Anda di halaman 1dari 13

ACARA III

OBSERVASI METABOLISME I
MENGUKUR KADAR GLUKOSA DALAM DARAH
I.

II.

Tujuan
1.1 Mengetahui prinsip dan cara penentuan kadar glukosa darah.
1.2 Mahir dan terampil menggunakan alat yang dipergunakan untuk menentukan kadar
glukosa dalam darah dan mengukur kadar glukosa darah.
Tinjauan Pustaka
2.1
Metabolisme
2.1.1 Pengertian
Keseluruhan proses kimiawi suatu organisme disebut metabolisme
(dari bahasa Yunani metabole, yang artinya berubah). Metabolisme
adalah suatu sifat baru dari kehidupan, yang muncul dari interaksi spesifik
antara molekul-molekul di dalam lingkungan sel yang teratur dengan baik.
Metabolisme dikaitkan dengan pengaturan sumberdaya materi dan energi.
Energi merupakan dasar bagi seluruh proses metabolisme (Campbell,
2010).
Metabolisme adalah semua reaksi biokimia yang terjadi dalam
tubuh untuk mempertahanakan hidup. Sebagian reaksi biokimia akan
membentuk molekul-molekul besar dan molekul kecil, artinya bersifat
sintetik dan disebut juga anabolik, misalnya pembentukan glikogen dari
glukosa. Reaksi lainnya akan memecah senyawa yang kompleks menjadi
molekul yang lebih sederhana; reaksi ini disebut katabolik (James, 2008).
2.1.2 Macam-Macam Metabolisme
a. Anabolisme
Anabolisme merupakan

suatu

fase

metabolism

terjadinya

penyusunan atau biosintesis molekul-molekul besar dan kompleks dari


molekul sederhana. Anabolisme bersifat endergonik, yaitu reaksi yang
membutuhkan atau memerlukan energi. Dalam sel, molekul pembangun
atau molekul pemula, seperti onosakarida, asamlemak, asam amino, dan
basa nitrogen, disusun menjadi makrobiomolekul sel, seperti polisakarida,
lemak protein, dan asam nukleat yang kaya energy. Energy yang

dibutuhkan dalam proses anabolisme diperoleh anatra lain dari pemecahan


Adenosine Triphospat (ATP) menjadi Adenosin Difosfat (ADP) dan asam
fosfat (H3PO4). Biosintesis beberapa komponen sel juga memerlukan
atom hidrogen berenergi tinggi yang disumbangkan oleh nikotinamida
adenine dinukleotida fosfat (NADPH). Anabolisme membutuhkan energy
kimia dan energy itu diperoleh dari katabolisme (Sumardjo, 2008).
b. Katabolisme
Katabolisme merupakan suatu fase metabolism terjadinya
pembongkaran atau degradasi senyawa-senyawa bermolekul besar
menjadi senyawa-senyawa bermolekul kecil. Katabolisme bersifat
eksergonik, yaitu reaksi yang membebaskan energy atau melepaskan
energi. Dalam sel, nutrien organik penghasil energy, karbohidrat, lemak,
dan protein, terurai melalui reaksi-reaksi bertahap menjadi produk akhir
yang miskin energi, seperti asam laktat, karbon dioksida, air dan amoniak.
Energi yang dihasilkan adalah energi kimia, yaitu dalam bentuk ATP dan
NADPH (Adenosin Trifosfat dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida
2.2

Fosfat) (Sumardjo,2008).
Faktor yang Mempengaruhi Glukosa Tubuh
Kebiasaan melakukan aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap glukosa darah. Aktivitas fisik dapat meningkatkan
sensitivitas insulin. Pada otot yang sedang aktif, terjadi peningkatan kebutuhan
otot terhadap glukosa tetapi tidak disertai dengan peningkatan kadar insulin.
Selain aktivitas fisik dan hormon insulin, pola makan berupa makanan dengan
kandungan serat juga berpengaruh terhadap kadar glukosa darah. Serat mampu
mencegah kenaikan glukosa darah dan menjadikannya tetap terkontrol. Semakin
rendah asupan serat maka semakin tinggi kadar glukosa darah (Devi, 2013).
Ada beberapa hal yang menyebabkan gula darah naik, yaitu kurang
berolah raga, bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi, meningkatnya
stress dan faktor emosi, pertambahan berat badan dan usia, serta dampak
perawatan dari obat, misalnya steroid (Fox & Kilvert,et al 2010).
a) Olah raga secara teratur dapat mengurangi resistensi insulin sehingga insulin
dapat dipergunakan lebih baik oleh sel-sel tubuh.

Sebuah penelitian

menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas fisik (sekitar 30 menit/hari) dapat

mengurangi resiko diabetes. Olah raga juga dapat digunakan sebagai usaha
untuk membakar lemak dalam tubuh sehingga dapat mengurangi berat badan
b)

bagi orang obesitas.


Asupan makanan terutama melalui makanan berenergi tinggi atau

kaya

karbohidrat dan serat yang rendah dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta
pankreas dalam memproduksi insulin. Asupan lemak di dalam tubuh juga
c)

perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap kepekaan insulin.


Interaksi antara pituitary, adrenal gland, pancreas dan liver sering terganggu
akibat stress dan penggunaan obat-obatan. Gangguan organ-organ tersebut
mempengaruhi

metabolism

glucocorticoids

(hormon

ACTH
adrenal

(hormondari
gland),

pituitary),

glucagon

kortisol,

merangsang

glukoneogenesis di liver yang akhirnya meningkatkan kadar gula dalam


d)

darah.
Kurang tidur bisa memicu produksi hormone kortisol, menurunkan toleransi
glukosa, dan mengurangi hormon tiroid. Semua itu menyebabkan resistensi

e)

insulin dan memperburuk metabolism.


Semakin bertambah usia perubahan fisik dan penurunan fungsi tubuh akan
mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa masalah gizi pada usia lanjut sebagian besar merupakan
masalah gizi berlebih dan kegemukan/obesitas yang memicu timbulnya

2.3

penyakit degeneratif termasuk diabetes mellitus.


Prinsip Kadar Glukosa
Glukosa (kadar gula darah), suatu gula monosakarida, karbohidrat
terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa
merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti
glikogen, ribose dan deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa
susu, dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan proteoglikan (Murray, 2006).
Gula setiap saat didistribusikan ke seluruh tubuh sebagai bahan bakar
yang digunakan dalam seluruh aktivitas hidup. Jika dalam kondisi puasa sehingga
tidak ada makanan yang masuk, maka cadangan gugusan gula majemuk dalam
hati akan dipecah dan dilepaskan ke dalam aliran darah. Jika ternyata masih
diperlukan tambahan gula, maka cadangan kedua berupa lemak dan protein juga
akan diuraikan menjadi glukosa. Nilai normal glukosa dalam darah adalah 3,5-5,5

mmol/L. Dalam keadaan normal, kadar gula dalam darah saat berpuasa berkisar
antara 80 mg%-120 mg%, sedangkan satu jam sesudah makan akan mencapai 170
mg%, dan dua jam sesudah makan akan turun hingga mencapai 140 mg%
2.4

(Lanywati, 2007).
Organ yang Terlibat dalam Pembentukan Glukosa
Organ yang terlibat dalam pembentukan glukosa salah satunya ialah
Pankreas. Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti kelenjar
ludah dengan memiliki panjang 15 cm. Pankreas terdiri atas bagian kepala
pancreas, badan pancreas, dan bagian ekor pancreas (Ardhiyanti dkk., 2014).
Pancreas adalah organ berbentuk tabung yang terletak di bagian belakang
perut. Ini merupakan organ yang penting dalam tubuh, karena membantu dalam
melepaskan cairan dan enzim tertentu yang membantu dalam pencernaan
makanan. Cairan pancreas membantu dalam penyerapan nutrisi penting dalam
tubuh. Hormone yang dihasilkan berupa hormone insulin, yang diproduksi oleh
islet Langerhans pancreas. Hormone inilah yang membantu dalam metabolism
karbohidrat (Akhmad, 2015).
Pankreas merupakan organ yang mempunyai kegunaan ganda yaitu fungsi
endokrin (tidak ada saluran, hormone disekresikan langsung ke aliran darah) dan
fungsi eksokrin (memiliki saluran untuk menyekresikan cairan pencernaan
melalui duktus pankreatikus). Fungsi endokrin dalam mengatur kadar gula darah
(Ruhito & Mahendra, 2009).
Selain pancreas ada hati. Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh yang
terletak di sebelah kanan atas rongga perut, tepat di bawah diafragma (sekat yang
membatasi daerah dada dan perut). Bentuk hati seperti prisma segitiga dengan
sudut siku-sikunya membulat, beratnya sekitar 1.25 1.5 kg dengan berat jenis
1,05. Ukuran hati pada wanita lenih kecil dibandingkan pria dan semakin kecil
pada orang tua, tetapi tidak berarti fungsinya berkurang (Wijayakusuma, 2008).
Salah satu fungsi utama hati ialah membantu menjaga keseimbangan
glukosa darah (metabolism karbohidrat). Dalam proses pencernaan makanan,
karbohidrat yang dikonsumsi dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana,
yaitu glukosa. Jika kadar glukosa darah meningkat tajam melebihi ambang batas
normal, hormone insulin mengubah glukosa menjadi glikogen (energy cadangan)
yang disimpan dalam hati. Ketika tubuh lapar, tidak ada pasokan karbohidrat dan

kadar glukosa darah menurun, glikogen dalam hati akan diubah menjadi glukosa
dan dilepaskan ke dalam darah untuk menjaga stabilitas konsentrasi gula darah.
Fungsi hati dalam menstabilkan kadar gula darah dikendalikan oleh insulin. Hati
juga dapat mengubah zat gizi lain seperti protein (asam amino tertentu) dan lemak
menjadi glukosa (Wijayakusuma, 2008).
Hati selama proses pencernaan, membentuk glikogen, yakni bentuk
glukosa yang disimpan sehingga mampu untuk memasok glukosa dalam darah
dengan konsentrasi yang tepat. Glikogen akan dibongkar bila dibutuhkan bahan
bakar. Otak tidak dapat menyimpan cadangan bahan bakar, dan akan cepat mati
bila pemasukan dari hari dihentikan. Disamping itu, hati juga menyimpan protein,
lemak, mineral, dan vitamin untuk sewaktu-waktu digunakan (Ruhito &
2.5

Mahendra, 2009).
Hormon yang Terlibat dalam Pembentukan Glukosa
Kadar gula darah dalam tubuh dikontrol oleh hormone yang disebut
insulin. Insulin diproduksi oleh kelenjar pancreas di dalam tubuh. Peninggian
kadar gula darah bisa disebabkan oleh kekurangan insulin dalam tubuh atau
insulin yang cukup tidak bekerja dengan baik. Insulin adalah hormone yang
berfungsi merangsang sel-sel tubuh agar menyerap gula, meningkatkan jumlah
gula yang tersimpan dalam hati, dan mencegah hati mengeluarkan banyak gula
(Yahya, 2010).
Di dalam pancreas terdapat sekumpulan sel-sel ovoid berukuran 76 x 0.2
mikrometer yang tersebar di seluruh pancreas dan berbentuk sebuah pulau,
sehingga sering disebut sebagai Pulau Langerhans. Pulau Langerhans terdiri atas
empat jenis sel, yaitu sel alfa, sel beta, sel delta, dan sel F. Sel alfa menghasilkan
hormone glucagon, sel beta menghasilkan insulin, sel delta menghasilkan
hormone somatostatin, serta sel F menghasilkan polipeptida pancreas (Astawan &
Kasih, 2008).
Semua sel tersebut, sel beta yang paling banyak ditemukan pada Pulau
Langerhans, yaitu mencapai 70 persen. Oleh karena itu, pancreas identik dengan
penghasil hormone insulin. Insulin dan glucagon merupakan hormone yang
sangan berperan dalam metabolism karbohidrat. Insulin bersifat anabolic yaitu
berfungsi untuk mengubah glukosa yang diserap oleh sel daro aliran darah
menjadi glikogen (cadangan energi) yang disimpan di dalam hati dan otot.

Sebaliknya, glucagon bersifat katabolic, yaitu menguraikan glikogen menjadi


glukosa. Hal ini terjadi pada saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah
normal, misalnya pada saat berpuasa. Defisiensi insulin mengakibatkan kondisi
hiperglikemik (kadar gula darah melebihi normal), sedangkan defisiensi glucagon
mengakibatkan kondisi hipoglikemik (gula darah di bawah normal) (Astawan &
Kasih, 2008).
Obesitas merusak pengendalian energy metabolism dengan dua cara, yaitu
dengan menciptakan resistensi leptin dan memicu resistensi insulin. Leptin adalah
hormone yang berhubungan dengan gen obesitas dan telah menjadi pusat
perhatian

para

peneliti

selama

bertahun-tahun

belakangan

ini.

Leptin

mempengaruhi kerja hipotalamus dalam mengatur jumlah lemak tubuh,


kemampuan membakar lemak menjadi energy, dan rasa kenyang (rasa setelah
cukup makan). Para penderita obesitas kadar leptin meningkat seiring dengan
meningkatnya kadar insulin, hal inilah yang membuat para penelitipercaya bahwa
resistensi leptin merupakan pemicu resistensi insulin (D'Adamo & Whitney,
2004).
Leptin juga berhubungan dengan hormone stress kortisol. Jaringan lemak
memacu proses produksi hormone kortisol, sementara kadar kortisol yang tinggi
menyebabkan peningkatan berat badan. Hormone kortisol digolongkan ke dalam
glukokortikoid. Penggolongan ini menunjukkan bahwa fungsi utama hormone
kortisol adalah meningkatkan kadar gula darah dengan mengorbankan jaringan
otot. Walaupun ini efek yang diinginkan dalam situasi melawan atau kabur, pada
kondisi kronis, ini dapat mengakibatkan resistensi insulin dan perubahan susunan
tubuh karena jaringan lemak menjadi lebih banyak dari jaringan otot (D'Adamo &
Whitney, 2004).

III.

Metodologi
3.1
Alat
3.1.1 Jarum francle
3.1.2 Accu Check Active
3.1.3 Test Strip
3.1.4 Alat tulis
3.2
Bahan
3.2.1 Kapas
3.2.2 Alkohol 70%
3.2.3 Probandus berpuasa
3.2.4 Probandus tidak berpuasa
3.3
Cara Kerja
3.3.1 Disiapkan kapas dan alcohol 70%, jarum fraancle, alat Accu Check Active
dan test strip terlebih dahulu.
3.3.2 Kemudian alat Accu Check Active dinyalakan, denagn menekan tombol S
sebagai on/off dan ditunggu hingga layar moncul on.
3.3.3 Test strip yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah dipasangkan
pada Accu Check dan ditunggu beberapa saat hingga lampu indicator
berkedip-kedip. Berkedipnya lampu indicator menandakan siap untuk
ditetesi darah.
3.3.4 Jari probandus yang akan diuji, disterilkan dengan kapas yang telah dicelup
ke alcohol dengan cara diusapkan.
3.3.5 Jari probandus ditusuk dengan cepat menggunakan jarum francle.
3.3.6 Kemudian darah yang keluar diteteskan di atas test strip yang telah siap di
Accu Check.
3.3.7 Setelah darah diteteskan, daerah bekas tusukan jarum dibersihkan lagi
dengan kapas beralkohol.
3.3.8 Ditunggu beberapa detik dan layar menunjukkan angka kadar glukosa darah
sesaat probandus.

IV.

Hasil Pengamatan

No

Probandus

1
2
3
4
5
6

Fadli Ridho
Heidi Diana
Faisal
Alfana
Desi
Anggia Hesti

Jenis

Kadar Gula Darah

Kelamin
L
P
L
L
P
P

(mg/dL)
88
92
107
90
91
95

Keterangan
Puasa
Puasa
Tidak Puasa
Tidak Puasa
Tidak Puasa
Tidak Puasa

V.

Pembahasan
Praktikum Fisiologi Hewan acara II dengan judul Observasi Fungsi Sistem
Kardiovaskular dan Respirasi, Mengamati Tekanan Darah, Denyut Jantung, dan Denyut
Nadi yang dilaksanakan pada hari Selasa, 6 Oktober 2015 pukul 14.35-16.00 WIB di
Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan
Matematika, Universitas Diponegoro. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
prinsip dan cara penentuan kadar glukosa darah, dan agar dapat mahir dan terampil dalam
menggunakan alat yang dipergunakan untuk menentukan kadar glukosa dalam darah dan
mengukur kadar glukosa darah. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum antara
lain jarum francle, kapas, alcohol 70%, Accu Check Active, test strip dan probandus.
Metode pelaksanaan praktikum yaitu untuk pengambilan darah, beberapa
perwakilan dari praktikan, diambil darahnya pada bagian ujung jari telunjuknya. Daerah
pengambilan darah dibersihkan dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam alkohol
70%. Ujung jari telunjuk praktikan ditusuk menggunakan jarum francle dengan arah
miring dan cepat. Tetesan darah yang keluar, dipakai untuk pemeriksaan kadar glukosa
darah. Pengukuran kadar Glukosa Darah, alat yang dipergunakan untuk memelihara
kadar glukosa darah, Accu Check Active dinyalakan dengan menekan tombol On (S)
sehingga dilayar muncul ON. Alat pengukur kadar gula darah atau Test Strip dipasang
pada

Accu Check. Lampu indikator warna merah ditunggu beberapa saat sampai

berkedip-kedip. Test strip siap ditetesi darah 1-2 mikroliter atau satu tetes darah yang
diambil dengan jarum francle, diteteskan diatas area berbentuk kotak, berwarna jingga
(orange) pada strip, dan ditunggu selama 5-7 detik, pada layar akan muncul angka yang
menunjukkan kadar glukosa darah sesaat pada praktikan tersebut.Angka yang diperoleh
dicatat pada lembar kerja yang tersedia.
Data yang diperoleh dari praktikum ini menunjukkan kadar glukosa darah Fadli
88 mg/ml dengan ciri-ciri jenis kelamin laki-laki, berbadan sedang dan sedang berpuasa.
Heidi Diana 92 g/ml dengan ciri-ciri jenis kelamin perempuan, berbadan sedang, dan
sedang berpuasa. Faisal 107 mg/ml dengan ciri-ciri jenis kelamin laki-laki, berbadan
kurus, dan tidak berpuasa. Alfana 90 mg/ml dengan ciri-ciri jenis kelamin laki-laki
berbadan sedang dan tidak berpuasa. Desi 91 mg/ml dengan ciri-ciri jenis kelamin

perempuan berbadan kurus dan tidak berpuasa, dan data yang terahir adalah Anggia 95
mg/ml dengan jenis kelamin perempuan berbadan sedang dan tidak berpuasa.
Data yang diperoleh tersebut, kadar gula darah yang paling tinggi adalah kadar
gula darah milik Faisal dan Anggia. Gula darah yang tinggi pada Faisal bisa terjadi,
meskipun berat badannya yang sedikit kurus dan kondisinya yang sedang tidak berpuasa,
karena sebelumnya ia telah bergadang semalaman. Sedangkan gula darah yang tinggi
pada Anggia bisa terjadi karena pengaruh jenis kelamin dan kondisinya yang sedang
tidak berpuasa, dan juga semalamnya ia telah minum coklat. Jenis kelamin perempuan
pada dasarnya mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mempunyai kadar gula
darah tinggi atau terserang penyakit diabetes militus. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Isnaeni (2006), yang menyatakan bahawa perempuan memiliki resiko lebih besar untuk
terserang penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan paritas kehamilan, dimana
keduanya adalah faktor resiko terjadinya penyakit Diabetes Millitus. Namun, kadar gula
darah yang dimiliki Faisal dan Anggia masih dalam kondisi normal karena seseorang
dapat dikatakan menderita penyakit Diabetes Melitus jika kadar gula darah orang tersebut
pada saat tidak berpuasa lebih besar atau sama dengan 180 mg/dl. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Marks (2006), yang menyatakan bahwa kadar gula darah yang normal
adalah 80-109 mg/dl pada orang yang puasa dan kadar gula darah tinggi pada orang yang
tidak berpuasa 180 mg/dl.
Kadar gula darah paling rendah merupakan kadar gula darah yang dimiliki Fadli
Ridho yitu 88 mg/ml dengan cirri-ciri jenis kelamin laki-laki dan dalam kondisi sedang
berpuasa. Seseorang yang berpuasa kadar gula darahnya cenderung lebih rendah karena
gula darah tersebut dimanfaatkan oleh tubuh untuk dipaakai dalam bentuk energy dalam
beraktivitas selama berpuasa. Kadar gula darah seseorang akan naik setelah makan
makanan berkarbohidrat tinggi saat berbuka puasa. Hal tersbut sesuai dengan pendapat
Marks (2006), yang menyatakan bahwa setelah makan makanan tinggi karbohidrat, kadar
glukosa darahnya meningkat dari kadar puasa sekitar 80-100 mg/dl ke kadar sekitar 120140 mg/dl dalam periode 30 menit sampai 1 jam. Meskipun dalam data kadar gula darah
paling rendah, kadar gula darah dari Fadli Ridho masih normal. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Marks (2006), yang menyatakan bahwa kadar gula darah yang normal

adalah 80-109 mg/dl pada orang yang puasa dan kadar gula darah tinggi pada orang yang
tidak berpuasa 180 mg/dl, sehingga kadar gula darah Alfana dan Desi juga dikatakan
normal karena masih dalam batasan antara 80-120 untuk orang yang tidak berpuasa.
Selain berpuasa, factor yang membedakan kadar gula darah seseorang ialah, sebelum
pemeriksaan kemungkinan pasien bergadang semalam, banyak pikiran seperti, susah
tidur, makan makanan yang manis berlebihan, berolah raga ataupun tidak sangat
mempengaruhi kadar gula darah sesorang. Hal tersebut didasarkan pada Fox & Kilvert
(2010), ada beberapa hal yang menyebabkan gula darah naik, yaitu kurang berolah raga,
bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi, meningkatnya stress dan faktor emosi,
pertambahan berat badan dan usia, serta dampak perawatan dari obat, misalnya steroid.
Berdasarkan keseluruhan data kadar gula darah yang telah dianalisis kadar gula
darah dari keenam praktikan tersbut dalam kondisi normal semua. Kadar glukosa darah
seseorang yang selesai berpuasa naik karena pencernaan dan penyerapan makanan.
Menurut Murray (2006), menyatakan kadar glukosa darah meningkat seiring dengan
pencernaan dan penyerapan glukosa dari makanan. Individu yang sehat dan normal,
kadar tersebut tidak melebihi sekitar 140 mg/dl karena jaringan menyerap glukosa dari
darah, menyimpannya untuk digunakan kemudian atau mengoksidasinya untuk
menghasilkan energy. Makanan yang telah dicerna dan diserap, kadar glukosa darah
menurun karena sel terus memetabolis glukosa.

VI.

Kesimpulan
6.1 Penentuan kadar glukosa darah harus memperhatikan langkah-langkah yang tepat
yaitu, pertama memperhatikan teknik pengambilan darah dan selanjutnya
memperhatikan teknik pengukuran kadar glukosa dalam darah. Upaya untuk
menghindari kesalahan dalam penghitungan langkah kerjanya harus dikerjakan secara
teliti dan hati-hati.
6.2 Alat yang dipergunakan untuk memelihara kadar glukosa darah adalah Accu Check
Active. Cara penggunaannya adalah Accu Check dinyalakan dengan menekan tombol
On (S) sehingga dilayar muncul ON. Test Strip yang dipergunakan untuk mengukur
kadar glukosa darah dipasang pada Accu Check. Lampu indikator warna merah
ditunggu sampai berkedip-kedip. Berkedipnya lampu menandakan test strip siap
ditetesi darah. Beberapa mikroliter atau satu tetes darah diambil dengan jarum
francle, diteteskan diatas area berbentuk kotak, berwarna jingga (orange) pada strip,
kemudian ditunggu selama 5-7 detik, pada layar akan muncul angka yang
menunjukkan kadar glukosa darah glukosa atau gula darah yang dihitung.

Daftar Pustaka
Akhmad, P., 2015. Self Healing dengan Energi Ruqyah. Sukabumi: Adamssein Medika.
Ardhiyanti, Y., Pitriani, R. & Damayanti, I.P., 2014. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar
Kebidanan I. Yogyakarta: Deepublisher.
Astawan, M. & Kasih, A.L., 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Campbell, Neil A dan Jane B. Reece. 2010. Biologi Jilid 1 Edisi 8. Jakarta: Erlangga.
D'Adamo, P.J. & Whitney, C., 2004. Diabetes: Fight It with The Blood Type Diet. USA: G.P.
Putnam's Sons, Penguin Group Inc.
Devi, Dita Lestari, Diana S. Purwanto, Stefana H. M. Kaligis. 2013. Gambaran Kadar Glukosa
Darah Puasa pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi dengan Indeks Massa Tubuh 18,5-22,9 kg/m2. Jurnal e-Biomedik (eBM). Volume
1, Nomor 2, hlm. 991-996.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
James, Joyce, Colin Baker dan Helen Swain. 2008. Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan.
Jakarta: Erlangga.
Lanywaty, E. 2007. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: Kanisius.
Marks, Dawn B. 2006. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC
Murray,R.K. 2006. Biokimia Klinik. Jakarta: EGC.
Ruhito, F. & Mahendra, B. 2009. Pijat Kaki Untuk Kesehatan. Jakarta: Penebar Plus.
Sumardjo, Damin. 2008. Buku panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1
Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.
Wijayakusuma, M.H., 2008. Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal. Jakarta: Pustaka Bunda.
Yahya, F.A., 2010. Menaklukan Pembunuh No.1 : Mencegah dan Mengatasi Penyakit Jantung
Koroner Secara Tepat dan Cepat. Bandung: Qanita.

Anda mungkin juga menyukai