Anda di halaman 1dari 15

TIRASI ASAM BASA

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant
dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah
diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di
dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Titrasi asidimetri dan alkalimetri merupakan titrasi netralisasi dimana
pada titrasi ini digunakan larutan asam dan basa kuat ataupun lemah sehingga
dihasilkan air

yang bersifatnetral.Titrasi ini dapat digunakan untuk

menentukan konsentrasi atau kadar dari asam/basa kuat ataupunlemah yang


dititrasi dengan basa/asamlemah ataupun kuat. Berdasarkan latar belakang
ini, maka dilakukan percobaan titrasiasi dimetri dan alkalimetri untuk
menentukan kadar asam asetat, karbonat dan bikarbonat dalam sampel yang
digunakan.
Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila
dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen
sebagai ion positif. Sedangkan basa secara paling sederhana didefinisikan
sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan
pembentukan ion.
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitu suatu cara
atau metode yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan
dari perangkat gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana titran yang
telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang
ditentukan disebut titik ekivalen atau titik stoikhiometri, titik ini sering
ditandai dengan perubahan warna senyawa yang disebut indikator.
1.2 Maksud Prktikum

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

TIRASI ASAM BASA

Adapun maksud dari praktikum ini adalah :


1. Mengetahui titrasi asam basa asidimetri dengan penentuan hasil kadar
luminal-Natrium.
2. Mempelajari titrasi asam basa alkalimetri dengan penentuan hasil kadar
asam salisilat.
3. Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi dengan menambahkan
reaksi-reaksi kimia.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Menentukankadar Luminal-Natrium suatu larutan pada reaksi Asidimetri
2. Menentukan kadar Asam Salisilat suatu larutan pada reaksi Alkalimetri.
3. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Titrasi Asam Basa

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

TIRASI ASAM BASA

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen
4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa
lemah, jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan
tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104 .pH berubah secara drastis bila
volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul
ke molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai H30. Reaksi
asam basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa,
pH dan perubahan warna indikatortergantung secara tidak langsung pada
temperatur (Khopkar, 1990).
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk
menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa.
Kebanyakan asam dan basa organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan
berair, tetapi sebagian senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut
dalam air. Namun demikian umumnya senyawa organik dapat larut dalam
pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat ditentukan dengan
titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan
larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa
digunakan larutan basakuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya
ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau
dengan

bantuan

peralatan

seperti

potensiometri,

spektrofotometer,

konduktometer (Rivai, H, 1990).


Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi
pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan imertri.
Kata metri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni
mengukur. I dan O dalam hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau
dari (with or off). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari kata
Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun
pngukuran dengan asam (yang diukur dalam jumlah basa atau garam)
(Harjadi, W. 1990).

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

TIRASI ASAM BASA

Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar


larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam
ditetesi dengan larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen
(asam dan basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam
atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan
(Sukmariah, 1990).
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan
naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH
larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan
asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk
S, yang pada ttik tengahnya merupakan titik ekuivalen (Anshori, 1997).
Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses
penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah
ditentukan konsentrasinya (larutanstandar). Titrasi asam basa adalah suatu
titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksipenetralan). Prosedur
analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu
mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi (Syukri, 1999).
Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator
berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pasda titrasi asam basa, dikenal
istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada
proses titrasi ketika asam dan basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui
titik ekuivalen digunakan digunakan indikator. Saat perubahan warna terjadi,
saat itu disebut titik akhir titrasi (Sukmariah, 1990).
Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat
dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat
disiapkan dengan menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan,
yang ditimbang dengan tepat, dalam volume larutan yang diukur dengan
tepat. Zat yang memadai dalam hal ini hanya sedikit, disebut standar primer
(Day, 1998).
Pengukuran atau perhitungan dalam titrasi volumetrik berdasarkan pada
pengukuran volume, sehingga dalam analisa titrasi volume konsentrasi

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

TIRASI ASAM BASA

kebanyakan dinyatakan dalam molaritas atau normalitas. Normalitas


(kemolalan) adalah zat yang terlarut dalam setiap mili larutan (Anshori,
1997).
Titrasi dapat mengetahui nilai dari suatu larutan yang belum kita
ketahui molaritasnya, yaitu melalui perhitungan dari hasil titrasi yang telah
terjadi. Selain itu juga dapat diketahui bahan-bahan apa saja yang dititrasi,
yaitu berat dari asam asetat dan persenta seberat. (Gunawan, 1998).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai
keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis
bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator.
Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang
ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan
warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini
mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik
ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik
ekuivalen (Gunawan, 1998).
Istilah analisis titrametri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif
dengan larutan zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan
(konsentrasi) yang diketahui tepat itu, disebut larutan standar. Bobot zat yang
hendak ditetapkan, dihitung dari volume standar yang digunakan dan hukumhukum stokiometri yang diketahui. Dahulu digunakan orang analisis
volumetri, tetapi sekarang telah diganti dengan analisiss titrimetri, karena
yang terakhir ini dianggap lebih baik menyatakan proses titrasi, sedangkan
yang disebut terdahulu dapat dikacaukan dengan pengukuran-pengukuran
volume, seperti yang melibatkan gas-gas. Reagensia dengan konsentrasi yang

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

TIRASI ASAM BASA

diketahui itu disebut titran, dan zat yang sedang dititrasi disebut titrat
(Khopkar, 1990).
2.2 Titrasi Bebas Air
Pengaruh pelarut aprotik terhadap titrasi bebas air adalah senyawa HCl
yang dilarutkan akan tidak bereaksi dengan pelarut, karena itu kekuatan
asamnya tidak berkurang. Sebagai ukuran untuk kekuatan asam adalah
afinitas proton. Makin kuat proton terikat makin sedikit proton yang
diberikan dan asamnya akan semakin meningkat / kuat. Begitupun dengan
basa (Rivai, 1995).
Dalam penitrasian bebas air, indikator bereaksi dengan H+ atau
melepaskan H+, masing-masing disertai dengan terjadinya perubahan warna.
Perubahan warna sangat tergantung dari jenis sampel. Oleh karena itu,
pemilihan indikator secara empiris, yaitu menggunkan potensiometer
bersama-sama dengan indikator visual yang diselidiki. Indkator yang diplih
adalah yang memperlihatkan perubahan warna yang tajam dekat dengan titik
ekuivalen. Untuk titrasi basa lemah dan garam-garamnya dapat digunakan
crystal violet, methyl-rosaniline chloridee, quanalfine red, naphtholbenzein
dan malchite green. Untuk basa-basa yang realtif lebih kuat dapat digunakan
methyl red, methyl orange, dan thymol blue (Harjadi, 1990).
Reaksi yang terjadi pada titrasi bebas air dapat diterangkan dengan
konsep dari Bronsted dan Lowry, yaitu bahwa asam adalah pemberi proton
(proton donor) sedangkan basa adalah penerima proton (Proton acceptor)
(Harjadi, 1990).
Maka akan terdapat konsentrasi yang lebih besar dari proton yang
tersolvasi dalam pelarut tersebut. Jadi, bisa terlihat bahwa jika HB itu asam
lemah untuk dititrasi dengan layak larutan berair, jika dapat meningkatkan
keasamannya dan juga titrabilitasnya dengan memilih pelarut yang lebih
basa dari air (Underwood, 1993).
Pada pelarut asam lemah dan basa lemah dalam lingkungan bebas air
harus diperhatikan pengaruh pelarut bukan air terhadap tetapan ionisasi,
NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm
15020150043

TIRASI ASAM BASA

tetapan dissosiasi, tetapan asam asam dan basa senyawa yang hendak dititrasi.
Yang tidak kalah penting adalah pengaruh konstanta dialetrik pada reaksi
protolisis pada pelarut bukan air (Wunas, 1986).
Titrasi bebas air atau titrasi non-Aqua adalah titrasi yang menggunakan
pelarut organik sebagai pengganti air. Dengan pelarut organik tertentu,
kekuatan asam atau basa lemah dapat diperbesar sehingga memungkinkan
suatu titrasi yang tidak memuaskan dalam pelarut air. Dibidang farmasi teknik
kini banyak dipakai karena banyak obat bersifat asam atau basa lemah yang
suka larut dalam air. Dengan pemilih pelarut yang tepat, penetapan kadar dari
komponen campuran asam atau basa juga dimungkinkan. Teori asam-basa
dari arrhenius ternyata tidak berhasil menjelaskan sifat karakteristik dari asam
dan basa dalam pelarut organik. Dalam hal ini, teori yang umum telah
dikemukakan oleh bronsted. Menurut teori ini, asam adalah pemberi proton,
sedangkan basa adalah penerima proton (Wunas, 1986).
Dalam pemilihan pelarut, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu
sifat asam-basa dari pelarut. Untuk menitrasi basa lemah, maka dipilih pelarut
yang lebih bersifat asam dan demikian pula sebaliknya. Misalnya, pada titrasi
basa lemah, asam asetat lebih baik daripada air, Tetapan dan autoprotolisis
serta Tetapan dielektrik. Asam perklorat sejauh ini merupakan asam yang
telah luas digunakan untuk titrasi basa lemah, karen asam ini adalah asam
yang sangat kuat yang sangat mudah didapat. Basa lemah dititrasi paling
sering dalam larutan asam asetat glasial. Normalnya pengaruh temperatur
pada volume titran teukur dapat diabaikan dengan diabaikan dengan larutab
berair pada variasi temperatur kamar basa. Pelarut organik seperti asam
asetat, benzena, dan metanol sebaiknya mempunyai koefisien ekspansi ternal
yang agak besar, dan perubahan volumenya tidak bisa diabaikan jika titran
tersebut berada pada temperatur standarisasinya (Underwood, 1993)
Titrasi titrimetri dalam lingkungan bebas air, pelarut mengambil bagian
yang amat penting untuk reaksi stoikiometri, dimana pelarut tersebut dapat
mengambil bagian dalam reaksi. Ada tiga teori yang menerangkan reaksi
netralisasi dalam suatu pelarut yaitu teori ikatan hidrogen, teori Lewis dan

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

TIRASI ASAM BASA

teori Bronsted. Penggunaan pelarut aprotik pada titrasi bebas air memberikan
dua

keuntungan.

Pelarut

tidak

mempunayi

efek

menyetingkatkan

keasaman/kebasaan asam basa yang bereaksi sesamanya. Garam yang terjadi


pada titrasi tidak akan diuraikan secara protolitik oleh pelarut. Kerugiannya
adalah sifat yang sedikit polar atau non polar yang mempunyai daya pelarutan
kecil uuntuk protolit dan pendesakan kembali disosiasi. Disebabkan
terdesaknya kembali disosiasi, maka kemampuan hantaran suatu larutan akan
sangat dikurangi, sehingga misalnya penentuan potensiometri suatu titrasi
tidak mungkin dilakukan (Roth, 1988).
Seperti telah diuraikan diatas, kekuatan asam basa ditentukan pula oleh
kemampuan pelarut untuk menerima dan melepaskan proton. Berdasarkan hal
ini maka pelarut dapat dibedakan menjadi (Roth, 1988) :
1. Pelarut protogenik, adalah pelarut yang mudah memberikan proton.
Misalnya : asam-asam
2. Pelarut protofilik, adalah pelarut yang mudah menerima proton.
Misalnya : basa-basa, eter, keton
3. Pelarut amfiprotik, adalah pelarut yang dapat menerima maupun
memberikan proton.
Misalnya : air, asam asetat, alkohol
4. Pelarut aprotik, adalah pelarut yang tidak dapat menerima maupun
memberikan proton.
Misalnya : kloroform, benzen, dioksan
Digunakan pelarut organic bukan air karena senyawa tersebut tidak dapat
larut dalam air, disamping itu kurang reaktif dalam air seperti misalnya
garam-garam amina, dimana garam-garam ini dirombak lebih dahulu menjadi
basa yang bebas larut dalam air, sari dengan pelarut organik lain dan
direaksikan dengan asam baku berlebih, yang kemudian pelarutnya diuapkan
dan barulah kelebihan asam ditentukan kembali dengan basa baku sedangkan
senyawa-senyawa organik yang mengandung nitrogen ditentukan dengan
metode Kjeldahl. (Rivai, 1995).

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

TIRASI ASAM BASA

BAB 3 METODE KERJA


3.1 Alat Praktikum

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

TIRASI ASAM BASA

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah erlenmeyer,


pipet volume, buret dan timbangan.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yng digunakan dalam praktikum ini adalah etanol netral,
HCl 0,1 N, indikator pp, NaOH 0,1 N, kloramfenikol, alkohol 90%, HCl
pekat, asam asetat glasial, raksa(II)asetat, dioksan, indikator kristal violet dan
asam perklorat.
3.3 Cara Kerja
a. Asidimerti
Ditimbang seksama 100 mg zat uji, kemudian dilarutkan dalam
Erlenmeyer dengan 30ml etanol netral, dan tambahkan 15 ml air. Setelah
itu ditambahkan 3 tetes indicator PP dan dititrasi denganHCl 0.1 N sampai
larutan tidak berwarna. Tiap 1ml HCl 0.1 N setaradengan 25.40 gram
Luminal-Natrium.
b. Alkalimetri
Ditimbang seksama 200 mg zat tuji, kemudian dilarutkan dalam
Erlenmeyer 10ml etanol netral, tambahkan indicator PP dan titrasi dengan
larutan NaOH 0.1 N sampai larutan berwarna merah muda. Tiap ml NaOH
0.1 N setaradengan 13,81 mg asam salisilat.
c. Titrasi Bebas Air
Ditimbang seksama 74,96 mg kloramfenikol, dilarutkan dalam 2 ml
alcohol 90%, kemudian ditambahkan 5 ml HCl pekat, lalu dipanaskan
diatas tangas air sampai kering residu. Keringkan, pada suhu 150 0C selama
15 menit. Setelah dingin, residu dilarutkan dalam 10 ml asam asetat
glacial, kemudian ditambahkan 5 ml raksa(2) asetat 5% dalam asetat dan
20 ml dioksan serta 5 tetes kristal violet. Kemudian dititrasi dengan asam
perklorat 0,05 N sampai terjadi warn biru. Tiap ml asam perklorat 0,05 N
= 16,16 mg kloramfenikol.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

TIRASI ASAM BASA

a. Asidimetri
Berat sampel (Bs)
Normalitas (N) HCl
Volume titer (Vt)
Foktor koreksi (Fk)
Bobot setara (Bst)
=

100 mg
0,1139 N
0,5 mL
0,1139 M
21 mg

0,5 x 0,1139 x 21
100 x 0,1139

Perhitungan:
%
Vt x N x Bst
Bs x Fk

x 100%

x 100%

= 0,105 x 100%
= 10,5%
b. Alkalimetri
Berat sampel (Bs)
Normalitas (N) NaOH
Volume titer (Vt)
Foktor koreksi (Fk)
Bobot setara (Bst)

200 mg
0,09484 N
16,3 mL
0,1 M
3,81 mg

Perhitungan:
%
Vt x N x Bst
Bs x Fk

16,3 x 0,09484 x 3,81


200 x 0,1

k
x 100%

x 100%

= 1,067 x 100%
= 106,7%

c. Titrasi bebas air


Berat sampel (Bs)
Normalitas (N) NaOH
Volume titer (Vt)
Foktor koreksi (Fk)
Bobot setara (Bst)
%k=
=

75 mg
0,05 N
5,5 mL
0,05 M
16,16 mg

Vt x N x Bst
Bs x Fk

Perhitungan:

x 100%

5,5 x 0,05 x 16,16


75 x 0,05

x 100%

= 1,1850 x 100%

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

TIRASI ASAM BASA

= 118,5%
4.2 Pembahasan
Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat baik asam maupun
basa berdasarkan reaksi asam-basa. Jika titrannya menggunakan larutan baku
asam maka penetapan itu dinamakan asidimetri. Sedangkan jika titrannya
menggunakan larutan baku basa maka penetapan itu dinamakan alkalimetri.
Adapun indikator asam-basa adalah asam atau basa organik lemah yang
mempunyai warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya
(warna basa). Indikator yang digunakan pada praktikum ini adalah inidikator
pp (fenolftalein).
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu menentukan kadar natrium
karbonat,

menentukan

kadar

asam

salisilat

dan

menentukan

kadar

kloramfenikol.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu buret, corong
erlenmeyer 100 mL, gelas kimia 50 mL dan pipet volume.
Adapun alasan penambahan bahannya yaitu etanol netral digunakan agar
etanol yang digunakan tidak ikut bereaksi sewaktu dilakukan titrasi, indikator
pp digunakan untuk mengetahui apakah senyawa tersebut memiliki sifat asam
atau basa dan mendekatkan target pH ekuivalen, HCl digunakan untuk
menentukan kadar natrium bikarbonat dan sebagai titran, NaOH digunakan
untuk mnentukan kadar asam salissilat dan sebagai titran, indicator kristal
violet digunakan untuk mendekatkan target pH pada ekuivalen, asam perklorat
digunakan untuk menentukan kadar kloramfenikol dan sebagai titran.
Kloramfenikol merupakan suatu golongan antibiotik yang menghambat
pertumbuhan bakteri. Obat jenis ini mempunyai spektrum kerja yang luas
terhadap banyak bakteri diantaranya H.influenza, N. meningitides, S.
pneumonia, S. pyogenes, S.agalactiae, S.pneumonia, S.aureus dan banyak
bakteri lainnya. Beberapa golongan yang diketahui kebal terhadap obat ini
antara lain P.aeruginosa, shigella dan salmonella. Obat ini digunakan pada
infeksi

dimana

diketahui

kuman

penyebabnya

sensitive

terhadap

kloramfenikol dan obat lain yang kurang toksik tidak tersedia. Beberapa

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

TIRASI ASAM BASA

penyakit dimana sering digunakan kloramfenikol adalah demam typhoid,


radang selaput otak atau meningitis yang disebabkan oleh bakteri, penyakit
yang diakibatkan oleh infeksi ricketsia, dan brucellosis.
Dari hasil praktikum diperoleh bahwa pada asidimetri, volume titer yang
digunaan yaitu 0,5 mL dan % k = 10,5%. Pada alkalimetri, volume titer yang
digunakan yaitu 16,3 mL dan % k = 106,7%. Pada titrasi bebas air, volume
titer yang digunakan yaitu 5,5 mL dan % k = 118,5 %
Adapun fakor kesalahan ada praktikum ini kesalahan penggunaan
larutan baku pada titrasi, kebocoran buret, kesalahan penglihatan saat
engukuran volume pada buret, dan kesalahan mengamati perubahan warna.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada asidimetri % k =
10,5%, pada alkalimetri % k = 106,7 % dan pada titrasi bebas air % k =
118,5 %.
5.2 Saran
Diharapkan untuk asisten tidak membingungkan para praktikan dalam
pembuatan format laporan karena terdapat perbedaan format laporan di setiap
asiten, sedangkan format laporan sudah di tentukan (di tempel) di
laboratorium.

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

TIRASI ASAM BASA

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

TIRASI ASAM BASA

DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2016. Penuntun Praktikum Kimia Analisis, Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Anshori., 1987, Penuntun pelajaran Kimia, Ganesha Exact, Bandung.
Day, R. A. dan S. Keman, 1998. Kimia AnalisaKuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Gunawan, Adi., 1998, Tangkas Kimia.Kartika, Surabaya.
Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta
Khopkar, S.M., 1990, KonsepDasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.
Rivai, H., 1990, AsasPemeriksaan Kimia, UI Press, Jakarta.
Sukmariah., 1990, Kimia KedokteranEdisi 2, BinarupaAksara, Jakarta.
Syukri., 1999, Kimia Dasar 2, ITB, Bandung.

NOVIA HERAWATI LABUDU RIFKY SALDI A. WAHID S.Farm


15020150043

Anda mungkin juga menyukai