Ketika kecil, Mamle adalah seorang anak yang rajin. Dia selalu membantu
ibunya mencari kayu di hutan dan membuka ladang baru. Saat ibunya
menyiangi rumpul, Mamle menebangi pohon dengan kapaknya. Ibunya sering
kali merasa risau melihat Mamle yang begitu berani memanjat hingga pucuk-
pucuk pohon. Akan tetapi Mamle selalu menenangkan hati ibunya bahwa dirinya
akan baik-baik saja. Mamle memang seorang anak yang pemberani dan suka
menolong.
Setelah dewasa, Mamle membangun rumah pesta tari. Dia lalu mengundang
orang dari berbagai daerah untuk mengadakan pesta. Banyak tamu yang hadir.
Diantara para tamu yang hadir ada dua orang wanita dari suku Sandrafe.
Mereka adalah saudara perempuan Mamle. Kedua wanita itu menaruh hati
kepada Mamle. Namun, tetua kampung melarang Mamle untuk menikahi salah
satu dari kedua wanita tersebut. Mamle tidak begitu memperdulikan perkataan
tetua kampung sebab diapun memang tidak menaruh hati pada kedua wanita
tersebut.
Akan tetapi ketika pesta usai tiba-tiba saja para pemuda yang ada di pesta itu
beramai-ramai memukuli Mamle. Karena Mamle merasa dirinya tidak bersalah
dia lalu berlari ke hutan. Para pemuda tersebut tetap mengejar Mamle dan ingin
membunuhnya. Mamle masuk ke dalam hutan dan menggunakan kecerdasannya
untuk mengelabui para pemuda tersebut.
Mamle lalu memanjat sebatang pohon nira dan menoreh getahnya. Kemudian
Mamle mengambil air nira yang mengalir dari pohon tersebut hingga bambu
tempat menyimpan nira menjadi penuh. Setelah penuh Mamle lalu melanjutkan
mencari nira yang lain dan memasukkannya ke dalam bambu. Setelah semua
bambu penuh Mamle dengan tenang menunggu pemuda-pemuda itu didalam
hutan.