Anda di halaman 1dari 17

Pengaruh Berbagai Macam Cairan

Terhadap Proses Oksidasi Buah Apel

Disusun oleh :
Nicholas Elbert Liem
9E / 15
&
Seann Bryan Timothius
9E / 17

Tahun Pelajaran 2019 / 2020


Sekolah Menengah Pertama Santo Aloysius
Jalan Sultan Agung no. 4
Bandung
Pengaruh Berbagai Macam Cairan
Terhadap Proses Oksidasi Buah Apel

Disusun oleh :
Nicholas Elbert Liem
9E / 15
&
Seann Bryan Timothius
9E / 17

Tahun Pelajaran 2019 / 2020


Sekolah Menengah Pertama Santo Aloysius
Jalan Sultan Agung no. 4
Bandung
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
seluruh rahmat dan karunianya yang telah dilimpahkan kepada kami dalam
proses menyusun karya ilmiah ini sehingga kami dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini dengan tepat waktu tanpa kekurangan hal yang berarti. Kami juga
mengucapkan syukur atas dukungan dari orang tua, guru, teman-teman, dan
orang-orang disekitar kami sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan
baik.

Laporan ilmiah ini kami ciptakan dengan tujuan untuk memenuhi


tuntutan tugas Bahasa Indonesia yang diberikan oleh guru kami di sekolah.
Kami memilih untuk melakukan uji coba dengan buah apel atas dasar rasa
penasaran kami terhadap proses oksidasi apel. Laporan ini bertujuan untuk
memberi saran kepada pembaca tentang cara membuat buah apel bertahan
lebih lama.

Dalam proses pengerjaan laporan ilmiah ini kami harus berhadapan


dengan beberapa kendala yang menghambat proses kerja kami, salah satu
diantaranya adalah jarak rumah kami yang berjauhan. Jarak rumah yang
berjauhan telah membuat kami kesulitan bertukar informasi tentang
eksperimen yang kami lakukan. Disamping itu, harga buah apel yang
terbilang tidak murah juga sempat menghambat ami dari segi biaya. Jadwal
aktivitas dari masing-masing individupun turut menjadi kendala dalam
pendiskusian laporan ilmiah ini. Namun, dengan segala dukungan dan
bantuan dari orang-orang di sekitar kami, kami mampu mengatasi
hambatan-hambatan tersebut dan mampu menyelesaikan laporan ilmiah ini
dengan tepat waktu.

Kami berharap agar pembaca Laporan ilmiah kami mampu


memahami Bahasa dan kosakata dalam laporan ilmiah yang sudah kami
susun dan dapat bermanfaat bila diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Mohon maaf sebelumnya bila ada kata-kata yang salah atau kurang
berkenan di hati pembaca. saya dan rekan saya mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada pembaca.

Terima kasih dan selamat membaca


Daftar Isi

Kata Pengantar…………………………………………………………… ii
Daftar Isi………………………………………………………………… iii
Pendahuluan……………………………………………………………… 1
a) Latar belakang……………………………………………………1
b) Rumusan Masalah………………………………………………. 1
c) Tujuan…………………………………………………………… 2
Landasan Teori………………………………………………………….... 3
a) Buah Apel………………………………………………………….. 3
b) Oksidasi Enzim dalam Buah Apel…………………………………. 3
Metode Penelitian……………………………………………………….... 4
a) Alat dan Bahan…………………………………………………….. 4
b) Cara Kerja…………………………………………………………. 4
Hasil dan Pembahasan……………………………………………………. 5
a) Hasil………………………………………………………………... 5
b) Pembahasan………………………………………………………. 11
Kesimpulan……………………………………………………………… 12
Daftar Pustaka…………………………………………………………... 13
Pendahuluan

a. Latar Belakang
Tidak ada yang abadi di dunia ini, baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan pasti akan menemui akhirnya. Semua makhluk hidup pasti akan
mati lalu membusuk, mengerut, dan pada akhirnya akan hilang dari
keberadaan. Sebelum membusuk, beberapa makhluk hidup, khususnya
tumbuhan akan melewati beberapa proses tambahan seperti fermentasi dan
oksidasi. Tahap tersebut dapat mengubah warna, bentuk, dan rasa yang
terdapat dalam tumbuhan tersebut. Bahkan terkadang dapat mempercepat
proses pembusukan dari tumbuhan tersebut.
Sama halnya dengan buah apel. Buah dengan nama latin Malus domestica
ini juga tidak dapat lepas dari proses oksidasi. Oksidasi adalah sebuah
proses biologis yang terjadi pada beberapa jenis tumbuhan (termasuk
tanaman apel) akibat dari oksigen yang bersentuhan langsung dengan
daging buah. Proses oksidasi menyebabkan buah yang popular di kalangan
masyarakat barat ini menjadi berwarna kecoklatan dan bentuknya menjadi
sedikit mengkerut. Bahkan jika proses oksidasi berlangsung cukup lama,
apel yang teroksidasi dapat berubah rasa menjadi sepat dan tidak manis lagi.
Itulah alasannya mengapa buah apel harus segera dikonsumsi setelah
dikupas dan tidak boleh dibiarkan terlalu lama di udara terbuka.
Namun, beberapa pakar biologi mengatakan bahwa proses oksidasi
dapat dihambat dengan merendam buah apel ke cairan tertentu, seperti
cairan garam. Garam yang dilarutkan dalam air dikatakan dapat
memperhambat porses oksidasi hingga 3 sampai 4 jam. Namun, sampai saat
ini masih belum ditemukan cara pasti untuk memperhambat proses oksidasi
buah apel dengan cairan lain.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan praktikum untuk
menguji buah apel dengan cairan lain disamping larutan garam agar terdapat
alternatif lain untuk menghambat proses oksidasi apel.

b. Rumusan masalah
Bagaimana cara menghambat proses oksidasi apel dengan berbagai jenis
cairan.
c. Tujuan
Untuk mengetahui reaksi buah apel dengan beberapa jenis cairan yang
diharapkan mampu memperhambat proses oksidasi.
Landasan Teori / Kajian Pustaka

a. Buah Apel
Apel adalah jenis buah-buahan, atau buah yang dihasilkan
dari pohon buah apel. Buah apel biasanya berwarna merah kulitnya
jika masak dan (siap dimakan), namun bisa juga kulitnya
berwarna hijau atau kuning. Kulit buahnya agak lembek, daging buahnya
keras. Buah ini memiliki beberapa biji di dalamnya.
Orang mulai pertama kali menanam apel di Asia Tengah. Kini apel
berkembang di banyak daerah di dunia yang suhu udaranya lebih
dingin. Nama ilmiah pohon apel dalam bahasa Latin ialah Malus
domestica. Apel budidaya adalah keturunan dari Malus sieversii asal Asia
Tengah, dengan sebagian genom dari Malus sylvestris (apel hutan/apel liar).

b. Oksidasi Enzim dalam Buah Apel


Bagian daging apel berubah warna karena mekanisme perlindungan
yang dimiliki apel untuk melawan bakteri dan jamur. Pemicu untuk ini
adalah kerusakan sel-sel, seperti ketika Anda memotong apel, yang
kemudian menghasilkan enzim tertentu di dalam sel yang terkena oksigen.
Ketika ini terjadi, enzim bereaksi terhadap oksigen menciptakan lapisan
teroksidasi yang menyediakan beberapa perlindungan terhadap benda
asing.
Lebih teknis, enzim yang disebut polifenol oksidase (juga dikenal
sebagai tirosinase), yang terdiri dari enzim monophenol oksidase dan
katekol oksidase, bila terkena oksigen akan menghasilkan senyawa fenolik
dalam jaringan apel berubah menjadi orto-kuinon atau "o-kuinon". O-
kuinon memberikan perlindungan dari bakteri dan jamur karena mereka
membentuk antiseptik alami.
O-kuinon sendiri tidak memiliki warna, tetapi mereka lebih bereaksi
dengan asam amino dan oksigen untuk menghasilkan melanin. Melanin
inilah yang menjelaskan bagaimana kita mendapatkan warna coklat pada
sel-sel potongan apel.

Meski daging buahnya sudah berubah warna, apel masih aman


untuk dikonsumsi. Hanya saja rasa enaknya berkurang.
Metode Penelitian

a. Alat dan Bahan


3 buah wadah (Baskom, ember, panci, dsb.), Piring, sendok makan,
sendok teh, air mentah, air mendidih, garam beryodium, gula pasir, 2 buah
apel.

b. Cara Kerja

1. Bagilah air mentah yang sudah tersedia ke dalam 4 buah wadah.


2. Rebuslah air pada wadah pertama.
3. Masukan 5 sendok teh garam ke dalam wadah kedua, lalu aduk hingga
garam larut.
4. Masukan 6 sendok teh gula ke dalam wadah ketiga, lalu aduk hingga
gula larut.
5. Potonglah kedua apel menjadi 4 bagian dengan bagian tengah terbuka.
6. Masukkan keempat potong apel ke masing masing 3 wadah dan 1
piring yang sudah terisi larutan khusus.
7. Amati keempat potongan apel tersebut selama 2 jam dan catatlah
perubahan-perubahan yang terjadi pada buah apel dalam kurun waktu
30 menit.
Hasil dan Pembahasan

a. Hasil
Eksperimen dimulai pada pukul 15.15 WIB. Sebelumnya apel telah dicuci
dahulu dengan air kran. Kami menggunakan 3 wadah berbeda berisi cairan
dan 1 piring. Setiap wadah dimasukan satu potongan apel.

Wadah abu mengkilat berisi air mendidih, wadah hitam berisi air garam,
wadah bening berisi air gula, sedangkan piring hijau tidak berisi cairan.

Gambar di atas adalah kondisi apel yang telah dibelah sebelum dimasukan
ke dalam wadah.
Setelah dimasukan ke dalam wadah kami melakukan obeservasi terhadap
buah apel tersebut selama 2 jam dari jam 15.20 sampai 17.20 WIB. Kami
mengecek kondisi keempat potong apel setiap 30 menit sekali sehingga
kami melakukan 4 kali pegecekan.
Kondisi keempat apel setelah 30 detik dicelupkan.
Pukul 15.50 kami melakukan pengecekan terhadap keempat potong apel
dan mendapati hasil berikut :

Apel yang tidak diapa-apakan Apel yang dicelupkan pada


terlihat mulai berwarna sedikit Air garam belum menunjukan
kecoklatan. Perubahan.
Apel yang dicelupkan pada Apel yang dicelupkan pada
Air mendidih berubah agak coklat. Air gula berubah sedikit coklat.

Pukul 16.20 kami melakukan pengecekan untuk kedua kali pada potongan
apel dan mendapatkan hasil berikut :

Apel yang tidak diapa-apakan Apel yang dicelupkan pada


Sudah mulai berubah coklat kekuningan. Air garam masih belum menunjukan
Perubahan yang signifikan.
Apel yang dicelupkan pada Apel yang dicelupkan pada
Air mendidih berubah sangat coklat. Air gula berubah menjadi agak
Kecoklatan.

Pukul 16.50 kami melakukan pengecekan untuk ketiga kalinya pada


potongan apel dan mendapatkan hasil berikut :

Apel yang tidak diapa-apakan Apel yang dicelupkan pada


Sudah berwarna kuning kecoklatan, Air garam berubah menjadi
Menandakan apel tersebut sudah Sangat sedikit kecoklatan.
Teroksidasi.
Apel yang dicelupkan pada Apel yang dicelupkan pada
Air mendidih berubah
Air gula berubah menjadi kuning
menjadi Semakin coklat.
Bentuknyapun Juga Kecoklatan.
mengkerut.

Pukul 17.20 kami kembali melakukan pengecekan yang keempat kalinya


terhadap potongan apel. Pengecekan ini adalah pengecekan terakhir kami.
Hasil dari pengecekan tersebut adalah sebagai berikut :

Apel yang tidak diapa-apakan Apel yang dicelupkan pada


Sudah berwarna kuning kecoklatan. Air garam hanya berubah
Sangat sedikit kecoklatan.
Apel yang dicelupkan pada Apel yang dicelupkan pada
Air mendidih telah berubah sangat Air gula berubah menjadi semakin
Coklat dan bentuknya jadi mengkerut. Coklat.

Gambar diatas adalah hasil eksperimen dari keempat apel setelah 2 jam.
Tampak apel yang dicelupkan pada air garam masih kelihatan segar. Apel
yang dicelupkan pada air gula juga tidak terlalu berwarna kecoklatan.
Namun, apel yang tidak diapa-apakan dan dicelupkan pada air mendidih
telah berubah menjadi sangat coklat.
b. Pembahasan

1. Apel pada air garam


Apel yang dicelupkan pada air garam telah mengalami proses
oksidasi paling kecil diantara keempat apel yang lain. Hal ini telah
membuktikan bahwa air garam merupakan cairan yang paling efektif untuk
mencegah proses oksidasi pada apel.
2. Apel pada air gula
Apel pada air gula juga mengalami proses oksidasi, namun tidak
separah yang terjadi pada apel yang tidak diapa-apakan. Apel yang telah
dicelupkan pada air gula mengalami perubahan warna paling minim kedua
dari antara keempat apel. Namun, tetap saja, keefektifannya masih kalah
oleh air garam.
3. Apel biasa
Apel yang tidak diapa-apakan telah mengalami proses oksidasi yang
normal seperti pada umumnya apel lain yang dipotong. Apel tersebut
berubah menjadi kuning kecoklatan dan bentuknya juga menjadi sedikit
mengkerut.
4. Apel pada air mendidih
Apel pada air mendidih telah mengalami perubahan paling besar
diantara keempat apel lain, baik dari segi bentuk dan warna. Warna pada
daging buah apel ini telah berubah sangat coklat. Bentuknya juga telah
menjadi sangat mengkerut. Hal ini disebabkan oleh temperatur air yang
sangat panas.
Kesimpulan

Oksidasi merupakan proses pengikatan oksigen menjadikan buah apel


berubah warna menjadi coklat. Proses oksidasi dapat dihambat dengan
merendam buah apel pada cairan tertentu seperti cairan garam dan cairan
gula. Kedua cairan tersebut mampu menghambat proses oksidasi apel
selama 2 sampai 3 jam sehingga apel yang sudah dipotong tetap segar.

~ Terima Kasih ~
Daftar Pustaka

Sawali. 2013. Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX.


Jakarta: Erlangga.
Wahono. 2013. Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX.
Jakarta: Erlangga.
Mafrukhi. 2013. Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX.
Jakarta: Erlangga.
Baihaqi, Muhammad. 2013. Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs
Kelas IX. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai