Anda di halaman 1dari 4

HASIL PENELITIAN

Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi


di Kecamatan Sintang, Kalimantan Barat
Diana Natalia,1 Petrus Hasibuan,2 Hendro 3
1

Departemen Parasitologi, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura,
2
Bagian Penyakit Dalam RSU St. Antonius,
3
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat,Indonesia

ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi dan komplikasinya merupakan penyebab kematian nomor satu secara global. Obesitas merupakan salah satu
faktor risiko hipertensi. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji hubungan antara obesitas dan kejadian hipertensi di kecamatan
Sintang. Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross-sectional. Cara pengambilan sampel adalah dengan
teknik non-probability sampling (consecutive sampling) dengan jumlah sampel sebanyak 146 subjek. Pengukuran meliputi tekanan darah
sistolik dan diastolik, berat badan, dan tinggi badan. Indeks massa tubuh (IMT) ditentukan berdasarkan berat badan dan tinggi badan,
dikelompokkan dalam 2 kategori, yakni normal (IMT 18,5 22,9 kg/m2) dan obesitas (IMT 25 kg/m2). Berdasarkan nilai tekanan darah,
subjek dikelompokkan dalam 2 kategori, yakni non-hipertensi (normal dan prahipertensi) dan hipertensi (hipertensi derajat 1 dan 2). Data
dianalisis menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS ) 17.0. Hasil: Terdapat hubungan bermakna secara statistik
antara obesitas dan kejadian hipertensi (P < 0,000). Rasio prevalensi terjadinya hipertensi pada penderita obesitas adalah PR 2,16; 95% IK 1,32
2,24. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara obesitas dan kejadian hipertensi. Penderita obesitas mempunyai risiko mengalami
hipertensi 2,2 kali lebih besar dibandingkan dengan subjek yang mempunyai IMT normal.
Kata Kunci: Hipertensi, obesitas

ABSTRACT
Background: Hypertension and its complications was an important cause of death worldwide. Obesity was one of the risk factors of
hypertension. Objective: To examine the relationship between obesity and hypertension in Sintang subdistrict. Method: This research
was analytic study with cross-sectional approach. One hundred and fourty six participants were recruited using a non-probability sampling
(consecutive sampling) technique. Measurement was taken on systolic and dyastolic blood pressure, height, and weight. Body mass index
(BMI) was calculated using height (m2) and weight (kg), and classified as normal (BMI 18,5 22,9 kg/m2) and obesity (BMI more than 25 kg/m2).
Based on blood pressure, all participants were divided into two groups: non-hypertensives (normal and prehypertension) and hypertensives
(hypertension grade 1 and 2). Data were analyzed with Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) 17.0. Result: The relationship between
obesity and hypertension was statistically significant (P < 0,000). The relative risk of hypertension in obese patient is PR 2,16; CI 1,32 2,24.
Conclusion: There was significant relationship between obesity and hypertension. The risk for developing hypertension among obese
subjects was 2,2 fold compared with normal weight subjects. Diana Natalia, Petrus Hasibuan, Hendro. Correlation between Obesity and
Hypertension in Sintang, West Kalimantan.
Keywords: Hypertension, obesity

PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyebab kematian
nomor satu di dunia, dan hipertensi menjadi
penyebab kematian nomor 3 setelah stroke
dan tuberkulosis, yaitu 6,7% kematian dari
semua umur di Indonesia.3,6 Di banyak negara
saat ini, prevalensi hipertensi meningkat
sejalan dengan perubahan gaya hidup, seperti
Alamat korespondensi

336

merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stres


psikososial. Hipertensi sudah menjadi masalah
kesehatan masyarakat (public health problem)
dan akan menjadi masalah yang lebih besar
jika tidak ditanggulangi sejak dini.4
Hipertensi merupakan suatu kondisi peningkatan tekanan darah arterial abnormal

yang berlangsung persisten.1 Seorang dewasa


dikategorikan hipertensi apabila mempunyai
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg (JNC VII).
Sekitar 1 milyar penduduk dunia diperkirakan
menderita hipertensi.2 Di Indonesia, hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen
Kesehatan RI tahun 2007 menunjukkan

email: dnat_2005@yahoo.com

CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015

HASIL PENELITIAN
prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%,3 meningkat signifikan jika dibandingkan dengan hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 yang
mendapatkan prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 8,3%.4 Laporan hasil riset
Balitbangkes Departemen Kesehatan RI untuk
provinsi Kalimantan Barat menunjukkan
bahwa prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran tekanan darah adalah 29,8%, berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan
adalah 8,1%, sementara berdasarkan diagnosis
dan atau riwayat minum obat hipertensi
adalah 8,4%. Tampak perbedaan prevalensi
yang cukup besar antara angka prevalensi
hipertensi berdasarkan diagnosis atau minum
obat dibandingkan dengan angka prevalensi
hipertensi berdasarkan hasil pengukuran
tekanan darah; data ini menunjukkan banyak
kasus hipertensi di Kalimantan Barat yang
belum ditanggulangi dengan baik.5
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya hipertensi.8,9 Studi klinis dan
penelitian pada hewan percobaan telah
mengonfirmasi adanya hubungan yang
kuat antara kedua hal tersebut.10 Angka
prevalensi hipertensi pada pria obesitas (IMT
30) adalah sebesar 42%,11 lebih tinggi jika
dibandingkan dengan prevalensi hipertensi
pada pria dengan indeks massa tubuh (IMT)
lebih rendah (IMT <25) sebesar 15%. Hasil
serupa juga ditemukan pada subjek wanita,
wanita obesitas (IMT 30) mempunyai
prevalensi hipertensi sebesar 38%, sedangkan
wanita dengan IMT <25 mempunyai angka
prevalensi hipertensi lebih kecil, yaitu 15%.11
The Framingham Heart Study juga menyatakan terdapat asosiasi erat antara obesitas
dan hipertensi; 65% faktor risiko hipertensi
pada wanita dan 78% pada pria berkaitan
erat dengan obesitas.12 Rahmouni, et al, juga
menyatakan bahwa obesitas berhubungan
erat dengan kejadian hipertensi dan terdapat
beberapa mekanisme patofisiologi hipertensi
pada penderita obesitas. Mekanisme tersebut
melibatkan aktivasi sistem saraf simpatis dan
sistem
renin-angiotensin-aldosteron.10,13
Selain mekanisme tersebut, disfungsi endotel
dan abnormalitas fungsi ginjal juga menjadi
faktor yang perlu diperhitungkan dalam
perkembangan hipertensi pada penderita
obesitas.10
Hasil riset Balitbangkes Departemen
Kesehatan RI menunjukkan bahwa prevalensi

CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015

hipertensi di kabupaten Sintang tergolong


cukup tinggi, yaitu mencapai 23,3 % dengan
angka kejadian obesitas mencapai 10,3 %,5
padahal pemahaman obesitas sebagai faktor
risiko hipertensi sangat penting.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara obesitas dan kejadian
hipertensi di kecamatan Sintang.
METODE
Penelitian ini merupakan studi analitik bivariat komparatif kategorik tidak berpasangan
untuk mengetahui hubungan antara obesitas
dan kejadian hipertensi. Desain penelitian
ini adalah studi cross-sectional. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Oktober sampai
dengan Desember 2011 di kecamatan
Sintang, Kalimantan Barat.
Sampel penelitian ini adalah penduduk di
kecamatan Sintang yang mempunyai indeks
massa tubuh (IMT) normal atau obesitas,
serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara
consecutive sampling. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 146 subjek, dengan
rincian 85 subjek dengan IMT normal dan 61
subjek dengan IMT obesitas.
HASIL
Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan
Jenis Kelamin
Dari 146 penduduk kecamatan Sintang yang
menjadi subjek penelitian, 65 orang (44,5%)
perempuan dan 81 orang (55,5%) laki-laki.
Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan
Usia
Usia termuda subjek pada penelitian ini
adalah 20 tahun, sedangkan usia tertua adalah

66 tahun. Rerata usia subjek pada penelitian


ini adalah 40,5 tahun.
Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan
Status IMT dan Tekanan Darah
Diperoleh 85 (58,2%) subjek dengan IMT
normal dan 61 (41,8%) subjek dengan IMT
obesitas dari total 146 subjek penelitian. Dari
85 subjek dengan IMT normal, diketahui 31
(36,5%) subjek menderita hipertensi dan 54
(63,5%) subjek mempunyai tekanan darah
normal. Sedangkan dari 61 subjek dengan
IMT obesitas, 48 (78,7%) subjek menderita
hipertensi dan 13 (21,3%) subjek mempunyai
tekanan darah normal.
Hubungan Obesitas dan Tekanan Darah
Analisis hubungan antara faktor risiko, yaitu
obesitas, dengan kejadian hipertensi dilakukan dengan uji chi-square dan perhitungan
nilai rasio prevalensi (Tabel).
a. Angka prevalensi hipertensi pada
kelompok subjek dengan IMT normal adalah
0,36.
b. Angka prevalensi hipertensi pada
kelompok subjek dengan IMT obesitas adalah
0,78.
c. Nilai significancy sebesar 0,000 (uji chisquare).
d. Nilai rasio prevalensi adalah 2,16 dengan
IK 95% 1,32 - 2,24.
DISKUSI
Pada penelitian ini terdapat hubungan
bermakna antara obesitas dan kejadian
hipertensi (p=0,000) dengan nilai rasio
prevalensi (RP) sebesar 2,16 ; IK 95 1,32 - 2,24.
Hal ini berarti bahwa obesitas merupakan
faktor risiko untuk terjadinya hipertensi,

Grafik 2. Distribusi subjek penelitian berdasarkan status


Grafik 1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan usia.

IMT dan tekanan darah.

337

HASIL PENELITIAN
Tabel. Tabel kontingensi (2x2) hasil penelitian
Status IMT

Tekanan Darah
Hipertensi

Non-hipertensi

Total

Normal

31

54

Obesitas

48

13

61

Total

79

67

146

penderita obesitas mempunyai risiko


mengalami hipertensi 2,2 kali lebih besar dibandingkan subjek yang mempunyai IMT
normal.
Pada analisis data, diketahui prevalensi
hipertensi pada kelompok subjek dengan
IMT obesitas adalah 0,78. Hasil serupa juga
ditemukan pada penelitian Humayun, et
al, di Pakistan14 yang mendapatkan angka
prevalensi hipertensi pada kelompok
subjek dengan IMT obesitas adalah 0,77.
Nilai rasio prevalensi pada penelitian ini 2,16
(1,32 - 2,24). Hasil tersebut memperkuat
simpulan penelitian Tesfaye, et al,15 di tiga
negara berkembang (Indonesia, Vietnam,
dan Ethiopia) yang mendapatkan hubungan
bermakna antara obesitas dan kejadian
hipertensi; nilai rasio odds (RO) pada responden
Indonesia sebesar 7,64 (3,88 - 15,0), sedangkan
pada responden di Vietnam dan Ethiopia nilai
RO masing-masing 2,67 (1,75 - 4,08) dan 2,47
(1,42 - 4,29). Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Jafar, et al,16 pada populasi
Indo-Asia di Pakistan yang memperoleh nilai
RO sebesar 3,20 (2,74 3,74).
Pada penelitian ini terlihat bahwa individu
obesitas cenderung mempunyai tekanan
darah lebih tinggi. Dengan demikian, diperlukan intervensi non-farmakologis yang
lebih awal dan lebih intensif pada penderita obesitas guna mencegah penyakit
kardiovaskuler dan sindrom metabolik di
masa yang akan datang. Intervensi yang

85

dapat dilakukan meliputi diet rendah garam


(2,4 gram natrium atau 6 gram NaCl),
olahraga (aerobik) teratur (30 menit/hari),
pola diet tinggi sayur, buah, dan rendah
lemak, menghindari kebiasaan merokok dan
konsumsi minuman alkohol berlebihan, serta
menurunkan berat badan hingga tercapai
nilai IMT normal (18,5 22,9 kg/m2).
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, di mana sebaiknya penegakan
diagnosis hipertensi pada subjek penelitian
dilakukan dengan mengukur tekanan darah
sebanyak minimal 2 kali, kemudian dua data
pengukuran dengan selisih terkecil dihitung
reratanya sebagai hasil pengukuran tekanan
darah, namun pengukuran tekanan darah
hanya dilakukan dalam satu kali kunjungan.
Sedangkan menurut JNC VII, diagnosis
hipertensi hanya dapat ditegakkan secara
klinis apabila ditemukan peningkatan tekanan
darah yang persisten dalam dua atau lebih
kunjungan.2 Di samping itu, faktor risiko yang
diteliti pada penelitian ini hanya mencakup
satu variabel, yaitu obesitas. Sebaliknya,
hipertensi merupakan suatu penyakit dengan
etiologi multifaktorial, baik faktor genetik
maupun lingkungan.17 Dari segi indikator
yang digunakan dalam penentuan status
obesitas subjek penelitian, penelitian ini juga
mempunyai kekurangan; penentuan status
obesitas hanya dilakukan melalui perhitungan
IMT tanpa disertai pengukuran indikator
obesitas lainnya, seperti lingkar perut atau
rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul

(waist-hip ratio). Kedua indikator tersebut


merupakan indikator yang lebih spesifik
untuk menentukan status obesitas sentral.
Hal tersebut menjadi penting sebab pada
obesitas moderat, distribusi lemak regional
tampaknya merupakan indikator yang lebih
penting terhadap terjadinya perubahan
metabolik dan kelainan kardiovaskuler dibandingkan IMT.
Masih terdapat masalah penelitian yang
dapat dieksplorasi lebih lanjut. Penelitian
ini dapat dilanjutkan dengan analisis multifaktorial terhadap faktor risiko hipertensi.
Penelitian ini juga dapat dilanjutkan dengan
konsep analisis bivariat yang sama, yaitu
antara hipertensi dan obesitas, dengan
menggunakan indikator untuk status obesitas
adalah lingkar perut atau rasio antara lingkar
perut dan lingkar pinggul (waist-hip ratio),
sehingga nantinya akan diperoleh gambaran
lebih spesifik mengenai peran obesitas sentral
sebagai faktor risiko hipertensi.
SIMPULAN
a. Terdapat hubungan bermakna antara
obesitas dan kejadian hipertensi.
b. Obesitas merupakan faktor risiko
terjadinya hipertensi. Penderita obesitas
mempunyai risiko hipertensi 2,2 kali lebih
besar dibandingkan dengan subjek yang
mempunyai IMT normal.
Saran
Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
analisis multifaktorial terhadap faktor risiko
hipertensi. Penelitian ini juga dapat dilanjutkan dengan tetap mengkaji hubungan
obesitas dan hipertensi, akan tetapi menggunakan indikator obesitas yang berbeda,
yaitu lingkar perut atau rasio antara lingkar
perut dan lingkar pinggul (waist-hip ratio).

DAFTAR PUSTAKA
1.

Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi: Pemeriksaan dan manajemen. In: Kuncara HY, Yulianti D, eds. Clinical Applications of Pathophysiology: Assessment, Diagnostic Reasoning, and
Management. Jakarta: EGC; 2003. p. 1-7.

2.

Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et al. The seventh report of the joint national commitee on detection, evaluation and treatment of high blood pressure.
National Institute of Health; 2003. p. 2-15.

3.

Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2007. Jakarta: Laporan Nasional; 2008. p. 50-111.

4.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. InaSH menyokong penuh penanggulangan hipertensi [Internet]. 2007 [cited 2010 September 15]. Available from: http://www.depkes.go.id.

5.

Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2007. Jakarta: Laporan Provinsi Kalimantan Barat; 2008. p. 41-90.

6.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hipertensi penyebab kematian nomor tiga [Internet]. 2010 [cited 2010 September 15]. Available from: http://www.depkes.go.id.

7.

Fuster V, Walsh RA, ORourke RA, Poole-Wilson P. Hursts The Heart. 12nd ed. New York: McGraw Hill Companies, Inc; 2008. p. 1560-4, 1602-3.

8.

Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Huaser S, Jameson J, Loscalzo J. Harrisons principles of internal medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc; 2008. p. 462-8.

9.

Luke A, Adeyemo A, Kramer H, Forrester T, Cooper RS. Association between blood pressure and resting energy expenditure independent of body size. Hypertension 2004; 43:555.

10. Rahmouni K, Correia MLG, Haynes WG, Mark Al. Obesity-associated hypertension: New insights into mechanisms. Hypertension 2005; 45:9-14.

338

CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015

HASIL PENELITIAN
11. Brown CD, Higgins M, Donato KA, Rodhe FC, Garrison R, Obarzanek E, et al. Body mass index and the prevalence of hypertension and dyslipidemia. Obesity Research 2000; 8:608.
12. Wolk R, Shamsuzzaman ASM, Somers VK. Obesity, sleep apnea, and hypertension. Hypertension 2003; 42:1067.
13. Shibao C, Gamboa A, Diedrich A, Ertl AC, Chen KY, Byrne DW, et al. Autonomic contribution to blood pressure and metabolism in obesity. Hypertension 2007; 49:27.
14. Humayun A, Shah AS, Sultana R. Relation of hypertension with body mass index and age in male and female population in Peshawar, Pakistan. J Ayub Med Coll Abbottabad 2009; 21:
63-5.
15. Tesfaye F, Nawi NG, Minh HV, Byass P, Berhane Y, Bonita R, et al. Association between body mass index and blood pressure across three populations in Africa and Asia. Journal of Human
Hypertension 2007; 21:28-37.
16. Jafar TH, Chatuverdi N, Pappas G. Prevalence of overweight and obesity and their association with hypertension and diabetes mellitus in an indo-asian population. CMAJ 2006; 175:
1071-6.
17. Kumar P, Clark M. Kumar and clarks clinical medicine. 7th ed. New York: Saunders Elsevier; 2009. p. 798.

CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015

339

Anda mungkin juga menyukai