Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ANATOMI HEWAN

SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN INVERTEBRATA

OLEH:

NAMA

:RISMAWATI

STAMBUK

:F1D115067

KELAS

:A

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

Sistem Ekskresi Hewan Pada Invertebrata


Sistem ekskresi merupakan sistem yang berperan mengatur keseimbangan
dalam tubuh (homeostasis) dengan cara mengeluarkan senyawa/ zat yang
merupakan limbah dari metabolisme di dalam tubuh. Limbah metabolisme ini
tidak lagi dibutuhkan oleh tubuh dan dapat bersifat toxic (racun), oleh karena itu
harus dibuang. Selain membuang limbah, sistem ekskresi juga akan membuang
kelebihan ion atau senyawa dari dalam tubuh. Ekskresi berbeda dengan seksresi
ataupun dengan defekasi. Sekresi ialah pengeluaran zat yang masih dibutuhkan
oleh tubuh, seperti enzim, hormon, sedangkan defekasi ialah pengeluaran material
yang tidak tercerna pada sistem pencernaan. Sistem ekskresi membuang limbah
metabolisme dan beberapa mineral untuk menjaga keseimbangan (homeostasis) di
dalam tubuh. Sebagian besar sistem ekskresi menghasilkan urin dengan cara
menyaring filtrat yang diperoleh dari cairan tubuh.
Sistem ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi semuanya mempunyai
kemiripan fungsional. Secara umum, sistem ekskresi menghasilkan urin melalui
dua proses utama yaitu filtrasi cairan tubuh dan penyulingan larutan cair yang
dihasilkan dari filtrasi itu. Sistem ekskresi pada hewan invertebrata sangat berbeda
dengan sistem ekskresi pada hewan vertebrata. Tetapi walaupun berbeda secara
fungsional tetap mengeluarkan urin dari filtrat zat-zat terlarut didalam tubuh yang
tidak terpakai lagi, melalui anus ataupun kloaka dan rectum Invertebrata belum
memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada
umumnya invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan
sistem ini berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata lain nya. Alat
ekskresi pada invertebrata secara umum berupa saluran malphigi, nefridium, dan
sel api. Nefridium adalah tipe yang umumnya dari struktur ekskresi khusus pada
invertebrata. Berikut sistem ekskresi pada hewan invertebrata yaitu diantaranya:

1. Porifera

Kelompok hewan ini tidak memiliki sistem ekskresi. Proses pembuangan


limbah metabolisme dilakukan melalui difusi sel-sel penyusun dinding
spongosol (rongga tubuh porifera). Limbah metabolisme ini akan larut bersama
cairan tubuh di dalam spongosol, kemudian akan bersama-sama dikeluarkan
melalui oskulum (lubang besar pada bagian permukaan atas tubuh porifera) ke
perairan. Porifera mempunyai sistem saluran air yang berfungsi untuk
memasukkan dan mengeluarkan air yang mengandung zat makanan, oksigen,
dan sisa metabolisme. Menurut Saluran airnya Porifera dibedakan menjadi 3
tipe: Acson, Sicon dan Leucon ( Rhagon ). Pada ascon air masuk melalui
ostium menuju ke spongocoel dan kemudian keluar melalui oskulum. Pada
Sicon air masuk melalui ostium menuju ke saluran radial, baru masuk ke
spongocoel dan keluar melalui oskulum Leucon (Rhagon) air masuk melalui
ostium menuju rongga-rongga bulat yang saling berhubungan, kemudian
menuju ke spongocoel dan keluar.

2. Protozoa

Pada kelompok hewan ini telah memiliki sistem ekskresi. Pengeluaran sisasisa metabolisme dilakukan melalui membran sel secara difusi. Protozoa
mempunyai organel eksresi berupa vakuola berdenyut (vakuola kontraktif)
yang bekerja secara periodik serta berperan mengatur kadar air dalam sel.
Sewaktu mengeluarkan air, sisa-sisa metabolisme ikut dikeluarkan.
3. Coelenterata

Sama

seperti

kelompok
porifera,
hewan

filum
hewan-

penghuni

filum
coelenterata (ubur-ubur, hydra, dll) tidak memiliki sistem ekskresi. Sehingga
pengeluaran limbah metabolisme berlangsung secara difusi melalui sel-sel
epitel pada rongga gastrovaskular. Limbah metabolisme yang terlarutdalam
cairan tubuh dalam rongga gastrovaskular (rongga perut) akan dikeluarkan

melalui mulut ke lingkungan. Mulut berfungsi untuk menelas makanan dan


mengeluarkan sisa makanan karena coelenterata tidak memiliki anus.
4. Arthropoda

Kelompok filum
ini memiliki sistem ekskresi, terutama kelas insecta menggunakan pembuluh
malpigi sebagai alat ekskresi. Tubula atau pembuluh malpigi merupakan
pelipatan ke arah luar dari saluran pencernaan. Tubula ini mensekresikan
limbah bernitrogren dan garam dari cairan tubuh (hemolimfa), dan air
mengikuti zat-zat tersebut melalui osmosis. Sebagian besar air dan garam
kembali diserap (reabsorpsi) ke dalam tubuh melalui sel epitel di rektum.
Sedang limbah bernitrogen kering dalam bentuk asam urat dikeluarkan
bersama feses melalui anus.
5. Echinodermata

Kelompok hewan ini


memiliki

sisem

ekskresi.

Sistem

saluran air dalam rongga tubuhnya disebut ambulakral, sering di sebut


sebagai pembuluh air karena pembuluh ini menjadi tempat mengalirnya air
masuk dan keluar. Echinodermata bernafas menggunakan paru-paru kulit atau
dermal branchiae (paulae) yaitu penonjolan dinding rongga tubuh (selom).
Tonjolan ini dilindungi oleh silia dan pediselaria. Pada bagian inilah terjadi
pertukaran oksigen dan karbondioksida, ion dan gas antara cairan selom
(rongga tubuh) dengan air laut. Sisa-sisa metabolisme yang terjadi di dalam
sel-sel tubuh akan diangkut oleh amoebacyte (sel-sel ameboid) yang terdapat
pada

cairan

selom ke dermal branchiae untuk selanjutnya dilepas ke luar tubuh.


6. Mollusca

Kelompok hewan ini memiliki sistem ekskresi. Pernapasan mollusca darat


dengan rongga mantel berpembuluh darah yang berfungsi sebagai paruparu, sedangkan mollusca air dgn insang. Udara masuk dan keluar rongga
mantel melalui pori-pori respirasi pada mantel. Air yang masuk dan keluar
rongga mantel akan melalui sifon (corong). Organ ekskresinya berupa
sepasang nefridia. Nefridia atau sering di sebut metanefridium berperan
sebagai ginjal. Metanefridum mengekskresikan sisa makanan yang
berbentuk cair.
7. Platyhelmintes (cacing pipih)

Kelompok
hewan

ini

(planaria, cacing
hati) memiliki sistem ekskresiyang sederhana. Sistem ekskresi pada planaria
ialah sistem sel api (flame cells). Sistem ini merupakan rangkaian saluran
(tubula) yang bercabang-cabang. Disusun atas protonefridia yang merupakan
ginjal yang sederhana sebagai saluran utama. Protonefridia mengadakan
percabangan, dan pada tiap percabangannya ditutup dengan satu sel yang
memiliki bentuk seperti obor api. Sistem sel api ini terdapat di sepanjang tepi
permukaan tubuh. Air dan zat terlarut dalam cairan tubuh memasuki lumen
tubula protonefridia melalui celah-celah pada membran sel api. Gerakan silia
yang berada di dalam sel api mempertahanan cairan tersebut tetap bergerak di
dalam saluran protonefridia. Gerakan yang ditimbulka oleh sel api
inimenyerupai dengan bola api, sehingga sitem pada cacing pipih disebut juga
dengan sistem bola api. Kemudian cairan tersebut (urine) akan dikeluarkan
melalui nefridiofor (lubang ekskresi) yaitu lubang dari tiap-tiap protonefridia
yang berada di permukaan tubuh. Sistem bola api juga dimiliki oleh
kelompok phylumm nemathelmintes (cacing tambang dkk).

8. Annelida

Kelompok hewan ini memiliki sistem ekskresi. Misalnya cacing tanah


yang termasuk ke dalam kelompok annelida (cacing bersegmen). Pada
setiap segmen terdapat sepasang ginjal atau nefridium (jamak = nefridia),
kecuali pada tiga segmen pertama dan segmen terakhir. Setiap nefridium
memiliki corong yang terbuka dan memiliki silia yang disebut nefrostom.
Nefrostom terletak dalam rongga tubuh dan selalu berisi cairan. Cairan
tubuh akan ditarik dan diambil oleh nefrostom, yang kemudian
masuk ke dalam nefridia yang berupa pembuluh panjang dan
berliku-liku. Saat cairan tubuh mengalir melalui nefridia terjadi
penyerapan kembali zat-zat yang masih bermanfaat, seperti
glukosa, air, dan ion-ion. Zat-zat tersebut kemudian diedarkan
ke seluruh kapiler sistem sirkulasi. Sisa cairan tubuh, seperti air,
nitrogen, dan garam-garam yang tidak dibutuhkan lagi oleh
tubuh akan dikeluarkan melalui ujung nefrostom yang berupa
lubang.

Anda mungkin juga menyukai