DASAR TEORI
Nitrimetri adalah metoda titrasi yang menggunakan NaNO2 sebagai pentiter dalam suasana
asam. Pada suasana asam, NaNO2 berubah menjadi HNO2 (asam nitrit) yang akan bereaksi
dengan sampel yang dititrasi membentuk garam diazonium (Gandjar et al, 2007).
Pembentukan garam diazonium berjalan lambat, oleh karena itu untuk mempercepatnya dapat
ditambahkan KBr sebagai katalis (Hamdani, 2013).
Zat yang dapat dititrasi dengan nitrimetri adalah zat yang mengandung gugus NH2 (amin)
aromatis primer atau zat lain yang dapat dihidrolisis/direduksi menjadi amin aromatis primer
(Setyawati et al, 2010).
Paracetamol ( 3 : 37 )
Nama resmi
: Acetaminophenum
Nama lain
: Paaracetamol
RM / BM
: C8H9NO2 / 151,56
NHCOCH3
Pemerian
Kelarutan
dalam 17
Khasiat
: Analgetikumantipiretikum.
Kegunaan
: Sebagai sampel.
Persyaratan kadar
: Mengandung tidk kurang dari 98 % dan tidak lebih dari 101,0
% C8H9NO2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Penyimpanan
Visual
Dengan indikator dalam, dengan tropeolin-OO (5 tetes) dan metilen blue (3 tetes). Indikator
dalam adalah indicator yang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, penggunaan indicator dalam
mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu :
a)
Kelebihan :
b)
Kekurangan :
penggunaan terbatas hanya untuk beberapa zat saja, untuk beberapa zat lainnya
perubahannya tidak jelas.
Dengan indicator luar, dengan pasta kanji-KI. Indikator luar diletakkan diluar Erlenmeyer.
a)
Kelebihan :
b)
2.
untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih jelas
Kekurangan :
Elektroda yang digunakan adalah sepasang elektroda platinum, atau elektroda natrium. Titik
akhir ditandai dengan terdepolarisasinya elektroda tersebut sehingga jarum petunjuk pada
galvanometer tidak kembali ketempat semula.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam nitrimetri :
Apabila digunakan indicator luar, suhu harus dibawah 15oC karena bila suhu tinggi garam
diazonium akan pecah uap NO hasil tidak akurat, bila menggunakan indicator dalam
suhunya tidak harus 15oC tetapi harus tetap dijaga supaya tidak terlalu tinggi.
Penetesan NaNO2 dari buret jangan terlalu cepat karena pembentukan garam diazonium
memerlukan waktu yang lama. Bila penetesan terlalu cepat HONO belum bereaksi dengan
sampel begitu diteteskan dengan indicator luar akan menimbulkan warna biru langsung,
maka hasil tidak akurat. pH harus asam karena apabila keasaman kurang maka titik akhir
titrasi tidak jelas dan garam diazonium yang terbentuk tidak sempurna karena garam
diazonium tidak stabil pada suasana netral atau basa pemakaian KBr boleh dilakukan
ataupun tidak, tetapi apabila tidak ditambahkan KBr suhu harus dibawah 15oC bila
menggunakan indicator luar, hati-hati pada reaksi titik akhir palsu.
Prinsip Titrasi Nitrimetri
Prinsipnya adalah reaksi diazotasi :
1. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatic primer (amin aromatic
sekuder dan gugus nitro aromatic);
2.
3.
4.
Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi dengan menggunakan
1. III.
1.
Tablet Parasetamol
2. Kertas timbang
2. Parasetamol Standar
3. Spatula
3. Asam sulfanilat
5. Aquades
6. Kondensor
6. Ammonia 25%
7. Neraca analitik
8. Penangas air
8. KBr padat
9. Buret
Rata rata
0,1747
0,1730
0,1738
2.
a.
Berat parasetamol
standar (gram)
Rata rata :
0,6030
0,6004
0,6017
b.
Rata rata :
0,6006
0,6004
0,6005
7,75
7,65
7,7
Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan penetapan kadar paracetamol dengan menggunakan metode
titrimetri berdasarkan reaksi diazotasi. Metode titrasi diazotasi disebut juga nitritometri yakni
metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit.
Titrasi diazotasi didasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugusan amino
aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan
cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam. Hal ini dilakukan karena asam nitrit
sangat tidak stabil. Asam nitrit sangat mudah teroksidasi menjadi asam nitrat oleh udara.
Pembakuan larutan natrium nitrit terhadap asam sulfanilat
Natrium nitrit (sebagai larutan sekunder) sebelum digunakan untuk penentuan kadar
parasetamol, harus dilakukan pembakuan terlebih dahulu dengan asam sulfanilat (larutan
primer). Percobaan ini dilakukan pada suhu kurang dari 15oC, hal ini dilakukan karena asam
nitrit yang diperoleh dari reaksi natrium nitrit dengan asam klorida tidak stabil dan mudah
terurai dalam suhu kamar. Selain itu, garam diazonium yang terbentuk pun tidak stabil.
Ketidakstabilan ini dikarenakan garam diazonium yang terbentuk mudah terdegradasi
membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah
15 oC. Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida.
Indikator yang digunakan adalah jenis indikator dalam, yaitu indikator tropeolin OO dan
metilen biru. Tropeolin OO merupakan indicator asam-basa yang berwarna merah dalam
suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit,
sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan
terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau. Metilen blue harus di tambahkan
karena titik akhir dari indikator Tropeolin OO ini transparan sehingga harus ditabahkan
pengontras warna.
Dalam nitrimetri, BE suatu senyawa sama dengan BM nya karena 1 mol senyawa bereaksi
dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium.
Dari hasil perhitungan, maka didapat konsentrasi NaNO2 adalah 0,0895 N.
Penentuan kadar parasetamol
Pada penentuan kadar parasetamol, kami menggunakan parasetamol standar dan obat
parasetamol. Parasetamol dilarutkan dengan larutan HCl dalam air (1:2) untuk membentuk
suasana asam dan sebagai penghidrolisis amina sekunder menjadi amina primer. Kemudian
dilakukan proses refluks selama 30 menit dengan tujuan mempercepat terjadinya reaksi.
Parasetamol adalah senyawa yang memiliki gugus fenol, sehingga dalam perlakuannya, titrasi
ini dilakukan pada suhu rendah (kurang dari 15oC) demi mencegah terbentuknya fenol dan
gas nitrogen dari hasil reaksi asam nitrit dengan parasetamol. KBr ditambahkan sebagai
katalisator dan stabilisator yang bekerja dengan memperkecil energi aktivasi sehingga reaksi
akan berlangsung lebih cepat. Indikator yang digunakan adalah jenis indikator dalam, yaitu
tropeolin OO dan metilen biru.
Dari hasil perhitungan, didapatkan kadar parasetamol standar adalah 37,41% dan kadar
parasetamol pada obat tablet adalah 17,44%. Standar memiliki kadar yang lebih tinggi
dibandingkan sampel obat. Namun kadar yang terukur pada sampel obat hanya 17,44%.
padahal pada kemasan tertera kadar parasetamol sebesar 500mg/600mg obat. Ini berarti kadar
parasetamol obat tersebut sebesar 83,33%. Terjadi begitu besar selisih pengukuran antara
pengukuran secara nitrimetri dengan pengukuran yang dilakukan di industri farmasi terhadap
obat tersebut.
Perbedaan tersebut tentunya diakibatkan kesalahan manusia akibat kesalahan deteksi titik
akhir titrasi. Karena titik akhir titrasi tersebut tidak begitu jelas seperti titrasi asam basa pada
umumnya. Sehingga perlu dilakukan ketelitian dan pengalaman yang lebih untuk menentukan
kadar obat secara nitrimetri.
VII.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dananalisis/titrasi-nitrimetri/
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/laporan-praktikum-analisiskadar.html
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/laporan-praktikum-analisiskadar.html#ixzz2jL9HV2lb
Software British Pharmacopeia 2013
Titik ekivalensi atau titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna dari pasta kanji iodide
atau kertas iodida sebagai indicator luar. Kelebihan asam nitrit terjadi karena senyawa fenil
sudah bereaksi seluruhnya, kelebihan ini dapat berekasi dengan yodida yang ada dalam pasta
kanji atas kertas, reaksi ini akan mengubah yodida menjadi iodine diikuti dengan perubahan
warna menjadi biru. Kejadian ini dapat ditunjukkan setelah larutan didiamkan selama
beberapa menit. Reaksi perubahan warna yang dijadikan infikator dalam titrasi ini adalah :
KI +HCl KCl + HI
2 HI + 2 HONO I2 + 2 NO + H2O
I2 + Kanji yod (biru)
Penetapan titik akhir dapat juga ditunjukkan dengan campuran tropiolin dan metilen blue
sebagai indikator dalam larutan. Titik akhir titrasi juga dapat ditentukan dengan teknik
potensiometri menggunakan platina sebagai indikator elektroda dan saturated calomel
elektroda sebagai elektroda acuan.
Nitrimetri adalah metoda titrasi yang menggunakan NaNO2 sebagai pentiter dalam suasana
asam. Pada suasana asam, NaNO2 berubah menjadi HNO2 (asam nitrit) yang akan bereaksi
dengan sampel yang dititrasi membentuk garam diazonium.
Pembentukan garam diazonium berjalan lambat, oleh karena itu untuk mempercepatnya dapat
ditambahkan KBr sebagai katalis.
Zat yang dapat dititrasi dengan nitrimetri adalah zat yang mengandung gugus NH2 (amin)
aromatis primer atau zat lain yang dapat dihidrolisis/direduksi menjadi amin aromatis primer.
Penentuan titik akhir titrasi dapat dilakukan secara:
1.
Visual
Dengan indicator dalam, dengan tropeolin oo (5 tetes) dan metilen blue (3 tetes). Indikator
dalam adalah indicator yang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, penggunaan indicator dalam
mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu :
Kelebihan :
Kekurangan :
penggunaan terbatas hanya untuk beberapa zat saja, untuk beberapa zat
lainnyaperubahannya tidak jelas
Dengan indicator luar, dengan pasta kanji-KI. Indikator luar diletakkan diluar Erlenmeyer.
Kelebihan :
untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih jelas
Kekurangan :
2.
Elektrometri (potensiometri)
Elektroda yang digunakan adalah sepasang elektroda platinum, atau elektroda natrium. Titik
akhir ditandai dengan terdepolarisasinya elektroda tersebut sehingga jarum petunjuk pada
galvanometer tidak kembali ketempat semula.
5. bila menggunakan indicator luar, hati-hati pada reaksi titik akhir palsu. Titik akhir
dicapai bila saat digoreskan pada pasta kanji-KI langsung terbentuk warna biru. bila
lama-kelamaan pasta-kanji-KI menjadi biru bukan titik akhir, hal ini bisa terjadi
karena oksidasi udara atau garam diazonium yang bereaksi dengan KI
TITRASI NITRIMETRI
Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa
senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer.
Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatic)
dengan natrium nitrit dalam suasana asam menbentuk garam diazonium. Reaksi
ini dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan yang berlangsung dalam
dua tahap seperti dibawah ini :
NaNO2 + HCl NaCl + HONO
Ar- NH2 + HONO + HCl Ar-N2Cl + H2O
Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang
terbentu mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen.
Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15 oC. Reaksi diazotasi dapat
dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida.
Reaksi dilakukan dibawah 15 oC, sebab pada suhu yang lebih tinggi garam
diazonium akan terurai menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi diazonasi dapat
dipercepat dengan menambahkan kalium bromida.
Prinsipnya adalah reaksi diazotasi :
1.
2.
3.
4.
Contoh zat yang memiliki gugu amin aromatic primer misalnya benzokain,
sulfa; yang mempunyai gugus amin alifatis misalnya Na siklamat, yang memiliki
gugus hidrazida misalnya INH, yang memiliki gugu amin aromatis sekunder
adalah parasetamol, fenasetin, dan yang memiliki gugus nitroaromatik adalah
kloramfenikol.
larutan
baku
sering
dinyatakan
dengan
molitas
(M)
karena
NITRIMETRI
A. PEMBAHASAN
Nitrimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan baku NaNO 2. Metoda ini didasarkan
atas reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam, membentuk garam
diazonium. Karena asam nitrit sendiri tidak stabil (3HNO 3 H2O + 2NO + HNO3), maka digunakan
garamnya : Natrium nitrit (NaNO 2). Untuk membuat suasana asam umumnya digunakan asam klorida.
Reaksi diazotasi dapat dituliskan :
NaNO2 + HCl NaCl + HNO2
C6H2 NH2 + HNO2 + HCl C6H2 N2Cl + H2O
Guna HCl dalam penentuan kadar sulfat :
1. Untuk membuat suasana asam
2. Untuk melarutkan Sulfatnya
3.
1.
Pembrtukan garam diazonium dari gugus amin aromatic primer (amin aromatic sekuder dan gugus
nitro aromatik)
2.
3.
4.
Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi dengan menggunakan asam nitrit
dalam suasana asam.
Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk penetapan gugusan amino aromatis
dalam industri zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan sulfanilamida dan semua senyawasenyawa yang mengandung gugus amino aromatisan metode nitritometri antara lain sulfamerazin,
sulfadiazine, sulfanilamide. Tirtasi diazotasi dapat digunakan untuk :
1.
Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin aromatis primer bebas seperti
selfamilamid.
2.
Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatic terikat dengan gugus lain
seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan parasetamol. Pada penetapan kadar senyawa yang
mempunyai gugus aromatic yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis
lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan
natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium.
3.
1.
Suhu
Suhu harus rendah, secara teoritis suhu harus dibawah 15C. Sebab pada suhu yang lebih tinggi maka
:
a.
Senyawa diazonium tidak setabil dan akan terhidrolisa menghasilkan fenol dan gas nitrogen
b.
Pada suhu kamar asam nitrit akan lebih cepat terurai sehingga reaksinya tidak stiokiometri
Walaupun demikian ternyata titrasi pada suhu kamar memberikan hasil yang tidak berbeda bila
dibandingkan dengan suhu yang lebih rendah, asalkan titrasi dilakukan perlahan-lahan. Selain dari
pada itu, untuk mempercepat keadaan diazotasi sering digunakan garam kalium bromida (KBr). Kalium
bromida juga dapat berfungsi sebagai stabilisator.
2.
Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada PH + 2, hal ini dibutuhkan untuk :
a.
b.
3.
Kecepatan reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi sempurna maka titrasi harus
dilakukan perlahan-lahan dan dengan pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kirakira 1 ml/menit, lalu menjelang titik-titik akhir menjadi 2 tetes/menit.
b.
a. Penggunaan terbatas hanya untuk beberapa zat saja, untuk beberapa zat lainnya perubahannya tidak
jelas.
b.
Perubahan warna yang terjadi pada t.a.t berbeda beda untuk sampel yang berbeda.
2. Dengan Indikator Luar
Sebagai indikator luar, digunakan pasta kanji iodida atau kertas kanji iodida. Setelah tercapai
titik ekivalen, kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi ion iodida menjadi I 2 yang dengan amilum akan
bereaksi menjadi Iod amilum yang berwarna biru.
Dengan indicator luar, dengan pasta kanji-KI. Indikator luar diletakkan diluar Erlenmeyer.
Kelebihan :
untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih jelas
Kekurangan :
a.
b.
c.
d.
Harus diketahui jumlah volume titran yang dibutuhkan. Kalau tidak, titrasi akan berlangsung sangat
lama yang berarti makin banyak larutan yang dititrasi yang hilang (karena digoreskan pada pasta kanji
iodida untuk mengetahui t.a.t.)
3. Potensiometri (elektrometri)
Metoda yang baik untuk menetapkan t.a.t nitrimetri adalah secara potensiometrik, dengan
menggunakan elektroda platina yang yang dicelupkan kedalam larutan titrat. Pada saat tecapai titik
akhir, akibat adanya asam nitrit yang bebas akan terjadi depolarisai elektroda sehingga terjadi
perubahan perubahan arus yang mendadak diamati pada galvanometer.
Penetapan kadar natrium amino sulfat. Jika garam ini dihitung terhadap anhidratnya, maka : 1ml 0,1M
Bila menggunakan indicator luar, hati-hati pada reaksi titik akhir palsu. Titik akhir dicapai bila
saat digoreskan pada pasta kanji-KI langsung terbentuk warna biru. bila lama-kelamaan pasta-kanji-KI
menjadi biru bukan titik akhir, hal ini bisa terjadi karena oksidasi udara atau garam diazonium yang
bereaksi dengan K.
Reaksi dilakukan dibawah 15C, sebab pada suhu yang lebih tinggi garam diazonium akan
terurai menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi diazonasi dapat dipercepat dengan menambahkan kalium
bromida.
titrasi nitrimetri
Latar Belakang
Seorang farmasis dituntun untuk menguasasi berbagai metode yang
digunakan untuk menetapkan kadar maupun pembakuan suatu bahan atau
menganalisis senyawa obat salah satunya adalah dengan titrasi nitrimetri yang
termasuk kedalam titrasi volumetric. Nitrimetri umumnya digunakan sebagai
penentuan sebagian besar obat sulfonamida dan obat-obat lain sesui
penggunaannya.
Nitritometri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif dengan
menggunakan larutan baku natrium nitrit..Nitritometri disebut juga dengan
metode titrasi diazotasi. Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan kadarnya
dengan metode nitritometri diantaranya adalah penisilin dan sulfamerazin.
Penetapan kadar senyawa ini dilakukan untuk mengetahui kemurnian zat
tersebut dalam satu sample.
Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk penetapan gugusan
amino aromatis dalam industri zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan
sulfanilamida dan semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus amino
aromatis.
an metode nitritometri antara lain sulfamerazin, sulfadiazine, sulfanilamide.
Senyawa-senyawa ini dalam farmasi sangat bermanfaat seperti sulfanilamide
sebagai antimikroba. Melihat kegunaannya tersebut, maka percobaan ini perlu
dilakukan.
Tujuan Titrasi Nitrimetri adalah untuk Memperoleh molaritas larutan baku
NaNO2-, serta Menetapkan kadar zat dalam sampel secara nitrimetri.Analisis titrimetri adalah pemeriksaan atau penentuan sesuatu bahan
dengan teliti. Analisis ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu analisis kuantitatif
dan analisis kulitatif. Analisis kulitatif adalah pemeriksaan sesuatu berdasarkan
komposisi atau kualitas, sedangkan analisisi kuantitatif adalah pemeriksaan
berdasarkan jumlahnya atau kuantitinya . Pada saat ini yang dibahas hanyalah
analisis kuantitatif. Salah satu cara analisis kuntitatif adalah titirimetri, yaitu
analisis penentuan konsentrasi dengan mengukur volume larutan yang akan
Jenis reaksi yang terjadi pada titrimetri ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang
tidak terjadi transfer/perpindahan elektron;
2. reaksi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang terjadi
transfer/ perpindahan elektron.
Pada saat ini yang akan dipelajari adalah reaksi yang tidak mengalami
perubahan bilangan oksidasi, karena dasar yang dipelajari baru sampai tahap ini.
Reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi meliputi (1)reaksi
penetralan(asam-basa), reaksi pembentukan endapan, reaksi pembentukan
kompleks. Untuk kegiatan ini reaksi yang dibahas hanyalah reaksi asam-basa
karena dasar-dasar mengenai teori ini sudah diperoleh yaitu teori asam-basa,
sifat-sifat unsur golongan IA(1), IIA(2), IVA(16), IIVA(17), larutan, dan konsentrasi
larutan. Reaksi asam basa adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam
dengan larutan basa, hasil reaksi ini dapat bersifat netral disebut juga reaksi
penetralan, asam, dan basa tergantung pada larutan yang direaksikan. Larutan
yang direaksikan ini salah satunya disebut larutan baku.
Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena
berbagai zat organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun
demikian agar tirasi redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut
harus dipenuhi (1) :
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi
(nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium
dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana
asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu
asam (2:114).
Titrasi diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan
kadar senyawa-senyawa antibiotik sulfonamida dan juga senyawa-senyawa
anestetika lokal golongan asam amino benzoat. Metode titrasi diazotasi disebut
juga nitrimetri yakni metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan
menggunakan larutan baku NaNO3. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi
yak ni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana
asam membentuk garam diazonium.
Dalam nitrimetri, BE suatu senyawa sama dengan BM nya karena 1 mol senyawa
bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium.
Dengan alasan ini pula, untuk nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering
dinyatakan dengan M ( molaritas ) karena molaritasnya sama dengan
normalitasnya. Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat
menggunakan indikator luar, indikator dalam dan secara potensiometri.
Indikator Luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula
menggunakan kertas kanji-iodida, ketika larutan digoreskan pada pasta/kertas,
adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodida menjadi iodium dan
dengan adanya kanji/ amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator
kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05-0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml
larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sbb :
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada
pasta kanji-iodida atau kertas kanji iodida akan terbentuk warna biru sebab
warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan diudara. Hal ini
disebabkan karena oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut reaksi :
Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka
pengujian seperti diatas dilakukan lagi setelah dua menit. (Ibnu dan Abdul,
2007 : 161-165)
Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena beebagai zat
organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian
agar titrasi redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus
dipenuhi :
1.
Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi
pertukaran elektron secara stokhiometri.
2.
Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur
(kesempurnaan 99%). Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.
(Rivai, 1995 : 346)
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi
(nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium
dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana
asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu
asam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi:
1.
Suhu
Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih kecil dari 15C
karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit dengan asam tidak
stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium yang terbentuk pada hasil titrasi
juga tidak stabil.
2.
Kecepatan reaksi
Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi barjalan agak lambat, titrasi
sebaiknya dilakukan secra perlahan-lahan, dan reaksi diazotasi dapat dikatalisa
dengan penambahan natrium dan kalium bromida sebagai katalisator. (Wunas,
1986 :115)
Sudah kita lihat bahwa dalam titrasi redoks ada dua jenis indikator, indikator
khusus yang bereaksi dengan salah satu komponen yang bereaksi, dan indikator
oksidasi reduksi yang sebenarnya tidak tergantung dari salah satu zat, tetapi
hanya pada potensial larutan selama titrasi. Pemilihan indikator yang cocok
ditentukan oleh kekuatan oksidasi titran dan titrat, dengan perkataan lain,
potensial titik ekivalen titrasi tersebut. Bila potensial peralihan indikator
tergantung dari pH, maka juga harus diusahakan agar pH tidak berubah selama
titrasi berlangsung. (Harjadi, 1986 : 227)
Dalam titrasi diazotasi, digunakan dua macam indikator, yaitu indikator dalam
dan indikator luar. Sebagai indikator dalam digunakan campuran indikator
tropeolin oo dan metilen biru, yang mengalami perubahan warna dari ungu
menjadi biru kehijauan. Sedangkan untuk indikator luarnya digunakan kertas
kanji iodida . (Wunas, 1986 : 116)
Indikator Dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru. Tropeolin
OO merupakan indicator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam
dan berwarna kuning bila dioksidari oleh adanya kelebihan asam nitrit,
sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir
titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung
senyawa yang dititrasi.
Pemakaian kedua indicator ini ternyata memiliki kekuarangan. Pada indikator
luar harus dikerahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan, sebab kalau
tidak tahu perkiraan jumlah titra yang dibutuhkan, maka sering melakukan
pengujian apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Di samping itu,
kalau sering melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak larutan yang
dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian titik akhir sementara itu pada
pemakaian indicator dalam walaupun pelaksanaannya mudah tetapi seringkali
untuk mengatasi hal ini, maka digunakan metode pengamatan titik akhir secara
potensiomerti.
a.
Metode Potensiometri
Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah metode
potensiometri dengan menggunakan electrode kolomelplatina yang dicelupkan
ke dalam titrat. Pada saat titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam nitrit), akan
terjadi depolarisasi elektoda sehingga akan terjadi perubahan arus yang sangat
tajam sekitar +0,80 Volt sampai +0,90 Volt. Metode ini sangat cocok untuk
sampel dalam bentuk sediaan sirup yang berwarna.
Tirtasi diazotasi dapat digunakan untuk :
a)
Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin aromatis
primer bebas seperti sulfanilamid.
b)
Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatic
terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan
parasetamol. Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic
yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis lebih
dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya
Penetapan titik akhir dapat juga ditunjukkan dengan campuran tropiolin dan
metilen blue sebagaiindikator dalam larutan. Titik akhir titrasi juga dapat
ditentukan dengan teknik potensiometrimenggunakan platina sebagai indikator
elektroda dan saturated calomel elektroda sebagai elektroda acuan. Pada
berbagai macam indikator yang digunakan dalam titrasi nitrimetri ini, maka
dapat dikatakan bahwa setiap indikator tersebut memiliki keuntungan dan
kerugian . salah satunya adalah indikator luar, dimana keuntungan dari indikator
ini adalah terjadinya perubahan warna yang jelas, sedangkan kerugiannya
adalah :
a.
Pelaksanaan tidak praktis karena kita harus menggoreskan setiap kali
penambahan titran.
b.
c.
(http// Scribs.com)
Sumber
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI
Gholib Ganjar, Ibnu dan Rohman, Abdul. 2009. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka pelajar
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press
Wunas, J. Said. 1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar : UNHAS
(http//pharmaceutical world.blogspot.com)
titrasi nitrimetri
Latar Belakang
Seorang farmasis dituntun untuk menguasasi berbagai metode yang
digunakan untuk menetapkan kadar maupun pembakuan suatu bahan atau
menganalisis senyawa obat salah satunya adalah dengan titrasi nitrimetri yang
termasuk kedalam titrasi volumetric. Nitrimetri umumnya digunakan sebagai
penentuan sebagian besar obat sulfonamida dan obat-obat lain sesui
penggunaannya.
Jenis reaksi yang terjadi pada titrimetri ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang
tidak terjadi transfer/perpindahan elektron;
2. reaksi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang terjadi
transfer/ perpindahan elektron.
Pada saat ini yang akan dipelajari adalah reaksi yang tidak mengalami
perubahan bilangan oksidasi, karena dasar yang dipelajari baru sampai tahap ini.
Reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi meliputi (1)reaksi
penetralan(asam-basa), reaksi pembentukan endapan, reaksi pembentukan
kompleks. Untuk kegiatan ini reaksi yang dibahas hanyalah reaksi asam-basa
karena dasar-dasar mengenai teori ini sudah diperoleh yaitu teori asam-basa,
sifat-sifat unsur golongan IA(1), IIA(2), IVA(16), IIVA(17), larutan, dan konsentrasi
larutan. Reaksi asam basa adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam
dengan larutan basa, hasil reaksi ini dapat bersifat netral disebut juga reaksi
penetralan, asam, dan basa tergantung pada larutan yang direaksikan. Larutan
yang direaksikan ini salah satunya disebut larutan baku.
Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena
berbagai zat organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun
demikian agar tirasi redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut
harus dipenuhi (1) :
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi
(nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium
dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana
asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu
asam (2:114).
Titrasi diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan
kadar senyawa-senyawa antibiotik sulfonamida dan juga senyawa-senyawa
anestetika lokal golongan asam amino benzoat. Metode titrasi diazotasi disebut
juga nitrimetri yakni metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan
menggunakan larutan baku NaNO3. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi
yak ni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana
asam membentuk garam diazonium.
Dalam nitrimetri, BE suatu senyawa sama dengan BM nya karena 1 mol senyawa
bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium.
Dengan alasan ini pula, untuk nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering
dinyatakan dengan M ( molaritas ) karena molaritasnya sama dengan
normalitasnya. Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat
menggunakan indikator luar, indikator dalam dan secara potensiometri.
Indikator Luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula
menggunakan kertas kanji-iodida, ketika larutan digoreskan pada pasta/kertas,
adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodida menjadi iodium dan
dengan adanya kanji/ amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator
kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05-0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml
larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sbb :
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada
pasta kanji-iodida atau kertas kanji iodida akan terbentuk warna biru sebab
warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan diudara. Hal ini
disebabkan karena oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut reaksi :
Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka
pengujian seperti diatas dilakukan lagi setelah dua menit. (Ibnu dan Abdul,
2007 : 161-165)
Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena beebagai zat
organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian
agar titrasi redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus
dipenuhi :
1.
Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi
pertukaran elektron secara stokhiometri.
2.
Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur
(kesempurnaan 99%). Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.
(Rivai, 1995 : 346)
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi
(nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium
dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana
asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu
asam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi:
1.
Suhu
Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih kecil dari 15C
karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit dengan asam tidak
stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium yang terbentuk pada hasil titrasi
juga tidak stabil.
2.
Kecepatan reaksi
Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi barjalan agak lambat, titrasi
sebaiknya dilakukan secra perlahan-lahan, dan reaksi diazotasi dapat dikatalisa
dengan penambahan natrium dan kalium bromida sebagai katalisator. (Wunas,
1986 :115)
Sudah kita lihat bahwa dalam titrasi redoks ada dua jenis indikator, indikator
khusus yang bereaksi dengan salah satu komponen yang bereaksi, dan indikator
oksidasi reduksi yang sebenarnya tidak tergantung dari salah satu zat, tetapi
hanya pada potensial larutan selama titrasi. Pemilihan indikator yang cocok
ditentukan oleh kekuatan oksidasi titran dan titrat, dengan perkataan lain,
potensial titik ekivalen titrasi tersebut. Bila potensial peralihan indikator
tergantung dari pH, maka juga harus diusahakan agar pH tidak berubah selama
titrasi berlangsung. (Harjadi, 1986 : 227)
Dalam titrasi diazotasi, digunakan dua macam indikator, yaitu indikator dalam
dan indikator luar. Sebagai indikator dalam digunakan campuran indikator
tropeolin oo dan metilen biru, yang mengalami perubahan warna dari ungu
menjadi biru kehijauan. Sedangkan untuk indikator luarnya digunakan kertas
kanji iodida . (Wunas, 1986 : 116)
Indikator Dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru. Tropeolin
OO merupakan indicator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam
dan berwarna kuning bila dioksidari oleh adanya kelebihan asam nitrit,
sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir
titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung
senyawa yang dititrasi.
Metode Potensiometri
Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah metode
potensiometri dengan menggunakan electrode kolomelplatina yang dicelupkan
ke dalam titrat. Pada saat titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam nitrit), akan
terjadi depolarisasi elektoda sehingga akan terjadi perubahan arus yang sangat
tajam sekitar +0,80 Volt sampai +0,90 Volt. Metode ini sangat cocok untuk
sampel dalam bentuk sediaan sirup yang berwarna.
Tirtasi diazotasi dapat digunakan untuk :
a)
Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin aromatis
primer bebas seperti sulfanilamid.
b)
Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatic
terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan
parasetamol. Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic
yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis lebih
dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya
bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Reaksi yang terjadi pada analisis suksinil sulfatiazol.
c)
Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti
kloramfenikol. Senyawa-senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan kadarnya
secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk menghasilkan senyawa
amin aromatis primer. Kloramfenikol yang mepunyai gugus nitro aromatis
direduksi terlebih dahulu dengan Zn/HCI untuk menghasilkan senyawa amin
aromatis primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nitrit untuk
membentuk garam diazonium.
Dalam farmakope indonesia, titrasi diazotasi digunakan untuk menetapkan kadar
adalah benzokain; primakuin fosfat dan sediaan tabletnya; prokain HCl;
sulfasetamid; sulfametazin; sufadoksin; sulfametoksazol; tetrakain; dan tetakain
HCl. (http//pharmaceutical world.blogspot.com)
Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawasenyawa organik,khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan
kuantitas zat didasari oleh reaksi antarafenil amina primer (aromatic) dengan
natrium nitrit dalam suasana asam menbentuk garamdiazonium. Reaksi ini
c.
(http// Scribs.com)
Sumber
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI
Gholib Ganjar, Ibnu dan Rohman, Abdul. 2009. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka pelajar
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press
Wunas, J. Said. 1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar : UNHAS
(http//pharmaceutical world.blogspot.com)