Disusun oleh:
Denny Heriawan
2014 - 16 - 064
Dentania Maharani
2014 - 16 - 065
Devi Arisanti
2014 - 16 - 066
Dosen Pembimbing:
Mutiara Rina Rahmawati Ruslan, drg, M.PH
d. Gingiva:laringanlunakyangadadalammulut
e. Cementum:Lapisanluarakargigi
f. Jaringan Periodontal : Jaringan yang memegang gigi sehingga melekat dalam tulang
rahang
g. TulangAlveolar:Tulangtempatmelekatnyagigi
Gigi yang sehat tidak hanya melindungi diri dari sakit gigi dan mulut
melainkan melindungi diri dari gangguan kesehatan lainnya. Sedapat mungkin
menghindaripenyebabgigiberlubangagartidakterkenasakitgigisehinggakesehatan
tubuhlainnyatidaktergangguaktivitasnya.
Gambar 1.
Sturkur gigi sehat5
Sisa makanan yang melekat terlalu lama di permukaan gigi merupakan awal dari
penyebab gigi berlubang yang mengarah kepada sakit gigi. Gigi yang sakit dapat
menyebabkan seseorangtidakdapatbekerjaatauberpikirdenganbaik.Banyakdijumpai
bahwa seseorang yang datang ke dokter gigi bila giginya telah terlambat untuk dirawat.
Pencegahan penyakit pada gigi bisa dihubungkan dengan tindakan mengurangi jumlah
mikrobadalamronggamulut.1
Plakgigiakanbertumbuhmelaluipembelahaninternaldaribakteriyangsebelumnya
melekatpadabiofilmdanbakteripadapermukaan.Secaraklinis,plakgigimerupakanlapisan
bakteriyanglunak,tidakterkalsifikasi,menumpuk,danmelekatpadagigi.Dalambentuk
lapisantipis,plakgigipadaumumnyatidakterlihatdanhanyadapatterlihatdenganbantuan
bahandisclosingagent.Hampir70%plakgigiterdiridarimikroorganisme.Karbohidratyang
palingseringdijumpaipadaplakadalahprodukbakteridekstran,levan,dandekstrose.1
Masalah utama dalam rongga mulut anak adalah karies gigi.Karies gigi merupakan
kerusakangigiyangprogresifdariemaildandentinyangdimulaidaribekerjanyamikroorganismepada
permukaangigi.Penyebabkariesgigiadalahadanyainteraksidariberbagaifaktor,diantaranyaadalah
faktorperilakudalammemeliharakebersihangigidanmulut,faktordiet,ataukebiasaanmakandanfaktor
ketahanan dan kekuatan gigi. Berbagai tindakan dilakukan untuk menjaga kesehatan rongga
mulut.Tindakanyangutamadanseringdilakukanadalahsikatgigi.1
b) Tekstur bulu sikat lembut tetapi cukup kuat, ukuran bulu sikat jangan terlalu lebar
sesuaikan dengan penggunanya, ujung bulu - bulu sikat membulat.
c) Mudahan dibeisihkan dan cepat kering
d) Awet dan tidak mahal.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pasta gigi tidak perlu digunakan, sebab sikat
gigilah yang berfungsi membersihkan gigi. Untuk itu pergunakanlah pasta gigi yang
mengandung fluoride, rasanya dapat diterima, aman, dan harganya murah.
Tehnik menyikat gigi yang baik dan benar:
a) letakkan posisi sikat 45 derajat terhadap gusi
b) gerakan sikat dari arah gusi ke bawah untuk gigi rahang atas (seperti mencungkil)
c) gerakan sikat dari arah gusi ke atas untuk gigi rahang bawah
d) Sikat seluruh permukaan yang menghadap bibir dan pipi serta permukaan dalam dan luar
gigi dengan cara tersebut
e) Sikat permukaan kunyah gigi dari arah belakang ke depan.
Sikat lidah juga dapat digunakan untuk menghilangkan lapisan yang menutupi
permukaan lidah (tongue coating) sehingga mengurangi koloni kuman yang berada
dibawahnya yang bisa menjadi penyebab infeksi di rongga mulut. Sikat gigi interdental dan
benang gigi digunakan untuk membersihkan permukaan sela gigi. Sikat gigi interdental
digunakan pada kondisi adanya celah diantara gigi karena resesi gusi.
5. Fluoridasi
Fluoride mencegah kerusakan gigi, dan cara yang paling hemat biaya untuk
memberikan manfaat fluoride untuk semua warga masyarakat adalah melalui fluoridasi air.
Pada pengguna fluoridasi air kerusakan gigi berkurang sebesar 29 persen menjadi 51 persen
pada anak-anak dan remaja. Menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride
efektif dalam mencegah kerusakan gigi pada anak-anak dan remaja. Penggunaan fluoride
secara tepat diterapkan harus didasarkan pada risiko anak atau remaja untuk karies dan paling
efektif bila diterapkan pada gigi sebelum kerusakan gigi berkembang. Anak-anak dan remaja
yang memiliki tingkat kerusakan gigi, dan hidup dalam masyarakat dengan tingkat fluoride
yang rendah di dalam air mungkin mengalami manfaat yang baik dari berpartisipasi dalam
program fluoride obat kumur.6
Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan fluor dapat
dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur mengandung fluor,
pemberian tablet fluor, topikal varnis. Fluoridasi air minum merupakan cara yang paling
efektif untuk menurunkan masalah karies pada masyarakat secara umum. Konsentrasi
optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,71,2 ppm. Menurut penelitian
Murray and Rugg-gun bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 4050% pada
gigi susu. Bila air minum masyarakat tidak mengandung jumlah fluor yang optimal, maka
dapat dilakukan pemberian tablet fluor pada anak terutama yang mempunyai risiko karies
tinggi. Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air
minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan
menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari). Jumlah fluor yang dianjurkan untuk anak di
bawah umur 6 bulan3 tahun adalah 0,25 mg, 36 tahun sebanyak 0,5 mg dan untuk anak
umur 6 tahun ke atas diberikan dosis 0,51 mg. Penyikatan gigi dua kali sehari dengan
menggunakanpasta gigi yang mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies.4
Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak 2050%.
Seminggu sekali berkumur dengan 0,2% NaF dan setiap hari berkumur dengan 0,05% NaF
dipertimbangkan menjadi ukuran kesehatan masyarakat yang ideal. Penggunaan obat kumur
disarankan untuk anak yang berisiko karies tinggi atau selama terjadi kenaikan karies. Obat
kumur ini tidak disarankan untuk anak berumur di bawah 6 tahun. Pemberian varnis fluor
dianjurkan bila penggunaan pasta gigi mengandung fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak
cukup untuk mencegah atau menghambat perkembangan karies. Pemberian varnis fluor
diberikan setiap empat atau enam bulan sekali pada anak yang mempunyai risiko karies
tinggi. Salah satu varnis fluor adalah Duraphat (colgate oral care) merupakan larutan alkohol
varnis alami yang berisi 50 mg NaF/ml (2,5% kira-kira 25.000 ppm fluor). Varnis dilakukan
pada anak umur 6 tahun ke atas karena anak di bawah umur 6 tahun belum dapat meludah
dengan baik sehingga dikhawatirkan varnis dapat tertelan dan dapat menyebabkan fluorosis
enamel.4
6. Diet dan konsumsi gula
Tindakan pencegahan pada karies tinggi lebih menekankan pada pengurangan
konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan
dengan cara nasehat diet dan bahan pengganti gula. Nasehat diet yang dianjurkan adalah
memakan makanan yang cukup jumlah protein dan fosfat yang dapat menambah sifat basa
dari saliva, memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair yang
akan bersifat membersihkan dan merangsang sekresi saliva, menghindari makanan yang
manis dan lengket serta membatasi jumlah makan menjadi tiga kali sehari serta menekan
keinginan untuk makan di antara jam makan. Xylitol dan sorbitol merupakan bahan pengganti
gula yang sering digunakan, berasal dari bahan alami serta mempunyai kalori yang sama
dengan glukosa dan sukrosa. Xylitol dan sorbitol dapat dijumpai dalam bentuk tablet, pastiles,
permen karet, minuman ringan, farmasi dan lainlain. Xylitol dan sorbitol mempunyai efek
menstimulasi daya alir saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. Mutans. Menurut penelitian,
xylitol lebih efektif karena xylitol tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri dalam pembentukan
asam dan mempunyai efek anti bakteri.4
Gula sintetik seperti saccharine dan aspartam serta gula alkohol banyak digunakan
pada makanan untuk mengurangi karies. Gula sintetik dan gula alkohol bersifat
noncariogenic. Contoh dari gula alkohol adalah xylitol, sorbitol danmaltitol. Merupakan
bentuk alkohol dari xylose dan merupakan pengganti gula yang paling baik karena bakteri
plak tidak bisa memetabolisme xylitol dan dapat mengurangi Streptococcus mutans pada
mulut.7
Peneliti dari Universitas Michigan menenukan bahwa anak sekolah yang mengunyah
permen karet xylitol selama 5 menit, 3-5 kali sehari dapat mengurangi karies dan
remineralisasi lesi awal karies. Sorbitol merupakan bentuk alkohol dari sukrosa yang dibuat
dengan menambahkan hidrogen pada glukosa. Penelitian menyimpulkan bahwa mengunyah
permen karet sorbitol setelah makan dapat mengurangi terjadinya karies gigi secara
signifikan. Sorbitol secara alami terdapat pada buah buahan dan sayur- sayuran. Maltitol
merupakan bentuk alkohol dari mannose. Secara alami terdapat pada nanas, asparagus,
kentang dan wortel.7
7. Akibat tidak menjaga kesehatan gigi
Halitosis adalah bau yang dihembuskan oleh mulut, rongga hidung atau sinus wajah
dan faring. Akumulasi bakteri dan sisa-sisa makanan di bagian belakang dan di permukaan
lidah tjuga dianggap sebagai penyebab utama. plak gigi dan radang gusi (gingivitis) juga
dapat menjadi penyebabnya, bakteri adalah penyebab sumber utama senyawa belerang yang
mudah menguap, dan komponen utama adalah metil merkaptan dan hidrogen sulfida.
Senyawa sulfur volatil dan bau tambahan lainnya seperti putresin, indole, skatole, dan
cadaverine yang dihasilkan selama degradasi metabolik bakteri dari sisa-sisa makanan,
protein air liur, sel desquamated, plak gigi dan pembusukan mikroba.11
Metode
Presentasi dan tanya jawab
Alat : Flanel Board
Kegiatan Belajar Mengajar
a. Mahasiswa dan para siswa/i masuk kedalam ruangan.
Memberi pengetahuan kepada siswa/i mengenai struktur gigi sehat dan tidak
sehat, apa yang harus dilakukan agar gigi sehat, serta manfaat yang diberikan.
2. Evaluasi
Untuk menilai keadaa peserta selama kegiatan penyuluhan ini berlangsung :
Jika keadaan peserta kurang kondusif, kegiatan di berhentikan sejenak, dan peserta
yang dianggap kurang memperhatikan kegiatan, diberikan pertanyaan seputar
materi.
Sumber Pembelajaran
1. Anggayanti HA, Adiatmika IPG, Adiputra H. Berkumur dengan Teh Hitam Lebih
Efektif daripada
Cholhexidine Gluconate 0,2% untuk Menurunkan Akumulasi Plak Gigi.
Jurnal PDGI.
Denpasar. 2013:35-40.
2. Riyanti E. Pengenalan dan Perawatan Kesehatan gigi Anak Sejak Dini.
Kesehatan Psikologi anak.
2005.
3. Arifin A. Menyikat Gigi Tidndakan Utama Untuk Kesehatan Gigi. Jurnal Skala
Husada. Denpasar.
2013:194-199.
4. Angela A. Pencegahan Primer pada Anak yang Beresiko Karies Gigi Tinggi.
Majalah Kedokteran
Gigi. 2005:130-135.
5. Krishnan D, Whyman R. Healthy Smile, Healthy Child: Oral Health Guide For
Well Child Provider.
New Zealand Association. New zealand. 2010:34.
6. Novello A. Child and Adolesent Oral Health Issue. The National Material and
Child Oral Health
Resource Center. 2012:2-6.
7. Ramayanti S, Purnakarya I. Peran Makanan Terhadap Kejadian Karies Gigi.
Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Padang. 2013:7:89-93.
8. Chant K. Early Childhood Oral Helath Guidlines. NSW Minisry of Health. Sydney.
2014: 25,36.
9. Pedoman Pemeliharaan Kesehatan gigi dan mulut ibu Hamil dan Anak Usia
Balita bagi Tenaga
Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta. 2012:17-19.
10. Bertness J, Holt K. Dental Sealant : A resource Guide. Third Edition. National
Mterial and Child
Oral Health Resource Center. Washington DC. 2010:V.
11. Gani D K, Dudala R B, Muftiheni R B, Pabolu C M. Halitosis, diagnosis, and
management in daily practice: Dentist stance. Journal of Dental and Medical
Sciences. India. 2012:2:34-37.