Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A.
Definisi Parasetamol
Parasetamol adalah metabolit aktif dari fenasetin yang bertanggungjawab
Karakteristik Parasetamol
BM
Kemurnian
: 151,16
:
Paracetamol
c.
d.
Higroskopisitas
e.
: tidak higroskopis
propilenglikol.
Kelarutan menurut (FI IV,649) : Larut dalam air mendidih, dan dalam
NaOH 1 N, mudah larut dalam etanol.
Stabilitas
Bahan Padat :
Terhadap Suhu
: stabil
Terhadap Cahaya
: tidak stabil
Bahan Larutan :
f.
g.
Higroskopisitas
Pada kelembapan relatif sampai 90 % (Pharmaceutical Codex)
Pka
:
9,5 pada suhu 25o C
Nama Kimia
:
N Asetil 4 aminofenol
Kelarutan (Martindale : The Ekstra Pharmacopeia 28th ed)
1 bagian Parasetamol larut dalam 70 bagian air, 20 bagian air mandidih,
i.
j.
Titik Lebur
k.
Stabilitas
Farmakologi
Parasetamol merupakan salah satu derivat aminofenol. Derivat Paminofenol yang lain adalah fenasetin. Asetaminofen merupakan metabolit
fenasetin, parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek
antipiretik yang sama. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus
aminobenzen. Parasetamol di Indonesia lebih dikenal dengan nama
Parasetamol dan tersedia dalam obat bebas. Walaupun demikian laporan
kerusakan fatal hepar akibat overdosis akut perlu diperhatikan, efek anti
inflamasi parasetamol hampir tidak ada.
Efek Samping
Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol jarang terjadi.
Manisfestasinya berupa aritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat
berupa demam dan lesi pada mukosa penggunaan semua jenis analgesik
dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi berpontensi
menyebabkan nefropati analgesik.
Toksisitas Akut
Akibat dosis toksik yang paling sering ialah nekrosis hati. Nekrosis
tubuh renalis serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi hepatotoksisitas
dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 mg (200-250 mg/kg BB)
parasetamol. Gejala pada hari pertama keracunan akut parasetamol belum
mencerminkan bahaya yang mengancam. Anoreksia, mual dan muntah
serta sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung
selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat terjadi pada hari
kedua, dengan gajala peningkatan aktivitas serum transminase, laktat
dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protobin.
Aktivitas alkali fosfatase dan kadar albumin serum tetap normal.
Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensefalopati, koma dan kematian.
Kerusakan hati yang tidak berat pulih dalam beberapa minggu sampai
beberapa bulan.
Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh Parasetamol, tetapi juga
oleh radikal bebas, metabolit yang sangat reaktif yang berikatan secara
kovalen dengan makromolekul vital sel hati. Karena itu hepatotoksisitas
Parasetamol meningkat pada pasien yang juga mendapat barbiturat.
Antikonvulsi lain atau pada alkoholik yang kronis. Kerusakan yang timbul
berupa nekrosis sentrilobularis. Kerusakan akut ini biasanya diobati secara
simtomatik dan suportif, tetapi pemberian senyawa sulfhidril tampaknya
dapat bermanfaat, yaitu dengan memperbaiki cadangan glutation hati. Nasetilsistein cukup efektif bila diberikan peroral 24 jam setelah minum
dosis toksik Parasetamol.
Farmakodinamik
Efek analgesik Parasetamol dan fenasetin serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan
efek sentral seperti salisilat.
Efek anti inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol dan
fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan
penghambat biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi, erosi dan pendarahan
lambung tidak terlihat pada kedua obat ini., demikian juga gangguan
pernafasan dan keseimbangan asam basa.
(Farmakologi FK UI, edisi 5 hal. 238)
Farmakokinetik
Parasetamol dan fenasetin diabsorbsi cepat dan sempurna melaui
saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu
jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh
cairan tubuh. Dalam plasma 25% Parasetamol dan 30% fenasetin berikatan
dengan protein plasma. Kedua obat ini di metabolisme oleh enzim
mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%) di konjugasi dengan asam
glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu kedua
obat ini di ekskresi melalui ginjal, sebagian kecil parasetamol (3%) dan
sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
(Farmakologi dan Terapi, FK UI, ed 5 hal 238)
Indikasi
Di Indonesia penggunaan Parasetamol sebagai analgesik dan
antipiretik telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik
lainnya, Parasetamol sebaiknya tidak di berikan terlalu lama karena
kemungkinan menimbulkan nefropati. Jika dosis terapi tidak memberi
manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Karena hampir tidak
mengiritasi lambung, Parasetamol sering di kombinasi dengan AINS untuk
analgesik.
(Farmakologi dan Teraoi, FK UI, ed 5 hal 238)
Kontra Indikasi
Penggunaan Parasetamol tidak diperkenalkan pada penderita yang
hipersensitif terhadap asetaminofen dan penderita yang mempunyai
gangguan fungsi hati.
m. Skema
Rancangan Formula
Parasetamol hanya memiliki satu bentuk sehingga tidak ada pilihan lain dari
parasetamol
Paracetamol
Penyimpanan
dalam wadah
tertutup rapat
dan botol gelap
Agak Sukar
Larut
Penambahan
cosolvent untuk
meningkatkan
kelarutan
paracetamol
Tidak
Berbau
Pengaroma
dan perasa
Rasa Pahit
pemanis
Media
Air
Stabil pada
pH 6
Pengawet
Diberi
dapar
BAB II
PRA FORMULASI
A.
a.
Senyawa Aktif
Parasetamol
Efek / Khasiat
Analgesik
Efek Samping
Gangguan pencernaan
Antipiretik
Hipersensitifitas
Kelainan darah
Hepatotoksisitas
Mual, muntah, anorexia
Keterangan Khusus
Digunakan untuk peroral
Bentuk
Serbuk hablur, putih, tidak
berbau, rasa seperti pahit
Tahan pemanasan
Mudah terbasahi
2. Karakteristik Kimia
pKa 9,5
TL : 169-172
BJ : 1,21-1,23
Dari daftar tabel di atas, bahan dan sediaan yang kami pilih adalah:
Bahan aktif terpilih
: Paracetamol
Alasan
: drop
Alasan
aktif
tersebut,
sehingga
dapat
dapat
diberikan
dalam
larutan
encer,
B.
Usia
dalam
Tahun
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
PRIA
WANITA
Rata-rata
Bobot (kg)
Bulan
Bobot
Panjang
Bobot
Panjang
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
0
(kg)
3,1
4,2
5,2
5,9
6,4
6,9
7,3
7,5
7,6
7,7
8,0
8,0
8,2
8,1
(cm)
48
52
56
59
61
63
64
65
66
67
69
70
71
71,3
(kg)
3,0
3,8
4,8
5,4
6,1
6,5
6,8
7,1
7,4
7,5
7,6
7,8
8,0
7,6
(cm)
48
52
56
57
61
62
63
64
66
67
68
69
70
71,3
3,05
4,0
5,0
5,65
6,25
6,7
7,05
7,3
7,5
7,6
7,8
7,9
8,1
7,85
C.
Bentuk Sediaan
Kadar Bahan Aktif
Drop (Larutan)
90% - 110%
Dosis
30 mg/0,6 ml
pH sediaan
6,0
Kemasan terkecil
15ml
Warna
Pink
Bau
Leci
Rasa
Manis
10
Wadah Penyimpanan
D.
Botol
Bahan
PELARUT
Bahan terpilih,
Karakteristiknya
Aquadestilata (FI III : 96)
Bentuk :
400 karena
berdasarkan
perbandingan
kelarutan, ketiga
bahan di atas
Bentuk :
memiliki kelarutan
terhadap bahan
aktif asetaminofen.
Kelarutan :
2880 mg PCT
dapat dilarutkan
dalam propilen
glikol, glyserin,
(Berdasarkan
Bentuk :
perhitungan)
PENGAWET
Propilen glikol,
(Presevatif)
Pemerian :
karena konsentrasi
yang kita
tambahkan 15-30%
Kelarutan :
pada T = 20C
yang digunakan
untuk pengawet.
Etanol 95% = 1 : 75
Etanol 90% = 1 : 50
Air = 1 : 1,8
Air (100C) = 1: 1
Nipagin (Metil Paraben) (HPE : 466)
Pemerian :
kristal tidak berwarna atau serbuk
kristalin, berwarna putih, tidak
berbau/berbau lemah, rasa sedikit
12
membakar.
Kelarutan :
pada T = 25C
Etanol 95% = 1 : 3
Etanol 50% = 1 : 6
Eter = 1 : 10
Glyserin = 1 : 60
Etanol = 1 : 2
Nipasol (Propil Paraben)
Pemerian :
kristal putih, tidak berbau dan tidak
berasa.
Kelarutan :
pada T = 20C
Dalam aseton sangat larut
Etanol 1 : 1,1
Etanol 50% = 1 : 5,6
Eter sangat larut
Glyserin = 1 : 250
Mineral oil = 1 : 3330
Minyak ikan = 1 : 70
Air = 1 : 2500
Propilen glikol = 1 : 3,9
Propilen glikol (HPE : 624)
Pemerian :
jernih, tidak berwarna, kental, tidak
berbau dengan rasa manis mirip
gliserin.
Kelarutan :
dapat larut dalam aseton, kloroform,
13
14
Bentuk :
Serbuk atau hablur kristal tidak
berwarna, masa hablur atau
berbentuk kubus atau serbuk hablur
putih, tidak berbau dan rasa manis,
stabil di udara, larutannya netral
terhadapa lakmus.
Kelarutan : Sangat larut dalam air, lebih
mudah larut dalam air mendidih, sukar
larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
Sorbitol ( FI IV : 756)
Bentuk :
serbuk, granul atau lempengan,
higroskopik, warna putih, rasa
manis.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air, sukar
larut dalam etanol, dalam metanol dan
dalam asam asetat.
Saccharin Na (FI IV : 750)
Bentuk :
Hablur atau serbuk hablur, putih
tidak berbau, agak aromatik, rasa
sangat manis walaupun dalam
larutan encer. Larutan encernya lebih
kurang 300x manisnya sukrosa.
Kelarutan :
Mudah larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol
15
PEWARNA
Allura red
daripada amaranth.
ADI : 7mg/kg BB
Inkompatibilitas : Ket. lain :
berdasarkan penelitian FAO tidak
karsinogen.
Amaranth (Martindale : 28 : 424)
Pemerian : serbuk coklat kemerahan,
hampir tidak berbau dan berasa
Kelarutan :
larut dalam air 1 : 15
Sangat sedikit larut dalam alcohol.
Inkompatibilitas :
inkompatibilitas dengan cetrimide
ADI : 730mg/kgBB
16
E.
Formula Terpilih
Formula 1
N
Bahan
Fungsi
o
1.
2.
Paracetamol
Gliserin (HPE,301)
3.
Propilenglikol
Zat aktif
Pelarut
Pemanis
Pelarut
% Rentang
<50%
20%
10-25 %
Kadar
Untuk 60
Pemakaian
15 %
ml
3 gram
9 ml
20 %
12 ml
20 %
12 ml
(HPE,624)
4.
5.
pengawet
PEG 400
pelarut
Sakarin Na (HPE , pemanis
10-30%
20%
q.s
6.
7.
641)
Red cherry
Aqua
q.s
q.s
F.
pewarna
pelarut
Ad 60 ml
dapar borat dan larutan dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar rendah. Jika
disebutkan pH dalam paparan obat jadi, pengaturan pH di lakukan dengan
penambahan asam, basa, atau larutan dapar yang tertera pada daftar berikut ini,
hingga pH dikehendaki:
1. Larutan Dapar Fosfat
Larutan NaH2PO4. 2H2O
pH
2,55% (ml)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9,5
0,97% (ml)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0,5
7,6
7,3
7,05
6,85
6,65
6,45
6,25
6,05
5,7
5,3
Larutan
Larutan Na2HPO4
NaH2PO4
0.97% (ml)
pH
isotonis (g/100ml)
80% (ml)
90
80
10
20
5,9
6,2
0,52
0,51
70
30
6,5
0,50
60
40
6,6
0,40
50
50
6,8
0,48
40
60
7,0
0,46
30
70
7,2
0,45
20
80
7,4
0,44
10
90
7,7
0,43
95
8,0
0,42
Ph
2,55% (ml)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9,5
9,85
0,97% (ml)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0,5
0,15
9,05
8,95
8,80
8,65
8,50
8,30
8,05
7,65
7,00
6,80
6,30
18
a.
1.
Pemerian
Kelarutan
Incompatibilitas :
ADI
untuk
sediaan
oral,
maksimal
Pemerian
Kelarutan
Incompatibilitas :
ADI
b. Perhitungan Dapar
Sediaan yang digunakan pH 6,0
Menggunakan dapar phosphat, phosphat memiliki pKa dalam suhu 25 C.
pKa1
= 2,15 (H2PO4)
Na3HPO4
pKa2
= 7,20 (H2PO4-)
Na2HPO4
pKa3
= 12,38 (HPO42-)
NaH2PO4
19
pKa yang digunakan adalah pKa2 karena paling dekat dengan pH sediaan (pH
6,0) dengan H2PO4- sebagai asam dan Na2HPO4 sebagai garam.
pH
6,0
-1,2
0,63
= [Na2HPO4] / [H2PO4-]
= 7,20
Ka = 6,31 x 10-8
pH
= 6,0
[H3O+] = 10-6
0,02
0,02
= 0,128 C
= 0,156 M
= [garam] + [asam]
0,156
= [Na2HPO4] + [H2PO4-]
0,156
0,156
= massa x 1000
Mr
0,1466 M
gram
vol
x
156,98
gram
1000
120
0,1466 x 156,98
(1000 / 120)
20
= massa x 1000
Mr
9,2505 x 10-3 M
vol
=
gram
177,98
gram
1000
120
= 3,31 tahun
Jadi masa kadaluwarsa parasetamol kurang lebih 3,31 tahun dari tanggal
pembuatan.
H.
90mg/ml
Propilenglikol
73,9 %
Etanol
6,5 %
Aqua
19,6 %
21
I.
Koefisien Dielektrik
Propilenglikol
= 32
Etanol
= 24
PEG
= 12,5
Gliserin
= 43
Aquadest
= 78,5
J.
Tetapan Dielektrik
=
22
K.
Perhitungan ADI
FORMULA 1
N
Bahan
Fungsi
o
1.
2.
Paracetamol
Gliserin (HPE,301)
3.
Propilenglikol
Zat aktif
Pelarut
Pemanis
Pelarut
% Rentang
<50%
20%
10-25 %
Kadar
Untuk 60
Pemakaian
15 %
ml
3 gram
9 ml
20 %
12 ml
20 %
12 ml
(HPE,624)
4.
5.
pengawet
PEG 400
pelarut
Sakarin Na (HPE , pemanis
10-30%
20%
q.s
6.
7.
641)
Red cherry
Aqua
q.s
q.s
pewarna
pelarut
Ad 60 ml
Perhitungan ADI =
1. Propilen glikol = 25mg/kg.BB , BJ= 1,037 g/ml
ADI
Umur
0 3 bulan
BB (kg)
3,05 kg 5,65 kg
ADI ( 25 mg /kg.BB )
76,25 mg 141,25 mg
23
3 bulan 1 tahun
5,65 kg 7,85 kg
141,25 mg 196,25 mg
BB (kg)
3,05 kg 5,65 kg
5,65 kg 7,85 kg
ADI (1,0-1,5g/kg.BB )
3,05g-4,575g/5,65g-8,475g
5,65g-8,475g/7,85g-11,775 g
BB (kg)
3,05 kg 5,65 kg
5,65 kg 7,85 kg
ADI (10mg//kg.BB )
30,5mg-56,5mg
56,5mg-78,5mg
24
Konstanta Dielektrik :
Aquadest
=
Etanol
=
PEG
=
Gliserin
=
Propilenglikol =
KD
78,5
24
12,5
43
32
25
FORMULA 2
N
Bahan
Fungsi
o
1.
2.
Paracetamol
Gliserin (HPE,301)
3.
Propilenglikol
Zat aktif
Pelarut
Pemanis
Pelarut
% Rentang
<50%
20%
10-25 %
Kadar
Untuk 60
Pemakaian
20 %
ml
3 gram
12 ml
20 %
12 ml
15 %
9 ml
(HPE,624)
4.
5.
pengawet
PEG 400
pelarut
Sakarin Na (HPE , pemanis
10-30%
20%
q.s
6.
7.
641)
Red cherry
Aqua
q.s
q.s
pewarna
pelarut
Ad 60 ml
Perhitungan ADI =
1. Propilen glikol = 25mg/kg.BB , BJ= 1,037 g/ml
ADI
Umur
0 3 bulan
3 bulan 1 tahun
BB (kg)
3,05 kg 5,65 kg
5,65 kg 7,85 kg
ADI ( 25 mg /kg.BB )
76,25 mg 141,25 mg
141,25 mg 196,25 mg
26
BB (kg)
3,05 kg 5,65 kg
5,65 kg 7,85 kg
ADI (1,0-1,5g/kg.BB )
3,05g-4,575g/5,65g-8,475g
5,65g-8,475g/7,85g-11,775 g
BB (kg)
3,05 kg 5,65 kg
5,65 kg 7,85 kg
ADI (10mg//kg.BB )
30,5mg-56,5mg
56,5mg-78,5mg
27
Konstanta dielektrik
Aquadest
=
Etanol
=
PEG
=
Gliserin
=
Propilenglikol =
KD
78,5
24
12,5
43
32
28
FORMULA 3
N
Bahan
Fungsi
o
1.
2.
Paracetamol
Gliserin (HPE,301)
3.
Propilenglikol
Zat aktif
Pelarut
Pemanis
Pelarut
% Rentang
<50%
20%
10-25 %
Kadar
Untuk 60
Pemakaian
15 %
ml
3 gram
9 ml
15 %
9 ml
20 %
12 ml
(HPE,624)
4.
5.
pengawet
PEG 400
pelarut
Sakarin Na (HPE , pemanis
10-30%
20%
q.s
6.
7.
641)
Red cherry
Aqua
q.s
q.s
pewarna
pelarut
Ad 60 ml
Perhitungan ADI =
1. Propilen glikol = 25mg/kg.BB , BJ= 1,037 g/ml
ADI
Umur
0 3 bulan
3 bulan 1 tahun
BB (kg)
3,05 kg 5,65 kg
5,65 kg 7,85 kg
ADI ( 25 mg /kg.BB )
76,25 mg 141,25 mg
141,25 mg 196,25 mg
29
BB (kg)
3,05 kg 5,65 kg
5,65 kg 7,85 kg
ADI (1,0-1,5g/kg.BB )
3,05g-4,575g/5,65g-8,475g
5,65g-8,475g/7,85g-11,775 g
BB (kg)
3,05 kg 5,65 kg
5,65 kg 7,85 kg
ADI (10mg//kg.BB )
30,5mg-56,5mg
56,5mg-78,5mg
Konstanta dielektrik
Aquadest
=
Etanol
=
PEG
=
78,5
24
12,5
30
Gliserin
=
Propilenglikol =
KD
43
32
31
L.
CARA PERACIKAN
a.
Cara 1
1. Timbang Parasetamol
2. Timbang PEG 400 di cawan porselen, Masukkan ke dalan beaker
glass
3. Timbang gliserin di cawan porselen, Masukkan ke no (2)
4. Timbang propilenglikol di cawan porselen, Masukkan ke no (3)
5. No (3) aduk ad homogen
6. Masukkan Parasetamol sedikit demi sedikit ke dalam campuran no. 5
aduk ad larut dan homogen sampai parasetamol habis
7. Timbang sakarin kemudian larutkan dengan air hangat hingga larut
8. Masukkan larutan sakarin ke dalam campuran no. 6 aduk ad homogen
9. Timbang NaH2PO4.2H2O dan Na2HPO4.2H2O dan larutkan dalam
aquadest
10. Campurkan larutan dapar ke dalam no 8 aduk ad larut dan tercampur
semua
11. Teteskan essence leci ke dalam larutan no. 10 sedikit demi sedikit
hingga warna yang diinginkan telah sesuai
12. Kemudian tambahkan perisa leci tetes per tetes ad manis
13. Kemudian tambahkan air ad 60 ml aduk ad homogen
14. Masukkan ke dalam botol 60 ml, beri label dan masukkan ke dalam
kemasan sekunder yang telah dilengkapi brosur dan sendok takar
b.
32
33
M.
Skema Pembuatan
Cara 1
PEG 400 PROPILENGLIKOL
GLICERIN
aduk ad homogen
PARASETAMOL
AQUA 5 ML
Aduk ad homogen
NaH2PO4. 2H2O AQUA 5 ML
Aduk ad larut
Na2HPO4. 2H2O
Aduk ad larut
ALLURA
AQUA 5ML
Aduk ad homogen
ESSENSE LECI
34
Aduk ad homogen
Masuk botol
Cara 2
PEG 400
PARASETAMOL
Aduk ad larut
PROPILENGLIKOL
Aduk ad larut
GLICERIN
Aduk ad larut
SAKARIN
AQUA
Aduk ad homogen
NaH2PO4. 2H2O AQUA
Aduk ad larut
Na2HPO4. 2H2O
Aduk ad larut
35
ALLURA
AQUA 5ML
Aduk ad homogen
ESSENSE LECI
Aduk ad homogen
Masuk botol
Formula yang di pilih untuk di praktikum kan dari tiga formula adalah formula 1
dan 2. Keduanya menggunakan cara kerja 2 dimana bahan aktif dilarutkan terlebih
dahulu kedalam pelarut yang memiliki kelarutan lebih tinggi terhadap bahan aktif.
Namun formula terpilih untuk dibuat produksi besar (scale up) adalah formula 1
dan dibuat dengan cara kerja 2, karena dari ke dua sediaan yang paling baik
hasilnya adalah formula I.
36
N.
Nama Bahan
Parasetamol
Propilen glikol
Gliserin
PEG 400
NaH2PO4.2H2O
Na2HPO4.2H2O
Sakarin
Allura
Essense leci
Aquadest
Formula 1
60 ml
150 ml
3g
7,5 g
12,44 g
31,11 g
11,34 g
28,35 g
13,5 g
33,75 g
2,76g
2,76 g
0,20g
1,86 g
0,18g
0,45 g
Qs
Qs
Qs
Qs
Ad 60ml
Ad 150ml
Formula 2
60ml
3g
12,44 g
15,12 g
10,13 g
2,76 g
0,20 g
0,24 g
Qs
Qs
Ad 60ml
37
BAB III
EVALUASI
A.
Parameter Evaluasi
1. Organoleptis
Bau
: Leci
: Pink
: Piknometer
kerja :
1. Gunakan alat piknometer yang telah dibersihkah dan dalam
keadaan kering
2. Timbang piknometer kosong di timbangan analitik
3. Setelah ditimbang kosong, isi piknometer dengan air hingga terisi
penuh, kemudian timbang botol berisi air.
4. Buang air dalam piknometer, kemudian isi piknometer dengan
larutan sirup dan timbang. Lakukan sebanyak 3 kali pada
masing-masing larutan sirup.
5. Setelah ditimbang semuanya hitung BJ masing-masing dan
kemudian di rata-rata dan cari standart deviasinya.
3. Penetapan pH
Alat
: pH meter
Cara kerja
38
: Viskostester
Cara kerja
3.
4.
B.
5.
6.
Catat hasil
7.
Hasil Evaluasi
1. Organoleptis
Warna
: Pink
Rasa
Bau
: Leci
2. Berat Jenis
Penimbangan Botol
: 57,08 g
Berat jenis
Botol aquadest
Botol 1
Botol 2
Botol 3
Rata2
Standart deviasi
: 1,07 10-3
3. pH
pH sebelum di campur dengan larutan drop
pH 1
: 6,03
pH 2
: 6,03
pH 3
: 6,03
Viskositas
Sebelum di campur dengan larutan drop :
1 = 0,6
2 = 0,6
3 = 0,6
40
C.
Perencanaan Kemasan
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dalam membuat sediaan drop
Parasetamol, langkah awal yang kami lakukan adalah memilih bahan aktif
Parasetamol, pelarut, pengawet, pemanis, pewarna, essence, dan larutan dapar.
Kemudian dari bahan-bahan tersebut kami mencari sifat fisika-kimianya serta
rentangnya agar dapat berfungsi sebagai pelarut, pengawet maupun pemanis untuk
sediaan obat. Setelah itu kami menentukan salah satu bahan yang kiranya paling
baik untuk digunakan dalam membuat sediaan drop Parasetamol. Di mulai dari
bahan aktif parasetamol, kami mulai menghitung dosis parasetamol per hari
(sendok takar) yang disesuaikan dengan dosis dalam literatur. Setelah itu, kami
menentukan kemasan terkecil sediaan berdasarkan dosis sediaan yang ingin kami
buat, didapatkan kemasan terkecilnya 15ml. Dari dosis yang sudah di dapat, kami
memperkirakan berapa banyak drop yang bisa dibuat untuk waktu terapi 3 hari
dengan penggunaan bahan yang efektif dan efisien serta untuk memaksimalkan
stabilitas sediaan. Dari kemasan terkecil, kami menentukan berapa jumlah
Parasetamol yang akan digunakan dalam satu botolnya (15 ml). Selanjutnya kami
menentukan kadar pelarut yang dapat melarutkan Parasetamol. Untuk mengetahui
kelarutan parasetamol dalam formulasi, ada dua cara yaitu :
1. Menghitung konstanta dielektrik dan membandingkannya dengan
formulasi dasar
2. Menggunakan data kelarutan parasetamol pada masing-masing
pelarut
Dalam pembuatan formulasi, kami merancang 3 buah formulasi. Dari 3
formulasi tadi akan dipilih 2 formulasi yang di anggap terbaik untuk di buat
42
sediaan yang nantinya akan di pilih lagi salah satu yang terbaik untuk di buat
dalam skala besar. Dari ketiga formulasi yang kami rencanakan, konstanta
dieletrik yang paling mendekati konstanta dielektrik formula baku adalah formula
1. Formula standard ini diambil dari Formularium Nasional. Nilai konstanta
dielektrik pada formula satu adalah 50,68, formula dua adalah 52,20, formula tiga
adalah 53. Sedangkan nilai konstanta dielektrik formula baku adalah 31. Nilai
konstanta dielektrik akan mempengaruhi kelarutan sediaan yang akan di buat.
Semakin dekat nilai konstanta dielektrik sediaan yang ingin di buat dengan nilai
konstanta dielektrik formula baku akan semakin baik kelarutannya.
Kami memilih formula yang akan di buat dengan mempertimbangkan nilai
konstanta dielektrik (kelarutan) yang paling mendekati formula baku dan
perbedaan penggunaan kosolven dari masing-masing formulasi. Berdasarkan hal
di atas maka kami memilih formula 1 dan 2 untuk di buat sediaan (60ml). Dalam
pembuatan sediaan formula 1 dan 2, terdapat dua cara dalam melarutkan bahan
aktif parasetamol yaitu :
Cara 1 :
paling
pelarut yang
Viskositas.
Formula
memiliki
viskositas
lebih
tinggi
43
44
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Formula yang terpilih untuk pembuatan skala besar adalah formula 1
dengan cara kerja 2, karena memberikan hasil yang lebih baik daripada
formula lainnya.
pH yang diperoleh tidak sesuai dengan pH yang direncanakan (pH=6)
yaitu 6,03, hal ini terjadi karena:
Dari hasil formulasi yang kita buat diperoleh data sebagai berikut :
1. Organoleptis
Warna
: Pink
Rasa
Bau
: Leci
2. Berat Jenis
Rata2
Saran
1. Dilakukan optimasi berkali-kali agar formula yang di peroleh benar-benar
bagus dan sesuai dengan yang di rencanakan.
2. Untuk mengatasi pH yang tidak sesuai bisa dengan cara menimbang
bahan-bahan secara akurat dan teliti sehingga jumlah bahan obat yang
telah di rencanakan sesuai, tidak kurang dan lebih. Penambahan essence
secara teratur dan di hitung dengan benar karena essence bersifat asam
sehingga penambahan essence yang berlebih bisa mempengaruhi pH.
Namun pH yang tidak sesuai dapat di atasi dengan adjustment pH.
45
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
46