juga
mengandung
lesithin
(emulsifier
alami)
yang
banyak
diproduksi tubuh
(Wirakusumah,
2005).
Menurut Insel (1990) dalam Wirakusumah (2005), nilai biologi telur adalah 100,
Net Protein Utilization (NPU) telur 94, Protein Efficiency Ratio 3.92, dan skor
asam amino telur sebesar 100. Dibanding bahan makanan sumber protein lainnya
seperti susu sapi, ikan, daging sapi, beras tumbuk, dan jagung, nilai mutu pada
telur paling tinggi. Kualitas telur dibedakan menjadi 2 yaitu kualitas internal dan
kualitas eksternal. Penurunan kualitas telur dapatdicegah melalui proses
pengawetan.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui karakteristik susu dan produk olahannya yang meliputi
warna, bau, rasa, kekentalan, PH, berat jenis, uji alkohol, dan pengaruh
enzim terhadap sususegar
2. Mengamati kualitas eksternal dan internal
3. Mengamati sifat fungsional telur sebagai emulsifier, clarifying agent,
pembentuk buih/busa.
fisik
susu
yang
umumnya
dilkukan
pengujian
pada
lemak
dan
partikel
koloidal
dari
kasein dan
kalsium
fosfat.
Sedangkan warna kuning karena lemak dan karoten yang dapat larut. Apabila
lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan kebiruan.
Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat bersifat asam dan basa
sekaligus. pH susu segar terletak antara 6.5 6.7. Sebagian besar asam yang ada
dalam susu adalah asam laktat. Namun, keasaman susu dapat diakibatkan oleh
berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa fosfat komplek, asam sitrat,
asam-asam amino, dan karbondioksida yang larut dalam susu. Bila pH > 6.7
artinya ternak sapi terkena mastitis dan bila pH < 6.5 artinya terdapat kolostrum
atau pertumbuhan bakteri.
b. Kandungan gizi
Tabel 2. Kandungan gizi Susu Sapi per 100 gram
Kandungan zat gizi
Komposisi
Protein
3,2
Lemak
3,5
Karbohidrat
4,3
Kalsium
143
Fosfor
60
Besi
1,7
Vitamin A
39
Vitamin B
1
Vitamin C
0,03
Air
88,3
Energi
61
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, (Depkes RI,2005)
2.1.1 Susu segar
Susu segar adalah air susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi
atau ditambahkan bahan apapun yang diperoleh dari pemerahan sapi yang
sehat (AAK, 1995). Susu merupakan bahan minuman yang sesuai untuk
kebutuhan hewan da manusia karena mengandung zat gizi dengan
perbandingan yang optimal,mudah dicerna dan tidak ada sisa yang
terbuang.
Faktor-faktor
yang
harus
diperhatikan
untuk
menjaga
Syarat
1,0280
3,0%
8,0%
2,7%
Tidak ada perubahan
Negatif
6-70 SH
3 (cc)
2-5 jam
Positif
Negatif
Negatif
1106 cfu/ml
Negatif
20 cfu/ml
4105 cfu/ml
0,5 ppm
0,03 g/ml, Arsen (As) 0,1 g/ml. Cara pengambilan contoh sesuai SNI
SNI 19-0429-1989 Petunjuk pengambilan contoh cairan dan semi padat.
Pengujian meliputi: Cara pengujian berat jenis, kadar lemak, kadar bahan
kering tanpa lemak, kadar protein, warna, bau, rasa, kekentalan, derajat
asam, pH, uji alkohol, uji pemalsuan, titik beku dan uji peroxidase sesuai
dengan SNI 2782. Cara pengujian cemaran mikroba sesuai dengan SNI
2897-2008. Cara pengujian sel somatis sesuai dengan Joint IDF/ISO
Standard -IDF 148-1-ISO/13366-1. Cara pengujian residu antibiotik
sesuai dengan SNI 7424:2008. Cara pengujian cemaran logam berat sesuai
dengan SNI 2896. Pengemasan susu segar dikemas dalam wadah tertutup
yang terbuat dari bahan yang tidak toksik dan tidak mengakibatkan
penyimpangan/kerusakan
susu
segar
selama
penyimpanan
dan
63C-66C
72C
selama
selama
minimum
minimum
15
30
detik,
menit
atau
kemudian
pada
segera
umur
pasteurisasi:
simpan
hanya
sekitar
14
hari
tujuan
yang
bersifat
tuberculosis danCoxiella
patogen
bunetti dan
misalnya Mycobacterium
mengurangi
populasi
bakteri.
2. Untuk memperpanjang daya simpan bahan atau produk
3. Dapat menimbulkan citarasa yang lebih baik pada produk
4. Pada susu proses ini dapat menginaktifkan enzim fosfatase dan
katalase yaitu enzim yang membuat susu cepat rusak
SNI susu pasteurisasi adalah SNI 01-3951-1995. Susu segar, susu
rekonstitusi, susu rekombinasi yang telah mengalami proses pemanasan
pada temperatur 63 derajat selsius sampai 66 derajat selsius, selam
minimum 30 menit atau pemanasan 72 derajat selsius selama 15 detik,
kemudian didinginkan sampai 10 derajat selsius, diperlakukan secara
aseptis di simpan pada suhu 4,4 derajat selsius. Jenis mutu dibedakan
menjadi susu parteurisasi tanpa penyedap rasa dan yang diberi penyedap
cita rasa, syarat mutu, pengambilan contoh serta pengemasan.
2.1.4 Susu Kental Manis
Susu Kental manis merupakan produk susu berbentuk cairan
kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari susu segar
atau hasil rekonstitusi susu bubuk berlemak penuh, atau hasil rekombinasi
susu bubuk tanpa lemak dengan lemak susu/lemak nabati, yang telah
ditambah gula, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain
dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan (Badan Standarisasi
Nasional, 1998)
Susu Kental Manis adalah produk hasil olahan susu yang sudah
dikenal cukup lama setelah keju dan yoghurt. Pada abad ke 18 di Amerika,
SKM diproduksi dengan cara mengevaporasi air dari susu segar secara
vakum sebanyak 50% dari total kandungan air di dalam susu segar,
kemudian ditambahkan gula sebanyak 45-50% sebagai pengawet. Susu
kental, atau lebih umum susu kental manis, adalah susu sapi yang airnya
standar
internasional
Codex
STAN
A-4-1971,
Susu
Kental
lebih rendah jika dibandingkan dengan susu skim. Sebaliknya kadar lemak
serta vitamin A susu full cream lebih tinggi dari susu skim.
SNI susu bubuk adalah SNI 2970:2015 Standar ini menetapkan
istilah dan definisi, klasifikasi, syarat mutu, pengambilan contoh, dan cara
uji susu bubuk. Standar ini berlaku untuk susu bubuk plain yang ditujukan
untuk pengguna akhir yang selanjutnya disebut susu bubuk.
2.1.6 Susu Bubuk Skim
Susu bubuk merupakan produk yang diperoleh dengan cara
mengurangi sebagian besar air melalui proses pengeringan susu segar
dan atau susu rekombinasi yang telah dipasteurisasi, dengan atau tanpa
penambahan vitamin, mineral, dan bahan tambahan pangan yang
diizinkan. Susu bubuk meliputi susu bubuk berlemak, rendah lemak
dan tanpa lemak (Badan Standarisasi Nasional, 2006).
Susu skim adalah susu tanpa lemak yang bubuk susunya dibuat
dengan menghilangkan sebagian besar air dan lemak yang terdapat
dalam susu.Susu skim merupakan bagian dari susu yang krimnya diambil
sebagian atau seluruhnya. Kandungan lemak pada susu skim kurang lebih
1%. Susu skim mengandung semua kandungan yang dimiliki susu pada
umumnya kecuali lemak dan vitamin yang larut dalam lemak. Susu skim
dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar susu atau keju tanpa lemak
sehingga
dapat
berguna
untuk
menurunkan
kadar
kolestrol
contoh dan cara uji susu bubuk. Persyaratan mutu susu bubuk dibedakan
untuk susu bubuk berlemak, susu bubuk kurang lemak dan susu bubuk
bebas lemak. Syarat mutu ketiga susu bubuk tersebut adalah sama kecuali
kriteria uji lemak dan protein. Kriteria uji terhadap keadaan (bau dan rasa)
normal ; kadar air maksimal 5%b/b. Kriteria uji lemak untuk susu bubuk
berlemak min. 26% b/b, untuk susu bubuk kurang lemak Lebih dari 1,5
%b/b kurang dari 26,0%b/b, untuk susu bubuk bebas lemak maksimal
1,5%b/b. Kriteria uji protein (N x 6,38) minimal 23%b/b untuk susu bubuk
berlemak dan susu bubuk kurang lemak, sedangkan untuk susu bubuk
bebas lemak minimal 30%b/b . Cemaran logam tembaga maksimal
20mg/kg, timbal maksimal 0,3mg/kg, timah maksimal 40,0/250,0mg/kg
dan raksa maksimal 0,03mg/kg) ; cemaran arsen maksimal 0,1mg/kg ; dan
cemaran mikroba terhadap angka lempeng total maks. 5 x 104 koloni/g,
bakteri coliform maks. 10 APM/g, Escherichia coli <3 APM/g,
Staphylococcus aureus maks. 1 x 102 koloni/g dan Salmonella negatif
pada ukuran koloni/100g. Produk dinyatakan lulus uji apabila memenuhi
semua syarat mutu. Cara memproduksi produk yang higienis termasuk
cara penyiapan dan penanganannya mengacu pada peraturan yang berlaku
tentang pedoman cara produksi pangan yang baik. Susu bubuk dikemas
dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi
isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan. Penandaan kemasan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang label
dan iklan pangan. Standar ini dilengkapi dengan metode cara uji dan cara
penghitungan hasil uji.
2.1.7 Yougart
Menurut codex alimentarius (1975) yougart adalah sejenis produk
susu terkoagulasi, diperoleh dari fermentasi asa laktat tertentu melalui
aktivitas Lactobacillus delbrueckii var. Bulgaricus dan streptococcus
salivarius var. Thermophilus, dimana mikrooranisme dalam produk
akhirharus hidup-aktif berlimpah. Yougrt merupakan susu hasil fermentasi
yang dibuat dari susu dengan bantuan makhluk kecil yng dinamakan
mikroba. Yang membedakan susu fermentasi adala jenis bakterinya.
Yoghurt mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi daripada susu
segar sebagai bahan dasar dalam pembuatan Yoghurt, hal ini karena
meningkatnya total padatan sehingga kandungan zat-zat gizi lainnya juga
meningkat. Selain itu Yoghurt memiliki kesegaran, aroma dan teksturnya
dan rasa khas yaitu asam dan manis. Selama fermentasi akan terbentuk
asam-asam organik yang menimbulkan citarasa khas pada Yoghurt
(Yusmarini et al, 2004). Yoghurt kaya akan protein (6,30%), lemak
(6,73%) dan vitamin A (80 SI). Yoghurt dari susu Sapi mengandung asam
laktat, asam sitrat, asam piruvat, asam format, asam urat, asam butirat, dan
asam orotat (Morr et al, 1990). Kualitas Yoghurt dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: kualitas susu, lama penyimpanan, suhu inkubasi dan
jenis starter yang digunakan. Pada umumnya fermentasi susu menjadi
Yoghurt dilakukan dengan bantuan bakteri asam laktat diantaranya
Streptococcus salivarius, S. Thermophillus, Lactobacillus delbrueckii, L.
Bulgaricus, L. Acidophilus, L. Casei dan L. Bifidus (Helferich, et al, 1980).
Beragamnya jenis starter yang digunakan dalam pegolahan Yoghurt,
menjadi dasar pertimbangan dilakukannya penelitian mengenai pengaruh
variasi starter terhadap kualitas Yoghurt susu Sapi ini untuk menentukan
starter unggul yang dapat direkomendasikan dalam meningkatkan
produktivitas pengolahan Yoghurt. Yoghurt merupakan proses fermentasi
susu oleh mikrobia bakteri asam laktat (SNI 7552: 2009). Yoghurt
mempunyai kelebihan untuk penderita lactose intolerance karena sebagian
laktosa susu telah diubah menjadi asam laktat, sedikit karbodioksida dan
alcohol
Syarat mutu yoghurt berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(SNI) 01-2981-1992, adalah sebagai berikut (Sumardikan, 2007):
Tabel 2. SyaratMutu Yoghurt (SNI 01-2981-1992)
No
.
KriteriaUji
Spesifikasi
1.
Keadaan
- Penampakan
- Bau
- Rasa
- Konsentrasi
2.
Lemak : % ; b/b
Maks. 3,8
3.
Maks. 8,2
4.
Protein: % ; b/b
Min. 3,5
5.
Abu
Maks. 1.0
6.
0,5 2,0
7.
Cemaran logam
- Timbal (Pb): mg/kg
- Tembaga (Cu) : mg/kg
- Seng (Zn) : mg/kg
- Timah (Sn) : mg/kg
- Raksa (Hg) : mg/kg
- Arsen (As) : mg/kg
8.
-Cairan kental
sampai semi padat
- Normal/khas
- Asam/khas
- Homogen
Maks.0,3
Maks. 20
Maks. 40
Maks. 40
Maks. 0,03
Maks. 0,1
Cemaran mikroba
Maks. 10
- Bakteri coliform
<3
- E.coli ; APM/g
Negatif / 100 gram
- Salmonella
Sumber: Standarisasi Nasional Indonesia (1992)
dengan yang lain akibatnya kestabilan protein susu akan pecah (Sudarwanto et al.,
2005).
Menurut Buckle et al (1987), uji alkohol bertujuan untuk memeriksa
dengan tepat tingkat keasaman susu. Susu yang mengandung keasaman 0,21%
akan terkoagulan dengan penambahan alkohol 70 % dengan demikian, apabila uji
alkohol menunjukan hasil positif dimana degan penambahan alkohol 70% susu
terkoagulan maka susu dalam keadaan tidak baik. Menurut Sudarwanto (2005)
susu terlihat positif pada penambahan 10 ml alkohol 70%, yang menandakan
kemungkinan susu yang positif pada uji alkohol dapat disebabkan oleh susu mulai
masam, terdapat kolustrum dan permulaan adanya mastitis.
Sedangkan pada percobaan tentang pengaruh penambahan buah nanas
terhadap protein susu digunakan dua perlakuan yang berbeda yaitu penambahan
buah nanas yang segar dan buah nanas yang sudah masak. Susu mengandung
rotein berupa kasein yang dapat mengalami penggumpalan. Penggumpalan susu
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan asam atau enzim
proteolitik, dan dipercepat dengan pemanasan. Salah satu bahan penggumpal
adalah whey taupun asam cuka. Selain itu terdapat penggumpal alami untuk susu
yaitu yang berasal dari ekstrak buah nanas(Sutrisno, 2003).
Susu mengandung protein berupa kasein yang dapat mengalami
penggumpalan. Penggumpalan susu dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antaralain dengan asam atau enzim proteolitik, dan dipercepat dengan pemanasan.
Salahsati bahan penggumpal adalah whey ataupun asam cuka. Selain itu
terdapatpenggumpal alami untuk susu yaitu yang berasal dari ekstrak
buah
penelitiannya tentang
ekstrak
nanas
tahu
susu
pembuatan
tahu
susu
menggunakan
sebuah
enzim
berbanding
lurus
karena
dengan konsentrasi
tingkatan
enzim.
dengan
zat
pada kuning telur adalahposfolipid, lipoprotein dan protein. Bagian kuning telur
yang menyebabkan dayapengemulsinya kuat adalah lesitin (fosfolipid) yang
berikatan
dengan
pada
emulsifier
kuat. Komponen
zat
kuat
adalah
lesitin
emulsi
mengandung 13,6 persen protein dan 8,2 persen lemak (Nugraha dan Mayun,
1986). Nilai gizi telur puyuh ini tidak kalah dengan nilai gizi telur ayam ras
yang mengandung 12,8 persen protein dan 11,5 persen lemak (Daftar
komposisi bahan makanan, 1989)
Tabel 1. Mutu Segar Telur Puyuh dan Telur Ayam Ras
Parameter Mutu
Telur Puyuh
0,792
0,736
11,237
65,823
12,670
0,084
0,092
0,499
0,489
haught unit
84,12
83,59
nilai z
3,170
0,902
(Syamsir, E.,dkk,1994)
Tabel 2. Perbandingan Sifat Fungsional Telur Puyuh dengan Telur Ayam
Ras
Sifat Fungsional
Telur Puyuh
657,00
904,4
64,03
65,17
92,51
94,48
55,8
64,5
53,0
63,5
72,8
75,8
73,3
75,0
(Syamsir, E.,dkk,1994).
paling tebal, bersifat keras dan kaku. Pada kerabang terdapat pori-pori
yang berfungsi untuk pertukaran gas.
dengan bentuk yang sama, yaitu bulat, panjang, atau lonjong (Suprijatna et
al., 2005). Pengamatan bentuk telur dilakukan dengan mengukur indeks
bentuk telur, yaitu perbandingan antara ukuran lebar atau diameter terbesar
dengan panjang dari telur utuh. Indeks bentuk telur yang ideal adalah
sebesar 0,74. Kriteria telur ayam kampung yang baik untuk ditetaskan
(hatching egg) yaitu bentuk telur normal dengan indeks 74%.
3. TELUR BEBEK
Telur itik merupakan salah satu sumber protein hewani yang
memiliki rasa yang
itik umumnya berukuran besar dan warna kerabang putih sampai hijau
kebiruan. Rata-rata bobot telur itik adalah 60--75 g (Resi, 2009).
Berdasarkan bobot telur, perbandingan antara ketiga komposisi adalah
12,0 % kerabang telur ; 52,6 % putih telur ; dan 35,4 % kuning telur
(Campbell dan Lasley, 1977).
Ketebalan kerabang telur itik yaitu 0,3--0,5 mm. Bagian kerabang
telur terdapat pori-pori sebanyak 7.000--15.000 buah yang digunakan
untuk pertukaran gas. Pori-pori tersebut sangat sempit, berukuran 0,036 x
0,031 mm dan 0,014 x 0,012 mm yang tersebar di seluruh permukaan
kerabang telur (Ramanoff dan Ramanoff, 1963)
Telur itik mengandung protein, kalori, dan lemak lebih tinggi
dibandingkan telur ayam Menurut Romanoff dan Romanoff (1963),
struktur fisik telur terdiri dari tiga bagian utama yaitu kerabang telur 11%,
putih telur (albumen) 57% dan kuning telur 32%.
Perbedaan warna
Telur dengan warna gelap lebih kuat dan tebal dibanding telur yang
berwarna terang (Joseph, dkk., 1999).
Hasil penelitian Kurniawan (1991) menunjukkan bahwa pH putih
telur itik pada umur satu hari berkisar antara 7,1--7,7 dan pada putih telur
itik yang telah disimpan selama 14 hari pada suhu ruang meningkat hingga
8,3--9,1. Bertambahnya umur simpan telur mengakibatkan tinggi lapisan
kental putih telur menjadi turun. Hal ini terjadi karena perubahan struktur
gelnya sehingga permukaan putih telur semakin meluas akibat
pengenceran yang terjadi dalam putih telur karena perubahan pH dari asam
menjadi basa dan penguapan CO2 (Dini, 1996).
Kenaikan pH pada putih telur akibat hilangnya CO2 yang lebih
lanjut mengakibatkan serabut-serabut ovomucin berbentuk jala akan rusak
dan pecah sehingga bagian cair dari putih telur menjadi encer dan tinggi
putih telur menjadi berkurang (Hintono, 1997) Kuning telur mempunyai
nilai pH 6,0 pada telur yang baru ditelurkan. Selama penyimpanan pH
kuning telur meningkat sampai nilai maksimal 6,4--6,9 tergantung dari
temperatur dan lama penyimpanan (Kurtini, dkk., 2011).
4. Telur Ayam Ras
Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani
yang populer dan sangat diminati oleh masyarakat.
Hampir seluruh
Albumen
terdiri atas lapisan encer luar (outer thin white), lapisan encer dalam (firm/
thick white), lapisan kental (inner thin white), dan lapisan kental dalam
(inner thick white). Chalazae yang membatasi albumen dan yolk. Yolk
terdiri atas membrane viteline, germinal disc,dan yolk sack (Buckle et al.,
2007).
Komposisi kerabang telur terdiri atas 98,2% kalsium, 0,9%
magnesium dan 0,9% fosfor (Stadelman dan Cotteril, 1973). Kerabang
telur dilindungi oleh lapisan kutikula luar dan membran kerabang dalam
(Yamamoto et al., 1996).
Kerusakkan
Tabel
2.5
Sifat
Fungsional
Protein
dalam
Sistem Pangan
Sumber: deMann (1997)
Sifat fungsional telur yang berperan dalam proses pengolahan pangan
adalah pembentuk dan penstabil buih, pemberi warna, pengental, pembentuk gel,
dan pengemulsi (Aini, 2009). Peran sifat fungsional protein pada telur tergantung
pada jenis produk yang akan dibuat. Sifat fungsional protein pada telur berperan
menentukan kualitas produk akhir dalam industri pangan. Peran telur dalam
sistem pangan dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Contoh produk
Sponge cake, meringues,
dan candy
Produk-produk panggang
(roti dan biskuit)
Puding
Mayones, cake, dan salad
dressing
Bakso
Nugget
Wine
kandungan ovomusin (bagian dari komponen putih telur). sifat fungsional telur
puyuh sama dengan telur ayam ras, kecuali daya busanya. Hal ini menunjukkan
bahwa untuk membuat kue, telur puyuh memiliki sama baiknya dengan telur
ayam. Rendahnya daya busa pada telur puyuh diduga pengaruh protein lisozym
dalam putih telur telur puyuh.protein lisozym berperan sebagai peningkatan
pembentukan busa , disamping melarutkan dinding sel bakteri. Kemudian dari
hasil penelitian Siregar (2012) lama penyimpanan telur ayam ras dapat
mengakibatkan meningkatnya daya buih hingga minggu ke-3, baik pada telur
yang tidak dipasteurisasi, pasteurisasi dengan menggunakan waterbath maupun
pasteurisasi dengan menggunakan inkubator. Daya buih tertinggi terdapat pada
metode pasteurisasi dengan menggunakan inkubator dengan lama penyimpanan 3
minggu.
3.Telur Sebagai Emulsifying
Emulsi adalah campuran antara dua jenis cairan yang secara normal tidak
dapat bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase pendispersi.
Kuning telur juga merupakan emulsi minyak dalam air.
Kuning telur
mengandung minyak yang bersifat surface active yaitu lesitin, kolesterol dan
lesitoprotein. Lesitin mendukung terbentuknya emulsi minyak dalam dalam air,
sedangkan kolesterol cenderung untuk membentuk emulsi air dalam minyak.
Penelitian Tan (2012) menunjukkan bahwa dibandingkan dengan telur yang tidak
dipasteurisasi,telur yang dipasteurisasi memiliki daya emulsi dan busa yang
lemah, tetapi memiliki kemampuan gel yang tinggi. Hal ini karena adanya
perubahan struktur protein selama pasteurisasi. Ditambahkan Siregar (2012)
Lama penyimpanan telur dapat menurunkan stabilitas emulsi dan stabilitas buih.
4.Telur Sebagai Contributing Nutrient
Nutrisi telur membantu dalam hal-hal berikut:
Fungsi otak: Kolin juga membantu fungsi otak orang dewasa dengan
mempertahankan struktur membran sel otak, dan merupakan komponen
kunci dari pemancar neuro-yang membantu menyampaikan pesan dari
3.2.2 Pengamatan PH
SusuBubuk Skim 5 ml
Penambahan 5 ml
alkohol 70%
Penggoyangan tabung
reaksi
Pengamatan
Tabung A 50ml
Tabung B 50ml
Menambahkan 10 ml
ekstrak nanas dengan
pemanasan
Penambahan 1 ml minyak
goreng
Pengamatan
Penambahan
1 ml kuning
telur (tabung
1)
Penambahan
1 ml putih
telur (tabung
2)
Penambahan
1 ml kuning
+ putih telur
Pengamatan
Clarifiying agent
Teh dan air mendidih
(100 ml)
Penambahan 5
ml putih telur
(tabung 1)
Penambahan 5
ml kuning telur
(tabung 2)
Penambahan
5 ml kuning
+putih telur
(tabung 3)
pengamatan
Pembentuk busa
Telur 2 butir
Pemecahan dan
penempatan dalam
wadah (sampel B)
Pengambilan putih
telur (sampel A)
Pengukuran volume
(Va1)
Pengukuran olume
(Vb2)
Perhitungan pembentukan
busa
Jenis Susu
Susu segar
Susu sterilisasi
(UHT)
Susu bubuk
skim
Susu kental
manis
Susu full
cream
Yoghurt
Susu rebus
Warna
Putih
kekuningan
Putih
kekuningan
Putih
kekuningan
Putih sedikit
kekuningan
Putih
kekuningan
Putih
kekuningan
Putih
kekuningan
Encer
Hambar
Amis
Sedikit
kental
Kental
Manis
Amis
Bau
masam
Amis
Kental
Manis dan
gurih
Asam
Encer
Gurih
Tabel 2. Pengukuran pH
Hasil
Pengamatan
Dengan
kertas pH
Dengan pH
meter
Sampel susu
Sk
KM
FC
St
7,1
6,7
8,7
7,7
4,3
7,4
Keterangan:
S
= Susu segar
St
= Susu sterilisasi (UHT)
KM
= Susu kental manis
FC
= Susu bubuk full cream
Sk
= Susu skim
Y
= Yoghurt
R
= Susu rebus
Tabel 3. Pengamatan Berat Jenis susu
Hasil
Pengamatan
Skala pada
Laktometer
St
1,027
1,0255
Sampel susu
Sk
KM
1,020
1,0285
FC
1,030
R
1,030
Sampel
Susu Segar
Tabung
Hasil Pengamatan
A
B
- Encer
- Warna putih kekuningan
- susu memadat
- warna putih
- sedikit asam (bau)
Encer
Warna kekuningan
Tidak ada lapisan bening di permukaan
Lebih kental
Warna lebih kuning
Terdapat lapisan bening
Lebih encer
Bau tetap
Warna lebih kunig
Lebih encer
Bau tetap
Warna lebih kuning
Terdapat sedikit gumpalan di permukaan
susu
Terdapat lebih banyak gumpalan
dipermukaan susu
Warna lebih putih
Warna lebih kuning
Yoghurt
A
B
Susu Full
Cream
A
B
Susu rebus
Susu UHT
A
B
Susu Bubuk
Skim
A
B
Susu Kental
Manis
Sampel
Susu Segar
Susu UHT
Hasil Pengamatan
-Terjadi gumpalan (+)
-Terbentuk 2 lapisan, bening, gumpalan dari susu
-Berwarna putih / tetap dan berbau alcohol
-Terjadi gumpalan (+)
-Alkahol dan susu terpisah
-Warna tetap
-Susu lebih hangat
-Ada endapan dibawah
-Tidak menggumpal (-)
-Berbau alkohol
-Tidak ada gumpalan (-)
-Lebih encer
-Warna lebih putih
-Berbau alcohol
-Agak hangat
-Tidak menggumpal (-)
-Terdapat gumpalan (+)
-Lapisan atas cair, Lapisan bawah menggumpal
-Ada gumpalan (+)
-Lebih encer
-Beraroma alkohol
-Warna putih alkohol
Warna
Keutuhan
Kebersihan
Ketebalan
cangkang
Telur
puyuh
12
gram
Utuh
Bersih
0,01 cm
Telur
bebek
60
gram
Utuh
0,43
cm
46
gram
Banya
kotoran
menempel
Ada
kotoran
menempel
0,04 cm
Telur
ayam
kampu
ng
Telur
ayam
ras
Telur
puyuh
Putih
bercak
hitam
Putih
kecokl
atan
Putih
kotor
0,04 cm
0,04
cm
68
gram
Coklat
Utuh
Bersih
0,06 cm
0,04
cm
12
gram
Utuh
Bersih
0,01 cm
0,04
cm
Telur
bebek
60
gram
Utuh
Kurang
bersih
0,06 cm
0,41
cm
Telur
ayam
kampu
ng
Telur
ayam
ras
46
gram
Putih
bercak
hitam
Putih
kecokl
atan
Putih
kotor
Utuh
Ada
kotoran
menempel
0,06 cm
0,05
cm
Coklat
Utuh
Bersih
0,01 cm
0,04
cm
60
gram
Utuh
Ukura
n
rongg
a
udara
0,02
cm
Kualitas eksternal
Sampel
Warna
kuning
telur
Kuning
Indeks
kuning
telur
0,28
Indeks
putih
telur
0,041
Telur
bebek
Kuning
keorangea
n
0,06
0,017
Telur
ayam
kampun
g
Kuning
keorangea
n
0,261
0,023
Telur
ayam ras
Kuning
cerah
0,583
0,0195
Telur
puyuh
Kuning
0,757
0,0226
Telur
bebek
Kuning
keorangea
n
0,011
0,0017
Telur
ayam
Kuning
keorangea
0,26
0,016
Telur
puyuh
Ph putih
telur
Ph
universal=
9
PH
meter=10,4
PH
universal=
9
PH
meter=10
PH
universal=
9
PH
meter=10,7
PH
universal=
9
PH
meter=10,7
PH
universal=
9
PH
meter=11,1
PH
universal=
9
PH
meter=10,4
PH
universal=
BJ
putih
telur
1,25
Haugh
unit
0,947
288,86
0,5
284,59
290,87
1,142
262,89
1,125
288,86
0,89
284,59
262,89
kampun
g
Telur
ayam ras
Kuning
cerah
0,31
0,013
9
PH
meter=10,2
PH
universal=
8
PH
meter=10,2
1,90
290,87
Keterangan
Sedikit minyakyang larut pada air
Banyak minyak yang terikat dengan kuning telur dan
ikut larut pada air
Minyak yang terlarut pada air tidak terlalu banyak
Clarifying agent
Sampel
Tabung 1
(Putih telur)
Tabung 2
(kuning telur)
Tabung 3
(kuning+putih
telur)
Keterangan
Sedikit daun teh yang menempel pada putih telur
Sedikit daun teh yang menempel pada kuning telur
Banyak daun teh yang menempel pada telur
Pembentuk busa
Sampel
V1
V2
% Pembentuk busa
Keterangan
13
29
123,08%
13,5
29,5
118,52%
Volume yang
dihasilkan sesudah
pengocokan lebih dari
2 lipat volume
sebelum pengocokan
Volume yang
dihasilkan sesudah
pengocokan lebih dari
2 lipat volume
sebelum pengocokan
Warna
Ukuran
Ketebalan
KeutuhanKebersihan
rongga
cangkang
udara
0,01cm
0,02 cm
Utuh
Banyak kotoran0,04 cm
menempel
0,43 cm
Telur
Putih
ayam
46 gram Kotor
kampung
Utuh
Ada kotoran
0,04 cm
menempel
0,04 cm
Telur
68 gram Coklat
ayam ras
Utuh
Bersih
0,06 cm
0,04 cm
Putih bercak
12 gram hitam
Utuh
Bersih
0,01 cm
0,04 cm
Telur
bebek
Telur
puyuh
Putih
kecoklatan
Bersih
Putih
Telur
60 gram kecoklatan
bebek
Telur
ayam
46 gram Putih
kampung
Kotor
Telur
60 gram Coklat
ayam ras
Utuh
0,41 cm
Utuh
Ada kotoran
0,06 cm
menempel
0,05 cm
Utuh
Bersih
0,04 cm
0,01 cm
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Skema Kerja Dan Fungsi Perlakuan
5.1.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan Susu
Pengamatan PH
Susu diambil sebanyak 5 ml dan dituangkan pada beaker glass. Susu
diukur pH nya menggunakan kertas pH universal dan pH meter. Untuk
pengukuran dengan kertas pH universal, kertas pH universal dicelupkan
pada susu kemudian angkat dan bandingkan warna kertas pH universal
dengan indicator warnanya. Sedangkan dengan menggunakan pH meter,
Ph meter dikalibrasi dulu dengan mencelupkannya pada air. Setelah pH
netral pH meter dicelupkan pada susu tunggu beberapa detik agar angka
pada pH meter berhenti kemudian catat hasilnya. Pengukuran pH ini
susu
menjadi
putih.
Karoten
dan
riboflavin
Sirajuddin, dkk.,
yang
diperoleh
susu
segar
tersebut
bahan
yang
mengalami
pengolan
akan
naik
(Anugraini.,dkk,2011).
Dari data susu kental manis yang diperoleh dari hasil pengamatan
pada praktikum. Susu kental manis tersebut merupakan susus kental manis
yang sudah termasuk standart susu kental manis yang sesuai dengan SNI.
Dari data hasil pengamatan susu kental manis warna putih kekuningan,
sedikit kental, berbau normal yaitu amis dan bercita rasa manis. Hal ini
sesuaidengan persyaratan SNI 01-2971-1998 tentang susu kental manis
bau dan rasa normal, warna putih sampai kekuningan serta konsistensi
kental dan homogen. Sedangkan untuk yoghurt hasil pengamatan yang
diperoleh yaitu warna putih kekuningan, bau masam, kental dan
mempunyai cita rasa masam hal ini dikarenakan yoghurt telah mengalami
proses pengolahan yaitu fermentasi. Menurut Winarno dan Fernandes
(2007), yoghurt merupakan produk olahan susu fermentasi yang
mengandung asam laktat, alkohol, karbondioksida, dan senyawa lain
sehingga cita rasa dan aroma yang dihasilkan oleh yoghurt masam yang
disebabkan proses fermentasi yang menghasilkan asam laktat.
5.2.2 Pengamatan Ph
Pengamatan pH pada praktikum ini menggunakan parameter kertas
pH universal dan alat pH meter. Susu yang di uji meliputi susu segar, susu
sterilisasi (UHT), susu bubuk skim, susu kental manis, susu full cream,
yoghurt dan susu rebus. Tujuan dari pengukura pH ini yaitu untuk
mengetahui kadar pH dari masing-masing susu sehingga dari pengukuran
pH tersebut dapat ditentukan apakah susu tersebut baik dikonsumsi atau
tidak. Dari hasil pengukuran pH yang diperoleh susu segar menghasilkan
tingkat pH 6 (kertas pH universal) dan pH 7 (pH meter). Antara kertas Ph
universal dan pH meter menghasilkan tingkat pH yang berbeda, hal in
dikarenakan tingkat ketelitian yang berbeda pada alat tersebut. Susu segar
mempunyai sifat ampoter, artinya dapat bersifat asam dan basa
sekaligus.Potensial ion hydrogen (pH) susu segar terletak antara 6.5 6.7 .
(Fitriyono A, 2010). Jika nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya
diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya
kolostrum ataupun pemburukan bakteri (Fitriyono A, 2010).
Susu sterilisasi (UHT) merupakan susu yang diolah menggunakan
pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat (135-145
derjat Celcius) selama 2-5 detik (Amanatidis, 2002). Susu sterilisasi
(UHT) dibuat dari susu cair segar yang diolah menggunakan pemanasan
dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang sangat singkat untuk
membunuh seluruh mikroba, sehingga memiliki mutu yang sangat baik.
Namun, citarasa susunya sudah tidak terlalu bagus karena telah melalui
proses pemanasan dengan suhu tinggi. Kelebihan proses ini tidak
menghilangkan kandungan nutrisi mikro seperti vitamin dan mineral
(Manik, 2006). Dari hasil pengamatan yang diperoleh susu UHT memiliki
nilai pH 6-6,7. Jika dibandingkan dengan susu segar, susu UHT memiliki
nilai rendah jika dibandingkan dengan susu segar. Hal ini dapat terjadi
pada susu UHT sebab susu UHT telah mengalami proses pengolahan
pemanasan dengan suhu tinggi. Penyimpanan/pengolahan susu pada suhu
yang lebih tinggi akan mempercepat penurunan pH susu (Rahman dkk.,
1992). Hal ini juga didukung dengan Buckle dkk. (1985) menyatakan
bahwa suhu adalah salah satu faktor lingkungan terpenting yang
mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan organisme. Suhu dapat
berbeda. Susu bubuk skim memiliki nilai pH 7-8 sedangkan susu full
cream memiliki nilai pH7-7,7 . Menurut literatur yangdiperoleh hal ini
merupakan penyimpangan sebab Ansori dkk. (1992) menyatakan bahwa
susu dengan kandungan lemak susu akan merangsang pertumbuhan bakteri
dan pembentukan asam dibandingkan dengan susu yang kandungan
lemaknya rendah. Hal ini disebabkan karena susu dengan kandungan
lemak tinggi mengandung lebih banyak laktosa, protein dan mineral.
5.2.3
3 jam
setelah air susu diperah. Penetapan lebih awal akan menunjukkan hasil
berat jenis yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi
lemak dan adanya gas yang timbul di dalam air susu. Sesuai dengan
pernyataan julmiati 2002, kenaikan bj susu disebabkan karena adanya
pelepasan CO2 dan N2 yang terdapat pada susu tersebut, karena sekitar
95% dari nitrogen pada susu berada dalam bentuk protein.
5.2.5 Pengamatan Enzim Terhadap Susu
Dari data pengamatan di atas Tabung A susu ditambahkan enzim
bromellin yang telah dipanaskan, sedangkan Tabung B susu yang
ditambahkan enzim bromellin yang tidak dipanaskan. Pada percobaan
terdapat perbedaan pada beberapa susu seperti susu full cream dan
yougrt .Warna susu tersebut setelah ditambahkan enzim bromellin yang
tidak dipanaskan, berubah menjadi kekuningan, hal ini karena pigmen
warna dari nanas bercampur dengan cairan susu, selain itu ada perubahan
rasa pada susu yang menjadi sedikit pahit akibat aktivitas enzim bromelin
nanas yang medegradasi protein susu (Ressang, 1998). Sedangkan pada
susu yang ditambahkan enzim bromellin yang dipanaskan, tidak
mengalami perubahan warna, hal ini di karenakan pigmen warna nanas
tidak berpengaruh pada warna susu, selain itu tidak terjadi perubahan rasa
akibat aktivitas enzim bromelin yang telah inaktif selama nanas
dipanaskan (Ressang, 1998).
Pada praktikum ini telah terjadi penyimpangan pada beberapa susu
seperti susu bubuk skim,susu kental manis,susu rebus, dan susu segar. Hal
ini disebabkan karena susu telah terjadi kerusakan pada sehingga warna
yang dihasilkan tidak terjadi perubahan sebelum dan sesudah penambahan
ekstrak nanas. Untuk susu kental manis setelah penambahan ekstrak nanas
yang sudah dipanaskan terjadi pengumpalan karena ekstrak nanas masih
bersifat panas sehingga terjadi denaturasi protein yang menyebabkan susu
menjadi menggumpal. Sedangkan pada susu rebus mengalami koagulan
karena pada awalnya susu ini sudah mengalami pemanasan sehingga dapt
terjadi
penggumpalan
setelah
penambahan
ektrak
nanas.
Dari
emulsi
biasanya
ditambahkan
emulsifier.
Menurut
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa:
1.
2.
tergantung dari komposisi yang ada di dalam jenis susu tidak sama.
pH pada setiap susu memiliki perbedaan baik yang diukur
mengunakan PH meter maupu pH univesal. pH susu memiliki kisara
4-7 untuk yang mengunakan pH universal sedangkal untuk yang
3.
4.
5.
6.
7.
yang digunakan.
Telur memiliki sifat sebagai daya buih, sebagai penjernih, sebagai
8.
9.
putih telur.
Komponen telur yang berfugsi sebagai pengemulsi terdapat pada
bagian kuning telur.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
AAK.1995. Petunjuk Praktis Berternak Sapi Perah. Cetakan ke6.yogyakarta.
kanisius
Aini, N. 2009. Lebih Jauh Tentang Sifat Fungsional Telur.
http://kulinologi.biz/index.php. diakses 29 april 2016-05-03
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1995. SNI 01-3951-1995 Susu
Pasteurisasi.BSN: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1995. SNI 3950-2014 Susu UHT.
BSN:Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1998. SNI 01-2971-1998 Susu Kental
Manis. BSN: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2006. SNI 01-2970-2006 Susu Bubuk.
BSN:Jakarta
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2011. SNI 3141.1:2011 Susu Segar-Bagian
1:Sapi. BSN: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). SNI susu.
http://sisni.bsn.go.id/index.php/sni_main/sni/detail_sni/11914 diakses 30
april 2016
Buckle,et,.al. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan Hari Purnomo Dan Adiono.
Universitas Indonesia Press,Jakarta.
Brown, judith E. Et.al. 2005. Nutrition trough the life cycle. (2nd ed) wadsworth.
USA
Buckle. K.A at al.2009. ilmu pangan . jakarta: UI press
Bell, D. D., and W. D. Weaver. 2002. Comercial Chicken Meat and Egg
Production. 5th Edition. Springer Science and Business Media, Inc, New
York
Cindy, rook. 2008. Milk Pasteurization Guarding Aginst Disease. Medical
State University Extension Journal.
Cherry, J. P. and K. H. Mc. Watters. 1981. Whippability and Aeration. Dalam : J.
P. Cherry. Protein Fuctionality in Foods. American Chemical Society,
Washington, D. C
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. (2005). Daftar
Komposisi Bahan Makanan: Jakarta
Morr, C.V. Lee, S.Y, & Seo, A . 1990 . Comparison of Milk-Based and Soymilk
Based Yogurt . Journal Food Science Vol 55 : 532 536.
Nugraha dan Mayun. 1986. Beternak Burung Puyuh. Semarang : Eka Offset.
PUNC, I.D. and J.C. OLSON. 1984. Comparison between standard methods
procedure and surface plate method for estimating psychrophylic bacteria
in milk. J. Milk Food Tech. 37(2):101-103
Ramanof, A.I and A. J Ramanoff.1963. The Avian Egg. John Wiey and Sons inc.
New York. Campbell, J.R and J.F Lasley. 1997. The Science of Animal
that Serve Menkind Tata Mc Graw Hill. New Delhi.
Resi, K. 2009. Pengaruh Sistem Pemberian Pakan yang Mengandung Duckweed
terhadap Produksi Telur Itik Lokal. Mataram : Fakultas Peternakan
Universitas Mataram.
Scahaible. 1970. Didalam Nugraha dan Mayun. 1986. Beternak Burung Puyuh.
Semarang : Eka Offset.
Sudaryani, T., 2006. Kualitas Telur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Stadelman, W. F. dan O. J. Cotterill. 1995. Egg Science and Technology. 4 th
Edition. Food Products Press., An Imprint of the Haworth Press, Inc., New
York.
Syamsir, E.,dkk. 1994. Studi Komparatif Sifat Mutu dan Fungsional Telur Puyuh
dan Telur Ayam Ras.Buletin Teknologi dan Industri Pangan Vol. 5 no. 3
Stanley J.K. 2008. Determining the Bacterial Content of Milk.
http://ScienceProject.com . diakses 30 mei 2016
Syamsir, E.,dkk. 1994. Studi Komparatif Sifat Mutu dan Fungsional Telur Puyuh
dan Telur Ayam Ras.Buletin Teknologi dan Industri Pangan Vol. 5 no. 3.
Tan, T. C., Kanyarat, K. and Azhar, M. E. 2012. Evaluation Of Functional
Properties Of Egg White
Obtained From Pasteurized Shell Egg As
Ingredient In Angel Food Cake. International Food Research
Journal
19(1): 303-308.
Toha, A. 1992. Biokimia. Alfabeta: Surabaya.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Winarno, F.D 1980. Bakteri basam laktat dan manfaatnya sebagai pengawt
makanan. Jural litbang pertanian. XVI:19-20
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen.Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Yamamoto et al.1996. Hen eggs. New york.CRC Press
Yuniwati, M., Yusran., dan Rahmadany. 2008. Pemanfaatan Enzim Papain
Sebagai Penggumpal dalam Pembuatan Keju. Jurnal Sains dan Teknologi.
3:129-130
Yusmarini, Adnan M. & Hadiwiyoto S.. 1998. Perubahan Oligosakarida pada
Susu Kedelai dalam Proses Pembuatan Yogurt. Berkala Penelitian Pasca
Sarjana(BPPS). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.