HEREDITAS
Sifat-sifat dominan tersebut yang muncul pada keturunan pertama (F 1). Bagaimana dengan sifat
yang tidak muncul? Kemana perginya sifat tersebut? Untuk mencari jawabannya Mendel melanjutkan
percobaan.
Percobaan kedua ia lakukan dengan membiarkan tanaman-tanaman F 1 menyerbuk sendiri.
Keturunannya disebut F2 (filial kedua). Dari percobannya tersebut, Mendel mendapatkan hasil seperti pada
tabe15.2.
Tabe15.2 Perbandingan Fenotip Pada F1 dan F2
Keturunan Keturunan
Induk (P) Perbandingan
Pertama (F1) Kedua (F2)
Bulat x keriput Bulat 5494 Bulat 2,96 : 1
1850 Keriput
Kuning x hijau Kuning 6022 kuning 3,01 : 1
2001 hijau
Coklat x putih Coklat 705 coklat 3,15 : 1
224 putih
Mengembang x keriput Menggembung 882 menggembung 2,95 : 1
299 keriput
Kulit hijau x kulit kuning Hijau 428 hijau 2,82: 1
152 kuning
Bunga di ketiak x di ujung Di ketiak 651 di ketiak 3,14 : 1
707 di ujung
Batang panjang x pendek Panjang 787 panjang 2,84 : 1
277 pendek
Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa tanaman generasi kedua (F2) mencakup tanaman-tanaman
yang menunjukkan sifat dominan maupun resesif. Perbandingan antara dominan dan resesif = 3 : 1
Percobaan Mendel berikutnya adalah melakukan persilangan antara tanaman-tanaman dengan dua
sifat berbeda. la menyilangkan varietas biji bulat warna kuning dengan biji keriput warna hijau. F1
semuannya berbiji bulat warna kuning. Bila tanaman-tanaman dibiarkan menyerbuk sendiri, tanaman-
tanaman F2 menunjukkan proporsi sebagai berikut :
315 bulat, kuning 101 keriput, kuning
108 bulat, hijau 32 keriput, hijau
Jadi tanaman-tanaman F2 menunjukkan perbandingan 9; 3 : 3; l
Dari percobaan-percobaan yang ia lakukan selama 6 tahun, Mendel dapat menyusun hipotesa
sebagai berikut :
1. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang faktor keturunan (pada waktu itu Mendel
belum mengenal istilah gen seperti yang kita gunakan sekarang), satu dari induk jantan dan satu dari
induk betina.
2. Setiap pasang faktor keturunan memenunjukkan bentuk alternatif sesamanya, misalnya tinggi atau
rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau, dan sebagainya. Kedua bentuk alternatif itu disebutnya
alel.
3. Apabila pasangan faktor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, faktor dominan menutupi
faktor resesif.
4. pada waktu pembentukan gamet atau yang kita kenal dengan pembelahan meiosis, psangan faktor
keturunan atau masing-masing alel akan memisah secara bebas.
5. Individu murni mempunyai pasangan sifat (alel) yang sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.
Untuk mudahnya faktor dominan diberi tanda huruf besar dan faktor resesif dengan huruf kecil,
misalnya TT untuk pasangan alel tinggi dominan dengan tt untuk alel rendah resesif serta Tt untuk
pasang an alel tinggi heterozigot.
Dari hipotesis-hipotesis di atas, Mendel dapat mengembangkan beberapa hukum pewarisan sifat yang kita
kenal dengan hukum Mendel 1 dan hukum Mendel I dan hukum Mendel II.
B. Hukum Mendel / hukum segregasi
Hukum ini menyatakan bahwa dalam pembentukan gamet, pasangan alel akan memisah secara
bebas
Persilangan Monohibrid nominasi Penuh
Tanaman ercis biji bulat, dominan galur murni disilangkan dengan tanaman ercis biji kisut,
resesif galur murni. Fl ternyata 100 % berbiji bulat. Jika F1 disilangkan selamanya keturunan pads F2
berupa tanaman ercis biji bulat dan tanaman ercis biji kisut dengan perbandingan 3 : 1.
Dengan memperhatikan hipotesis yang disusun Mendel dengan hukum segregasi dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Misalkan faktor untuk biji bulat disimpulkan dengan B dan faktor untuk biji kisut disimpulkan dengan
b, maka dalam persilangan antara tanaman biji bulat (BB) dengan tanaman biji kisut (bb)
menghasilkan keturunan yang memiliki kedua macam faktor yaitu Bb. Bijinya berbentuk bulat karena
bulat (B) dominan dengan kisut (b). Gamet yang dihasilkan oleh tanaman F1 ada 2 macam yaitu B dan
b. Jika Fl melakukan persilangan sesamanya maka kemungkinan terjadinya kombinasi dari gamet-
gamet tersebut adalah BB, Bb, bb.
Perhatikan diagram persilangan monohibrid berikut ini :
Induk (P1) BB >< bb
(bulat) (kisut)
Gamet (G) B b
Keturunan Bb (bulat)
P2 F1 >< F1
Bb Bb
G B B
b b
B b
F2
BB Bb
B Bulat murni Bulat hibrida
b Bb bb
Bulat hibrida Kisut murni
Pada persilangan di atas dapat kita lihat adanya kemungkinan kombinasi sebagai berikut
BB = kemungkinan, bulat homozigot (homozigot dominan)
Bb = 2/4 kemungkinan, bulat heterozigot
Bb = kemungkinan, kisut homozigot (homozigot resesif)
Jika dianalisis lebih lanjut kita dapatkan 2 macam perbandingan, yaitu
1. Perbandingan genotip BB : Bb : bb = 1 : 2 : 1
2. Perbandingan fenotip Bulat : Kisut = 3 : 1
Persilangan Monohibrid Dominasi Tak Penuh
Ada beberapa gen (faktor keturunan) yang tidak dominan dan tidak resesif. Sifat ini disebut
intermediat. Hal ini ditemukan Mendel saat menyilangkan bunga Antirrhinum majus. l a memperok;h
hasil sebagai berikut:
Persilangan antara Antirrhinum merah, dominan galur murni (MM) dengan Antirrhinum putih,
resesif galur murni (mm), pada F1 diperoleh keturunan yang berbunga merah muda, Jika F1 disilang
dengan Fl, maka pada F2 diperoleh keturunan berbunga merah, merah muda dan putih dengan
perbandingan 1 : 2 : 1.
M M
F2
MM Mm
M Merah Merah muda
m Mm mm
Merah muda putih
Hukum Mendel 11
Dikenal dengan pengelompokan gen secara bebas atau pemilihan secara bebas (independent
assortment of gen). Hukum ini menyatakan bahwa pada saat pembelahan meiosis yaitu pada
pembentukan sel gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain
yang bukan alelanya.
Persilangan Dihihrid
Seperti yang sudah disebutkan di depan bahwa Mendel melanjutkan percobaannya dengan
menyilangkan tanaman-tanaman ercis dengan 2 sifat beda. la menyilangkan ercis berbiji bulat warna
kuning dengan tanaman yang berbiji kisut warna hijau. Karena bulat dan kuning merupakan faktor
dominan maka pada FI diperoleh keturunan semuanya tanaman berbiji bulat, kuning. Tanaman-tanaman
F1 dibiarkan menyerbuk sendiri. Pada F2 diperoleh keturunan bulat- kuning, bulat-hijau, kisut-kuning,
dan kisut-hijau dengan perbandingan 9 :3 :3:1.
Dengan mengacu pada hipothesa Mendel dan hukum Mendel yang ke-2, hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut : Misalkan faktor biji bulat (B) dan faktor kuning (K), sedangkan faktor biji
kisut (b) dan faktor hijau (k) maka genotip dari tanaman yang disilangkan tersebut dapat ditulis dengan
BBKK dan bbkk. F 1 merupakan individu yang bergenotip BbKk (bulat kuning). Jika tanamantanaman F
1 ini membentuk gamet, maka pada saat meiosis setiap pasangan alel akan memisah secara bebas,
kemudian faktor bebas tersebut berpasangan dengan faktor lain yang bukan alelanya. Prinsip inilah yang
disebut dengan prinsip berpasangan secara bebas. Perhatikan diagram persilangan dihibrid berikut ini!
BK Bk bK Bk
1 2 3 4
BK BBKK BBKk BbKK BbKk
5 6 7 8
Bk BBKk BBkk BbKk Bbkk
9 10 11 12
bK BbKK BbKk bbKK bbKk
13 14 15 16
bk BbKk Bbkk bbKk bbkk
Dengan sistem papan catur seperti bagan persilangan di atas, Mendel dapat menjelaskan
hipotesisnya, bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), tiap alela secara bebas diturunkan kepada
tiap gamet. Setiap gamet hanya menerima satu faktor sifat menurun dari setiap pasangan alela. Jadi
gamet yang dihasilkan oleh individu F1 (BbKk) adalah : BK, Bk, bK, bk. Semua gamet yang mungkin
tetjadi dibentuk dengan perbandingan jumlah yang sama, baik jantan maupun betina. Keturunan pada F2,
fenotip yang muncul adalah bulat kuning : bulat hijau : kisut kuning : kisut hijau = 9: 3: 3 : 1.
Perbandingan tersebut dapat terpenuhi jika kedua sifat beda tersebut dominasi penuh. Demikian
kombinasi secara bebas ini disebut Hukum Kebebasan Mendel.
Kalau kita perhatikan dengan seksama, hasil-hasil persilangan monohibrid maupun dihibrid yang
dilakukan oleh Mendel serta memperhatikan hukum Mendel I dan II, tampak ada hubungan antara jumlah
sifat beda, jumlah macam gamet yang dihasilkan oleh F1, macam genotip pada F2 dan macam fenotip
yang muncul pada F2. Jika jumlah sifat beda = n, maka hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 53 Hubungan antara sifat beda, jumlah macam gamet F2 dan
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Perbandingan
Pembasta macam macam kombinasi macam
Fenotip pada Menghitung
ran gamet dari genotip pada Genotip genotip pada
F2
Fl F2 pada F2 Macam Kombinasi,
Monohibrid
21 = 2 3'= 3 (21 )2 = 4 21 = 2 3: 1 Jumlah Kombinasi,
( 1 sifat beda)
Dihibrid Dan Perbandingan
22 = 4 33 = 9 (22)2 = 16 22 = 4 9: 3:3 : 1
(2 sifat beda)
Trihibrid (22)2 = 64 27 : 9: 9: 9: Fenotip Pada F2
23=8 33 = 27 23 = 8
(3 sifat beda) 3: 3:3 : 1 (keturunan ke 2)
11 11 2 2 11
N hibrid 2 3 (2 ) 2 311:
Dengan Sistem
Garpu (Branchea System)
Dengan menggunakan diagram garpu atau sistem percabangan (branching method} dapat dicari dan
diramalkan jumlah macam gamet, jumlah macam gamet F1, jumlah kombinasi F2, jumlah macam
genotip dan fenotip pada F2
serta perbandingan fenotip pada F2.
Misalkan : ercis biji bulat (B) warna kuning (K) galur murni disilangkan dengan ercis biji kisut (b)
warna hijau (k) galur murni.
Induk (P1) BBKK >< bbkk
(bulat kuing) (kisut hijau)
Keturunan 1(F1) BbKk (Bulat kuning
P2 F1 >< F1
BbKk BbKk
G B K = BK B K = BK
K = Bk k = Bk
b K = bK b K = bK
k = bk k = bk
Contoh diagram garpu di atas adalah persilangan dihibrid. Bagaimana dengan persilangan trihibrid?
Cobalah kamu tentukan!
Pada kelompok pertama, semua individu mengandung seluruh faktor dominan (B dan K). Baik
homozigot maupun heterozigot. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling banyak (9) dengan
fenotip bulat kuning. Pada kelompok kedua, semua individu mengandung 1 macam faktor dominan (2
- 1). Kelompok ini terdiri dari 2 sub kelompok, yaitu :
a. BBkk, Bbkk dengan fenotip bulat hijau sebanyak 3.
b. BbKK, bbKk dengan fenotip kisut kuning sebanyak 3.
Pada kelompok ketiga, individu mengandung nol faktor dominan (2 -2) atau semua faktor yang
dikandungnya resesif (bbkk) sebanyak 1.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa kelompok yang paling besar memiliki semua
sifat dominan (pada contoh bulat kuning). Kelompok kedua (3, 3) sifat dominannya dikurangi 1(bulat
hijau atau kisut kuning). Kelompok ketiga (1) sifat dominannya dikurangi 2 (kisut hijau).
Ketentuan ini berlaku untuk persilangan trihibrid dan seterusnya. Perbandingan pada F2
untuk persilangan trihibrid adalah :
27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 1
1. lnteraksi (Atavisme)
Penyimpangan dari prinsip-prinsip Mendel dapat terjadi karena adanya interaksi dari beberapa gen
(atavisme). Yaitu adanya dua atau lebih pasangan gen yang bekerja sama mengontrol sifat individu.
Contoh : bentuk pial (jengger) pada ayam. Pada ayam dikenal 4 macam hentuk pial yang semuanya
merupakan galur murni, yaitu :
- Fenotip genotip
Perkawinan a. Pial Gerigi (Ros) RRpp antara ayam
b. Pial biji (Pea) rrPP
berpial Ros c. Pial bilah (single) Rrpp dengan Bilah, pada
Fl d. Pial sampel (walnut) RRPP menghasilkan
keturunan yang semuanya berpial Ros. Dan pada F2 diperoleh keturunan Ros : Bilah = 3: 1.
- Perkawinan antara ayam berpial Pea dengan Bilah, pada F1 semuanya berpial Pea. Dan pada F2
diperoleh keturunan Pea : Bilah = 3: 1.
- Perkawinan antara Ros dengan Pea diperoleh keturunan pada Fl berpial Walnut. Sedang pada F2
diperoleh keturunan Walnut : Ros : Pea : B i l a h = 9 : 3 : 3 : 1 .
Perhatikan diagram berikut ini!
P1 RRpp >< rrPP
(Ros) (Pea)
F1 RrPp (walnut)
P2 F1 >< F1
RrPp EePp
RP, Rp, rP, rp RP, Rp, rP,rp
RP Rp rP rp
RP RRPP RRPp RrPP IZrPp
Walnut Walnut Walnut Walnut
Rp
RRPp RRpp RrPp Rrpp
Walnut Ros Walnut Ros
rP RrPp RrPp rrPP rrPp
Walnut Walnut Pea Pea
r
p RrPp Rrpp rrPp rrpp
Walnut Ros Pea Bilah
2. Polimeri
Yaitu sifat yang muncul pada pembastaran heterozgot karena adanyan beberapa gen dominan dari
beberapa pasang alel yang berbeda, secara komulatif mempengaruhi suatu sifat organisme.
Karakter polimeri dikemukakan oleh Nilson-Ehle tahun 1913 di Swedia. Ia membastarkan gandum
yang berbiji merah dengan yang berbiji putih. F1 berwarna merah sedang. Pada F2 dieproleh keturunan 1/16
merahj sekali, 4/16 merah gelap. 6/16 merah sedang. 4/16 merah terang, dan 1/16 putih. Hasil persilangan
tersebut kalau disederhanakan menjadi merah: putih = 15: 1 (dengan tingkat merah yang tidak sama).
Dalam hal ini ada 2 pasang alel yang berperan mengatur pertumbuhan warna pada biji gandum
tersebut. Gen-gen (pasangan pasangan alel) tersebutdisimbolkan dengan M1 dengan alelnya m dan M2
dengan alelnya m2
Perhatikan gambar berikut ini.
Pada diagram tersebut terdapat :
1 kemungkinan mengandung 4 M, warna merah sekali.
4 kemungkinan mengandung 3 M, warna merah gelap.
6 kemungkinan mengandung 2 M, warna merah sedang.
4 kemungkinan mengandung 1 M, warna merah hampir putih. 1
kemungkinan tidak mengandung M, warna putih.
Dengan tidak memperhatikan gradasi warna merahnya, maka ratio fenotip pada F2 adalah merah :
putih = 15 : 1.
4.3. Epistasis dominan resesif, yaitu gen dominan yang epistatik terhadap gen lain yang bukan
alelanya. Sedang gen resesif dari pasangan alel yang ditutup bersifat epistatik terhadap gen dominan
yang menutupinya (gen A epistatik terhadap gen B dan b, sedangkan bb epistatik terhadap A dan
a).
Contoh :
Pada ayam, warna bulu putih disebabkan gen dominan I yang mengahalangi timbulnya pigmen,
epistatik terhadap C dan c. Gen C menyebabkan terhentuknya kromogen (pigmen hitam atau
coklat), gen cc menyebabkan tidak adanya kromogen. Keduanya epistatik terhadap I dan i. Jika
disilangkan ayam Leghorn putih (IICC) dengan ayam Silkie putih (iicc), pada Fl semuanya putih.
Jika Fl disilangkan dengan Fl, pada F2 muncul keturunan yang berwarna (hitam/coklat) dengan
perbandingan antara putih : berwarna = 13 : 3.
4.4. Epistasis resesif rangkap (gen-gen komplementer), yaitu gen resesif epistatik terhadap gen
lain yang bukan alelanya, sedangkan gen resesif dari gen yang ditutup epistatik terhadap
pasangan alel yang menutup (gen aa epistatik terhadap B dan b, dan bb epistatik terhadap A dan
a).jadi gen A dan b dapat berekspresi kalau hadir bersama-sama, sehingga gen A dan B
dikatakan gen-gen komplementer (saling melengkapi).
Contoh :
Pada manusia pendengaran normal disebabkan oleh gen dominan D dan E bersama-sama.
Kehadiran gen dd atau gen ee menyebabkan kelainan bisu tuli.
Perkawinan antara orang normal (DdEe) dengan orang normal (DdEe), kemungkinan
mendapatkan keturunan yang normal dengan yang bisu tuli adalah 9 : 7.
Perhatikan diagram perkawinan antara orang normal (DdEe) dengan orang normal (DdFe) herikut
ini!
Ratio fenotip dari keturunannya = Normal : bisu tuli = 9: 7.
Contoh lain peristiwa epistasis resesif rangkap adalah pigmentasi pada bunga kacang manis
(Lathyrus odoratus), yang dikendalikan oleh gen-gen :
C = bekerja menumbuhkan bahan mentah pigmen.
c = tidak menumbuhkan bahan mentah pigmen, cc epistatik terhadap P dan p.
P = bekerja membentuk enzim yang mengubah bahan mentah pigmen menjadi pigmen ungu
p = tidak membentuk enzim, pp epistatik terhadap C dan c.
4.6. Epistasis karena adanya gen-gen rangkap dengan pengaruh komulatif yaitu gen-gen resesif
aa dan bb yang memberi pengaruh yang sama.
Contah :
Bentuk buah pada tanaman labu squash (markisah) yang dikendalikan oleh :
Gen BL = bentuk cakram
Gen b.b = bentuk bulat, epistatik tehadap L
Gen = bentuk bulat, epistatik terhadap B
B b
C c
Pada gamhar tersehut mc:nunjukkan gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama. Gen A
berpautan dengan gen B dan C. Sedang gen a berpautan dengan gen b dan c. Mengapa hal itu bisa
terjadi ?
Jumlah gen pada suatu individu banyak sekali, jauh melebihi jumlah kromosomnya. Gen
terdapat pada kromosom. Jadi setiap kromosom tentu mengandung banyak gen.
Jika gen A, B dan C terdapat pada satu kromosom, maka pada saat pembelahan meiosis gen
tersebut tidak bisa segregasi (memisah) secara bebas, maupun berpasangan secara bebas. Lebih-lebih
jika lokasinya berdekatan. Gen A, B dan C cenderung untuk memisah maupun berpasangan secara
bersamasama. Begitu juga alelanya yaitu gen a, b dan c. Hal ini akan berakibat gamet yang
terbentuk hanya 2 macam yaitu gamet ABC dan abc. Adanya pautan menyebabkan terjadinya
penyimpangan sejati dari hukum Mendel.
Ketika Mendel melakukan eksperimen, ia belum mengetahui adanya kromosom. Pada penyilangan
dihibrid yang la, lakukan kebetulan faktor-faktor pembawa sifat (sekarang disebut gen) terdapat pada
kromosom yang berlainan, sehingga Mendel memperoleh F2 dengan perbandingan fenotif 9:3:3:1. Jika
kedua gen itu terdapat pada satu kromosom, maka perbandingan F2-nya akan menjadi 3:1.
Dan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa :
a. Peristiwa pautan menyebabkan jumlah macam gamet yang terbentuk lebih sedikit dihanding jika gen-
gen tidak berpautan.
b. Jumlah macam fenotif pada F2 lebih sedikit dibanding jika gen-gen tidak berpautan.
Kekuatan pautan tergantung dari jarak antara gen-gen berpautan. Misalnya gen A,B, dan C terletak
pada kromosom yang sama, dengan jarak sebagai berikut
A B C
Maka pautan antara A - B adalah 2 kali lebih erat dari pada pautan antara B - C dan 3 kali lebih erat dari
pada pautan A - C.
Adanya gen-gen yang berpautan pertama kali ditemukan oleh Morgan (1866-1945) sarjana
Amerika, yang pada tahun 1910 melakukan percobaan/penelitian dengan menyilangkan lalat buah
(Drosophila melunogusrer) yang memiliki berbagai macam karakter morfologi seperti bentuk sayap,
warna tubuh dan warna mata.
Dikawinkan Drosophila betina warna tubuh kelabu dan bersayap panjang dengan jantan tubuh
hitam dan bersayap pendek. Fl berbadan kelabu dan bersayap panjang. Gen untuk tubuh kelabu
disimbolkan dengan B, gen untuk tubuh hitam disimbolkan dengan b, sayap panjang disimbolkan V
dan sayap pendek dengan v.
Fl kemudian dites cross (disilangkan dengan induk resesif). Sesuai dengan hukum Mendel II
(hukum segregasi bebas dan rekombinasi bebas), maka akan diperoleh keturunan = kelabu sayap
panjang : kelabu sayap pendek : hitam sayap pendek : hitam sayap panjang = 1: 1: 1 : 1.
Tetapi ternyata hasil yang diperoleh sangat berbeda yaitu kelabu panjang : hitam pebdek = 1: l.
Penemuan Morgan ini menunjukkan bahwa gen B dan V maupun b dan v tidak terletak pada
kromosom yang berbeda, melainkan terletak pada kromosOm yang sama (berpautan). Perhatikan bagan
persilangan berikut ini!
Berdasarkan diagram pindah silang di atas, tampak pada kita bahwa jika pada individu yang gen-
gennya bertautan dan pada saat pembentukan gamet tidak terjadi pindah silang, maka susunan gen pada
sernua gamet yang dihasilkan merupakan kombinasi parental. Pada individu dihibrid seperti pada
contoh di atas, garnet yang dihasilkan 2 macam, yaitu 13V dan bv. Sedang jika terjadi pindah Wang,
maka susunannya gen pada gamet yang dihasilkan ada 2 macam, yaitu kombinasi parental (BV dan
bv), serta kombinasi baru atau rekombinasi (Rv dan bV).
Berdasarkan pada jumlah keturunannya, kita bisa menghitung besarnya nilai pindah silang,
dengan ketentuan sebagai berikut :
jumlah rekombinan
Nilai Pindah Silang(NPS ) 100%
Jumlah seluruh keturunan
NPS menunjukkan jarak gen yang mengalami pindah silang. Makin jauh jarak gen-gen yang
mengalami pindah silang, makin besar NPS nya.
1. Sistem X-Y
Determinasi seks sistem X-Y berlaku pada manusia. Terjadi juga pada semua jenis mamalia,
beberpa jenis insecta, dan pada tumbuhan dioecius. Individu betina memiliki susunan seks kromosom
XX, sedang individu jantan memiliki susunan seks kromosom XY. Jenis kromosom seks pada ovum
adalah X dan pada sperma adalah X atau Y.
Pada sistem ini jenis kelamin tidak semata-mata ditentukan oleh kromosom X dan Y saja, tetapi
perimbangan kromosom seks dengan autosom ikut berperan menentukan jenis kelamin individu.
Hal ini berlaku pada serangga, tetapi tidak pada manusia.
Susunan Susunan
Kelamin X/ A Kelamin XIA
Kromosom Kromosom
3.AA + XXX Betina super 1,5 22.AA + X Perempuan 0,5
3.AA + XX Betina 1,0 22.AA + XX Perempuan 1,0
3.AA + XXY Betina 1,0 22.AA + XXX Perempuan 1,5
3.AAA+ XXX Betina 1,0 22.AA + XXXX Perempuan 2,0
3 AAA + XX Interseks 0,67 -
3.AAA + XXY Interseks _ -
3.AA + X Jantan 0,5 22.AA + XY Laki-laki 0,5
3.AA + XY Jantan 0,5 22.AA + XYY Laki-laki 0,5
3.AA + XYY Jantan 0,5 22.AA + XXY Laki-laki 1,0
22.AA + XXYY Laki-laki 1,0
3.AAA + X Jantan super 0,33 -
3.AAA + XY Jantan super 0,33 -
2. Sistem ZW
Berlaku pada Aves, Pisces, dan beberapa jenis insecta seperti ngengat dan kupu-kupu. Pada sistem
ini individu betina memiliki susunan seks kromosom ZW dan pada individu jantan ZZ. Sehingga
jenis seks kromosom pada ovum adalah Z atau W, sedang pada sperma hanya kromosom Z saja.
3. Sistem X-O
Sistem ini terdapat pada beberapa jenis serangga saja, yaitu kepinding, kutu daun, dan belalang.
Pada sistem ini hanya terdapat satu macam seks kromosom yaitu X. Susunan seks kromosom
pada yang betina XX, dan pada jantan XO (X). Ovum mengandung kromosom X, sedang sperma
ada yang mengandung kromosom X ada yang tidak mengandung seks kromosom.
4. Sistem Ploidi
Pada sistem ini, individu tidak memiliki seks kromosoin. Jenis kelamin ditentukan oleh jumlah
ploidinya. Individu betina memiliki kromosom diploid (2n), sedangkan individu jantan haploid (n).
Sistem ini berlaku pada Hymenoptera (lebah, kumbang, semut).
Pembentukan gamet antara gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum) berlangsung dengan
cara yang berbeda. Pembentukan ovum dengan pembelahan meiosis, sedang pembentukan
sperma dengan pembelahan mitosis. individu betina terbentuk dengan cara fertilisasi ovum oleh
sperma, sedang individu jantan terbentuk lewat proses parthenogenesis.
.
PAUTAN SEKS (RANGKAI KELAMIN)
Pautan seks (seks linkage) adalah gen yang terletak pada kromosom seks. Dengan demikian
karakter yang ditimbulkan oleh gen ini muncul bersama-sama dengan jenis kelamin.
Pautan Seks pada Drosophila
Gen berpautan seks yang pertama kali ditemukan adalah gen mutan resesif yang menyebabkan
warna mata putih pada Drosophila. Alelanya yang dominan menyebabkan warna mata merah. Gen untuk
warna mata pada Drosophila tersebut terpaut pada kromosom x.
Seperti halnya gen berpautan, pautan seks juga ditemukan oleh Thomas Hunt Morgan, seorang
ahli embriologi pada Columbia University. Morgan menyilangkan Drosophila betina mata merah dengan
Drosophila jantan mata putih. Keturunan F1 100 % bermata merah (jantan maupun betina). Sedangkan
keturunan F2, 75 % bermata merah dan 25 % bermata putih. Anehnya, yang bermata putih selalu jantan
(bukan yang jantan selalu bermata putih). Walaupun percoban tersebut dilakukan berulang kali, hasilnya
selalu sama. Berdasarkan hasil percobaannya, Morgan menyusun hipotesis sebagai berikut :
a. Faktor warna mata merah dominan terhadap faktor mata putih.
b. Gen yang bertanggung jawab atas warna mata terletak pada kromosom X.
c. Di dalam kromosom Y tidak terdapat gen yang bertanggung jawab atas warna mata.
Kemudian Morgan menyatakan bahwa gen yang terdapat pada kromosom (kromosom seks) disebut
terpaut seks dan peristiwanya disebut pautan seks.
Berdasarkan hipotesa Morgan, dapatlah kiranya persilangan Drosophila tersebut diatas
digambarkan sebagai berikut :
P1 XMXM >< Xm Y
( mata merah) (mata putih)
G XM XM
Y
Fl XM Xm ( mata merah)
XM Y ( mata putih)
P2 XM Xm >< XM Y
( mata merah) (mata putih)
G XM,Xm XM,Y
XM Xm
XM XM Xm XM Xm
M
Y X Y Xm Y
Keterangan : M = gen mata merah
m = gen mata putih
Ratio fenotip pada F2 = mata merah : mata merah : mata putih = 2: 1: 1.
Selain gen untuk warna mata, pada Drosophila terdapat gen lain yang terpaut pada kromosom X,
yaitu gen untuk wama tubuh . Gen tersebut disimbolkan dengan K yang menyebabkan wama tubuh
kelabu dan gen K menyebabkan warna kuning.
Pautan Seks pada Manusia
Pada manusia diketahui adanya beberapa macam gen yang terletak pada kromosom X maupun
kromosom y yang non homolog. Gen yang terletak pada kromosom X non homolog disebut gen terpaut X
dan gen yang terletak pada kromosom Y non homolog disebut gen terpaut Y. Gen-gen terpaut Y disebut
juga gen-gen Holandrik artinya karakter yang hanya terdapat pada laki-laki.
Macam-Macam Gen Terpaut X
Macam-macam gen terpaut X pada manusia antara lain :
1. Buta warna.
a. Buta warna sebagian (buta warna parsial)
b. Buta warna total
2. Hemofili
3. Anodontia (ompong)
4. Anenamel (tak beremail)
5. Duchenne muscular dystrophy.
GEN LETAL
Gen fetal adalah gen yang dalam keadaan homozigot dapat menyebabkan kematian. Mengapa
menyebabkan kematian? Hal ini disebabkan karena tugas gen aslinya (gen sebelum mengalami mutasi)
adalah menumbuhkan karakter atau bagian-bagian tubuh yang penting. Kalau mengalami mutasi buruk,
pertumbuhan slat itu terganggu, sehingga individu mati.
Kematian dapat berlangsung dimasa embrio baru lahir atau individu yang sudah berumur beberapa
tahun. Kalau kematian sesudah individu berumur beberapa tahun atau menjelang dewasa, disebut gen
subletal. Berdasarkan sifat dominasinya, gen fetal dibedakan menjadi fetal dominan dan fetal resesif.
- Gen fetal dominan, yaitu gen dominan yang dalam keadaan homozigot menyebabkan fetal, sedangkan
dalam keadaan heterozigot menunjukkan kelainan dan alelanya yang homozigot resesif menyebabkan
normal.
- Gen fetal resesif, yaitu gen resesif yang dalam keadaan homozigot menyebabkan fetal, dalam keadaan
heterozigot tidak menunjukkan kelainan.
Gen fetal dapat terjadi pada tumbuhan, hewan atau manusia.
Contoh kelainan/cacat yang disebabkan oleh gen fetal dominan pada hewan antara lain:
1. Tikus bulu kuning.
Disebabkan oleh gen fetal dominan K yang menyebabkan warna bulu kuning. Alelanya k yang resesif
menyebabkan warns bulu bukan kuning.
Persilangan tikus bulu kuning (Kk) dengan tikus bulu kuning, maka keturunannya kuning
homozigot (coati), kuning heterozigot (hidup) dan bukan kuning (kuning).
2. Ayam creeper (Redep = Anchondrolapsia).
Ayam Creeper yaitu ayam yang ukuran tubuhnya normal tetapi kakinya sangat pendek, sehingga kalau
berjalan seperti merayap. Ayam creeper bergenotip heterozigot. Sifat tersebut disebabkan oleh gen
fetal dominan C. Alelanya cc menyebabkan fenotip normal.
Ayam yang genotipnya homozigot dominan (CC) memiliki berbagai macam kelainan yaitu : tubuh
kecil, mats bercelah, tidak ada kelopak mata, kepala rusak, dan rangka tidak mengalami osifikasi.
Umumnya coati ketika embrio dierami paling lama 19 hari.
3. Ayam berjambul
Ayam berjambul bergenotip heterozigot (Crcr). Simbol Cr dari kata crest. Bulu di kepala panjang dan
tegak. Ayam ini nampak menarik dan disenangi orang. Kalau diperiksa tengkoraknya ternyata tidak
tumbuh sempurna. Di bagian tulang dahi terdapat lubang yang hanya ditutupi oleh membran. Ayam
yang bergenotip homozigot (CrCr) coati ketika embrio dierami sekitar 10 hari.
Contoh kelainan-kelainan yang disebabkan oleh gen letal dominan pada manusia.
1. Brachydactyly
Brachydactyly adalah kelainan berupa jari jari tangan pendek karena terdiri dari 2 macam ruas saja.
Ruas tengah pada jari sangat pendek atau menyatu dengan ruas yang lain. Penderita Brachydactyly
bergenotip heterozigot (Bb).
Sedangkan individu yang homozigot (BR) letal, dengan ciri-ciri tanpa jari tangan dan jari kaki,
disertai kerusakan pada tulang rangka yang lain.
P Dd >< Dd
(Dexter) (Dexter)
F D D
D DD Dd
kerry Dexter
D Dd dd
Dexter bulldog
2. Kelinci Pelger
Kelinci Pelger bergenotip heterozigot (Pp). Kelinci ini mengalami gangguan pada pembentukan
granulosit (leukosit) yang homozigot resesif, biasanya mati sebelum lahir atau segera setelah
kelahiran. Sedang yang homozigot dominan normal.
D. HEREDITAS PADA MANUSIA
Berbeda dengan hewan maupun tumbuhan, genetika pada manusia lebih sulit diteliti karena :
1. Jurang sekali manusia bersedia dijadikan obyek penelitian.
2. Umur manusia dan daur hidup relatif panjang, sehingga mendapatkan kesulitan jika umur peneliti
pendek.
3. Manusia mempunyai keturunan yang relatif sedikit.
4. Manusia sulit dikontrol suasana lingkungannya yang sesuai dengan harapan peneliti.
5. Manusia tidak mau dipasang-pasangkan sekehendak peneliti.
6. Untuk menyusun suatu peta silsilah membutuhkan keturunan dalam jumlah yang banyak (sekurang-
kurangnya 3 generasi).
Karena kesulitan-kesulitan tersebut, maka dalam mempelajari genetika manusia digunakan cara-
cara antara lain :
1. Meneliti pedigree (peta silsilah) dari suatu keluarga. Pedigree merupakan catatan asal usul suatu sifat
dari nenek moyang hingga anak cucu selama beberapa generasi berturut-turut.
2. Meneliti genetika pada hewan yang mungkin mempunyai sifat/karakter yang dapat diterapkan pada
manusia.
Dengan cara-cara tersebut peneliti dapat memperoleh informasi asal usul hereditas pada manusia, antara
lain berkaitan dengan :
1. Cacat dan penyakit menurun.
2. Golongan darah.
Hindari Consanguinity
Consanqunity adalah perkawinan sedarah atau sekerabat. Walaupun relatif sulit terjadi, dua karier
dari alel berbahaya dan langka yang sama, akan bertemu dan kawin. Namun probabilitasnya sangat
meningkat jika lelaki dan perempuan merupakan kerabat dekat. Hal ini dikarenakan dengan leluhur yang
sama lebih berkemungkinan untuk membawa alel resesif yang sama dari pada orang yang tidak bertalian
keluarga. Sehingga perkawinan keluarga dekat memiliki kemungkinan menghasilkan keturunan yang
homozigot untuk sifat resesif yang berbahaya.
Sebagian besar masyarakat dan budaya memiliki aturan menolak terjadinya perkawinan sekerabat.
Contohnya di Tapanuli, adat melarang perkawinan individu dalam satu marga. Apabila terpaksa, maka
akan dikenai sanksi dan tidak dilaksanakan dengan upacara adat.
Perbaikan mutu genetik dengan menerapkan prinsip-prinsip genetika seperti diatas disebut
Eugenik.
Selain dengan eugenik, usaha lain yang dapat dilakukan adalah dengan pengelolaan lingkungan,
seperti pendidikan, peningkatan gizi, perbaikan tempat tinggal, olahraga dan rekreasi. Cara ini disebut
euthenik.
Berbagai saran para ahli genetika dalam rangka aplikasi eugenetika antara lain:
1. Hindari perkawinan kerabat dekat.
2. Semua masyarakat, terutama generasi mudanya perlu memahami hukum hereditas dan bagaimana
hukum ini bekerja dalam kehidupan.
3. Sedapat mungkin masyarakat tidak
4. Pemeriksaan terhadap calon pembentuk rumah tangga, tentang kesehatan dan asal-usul calon sebelum
pernikahan dilakukan.
5. Tetap menjaga kesehatan badan dan mental.
Pada saat bayi lahir jumlah aglutinin dalam plasma hampir nol. Dua sampai delapan bulan setelah lahir
bayi mulai membentuk aglutinin. Titer maksimal biasanya dicapai pada usia 8 sampai 10 tahun, dan titer
ini lambat laun menurun dalam usia kehidupan selanjutnya. Seperti nampak pada gambar berikut ini:
BAB 6
MUTASI
PENDAHULUAN
Mutasi adalah perubahan materi genetik dari suatu sel atau organisme. Dengan sendirinya mutasi
menyebabkan perubahan genotip. Ini bukan berarti bahwa perubahan genotip yang terjadi karena
hibriditasi (persilangan) dinamakan mutasi, karena pada peristiwa tersebut tidak terjadi perubahan materi
genetik. Faktor-faktor yang menyebabkan mutasi disebut mulagen. Sedang individu hasil mutasi disebut
mutan dan peristiwa mutasi itu sendiri disebut mutugenesis.
Macam-macam mutasi
Dikenal beberapa cara penggolongan mutasi , yaitu :
I. Berdasarkan jenis sel yang mengalami mutasi, dibedakan menjadi :
1. Mutasi Somatis, adalah mutasi yang terjadi pada sel-sel somatis. Mutasi ini hanya
diwariskan/diturunkan pada sel-sel somatis. Misalnya mutasi pada sel-sel kulit yang menyebabkan
kanker Wit.
2. Mutasi Germinal, adalah mutasi yang terjadi pada sel-sel gamet (sperma atau ovum). Mutasi ini
diwariskan pada generasi berikutnya. Misalnya berbagai macam cacat dan penyakit menurun.
(Baca kembali cacat dan penyakit menurun pada modul hereditas manusia).
II. Berdasarkan jumlah/banyak sedikitnya materi genetik yang mengalami mutasi, dibedakan menjadi:
1. Mutasi Gen, jika materi genetik yang mengalami mutasi hanya sedikit (satu atau beberapa
nukleotida saja). Mutasi gen disebut juga mutasi titik, point mutasi, mutasi intragenik, atau mutasi
tingkat molekuler.
2. Mutasi kromosom, jika materi genetika yang mengalami mutasi jumlahnya banyak. Materi
kromosom disebut juga mutasi besar atau aberasi.
Mutasi Gen
Dibedakan menjadi 2 macam :
1. Mutasi pergantian basa
Dibedakan lagi menjadi 2 macam, yaitu transisi dan transversi.
- Transisi adalah pergantian basa sejenis, maksudnya basa purin diganti dengan purin, basa
pirimidin diganti dengan pirimidin.
- Transversi adalah pergantian basa tak sejenis, maksudnya basa purin diganti dengan hasa
pirimidin dan sebaliknya. Perhatikan diagram berikut ini!
2. Mutasi pergeseran kerangka
Mutasi jenis ini terjadi secara delesi atau insersi.
- Delesi adalah berkurangnya satu atau lebih pasangan basa nitrogen.
- Insersi adalah penyisipan atau subtitusi satu atau lebih pasangan basa pada molekul DNA.
Pada mutasi pergantian basa yang hanya terjadi pada satu pasang basa nitrogen, maka mutasi
tersebut akan menyebabkan perubahan satu kodon dari DNA yang bersangkutan. Jadi hal ini dapat atau
tidak mengakibatkan pergantian jenis asam amino pada protein yang disintesanya (yang disandi oleh gen
tersebut). Mengapa?
Pada kasus lain pergantian satu pasang basa saja dapat menyebabkan pergantian asam amino yang
berakibat kritis. Protein yang disintesa sama sekali tidak dapat melakukan fungsi normalnya. Mutasi
tersebut seringkali mematikan sel. Perubahan satu asam amino kadang tidak terlalu berpengaruh pada
protein yang disintesanya. Sehingga protein tersebut tetap dapat berfungsi hanya tidak seefisien protein
normalnya. Kadang-kadang mutasi bahkan menvebabkan protein yang disintesanya lebih mampu
melaksanakan fungsinya.
Berbeda dengan mutasi pergantian basa, maka pada mutasi pergeseran kerangka dapat
mengakibatkan jenis kerusakan genetik yang lebih parah. Hal ini dikarenakan kerusakan akan dimulai
dart tempat masuknya (tersisipnya) atau tempat hilangnya basa yang bersangkutan, karena akan terjadi
pergeseran dalam kerangka pembacaan DNA. Akibatnya, produksi protein akan memiliki urutan asam
amino secara benar sampai pada titik mutasi. Tetapi selelah titik mutasi urutan asam amino akan kacau
dan sama sekali berbeda dengan protein normalnya. Sebagian besar mutasi pergeseran kerangka satu basa
mengakibatkan produk gen yang tidak aktif secara biologi.
Mutasi Kromosom
Mutasi kromosom dapat berupa:
- Mutasi perubahan struktur kromosom (mutasi karena kerusakan kromosom)
- Mutasi perubahan jumlah kromosom
Mutasi perubahan struktur kromosom, meliputi:
1. Delesi (defisiensi), ialah hilangnya sebagian (segmen) kromosom karena patah. Delesi dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu:
a. Delesi terminal: patahnya kromosom di dekat ujung suatu kromosom yang mengakibatkan
hilangnya bagian ujung tersebut seperti gambar berikut:
b. Delesi interkalar : Kromosom patah di dua tempat dan bagian tengah kromosom yang patah
tersebut hilang. Perhatikan gambar berikut!
2. Duplikasi, ialah penambahan segmen kromosom yang berasal dari kromosom homolognya.
Perhatikan gambar berikut ini!
3. Inversi, ialah membaliknya beberapa urutan gen dari suatu kromosom. Dibedakan menjadi :
a. Inversi parasentris: inverse yang melibatkan satu lengan kromosom. Seperti nampak pada gambar
berikut ini:
b. Inversi perisentris : inverse yang melibatkan dua lengan kromosom. Seperti pada gambar berikut
ini.
4. Translokasi, ialah pindahnya suatu segmen kromosom ke kromosom lain yang bukan homolognya.
Dibedakan menjadi:
a. Translokasi tunggal : terjadi jika kromosom patah di suatu tempat, kemudian bagian yang patah
tersebut menempel ke ujung kromosom lain yang bukan homolognya secara sepihak.
b. Translokasi resiprok: terjadi jika dua kromosom yang non homolognya patah, kemudian patahan
tersebut menyambung ke kromosom non homolognya secara timbal balik. Dibedakan menjadi 2
macam, yaitu:
b.1 Translokasi homozigot, terjadi jika dua pasang kromosom homoloh patah dan patahannya
tertukar dengan non homolognya secara sempurna.
b.2 Translokasi heterozigot, terjadi jika sebuah dari masing-masing kromosom non homolog
patah dan bagian yang patah saling tertukar dengan kromosom non homolog.
Contoh-contoh cacat/kelainan yang terjadi karena perubahan struktur kromosom:
1. Semi steril pada tanaman jagung
Kelainan ini berupa gagalnya pembentukan sebagian biji pada suatu tongkol jagung. Hal ini terjadi
karena mutasi translokasi heterozigot.
2. Sindroma Cri du chat
Ditemukan di Perancis tahun 1963 oleh Lejeune. Sindroma ini terjadi karena delesi pada lengan
pendek kromosom no 5 (B). Pita suara sempit, epiglottis melengkung, sehingga waktu bayi kalau
menangis seperti suara kucing, kepala kecil, muka membulat, letak kedua mata berjauhan, lemah
mental, mengidap kelainan jantung, pertumbuhan lambat.
3. Leukemia jenis granulocytis
Ditemukan di Philadelphia tahun 1960 oleh P. Nowell dan D.A. Hungerford. Penyakit ini disebabkan
oleh delesi lengan panjang pada kromosom no. 22. Fragmen yang hilang tersebut ternyata berperan
dalam pematangan sel-sel granulosit. Karena delesi maka granulosit belum matang diproduksi secara
abnormal dalam sumsum tulang.
6. Sindrom Edwards
Trisomi pada autosom no 16, 17 atau 18.
Kariotipe 45 A xx atau 45 Axy.
Ciri-ciri : Tengkorak lonjong, dada pendek lebar, telinga rendah, mulut kecil. 90 % meninggal dalam
6 bulan pertama setelah lahir.
7. Sindrom Down
Trisomi pada autosom no 21.
Kariotipe 45Axx atau 45 Axy
Ciri-ciri : Kepala bulat, mata sipit, disebut juga sindrom mongolisme. Tubuh pendek (3/4 dari
normal), kaki pendek, jalan lamban, mulut suka menganga, lidah besar suka menjulur, IQ
rendah antara 25 sampai 60.