Anda di halaman 1dari 6

Kebersamaan adalah wujud tindakan sosial yang menggembirakan bagi

semua pihak yang terlihat. Kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama akan
memberikan nilai tambah apabila dibanding dilakukan seorang diri. Kebersamaan
yang positif membantu individu untuk membangun diri menjadi lebih baik karena
ada kepedulian, ada kasih sayang, dan ada penghormatan. Kebersamaan juga
mengajarkan cara berbagi, saling memberi dan menerima. Siswa mengerjakan
tugas secara berkelompok, klub basket dimenangkan oleh kelompok, jajan di
kantin akan tambah meriah apabila dilakukan bersama-sama dan mengerjakan
bersama tugas piket di kelas adalah beberapa contoh dari sekian banyak kegiatan
yang dapat dilakukan dalam sebuah kebersamaan yang positif. Siswa dapat belajar
cara berada dalam lingkungan sosial melalui aktivitasnya selama di sekolah.
Namun, sebagai sebuah miniatur kehidupan bermasyarakat, tidak dapat dipungkiri
bahwa kehidupan di sekolah pun memiliki dua sisi layaknya kehidupan nyata
dalam masyarakat. Ada sisi positif yang dapat dibanggakan dan ada juga sisi
negatif yang perlu pembenahan. Hubungan antarmanusia dalam suatu lingkungan
sosial seperti sekolah belakangan ini mengalami degradasi makna. Bukan lagi
hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, tetapi hubungan yang justru
mencari untung untuk dirinya sendiri. Kepekaan sosial mulai berkurang demikian
juga kepedulian sesama. Kegiatan yang dilakukan bersama malah banyak yang
menjurus pada awal mula kenakaln remaja. Siswa saling memperolok, membuat
geng atau kelompok-kelompok kecil di sekolah yang mulai mencoba-coba
tindakan kegatif seperti merokok, bahkan ada yang sampai melakukan
penganiayaan kepada sesama teman. Aktivitas negatif tersebut dipicu oleh hal-hal
yang mungkin saja sederhana, tetapi karena kurangnya kepekaan dan kepedulian
sosial, efek yang dihasilkan jauh lebih mengerikan. Sosiologi bukan lagi sebatas
ilmu tentang kemasyarakatan, tetapi sosiologi perlu juga mengajarkan bagaimana
membentuk suatu kelompok masyarakat yang beradab termasuk di dalamnya
kelompok masyarakat di sekolah. Selain pembelajaran di kelas, mata pelajaran
sosiologi sangat perlu melakukan pembelajaran langsung di lapangan untuk
melihat realitas masyarakat majemuk yang hadir di dunia para siswa. Di mulai
melihat realitas kehidupan di sekolah, para siswa perlu diajak untuk bisa saling

peduli satu sama lain melalui kegiatan bersama seperti bakti sosial dari siswa
untuk siswa. Ajak mereka untuk merancang acara, mengumpulkan data kebutuhan
siswa, dan membagikannya kepada yang butuh. Bakti sosial tidak harus dengan
memberikan barang atau materi. Bakti sosial dapat dilakukan dengan membentuk
kelompok-kelompok belajar di luar pelajaran. Berbagi ilmu dengan teman sebaya
untuk meningkatkan pemahaman. Selain memupuk kepedulian dan kebersamaan,
belajar dengan teman sebaya bisa menjadi sarana untuk mengoptimalkan prestasi
belajar. Memanfaatkan kapasitas pribadi untuk melejitkan prestasi, akan
membantu para siswa berhasil di kemudian hari dalam kehidupan masyakarat
majemuk sebenarnya.
Manusia sebagai makhluk sosial sangat dipengaruhi oleh lingkungan
tempat tinggal mereka, dengan kata lain lingkungan yang baik akan memberi
dampak positif pada prilaku manusia. Tetapi sebaliknya apabila lingkungan yang
kurang baik maka akan berpengaruh kurang baik pula terhadap prilaku
manusianya. Berkaitan dengan hal tersebut apabila diaplikasikan dalam proses
belajar mengajar di sekolah, peserta diarahkan ke suasana demokrasi agar potensi
siswa dapat berkembang dengan baik.
Menurut Dewey dan Thelan dalam Trianto, (2007:45) sekolah
dipandang sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku demokrasi.
Suasana demokrasi yaitu suasana yang memungkinkan untuk tumbuhkembangnya
potensi-potensi siswa yang positif dan bermanfaat bagi pembangunan bangsa,
seperti halnya mengembangkan kreativitas siswa, mengembangkan kemampuan
berfikir, dan mengembangkan ketrampilan berinteraksi dengan lingkungan.
Hal ini dalam pembelajaran di sekolah sangat cocok dengan

untuk

bekerjasama perlu adanya hubungan yang baik walaupun mereka memiliki latar
belakang yang berbeda Perbedaan di sini bisa karena jenis kelamin laki-laki atau
perempuan, faktor kemampuan pandai atau kurang pandai, faktor lingkungan
keluarga, agama, suku adat budaya dan yang lainnya. Perbedaan ini, di kelas pun
ada dan ini sangat terlihat jelas antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok
siswa perempuan dan ada juga siswa yang mau berbaur dengan teman sesama

jenisnya ada juga yang tidak, Menurut peneliti jika perbedaan-perbedaan ini
dibiarkan maka akan terjadi pengelompokan-pengelompokan yang kurang positif
dan dikhawatirkan akan lahir prilaku-prilaku yang kurang baik.
Di dalam pembelajaran ini guru hanya sebagai fasilitator saja atau
memberi arahan-arahan apabila ada sesuatu yang belum dipahami oleh siswa.
Guru mengupayakan agar siswa lebih kreatif dan lebih mengenal teman
sekelompoknya atau teman sekelasnya.
Bagi siswa lingkungan sekolah bukan hanya tempat menuntut ilmu tetapi
juga tempat belajar berinteraksi dengan lingkungan terutama lingkungan
sosialnya, seperti belajar bergaul dengan teman sebayanya, belajar bekerjasama,
dan belajar memberi bantuan kepada temannya yang sedang kesusahan.

Pentingnya Menumbuhkan Kesadaran Diri Pada Siswa


Menyikapi perubahan-perubahan kultur yang terjadi pada masyarakat kita
dewasa ini, umumnya masyarakat Indonesia dan khususnya kalangan remaja yang
masih pada tingkat usia sekolah, para pendidik mempunyai tanggung jawab yang
lebih besar dan lebih berat dalam membantu membentuk pribadi siswa menjadi
pribadi yang insan kamil. Pribadi insan kamil adalah pribadi unggulan, pribadi
yang sempurna. Kesempurnaan moral yang bersih dari segala bentuk kemaksiatan
yang terlahir dari kesadaran diri akan pengetahuan yang sempurna tentang Allah,
menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup untuk bekal masa depan,
tidak hanya di dunia tapi sampai ke akhirat. Perubahan-perubahan kultur yang
terjadi ini mungkin salah satunya disebabkan oleh kemajuan teknologi. Walaupun
tidak dipungkiri, dengan adanya kemajuan teknologi kita banyak sekali merasakan
manfaatnya tetapi harus kita waspadai pula akibat-akibat negatif yang
ditimbulkannya. Teknologi internet diantaranya. Salah satu hal yang mesti
dilakukan para pendidik dalam membentuk pribadi insan kamil adalah dengan
menumbuhkan kesadaran diri siswa.
Kesadaran diri adalah kesadaran akan keberadaan dirinya, siapa dirinya,
dari mana dia berasal, apa kelebihan dan kekurangan dirinya, apa tujuan hidupnya

sampai pada tingkat untuk apa Tuhan menciptakan dirinya (manusia). Manusia
diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam
Q.S. Adz Dzaariyaat (51) : 56 yang artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah KuSiswa atau siapapun yang
memiliki kesadaran diri, dia akan mengenal dirinya sendiri, kemudian dapat
menemukan potensi dirinya dan mengembangkan potensi itu untuk memperbaiki
keadaan dirinya dan mengubah jalan hidupnya menuju ke arah yang lebih baik.
Dia akan terus berusaha agar bisa berdiri di atas kakinya sendiri, akan dapat
menyelesaikan problematika hidupnya dengan cara bijak dan dewasa, akan tahan
terhadap segala rintangan dan cobaan yang menerpanya. Dia juga akan memiliki
tingkat percaya diri yang tinggi dan mampu terus memotivasi dirinya untuk tidak
kenal lelah berusaha dan berjuang untuk mencapai cita-citanya.Proses pengenalan
diri ini merupakan proses yang cukup panjang, maka dari itu kita sebagai pendidik
sangat berperan membantu para siswa untuk menumbuhkan kesadaran diri
tersebut. Kesadaran diri ini bukan berarti membelenggu diri kita, menghambat
kreativitas atau mungkin pembunuhan karakter. Kesadaran diri justru akan
menjadi pijakan kita untuk meraih hal yang lebih baik. Pijakan yang kita buat
adalah pijakan yang kokoh dan kuat, sebab kalau kita berpijak pada pijakan yang
rapuh (berasal dari kepura-puraan) akan membuat kita jatuh dan kita akan
mengalami kehancuran.
Pada dasarnya semua manusia akan cenderung kepada kebaikan, hanya
kita sering tidak mendengarkan hati nurani kita sendiri, kita abaikan seruan hati
nurani dengan membuat pembenaran-pembenaran terhadap perbuatan buruk yang
kita lakukan.
Contoh sederhana tentang kesadaran diri:
1. Ada seorang siswa, dia menyadari betul bahwa dirinya berasal dari keluarga
tidak mampu. Dia sangat bersyukur masih diberi kesempatan untuk bisa
sekolah walaupun dia sebelumnya harus mengurus SKTM (Surat Keterangan
Tidak Mampu) dari desa/kelurahan agar bisa mendapatkan keringanan biaya
dari sekolah dan bisa diajukan beasiswa. Dia menghargai betul jerih payah
kedua orangtuanya untuk membiayai dia sekolah. Maka tumbuhlah tekadnya

dalam hati bahwa dia akan bersungguh-sungguh dalam belajar, dia tidak akan
menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang sia-sia. Belajar dan terus belajar
sehingga dia menjadi siswa berprestasi. Dia tidak minta yang macam-macam
kepada orangtuanya apalagi yang tidak berhubungan langsung dengan
pendidikan, karena itu tadi dia sudah memiliki kesadaran siapa dirinya,
bagaimana keadaan orangtuanya. Dia tidak minta HP, tidak minta sepatu atau
tas yang mahal, tidak minta uang jajan yang banyak apalagi minta dibelikan
sepeda motor. Sekali lagi karena dia memiliki kesadaran diri. Malah yang ada
mungkin dia berusaha sendiri mencari pekerjaan part time (paruh waktu)
untuk mendapatkan uang tambahan untuk sekedar bisa membeli buku-buku
pelajaran atau di sekolah dia nyambi jualan yang kira-kira tidak mengganggu
tugas utamanya untuk belajar. Tidak ada istilah gengsi untuk hal-hal yang
positif. Sebaliknya siswa yang tidak memiliki kesadaran diri, dia tahu dirinya
berasal dari keluarga tidak mampu tetapi tetap ingin tampil seolah-olah dia
dari keluarga mampu. Dia berusaha menutupi keadaan dirinya yang
sebenarnya. Dia memaksa kepada orangtuanya untuk dibelikan macammacam di luar kemampuan orangtuanya. Minta dibelikan HP atau motor.
Kalau tidak dituruti dia akan mogok sekolah, sering bolos dan melakukan halhal yang negatif lainnya. Atau mungkin dia berusaha mencari uang sendiri tapi
dengan jalan tidak halal karena yang penting uangnya besar sehingga dia bisa
tampil hebat di hadapan teman-temannya. Amat berbahaya apabila terjadi
demikian. Kesadaran diri itu sangat penting.
2. Seorang siswa yang memiliki kesadaran diri. Dia sadar bahwa dirinya
memiliki kekurangan yaitu lambat dalam menerima pelajaran. Dengan
kesadarannya itu dia berusaha dengan sangat gigih bahwa dia tidak boleh
ketinggalan dari teman-temannya. Dia belajar dan terus belajar. Temannya
membaca cukup satu kali, dia akan membaca 10 kali atau bahkan seratus kali.
Bisa diumpamakan, temannya melangkah dia lakukan dengan berjalan,
temannya berjalan dia lakukan dengan berlari dan seterusnya. Dia banyak
bertanya baik kepada guru, teman, atau saudara. Akhirnya yang tadinya dia
tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti.

Sebaliknya siswa yang lambat menerima pelajaran tapi tidak memiliki


kesadaran diri, dia akan mencari jalan pintas dengan menyontek ketika
ulangan atau menyalin pekerjaan orang lain apabila ada Pekerjaan Rumah
(PR) atau tugas dari guru. Dia tidak akan menjadi siswa yang berilmu
pengetahuan tinggi dan berprestasi.
3. Seorang siswa anak tokoh masyarakat atau pejabat yang sangat disegani dan
dihormati. Apabila siswa tersebut memiliki kesadaran diri maka dia akan
berperilaku yang baik dalam kesehariannya. Dia mencoba menyelaraskan
dirinya dengan ketokohan Bapaknya. Dia menyadari betul kalau dia
berperilaku buruk akan berdampak pada citra orangtuanya, akan mencemarkan
nama baik orang tuanya. Dia bahkan akan berusaha menjadi teladan bagi
teman-temannya yang lain. Sebaliknya siswa yang anak tokoh masyarakat
atau pejabat tadi tidak memiliki kesadaran diri, dia justru akan berperilaku
seenaknya sendiri mentang-mentang anak pejabat, dia mengganggap akan
kebal hukum atau tidak akan ada yang berani menegur dirinya. Maka dia akan
menjadi anak yang sombong yang pada akhirnya akan dijauhi temantemannya.Bagaimana caranya seorang pendidik menumbuhkan kesadaran diri
siswa tersebut? Diantaranya dengan cara menjadi contoh yang baik bagi
siswa-siswanya, berkomunikasi yang baik dengan siswa, banyak bercerita
tentang tokoh-tokoh teladan. Mau mendengarkan sekaligus memberikan
nasehat yang baik bagi siswa-siswa yang bermasalah, selalu mengaitkan
pelajaran yang kita berikan dengan nilai-nilai agama dan masih banyak lagi
cara yang lain. Tugas guru bukan hanya mengajar, tapi justru tugas mendidik
yang lebih berat.

Anda mungkin juga menyukai