bervariasi dan
yang paling dominan adalah curah hujan. Peningkatan laju epidemik penyakit
di Kabupaten Konawe Selatan disebabkan oleh peningkatan curah hujan dan
lengas tanah, di Kabupaten Konawe oleh suhu udara dan curah hujan.
3.6 Solusi Permasalahan
strategi pengendalian penyakit busuk pangkal batang lada di Sulawesi
Tenggara yang dimulai dari perbaikan kultur teknis dapat menghambat
perkembangan penyakit itu, seperti penggunaan bibit yang sehat, pembuatan
saluran drainase, penanaman tanaman penutup tanah, penyiapan terbatas
hanya di bawah tajuk tanaman lada, dan pemupukan yang berimbang.Taktik
pengendalian penyakit busuk pangkal batang lada tiap daerah berbeda, antara
lain dengan melihat agihan, pola perkembangan penyakit, gatra lingkungan
serta inokulum pathogen.
Selain itu, perlu diterapkan pemeliharaan gulma di antara tanaman
lada dan disiang bersih di bawah tajuk tanaman lada saja sehingga gulma di
pertanaman lada tidak perlu disiang sampai bersih (tanpa gulma). Ke depan
juga perlu dilakukan uji kesehatan medium tanam pembibitan dan kesehatan
lahan dipertanaman lada dengan umpan daun lada untuk mengetahui tingkat
kerapatan inokulum P. capsici secara berkala.Yang tidak kalah penting adalah
penelitian lanjut tentang inang alternative dari P. capsici baik pada gulma
maupun pohon pelindung yang digunakan.
3.7 Motivasi
Sekali anda mengerjakan sesuatu, jangan takut gagal dan jangan
tinggalkan itu. Orang-orang yang bekerja dengan ketulusan hati adalah mereka
yang paling bahagia. (Chanakya)
Nenek moyang kita mampu mencukupi kebutuhan sosial mereka dari
kelebihan hasil usaha dibidang pertaniannya. Mereka lahir, berkembang, dan
mati diatas lahan dan usaha pertanian mereka.

3.8 Kerangka Pesan


Pengertian dan Definisi Tanaman Lada Buah Lada yang biasa juga di
sebut Merica salah satu rempah yang berbentuk biji-bijian kecil. Latin Piper Albi

Linn yaitu tanaman kaya akan kandungan kimia, seperti minyak lada, minyak
lemak, juga pati. Lada terasa sedikit pahit, pedas, hangat, dan antipiretik.
Tumbuhan lada adalah tumbuhan merambat dan memiliki daun tunggal berbentuk
bulat telur berwarna hijau pucat dan buram dengan ujung runcing yang tersebar
dengan batang yang berbuku-buku Bunga lada tersusun dalam bentuk bunga
majemuk dan berkelamin tunggal tanpa memiliki hiasan bunga. Sedangkan buah
lada berbentuk bulat dengan biji yang keras namun memiliki kulit buah yang lunak
Tanaman ini sudah mulai ditemukan dan dikenal sejak puluhan abad yang lalu.

Selain untuk bahan atau bumbu dapur, merica atau disebut dengan
lada memiliki khasiat untuk pengobatan. Ternyata, banyak sekali khasiat dan
kandungan merica atau lada diantaranya sebagai asma, masuk angin, dan
diare.Disamping itu, merica memang berfungsi untuk menghangatkan
badan, hawa panas yang timbul bisa mendongkerak stamina laki-laki jika
dicampur dengan jahe dan telur ayam kampung. Sebagai obat asma dan
diare, merica cukup dihaluskan dan diseduh dengan air panas, bila sudah
hangat baru diminum setiap hari sampai sembuh. Merica pun dapat diolah
sebagai minuman kesehatan, misalnya wedang poka dari madura. Minuman
hangat yang berbahan dasar merica, jahe, kapulaga, serai, dan gula merah,
ini sangat manjur mengobati masuk angin dan badan yang terasa lemas.
Pada masakan sup obat yang berasal dari Cina, merica juga berperan aktif
bersama pala dan bunga lawang berpadu dengan ayam kampung atau iga
sapi. Masakan sup obat ini menyembuhkan influenja, menambah
nafsumakan, dan juga menghangatkan badan yang masuk angin.
Manfaat Lada diantaranya:
- Mengobati impotensi.
- Mengobati rematik.
- Mengobati malaria.

3.9 Sinopsis
Suatu tempat yang berada di bagian tenggara pulau sulawesi dengan
suasana tempat yang begitu sejuk, dihiasi dengan pemandangan alami yang

begitu hijau khas pedasaan, orang disana pun memiliki senyum ramah
terhadap sesorang yang baru mereka lihat.
Suatu desa dimana warganya menggatungkan hidupnya terhadap alam
yang mereka lestarikan. Rempah-rempah menjadi unggulan mereka
khususnya tanaman merica.
Angin sujuk seperti menuntun mereka ke perkebunan lada yang
mereka tanami. Air megalir dengan sejuknya membasahi tanaman-tanaman
merica mereka.
Memetik-metik biji merica dan menaburkan ke terpal yang di pancari
sinar matahari di siang hari agar kandungan air yang ada dalam merica akan
menguap bersama angin.
3.10

Prinsip prinsip
Pertanian adalah budaya, pertanian adalah kehidupan
Pertanian merupakan kebudayaan dan pertanian adalah kehidupan. Pada
zaman dahulu nenek moyang kita melakukan kegiatan pertanian karena
masalah kehidupan tanpa berorientasi pasar atau kepentingan ekonomi
semata. Mereka menghasilkan makanan pokok sayur-sayuran dari lahan
sendiri tanpa bergantung pada asupan luar seperti pupuk kimia, pestisida,
dan bibit unggul produksi tertentu. Nenek moyang kita mampu mencukupi
kebutuhan sosial mereka dari kelebihan hasil usaha dibidang pertaniannya.
Mereka lahir, berkembang, dan mati diatas lahan dan usaha pertanian
mereka.

Keseimbangan antara makhluk hidup dan lingkungannya


Dalam pertanian organik tercermin hubungan timbal balik antara manusia
dan lingkungan alam, bagaimana mengolah alam ini secara bijak tanpa
merusaknya. Kebutuhan untuk bertani bersumber dan dikembangkan dari
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati, seperti penggunaan pupuk dari
dedaunan, kotoran ternak, dan penanaman yang tidak monokultur merupakan
sebuah kearifan untuk melindungi keberlanjutan kesuburan lingkungan.

Memadukan Ilmu Pengetahuan

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dibidang pertanian


dewasa ini, misalnya penemuan bakteri penghancur, alat pengukur
kelembaban, pengukur PH, kandungan pupuk dan bahan-bahan pembuat
pupuk organik bisa diteliti dan bermacam-macam penemuan lainnya di bidang
pertanian. Dalam melaksanakan pertanian organik harus menggali kembali
kearifan tradisional petani memadukannya dengan ilmu pertanian saat ini

sepanjang penemuan-penemuan baru di bidang pertanian ini tidak merusak


lingkungan dan tidak menimbulkan ketergantungan baru.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah kegiatan ini dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa budidaya
tanaman lada tidak begitu mudah harus membutuhkan pengetahuan dan
pengalaman yang tinggi, tetapi semuanya itu akan terasa mudah jika
dibandingkan dengan tingkat harga tanaman lada di pasar lokal maupun
internasional.

4.2 Saran
Dalam kegiatan ini sebaiknya mahasiswa lebih aktif dan lebih memperhaitkan
penjelasan mengenai teknis budidaya tanaman lada.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.infoagribisnis.com/2015/05/cara-menanam-merica/
http://kliping.co/cara-budidaya-lada-perdu/
https://konselkab.bps.go.id/
https://ugm.ac.id/id/berita/4555penyakit.busuk.pangkal.batang.lada.ancam.pertanian.di.sulawesi.tenggara

LAMPIRAN
DOKUMENTASI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................
........................................................
KATA PENGANTAR ..................
........................................................
DAFTAR ISI .................................
........................................................
DAFTAR GAMBAR ....................
........................................................
Gambar 1.1...........................................................................................
Gambar 1.2...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ................
........................................................
BAB I PENDAHULUAN .
..........................................................................................................................

1.1 Studi Khalayak................................................................................


1.2 Latar Belakang................................................................................
1.3 Tujuan dan Kegunaan
...............................................................................................................

BAB II METODOLOGI
..........................................................................................................................

2.4 Waktu dan Tempat...................................................................................


2.5 Alat yang digunakan................................................................................
2.6 Metode Pelaksanaan.................................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .
..........................................................................................................................

3.1 Hasil .
..............................................................................................................
3.2 Pembahasan .
..............................................................................................................
3.3 Keadaan Wilaya..............................................................................
3.4 Demografi.......................................................................................
3.5 Masalah yang Sering di Hadapi.....................................................
3.6 Solusi Permasalah..........................................................................
3.7 Mativasi.........................................................................................
3.8 Kerangka Pesan.............................................................................
3.9 Sinopsis.........................................................................................
3.10.............................................................................................................
Prinsip preinsip..........................................................................
BAB IV PENUTUP .
..........................................................................................................................
4.1 Kesimpulan .
..............................................................................................................
4.2 Saran .
..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .
..........................................................................................................................

LAMPIRAN .
..........................................................................................................................

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penyusun panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penyusun, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan laporan tentang Perkebunan Merica (Lada) di
Mowila.
Laporan ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk
itu penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

karena itu dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar penyusun dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Kendari, Oktober 2016

Penyusun

LAPORAN PERKEBUNAN MERICA DI KECAMATAN MOWILA


KABUPATEN KONAWE SELATAN

LAILA RISAIDA
D1A1 15 350
AGRIBISNIS D
KELOMPOK 1

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

Anda mungkin juga menyukai