Anda di halaman 1dari 9

LATAR BELAKANG

A. SEJARAH
Biji kopi adalah biji dari tumbuhan kopi dan merupakan sumber dari
minuman kopi. Warna bijinya adalah putih dan sebagian besar berupa endosperma. Setiap
buah umumnya memiliki dua biji. Buah yang hanya mengandung satu biji disebut
dengan peaberry dan dipercaya memiliki rasa yang lebih baik. Dua varietas yang paling
banyak dibudidayakan yaitu kopi arabika (75%) dan kopi robusta (20%). Kopi arabika
mengandung sekitar 0.8-1.4 persen kafein, sedangkan kopi robusta 1.7-4% kafein. Kopi
merupakan salah satu tanaman perkebunan dan komoditas ekspor utama dari setengah
negara berkembang di dunia. Pohon kopi dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 10 meter.
Tumbuhan kopi umumnya ditanam dengan jarak antara pohon sekitar dua meter. Kopi
arabika dan robusta masing-masing memiliki kebutuhan lingkungan yang berbeda; kopi
arabika mengutamakan termperatur yang lebih dingin dan kopi robusta membutuhkan
temperatur yang lebih hangat. Seperti halnya tumbuhan berbuah lainnya, kopi
membutuhkan musim kering dan matahari yang cukup banyak ketika mulai berbuah.
Ketika buah mulai matang, umumnya dipetik dengan tangan dan dibutuhkan ketelatenan
petani dalam memilih buah yang benar-benar matang. Selain pemetikan secara selektif,
metode lain yaitu petani memetik seluruh buah pada satu cabang, baik buah yang matang
maupun tidak, untuk kemudian diseleksi di tempat pengolahan. Di fasilitas pengolahan
kopi, buah kopi melalui proses pemisahan daging buah dari bijinya, lalu direndam dalam
air selama dua hari untuk melarutkan sisa daging buah dan pulp yang mungkin masih
menempel pada biji. Selain menggunakan metode perendaman, biji kopi juga dapat
dijemur di bawah sinar matahari hingga kering untuk memisahkan daging buah dan
bijinya.
Cokelat dihasilkan dari kakao (Theobroma cacao) yang diperkirakan mula-mula tumbuh
di daerah Amazon utara sampai ke Amerika Tengah. Mungkin sampai ke Chiapas, bagian paling
selatan Meksiko. Orang-orang Olmec memanfaatkan pohon dan, mungkin juga, membuat
cokelat di sepanjang pantai teluk di selatan Meksiko. Dokumentasi paling awal tentang cokelat
ditemukan pada penggunaannya di sebuah situs pengolahan cokelat di Puerto
Escondido, Honduras sekitar 1100 -1400 tahun SM [2]. Residu yang diperoleh dari tangki-tangki
pengolahan ini mengindikasikan bahwa awalnya penggunaan kakao tidak diperuntukkan untuk
membuat minuman saja, namun selput putih yang terdapat pada biji kokoa lebih condong
digunakan sebagai sumber gula untuk minuman beralkohol. Residu cokelat yang ditemukan pada
tembikar yang digunakan oleh suku Maya kuno di Ro Azul, Guatemala Utara, menunjukkan
bahwa Suku Maya meminum cokelat di sekitar tahun 400 SM. Peradaban pertama yang
mendiami daerah Meso-Amerika itu mengenal pohon kakawa yang buahnya dikonsumsi
sebagai minuman xocoltl yang berarti minuman pahit. Menurut mereka, minuman ini perlu

dikonsumsi setiap hari, entah untuk alasan apa. Namun, tampaknya cokelat juga menjadi simbol
kemakmuran. Cara menyajikannya pun tak sembarangan. Dengan memegang wadah cairan ini
setinggi dada dan menuangkan ke wadah lain di tanah, penyaji yang ahli dapat membuat busa
tebal, bagian yang membuat minuman itu begitu bernilai. Busa ini sebenarnya dihasilkan
oleh lemak kokoa (cocoa butter) namun kadang-kadang ditambahkan juga busa tambahan. Orang
Meso-Amerika tampaknya memiliki kebiasaan penting minum dan makan bubur yang
mengandung cokelat.
Biji dari pohon kakao ini sendiri sangat pahit dan harus difermentasi agar rasanya dapat
diperolah. Setelah dipanggang dan dibubukkan hasilnya adalah cokelat atau kokoa. Diperkirakan
kebiasaan minum cokelat suku Maya dimulai sekitar tahun 450 SM - 500 SM. Konon, konsumsi
cokelat dianggap sebagai simbol status penting pada masa itu. Suku Maya mengonsumsi cokelat
dalam bentuk cairan berbuih ditaburi lada merah, vanila, atau rempah-rempah lain. Minuman
Xocoatl juga dipercaya sebagai pencegah lelah, sebuah kepercayaan yang mungkin disebabkan
dari kandungan theobromin di dalamnya. Ketika peradaban Maya klasik runtuh (sekitar tahun
900) dan digantikan oleh bangsa Toltec, biji kokoa menjadi komoditas utama Meso-Amerika.
Pada masa Kerajaan Aztecberkuasa (sampai sekitar tahun 1500 SM) daerah yang meliputi
Kota Meksiko saat ini dikenal sebagai daerah Meso-Amerika yang paling kaya akan biji kokoa.
Bagi suku Aztec biji kokoa merupakan makanan para dewa (theobroma, dari bahasa Yunani).
Biasanya biji kokoa digunakan dalam upacara-upacara keagamaan dan sebagai hadiah. Cokelat
juga menjadi barang mewah pada masa Kolombia-Meso Amerika, dalam kebudayaan mereka
yaitu suku Maya, Toltec, dan Aztec biji kakao (cacao bean) sering digunakan sebagai mata
uang [3]. Sebagai contoh suku Indian Aztec menggunakan sistem perhitungan dimana satu ayam
turki seharga seratus biji kokoa dan satu buah alpukat seharga tiga biji kokoa.

B. TENTANG KAFEIN
Konsumsi global kafein telah diperkirakan 120.000 ton per tahun, sehingga zat psikoaktif
paling populer di dunia. Jumlah ini setara dengan satu porsi minuman kafein bagi setiap orang,
per hari. Kafein adalah sistem saraf pusat dan stimulan metabolik, dan digunakan baik
recreationally dan medis untuk mengurangi kelelahan fisik dan mengembalikan kewaspadaan
mental saat kelemahan yang tidak biasa atau mengantuk terjadi. Turunan methylxanthine kafein
dan lainnya juga digunakan pada bayi yang baru lahir untuk mengobati apnea dan denyut jantung
tidak teratur yang benar. Kafein merangsang sistem saraf pusat pertama di tingkat yang lebih
tinggi, sehingga kewaspadaan meningkat dan terjaga, aliran lebih cepat dan lebih jelas
pemikiran, meningkatkan fokus, dan koordinasi tubuh yang lebih baik umum, dan kemudian
pada tingkat sumsum tulang belakang pada dosis yang lebih tinggi. Hal ini dihilangkan dengan
kinetika orde pertama. Kafein juga dapat tertelan rektal, dibuktikan dengan perumusan
supositoria dari ergotamine tartrat dan kafein (untuk menghilangkan migrain) dan chlorobutanol
dan kafein (untuk pengobatan gravidarum).
Waktu paruh kafein-waktu yang diperlukan untuk tubuh untuk menghilangkan satusetengah dari jumlah kafein - sangat bervariasi antar individu berdasarkan faktor-faktor seperti
usia, fungsi hati, kehamilan, beberapa obat bersamaan, dan tingkat enzim dalam hati yang
dibutuhkan untuk metabolisme kafein. Pada orang dewasa sehat, yang kafein paruh sekitar 4,9
jam. Pada wanita menggunakan kontrasepsi oral, ini meningkat menjadi jam 5-10, dan pada
wanita hamil waktu paruhnya adalah sekitar 9-11 jam. Kafein dapat berakumulasi pada individu
dengan penyakit hati yang berat, meningkatkan paruhnya hingga 96 jam. Pada bayi dan anakanak muda, paruh dapat lebih lama dibandingkan orang dewasa; paruh pada bayi baru lahir dapat
selama 30 jam. Faktor-faktor lain seperti merokok dapat mempersingkat itu paruh kafein.
Fluvoxamine mengurangi clearance kafein 91,3%, dan lama eliminasi paruhnya dengan 11,4 kali
lipat (dari 4,9 jam menjadi 56 jam).
Kafein dimetabolisme di hati oleh sistem enzim sitokrom P450 oksidase (untuk lebih
spesifik, yang isozim 1A2) menjadi tiga dimethylxanthines metabolik, yang masing-masing
memiliki efek sendiri pada tubuh:
1. Paraxanthine (84%): Apakah efek lipolisis meningkat, yang mengarah ke gliserol tinggi
dan kadar asam lemak bebas dalam plasma darah.
2. Theobromine (12%): Dilatasi pembuluh darah dan volume urin meningkat. Theobromine
juga merupakan alkaloid utama dalam biji kakao, dan karena itu coklat.
3. Teofilin (4%): melemaskan otot-otot polos dari bronki, dan digunakan untuk mengobati
asma. Dosis terapi teofilin, bagaimanapun, adalah kali lebih besar dari tingkat diperoleh dari
metabolisme kafein.

C. ALAT DAN BAHAN


C.1. Materials
1. Alat
a. Gelas ukur
b. Gelas kimia
c. Batang pengaduk
d. Hot plate
e. Spatula
f. Kertas saring
g. Statif dan ring
h. Waterbath
i. Neraca Ohauss
j. Corong pisah
k. Corong gelas
l. Termometer
m. Pipa kapiler
n. Penangas minyak
2. Bahan
a. Biji Kopi
b. Dikloro metan
c. Na2CO3
d. air
e. biji cokelat
f. 10 gram coklat bubuk
g. petroleum eter (PE)
h.methanol
i.kloroform
j.kertas whatman 44

D. CARA KERJA
CARA KERJA ISOLASI KOPI
1. Dicampurkan 20 gram biji kopi yang telah dihaluskan dengan 5 gram Na2CO3 dan 200ml air
2. Larutkan campuran dengan menggunakan hot plate
3. Dinginkan larutan pada suhu ruangan
4. Saring larutan dengan kertas saring
5. Ambil filtrate masukkan dalam corong pisah
6. Tambahkan 30ml diklorometan
7. Kocok selama 30menit
8. Terbentuk 2 fasa. Ambil 15 ml larutan di bagian bawah corong pisah
9. Panaskan larutan pada waterbath hingga terbentuk kristal
10. Keringkan kristal pada suhu ruangan selama 1 hari
11. Uji titik leleh Kristal
CARA KERJA ISOLASI COKLAT
1.0,2 gram coklat bubuk yang telah diekstraksi ditambahkan dengan 40 mL air
2.direbus selama 30 menit
3.Kemudian disaring dengan whatman 44
4.dimasukkan dalam labu takar 50 mL, sampai tanda batas dan
5.disaring dengan whatman 44

E, HASIL PENGAMATAN
E.1. BIJI KOPI
Pada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan isolasi kafein dari biji kopi dan
menentukan titik leleh kafein yang terbentuk. Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang
banyak terdapat dalam biji kopi, daun teh, dan biji coklat. Pada percobaan ini digunakan biji kopi
sebagai bahan dasarnya. Biji kopi yang telah di haluskan di tambahkan Na2CO3 dan air
kemudian di kocok dan dipanaskan di atas hot plate. Pemanasan ini dilakukan karena kelarutan
kafein yang semakin meningkat seiring bartambahnya suhu. Kemudian larutan di saring untuk
memisahkan endapan kasar dari sisa- sisa biji kopi yang tidak dapat larut. Proses selanjutnya
adalah ekstraksi filtrate dari hasil penyaringan. Filtrate tersebut ditambahkan 30ml diklorometan.
Karena kafein merupakan senyawa organic, maka digunakan diklorometana untuk mengekstraksi
kafein dari air. Karena kafein akan lebih larut dalam diklorometana dibandingkan dengan air.
Namun, pada proses ini tannin yang terdapat dalam biji kopi juga larut dalam diklorometan.
Inilah fungsi penambahan Na2CO3 di awal pencampuran yaitu untuk memisahkan kafein dengan
tannin. Karena tanin merupakan senyawa fenolik yang cukup asam, maka akan terjadi reaksi
antara tannin dan Na2CO3 dimana produk yang terbentuk akan lebih larut dalam air, sehingga
hanya kafein yang terlarut dalam diklorometan. Proses ektraksi dilakukan dengan menggunakan
corong pisah dan mengocok campuran dalam corong pisah selama 30 menit. Setelah pengocokan
terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas adalah fasa air dan lapisan bawah adalah fasa organic. Lapisan
bawah yang merupakan fasa organic yaitu larutan kafein dalam diklormetan di ambil dan
dipanaskan menggunakan waterbath, yang bertujuan untuk memisahkan diklorometan yang
memiliki titik didih lebih rendah di bandingkan kafein sehingga diklorometan akan menguap dan
akan terbentuk endapan yang merupakan Kristal kafein. Endapan di keringkan pada suhu ruang
selama 1 hari. Kemudian dilakukan uji titik leleh endapan yang terbentuk. Dan berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan di dapatkan titik leleh kafein yaitu 163C.
E.2. BIJI COKLAT
Kafein merupakan senyawa alkaloid yang terdapat dalam tanaman coklat. Senyawa
senyawa tersebut tersimpan dalam biji coklat. Analisis terhadap kafein dilakukan dengan
menggunakan HPLC. Untuk menganalisis senyawa golongan alkaloid ini, maka digunakan
sampel coklat bubuk yang telah bebas dari lemak. Hal ini dilakukan karena keberadaan lemak
akan mengganggu analisis teobromin dan kafein dengan HPLC. Sebelum dianalisis dengan
HPLC maka sampel diberi perlakuan awal. Perlakuan awal yang diberikan adalah Ekstraksi Fasa
Padat atau yang lebih dikenal dengan Solid Phase Extraction (SPE). Teknik SPE digunakan
sebagai perlakuan awal terhadap sampel coklat bubuk atau untuk clean up terhadap sampel
yang masih mengandung pengotor. Clean up dilakukan untuk menghilangkan pengotor
pengotor yang masih terdapat dalam sampel yang akan dianalisis. Pada proses clean up kali ini

analit yang akan dianalisis akan tertahan pada penjerap yang digunakan (pada percobaan ini
penjerap yang digunakan adalah C 18), sedangkan pengotor pengotornya akan terelusi. Analit
akan tertahan pada penjerap karena analit dan penjerap sama sama bersifat nonpolar.
Selanjutnya analit yang tertahan pada penjerap akan dielusi oleh sebagian kecil pelarut organik.
Tahap pertama menggunakan SPE adalah mengkondisikan penjerap C 18 dengan pelarut metanol
dan air. Pengkondisian ini dilakukan untuk membasahi permukaan penjerap dan untuk
menciptakan pH yang sama, sehingga perubahan perubahan kimia yang tidak diharapkan
ketika sampel dimasukkan dapat dihindari. Selanjutnya larutan sampel dilewatkan ke penjerap,
maka analit yang diharapkan akan tertahan, sedangkan pengotor pengotornya akan terelusi.
Kemudian kolom (penjerap) dicuci dengan akuades untuk menghilangkan seluruh komponen
yang tidak tertahan oleh penjerap. Tahap terakhir adalah elusi kafein dari kolom dengan
kloroform. Pada tahap ini analit yang diharapkan yaitu kafein akan terelusi kedalam kloroform.
Kemudian kloroform diuapkan dengan pengangas air. Setelah seluruh kloroform habis teruapkan
maka yang tersisa adalah residu bewarna putih. Residu bewarna putih itu adalah teobromin dan L
nya kafein. Residu ini dilarutkan dalam 3 mL air dan sebayak 20 dianalis dengan HPLC.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kafein dapat di ekstraksi dari biji kopi menggukan teknik ekstraksi pelarut
2. Kafein akan semakin larut dalam air pada suhu tinggi
3. Digunakan diklorometana untuk mengekstraksi kafein dari air, Karena kafein merupakan
senyawa organic, maka kafein akan lebih larut dalam diklorometana dibandingkan dengan air.
4. fungsi penambahan Na2CO3 di awal pencampuran yaitu untuk memisahkan kafein dengan
tannin.
5. Setelah pengocokan terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas adalah fasa air dan lapisan bawah adalah
fasa organic.
6. Pemanasan dilakukan untuk memisahkan diklorometan yang memiliki titik didih lebih rendah
di bandingkan kafein sehingga diklorometan akan menguap
7. Titik leleh kafein yang terbentuk yaitu 163C.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.Analisis terhadap kafein dilakukan dengan menggunakan HPLC
2.Teknik SPE digunakan sebagai perlakuan awal terhadap sampel coklat bubuk atau untuk clean
up terhadap sampel yang masih mengandung pengotor
3.Clean up dilakukan untuk menghilangkan pengotor pengotor yang masih terdapat dalam
sampel yang akan dianalisis
4.Analit akan tertahan pada penjerap karena analit dan penjerap sama sama bersifat nonpolar
5.Tahap terakhir adalah elusi kafein dari kolom dengan kloroform

REFERENSI
Mulyani, Sri & Hendrawan. KIMIA FISIKA II. Bandung: UPI.
Underwood,A.L. dan R.A.Day,JR. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keenam. Jakarta:
Erlangga.
Nugraha, Yuda Prasetya. 2009. Ekstraksi: Isolasi Kafein dari Teh dan Uji Alkaloid.
https://yudapedia.files.wordpress.com/2009/10/ekstraksi-isolasi-kafeindanuji-alkaloid.pdf . (diakses pada 5 Juni 2014. Pukul : 23.00 WIB)
Maramis, Rialita Kesia dkk. 2013. ANALISIS KAFEIN DALAM KOPI BUBUK DI KOTA
MANADO MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/download/3100/26
44 . (diakses pada 5 Juni 2014. Pukul : 23.15 WIB)
Yosea. 2014. Isosali biji coklat dengan menggunakan teknik HPLC. Jakarta: SEKOLAH
TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI KEMENPERIN RI

Anda mungkin juga menyukai