Di suatu dusun kecil, hiduplah seorang gadis bersama kedua orang
tuanya. Mereka mempunyai lading yang terlatak di pinggir Danau Toba yang curam. Pada suatu hari, gadis itu pergi sendiri ke lading bersama anjing kesayangannya, si Gipul. Sesampainya di lading, gadis itu duduk dengan wajah termenung. Matanya menatap jauh ke Danau Toba. Si Gipul duduk di sampingnya. Gadis itu sedih karena semalam diberi tahu orang tuanya bahwa ia akan segera dikawinkan dengan seorang pemuda. Pemuda itu adalah anak dari saudara perempuan ayahnya. Pikiran gadis itu kacau balau sebab dia tak sanggup menolak kehendak orang tuanya yang sangat dia cintai. Karena itu, gadis itu pun putus asa. Dengan bercucuran air mata ia berjalan perlahan-lahan menuju pinggir Danau Toba yang berjurang sangat dalam, si Gipul mengikuti gadis itu dari belakang. Anjing itu meringis-ringis seakan-akan mengetahui apa yang hendak dilakukan oleh majikannya itu. Beberapa saat sebelum mencapai pinggir danau, tiba-tiba gadis itu terperosok ke dalam lubang besar. Seluruh tubuhnya masuk ke dalam lubang itu. Makin lama gadis itu makin tenggelam. Di sekelilingnya hanya terdapat batu cadas hitam. Batu-batu itu seakan-akan bergerak hendak mengimpit dirinya. Gadis pun berteriak, Parapat parapat batu .parapat! Maksudnya, merapat merapatlah batu merapatlah. Kata-kata itu diucapkan berulang-ulang dengan harapan batu-batu cadas si sekelilingnya merapat sehingga tubuhnya terjepit dan jiwanya melayang. Pada waktu si Gadis terperosok ke dalam lubang itu, si Gipul tertinggal. Si Gipul itu menggonggong terus-menerus ke mulut lubang tempat si gadis terperosok. Mendengar gonggongan itu, datanglah kedua orang tua gadis itu. Mereka menghampiri lubang itu. Tiba-tiba kedua orang tua itu terkejut karena dari dalam gua itu terdengar sayup-sayup suara yang mengatakan, Parapat parapat batu parapat. Mereka mengenal benar bahwa itu suara anak gadisnya, tetapi mereka tak berani masuk ke jurang itu. Karena hari mulai malam, akhirnya kedua orang tua gadis itu pulang ke dusun dengan membawa si Gipul. Peristiwa itu mereka sampaikan kepada orang-orang di dusunnya. Orang-orang pun menaruh curiga bahwa sesuatu telah terjadi atas diri anak gadis mereka. Meskipun sudah malam, orang-orang dusun itu pergi beramai-ramai akan menolong gadis itu. Setibanya mereka di dekat lubang tempat gadis itu terperangkap, tiba-tiba mereka terkejut sebab dari lubang terdengar sayupsayup suara, Parapat parapat batu parapet, Tak lama kemudian terdengar suara gemuruh dan lubang itu tertutup sehingga orang-orang tak dapat lagi menyelamatkan si gadis. Sebelum orang-orang lupa pada kejadian yang menimpa si gadis itu, terjadilah gempa yang meruntuhkan tebing-tebing di pinggir Danau Toba. Batubatu dari tebing itu berjatuhan ke dalam danau. Setelah gempa berhenti tampaklah sebuah batu besar yang seolah-olah tergantung pada dinding tebing. Bentuknya menyerupai seorang gadis. Orang-orang percaya bahwa batu itu merupakan penjelmaan gadis yang terperangkap itu. Karena seolah-olah tergantung pada dinding tebing, batu yang bentuknya menyerupai gadis itu dinamakan Batu Gantung.